Disusun Oleh :
3. Isep Ramdan
4. Novianti A
LABORATORIUM FISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAKUAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum pengukuran dasar pada benda padat ini adalah
sebagai berikut:
Viskositas merupakan pengukuran dari ketahanan fluida yang diubah baik dengan tekanan
maupun tegangan. Pada masalah sehari-hari (dan hanya untuk fluida), viskositas adalah ketebalan atau
pergesekan internal. Oleh karena itu, air yang tipis memiliki viskositas lebih rendah, sedangkan madu
yang tebal memiliki viskositas yang lebih tinggi. Sederhananya, semakin rendah viskositas suatu fluida,
semakin besar juga pergerakan dari fluida tersebut.
Setiap zat cair mempunyai karakteristik yang khas, berbeda satu zat cair dengan zat cair yang lain. Oli
mobil sebagai salah satu contoh zat cair dapat kita lihat lebih kental daripada minyak kelapa. Apa
sebenarnya yang membedakan cairan itu kental atau tidak. Kekentalan atau viskositas dapat dibayangkan
sebagai peristiwa gesekan antara satu bagian dan bagian yang lain dalam fluida. Dalam fluida yang kental
kita perlu gaya untuk menggeser satu bagian fluida terhadap yang lain.
Di dalam aliran kental kita dapat memandang persoalan tersebut seperti tegangan dan regangan pada
benda padat. Kenyataannya setiap fluida baik gas maupun zat cair mempunyai sifat kekentalan karena
partikel di dalamnya saling menumbuk. Bagaimana kita menyatakan sifat kekentalan tersebut secara
kuantitatif atau dengan angka, sebelum membahas hal itu kita perlu mengetahui bagaimana cara
membedakan zat yang kental dan kurang kental dengan cara kuantitatif. Salah satu alat yang digunakan
untuk mengukur kekentalan suatu zat cair adalah viskosimeter.
Apabila zat cair tidak kental maka koefesiennya sama dengan nol sedangkan pada zat cair kental bagian
yang menempel dinding mempunyai kecepatan yang sama dengan dinding. Bagian yang menempel pada
dinding luar dalam keadaan diam dan yang menempel pada dinding dalam akan bergerak bersama dinding
tersebut. Lapisan zat cair antara kedua dinding bergerak dengan kecepatan yang berubah secara linier
sampai V. Aliran ini disebut aliran laminer.
Aliran zat cair akan bersifat laminer apabila zat cairnya kental dan alirannya tidak terlalu cepat. Kita
anggap gambar di atas sebagai aliran sebuah zat cair dalam pipa, sedangkan garis alirannya dianggap
sejajar dengan dinding pipa. Karena adanya kekentalan zat cair yang ada dalam pipa, maka besarnya
kecepatan gerak partikel yang terjadi pada penampang melintang tidak sama besar. Keadaan tersebut
terjadi dikarenakan adanya gesekan antar molekul pada cairan kental tersebut, dan pada titik pusat pipa
kecepatan yang terjadi maksimum.. Khusus untuk benda yang berbentuk ola dan bergerak dalam fluida
yang sifat-sifatnya, gaya gesekan yang dialmi benda dapat dirumuskan sebagai berikut :
F = -6πὴr.v
Keterangan :
Rumus di atas dikenal sebagai hukum stokes. Tanda minus menunjukkan arah gaya F yang
berlawanan dengan kecepatan (V). pemakaian hukum stokes memerlukan beberapa syarat, yaitu:
1. Ruang tempat fluida tidak terbatas (ukurannya cukup luas dibandingkan dengan ukuran benda)
Jika sebuah bola dengan rapat massa dan dilepaskan dari permukaan zat cair tanpa kecepatan
awal, maka bola tersebut mula-mula akan bergerak di percepat. Dengan bertambahnya kecepatan bola,
maka bertambah besar pula gaya gesekan pada bola tersebut. Pada akhirnya bola bergerak dengan
kecepatan tetap, yaitu setelah terjadi keseimbangan antara gaya berat, gaya apung (Archimides) dan
gayastokes.
Hukum Stokes
Di antara salah satu sifat zat cair adalah kental (viscous) di mana zat cair memiliki koefisien
kekentalan yang berbeda-beda, misalnya kekentalan minyak goreng berbeda dengan kekentalan olie.
Dengan sifat ini zat cair banyak digunakan dalam dunia otomotif yaitu sebagai pelumas mesin. Telah
diketahui bahwa pelumas yang dibutuhkan tiap-tiap tipe mesin membutuhkan kekentalan yang berbeda-
beda. Sehingga sebelum menggunakan pelumas merek tertentu harus diperhatikan terlebih dahulu
koefisien kekentalan pelumas sesuai atau tidak dengan tipe mesin. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui berapa koefisien kekentalan suatu fluida yang diukur dengan menggunakan regresi linear
hukum Stokes. Sehingga data tersebut dapat digunakan sebagai bahan perbandingan untuk menentukan
koefisien kekentalan zat cair yang dibutuhkan oleh tiap- tiap tipe mesin.
BAB II
3. Mikrometer skrup
4. Jangka sorong
5. Mistar
6. Thermometer
9. Stopwatch
10. Aerometer
METODE PERCOBAAN
1. Diameter tiap-tiap bola diukur memakai micrometer skrup. Dilakukan beberapa kali
pengukuran untuk tiap bola.
4. Rapat massa zat cair diukur sebelum dan sesudah tiap percobaan dengan menggunakan
aerometer.
5. Karet gelang ditempatkan sehingga yang satu kira-kira 5 cm di bawah permukaan zat cair
dan yang lain kira-kira 5 cm di atas dasar tabung.
7. Sendok saringan dimasukkan sampai dasar tabung dan ditunggu beberapa saat sampai zat
cair diam.
Berdasarkan data percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan tanggal 14 Desember 2016, maka
dapat dilaporkan hasil sebagai berikut :
A. Kerapatan
No. Jenis Benda M (gr) D(cm) R(cm) Vb (cm3) P (gr/cm3)
0,627 0,314 0,129 2,326
0,3
1 Bola Kecil 0,716 0,358 0,192 1,563
0,336 0,160 1,944
0,987 0,494 0,502 1,394
0,7
2 Bola Besar 0,983 0,492 0,499 1,403
0,493 0,500 1,399
IV.2 PERHITUNGAN
Tabel 1
Bola Kecil
R(jari-jari) rata-rata : 0,314 + 0,358 : 2 = 0,336 cm
Vb 1 = 4⁄3𝜋𝑟 2
= 4/3x3,14x0,3143
= 4/3x3,14x0,031
= 0,129 cm3
Vb 2 = 4⁄3𝜋𝑟 2
= 4/3x3,14x0,3583
= 4/3x3,14x0,046
= 0,192 cm3
𝑚 0,3
p1= 𝑣
= 0,129 = 2,326 gr/cm3
𝑚 0,3
p2= = = 1,563 gr/cm3
𝑣 0,192
Vb 1 = 4⁄3𝜋𝑟 2
= 4/3x3,14x0,4943
= 4/3x3,14x0,120
= 0,502 cm3
Vb 2 = 4⁄3𝜋𝑟 2
= 4/3x3,14x0,4923
= 4/3x3,14x0,119
= 0,449 cm3
𝑚 0,7
p1= = = 1,394 gr/cm3
𝑣 0,502
𝑚 0,7
p2= 𝑣
= 0,499 = 1,403 gr/cm3
Tabel 2
Bola Kecil
Jarak 10 cm
𝑠 10
V ke-1 : = = 2,364 cm/s
𝑡 4,23
𝑠 10
V ke-2 : 𝑡 = 4,12 = 2,427 cm/s
Jarak 15 cm
𝑠 15
V ke-1 : 𝑡 = 6,12 = 2,450 cm/s
𝑠 15
V ke-2 : = = 2,573 cm/s
𝑡 5,83
Jarak 20 cm
𝑠 20
V ke-1 : 𝑡 = 8,13 = 2,460 cm/s
𝑠 20
V ke-2 : 𝑡 = 7,89 = 2,535 cm/s
Menghitung ƞ (centipoise)
2x980x0,3362 (1,944−0,876)
9x2,364
1960x0,1128x1,068
9x2,364
236,323
21,276
Ƞ = 11,107
2x980x0,3362 (1,944−0,876)
9x2,427
1960x0,112896x1,068
9x2,427
236,323
21,843
Ƞ = 10,819
2x980x0,3362 (1,944−0,876)
9x2,450
1960x0,112896x1,068
9x2,450
236,323
22,05
Ƞ = 10,718
2x980x0,3362 (1,944−0,876)
9x2,573
1960x0,112896x1,068
9x2,573
236,323
23,157
Ƞ = 10,205
2x980x0,3362 (1,944−0,876)
9x2,460
1960x0,112896x1,068
9x2,460
236,323
22,14
Ƞ = 10,674
2x980x0,3362 (1,944−0,876)
9x2,535
1960x0,112896x1,068
9x2,535
236,323
22,815
Ƞ = 10,358
Bola Besar
Jarak 10 cm
𝑠 10
V ke-1 : = = 7,462 cm/s
𝑡 1,34
𝑠 10
V ke-2 : 𝑡 = 1,45 = 6,896 cm/s
Jarak 15 cm
𝑠 15
V ke-1 : 𝑡 = 2,25 = 6,667 cm/s
𝑠 15
V ke-2 : = = 7,853 cm/s
𝑡 1,91
Jarak 20 cm
𝑠 20
V ke-1 : 𝑡 = 3,40 = 5,882 cm/s
𝑠 20
V ke-2 : 𝑡 = 2,36 = 8,475 cm/s
Menghitung ƞ (centipoise)
2x980x0,4932 (1,399−0,876)
9x7,462
1960x0,243049x0,523
9x7,462
249,1447
67,158
Ƞ = 3,71
2x980x0,4932 (1,399−0,876)
9x6,896
1960x0,243049x0,523
9x6,896
249,1447
62,064
Ƞ = 4,014
2x980x0,4932 (1,399−0,876)
9x6,667
1960x0,243049x0,523
9x6,667
249,1447
60,003
Ƞ = 4,152
2x980x0,4932 (1,399−0,876)
9x7,853
1960x0,243049x0,523
9x7,853
249,1447
70,667
Ƞ = 3,525
2x980x0,4932 (1,399−0,876)
9x5,882
1960x0,243049x0,523
9x5,882
249,1447
52,938
Ƞ = 4,706
2x980x0,4932 (1,399−0,876)
9x8,475
1960x0,243049x0,523
9x8,475
249,1447
76,275
Ƞ = 3,266
PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini yaitu mengetahui koefisien kekentalan zat cair , serta menghitung gerak
benda dalam fluida dan kekentalan zat cair itu sendiri. Pertama yang harus di lakukan adalah mengukur
massa dan volume pada bola untuk mendapatkan masa jenis bola tersebut. percobaan ini telah di lakukan
dengan bertumpu pada hukum Stokes, dimana aturan hukum stokes telah di paparkan pada bab dasar
teori. Dalam praktikum ini di lakukan pengukuran dan perhitungan secara langsung dengan 1 kali
pengukuran masa, diameter, volume dan masa jenis pada bola dan percobaan di lakukan sebanyak 2 kali,
yaitu pada bola kecil dan bola besar. Dibagi lagi berdasarkan jarak karet pada tabung reaksi, yaitu 10 cm
dan 20 cm. Perbedaan di dapatkan dari hasil koefisien kekentalan fluida pada ke dua bola tersebut.
Hasil pertama pada bola kecil dengan jarak karet gelang 10 cm yaitu rata-rata koefisien
kekentalan yang di lakukan 2 kali pengujian nya di dapatkan hasil 7,846 dan dengan jarak karet gelang 20
cm yaitu 8,033. Sedangkan pada bola besar dengan jarak karet gelang 10 cm yaitu rata-rata koefisien
kekentalan yang dilakukan 2 kali pengujiannya didapatkan hasil 4,858 dan dengan jarak karet gelang 20
cm yaitu 5,126 . Dari hasil ini selisih tidak begitu jauh, tetapi jumlah yang lebih dari satu bahkan
mendekati angka 10, menggambarkan bahwa zat cair yang di gunakan terlalu pekat. Sehingga kecepatan
bola pun terlampau lambat. Hal ini dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor pada saat percobaan
berlangsung. Faktor atau penyebab pertama adalah suhu pada saat berlangsung nya percobaan, karena
suhu yang terlalu rendah dapat menyebabkan viskositas meningkat sehingga gesekan yang terjadi pada
bola terhadap viskositas fluida sangat lambat. Kemudian dapat pula di sebabkan karena kurang cermat
dan teliti pada saat pencatatan atau perhitungan waktu dengan menggunakan stopwatch.
Terakhir, dapat di sebabkan oleh gaya yang bekerja pada bola tersebut , penyebab ini dapat
berlaku hukum newton II, yaitu “Percepatan yang ditimbulkan oleh gaya yang bekerja pada benda
berbanding lurus dengan besar gayanya dan berbanding terbalik dengan masa benda".
Dari penyebab ini dapat di simpulkan, semakin besar gaya yang di berikan pada bola, maka gaya
gesek yang terjadi pada bola terhadap viskositas fluida semakin meningkat, sehingga waktu yang di
perlukan semakin cepat. Tetapi sebalik nya semakin kecil gaya yang di berikan pada bola tersebut, gaya
gesek yang bekerja pada bola terhadap viskositas fluida semakin rendah, sehingga waktu yang di perlukan
terlampau lambat dan hasil koefisien kekentalan zat cair pun tidak mencapai hasil yang maksimal.
BAB VI
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahawa viskositas adalah sebuah ukuran
penolakan sebuah fluida terhadap perubahan bentuk dibawah tekanan shear. Dari percobaan mengenai
viskositas (kekentalan) tersebut juga dianggap suatu gesekan dibagian dalam suatu fluida, karena adanya
viskositas ini maka untuk menggerakan salah satu lapisan fluida akan berpengaruh dengan gaya gravitasi.
DAFTAR PUSTAKA
TUGAS AKHIR
1. Bagaimana memilih letak karet-karet gelang yang melingkari tabung? Apakah akibatnya
jika terlalu dekat dengan permukaan. Apakah akibatnya jika terlalu dengan dasar tabung?
Jawab :
1. Memilih letak karet-karet gelang pada tabung engan cara menyesuaikan jarak antara gelang dengan
permukaan sama dengan jarak gelang dengan dasar tabung, jika jarak terlalu dekat dengan permukaan dan
dasar tabung akan menyebabkan waktu yang ditempuh benda semakin lama daripada jarak yang lebih
jauh dari permukaan dan dasar, hal ini juga berdampak pada koefisien kekentalan za cair yang semakin
besar.
V = s/t V = s/t
ὴ1 = ὴ1 =
ὴ1 = = 8,965 ὴ1 = = 6,028
ὴ2 = ὴ2 =
ὴ2 = = 8,559 ὴ2 = = 5,440
ὴ3 = ὴ3 =
ὴ3 = = 8,353 ὴ3 = = 5,714
c.Bola Kecil
Kecepatan (v)
V = s/t
V1 = = 8,13 cm/s
V2 = = 7,50 cm/s
V3 = = 7,48 cm/s
Koefisien Kekentalan:
ὴ1 =
ὴ1 = = 5,906
ὴ2 =
ὴ2 = = 6,402
ὴ3 =
ὴ3 = = 6,419
4. Suhu sangat berpengaruh terhadap kekentalan zat cair. Semakin tinngi suhu maka semakin rendah
nilai viskositasnya. Hal ini disebabkan gaya-gaya kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami
penurunan dengan semakin bertambahnya temperatur pada zat cair yang menyebabkan berturunnya
viskositas dari zat cair tersebut. Oleh karena itu semakin tinggi suhu maka cairan semakin encer, karena
kerapatan komponen penyusun zat cair semakin renggang. Suatu viskositas akan menjadi lebih tinggi jika
suhu mengalami penurunan karena pada saat suhu di naikkan maka partikel-partikel penyusun zat tersebut
bergerak secara acak sehingga kekentalan akan mengalami penurunan, dan jika suhu mengalami
penurunan akan terjadi kenaikan viskositas karena partikel-partikel penyusun senyawa tersebut tidak
mengalami gerakan sehingga gaya gesek yang bekerja juga semakin besar.