Anda di halaman 1dari 16

BAB V

PENGUJIAN FILTRATION LOSS SUSPENSI SEMEN

5.1. TUJUAN PERCOBAAN


1.Menentukan besarnya filtration loss yang terjadi.
2.Mengetahui efek penambahan additive terhadap filtration loss.
5.2. DASAR TEORI
Filtration loss didefinisikan sebagai peristiwa hilangnya cairan dari
suspensi semen, yang masuk ke dalam formasi permeabel yang dilaluinya. Cairan
yang hilang ke dalam formasi ini sering disebut dengan filtrat, dimana filtrat yang
hilang tidak boleh terlalu banyak sebab hal ini akan mengakibatkan suspensi
semen kekurangan air. Kejadian inilah yang disebut dengan “earlyset”.
Apabila suspensi semen mengalami early set maka hal ini akan
menyebabkan friksi atau gesekan di annulus yang dapat mengakibatkan pecahnya
formasi.
Pada primary cementing atau penyemenan pertama kali yang dilakukan
setelah casing diturunkan ke dalam sumur, besarnya filtration loss yang diijinkan
adalah sekitar 150 – 250 cc yang diukur selama 30 menit dengan menggunakan
saringan berukuran 325 mesh dan tekanan 1000 psi. Sedangkan pada squezee
cementing, filtration loss yang diijinkan sekitar 55 – 65 cc selama 30 menit.
Pengujian filtration loss di laboratorium menggunakan alat filter press
pada kondisi temperatur sirkulasi dengan tekanan 1000 psi. Namun, filter press
mempunyai kelemahan yaitu temperatur maksimum yang bisa digunakan hanya
sampai 82o C (180o F). Filtration loss dapat diketahui dari volume filtrat yang
ditampung dalam sebuah tabung atau gelas ukur selama 30 menit masa pengujian.
Bila waktu pengujian tidak sampai 30 menit, maka besarnya filtration loss dapat
diketahui dengan rumus:

Dimana:
F30 : Filtrat pada 30 menit, ml.
Vt : Volume filtrat pada t menit, ml.
t : Waktu pengukur, menit.
5,677
F30 = 2 Vt √ t

Untuk mengontrol besar kecilnya filtration loss dapat digunakan:


1. Fluid Loss Control Agents
Yaitu additive-additive yang berfungsi mencegah hilangnya fasa liquid semen
ke dalam formasi sehingga terjaga kandungan cairan dalam suspensi semen.
additive-additive yang termasuk ke dalam fluid loss control agents
diantaranya adalah polymer, CMHEC, dan latex.
2. Lost Circulation Control Agents
Yaitu additive-additive yang mengontrol hilangnya suspensi semen ke dalam
formasi yang lemah atau bergua. Biasanya material lost circulation yang
dipakai pada pemboran digunakan pula dalam suspensi semen. Additive-
additive yang termasuk dalam lost circulation control agents diantaranya
gilsonite, cellophane flakes, gypsum, bentonite, dan nut shells.
5.3. ALAT DAN BAHAN
5.3.1. Alat:
a. Timbangan digital
b. Gelas ukur
c. Mixer
d. Filter press
e. Stopwatch
5.3.2. Bahan:
a. Bubuk semen
b. Air
c. PAC-L
5.3.3. Gambar Alat

Gambar 5.1. Mixer


(Sumber : Laboratorium Analisa Semen Pemboran)
Gambar 5.2. Timbangan Digital
(Sumber : Laboratorium Analisa Semen Pemboran)
1

2
1

3
1

4
5

6
7

Keterangan :
1.T - Screw
2. Pressure Inlet
3. Cell
4. Base Cup
5. Lid
6. Frame
7. Thumb Screw

Gambar 5.3. Filter Press


(Sumber : Laboratorium Analisa Semen Pemboran)
Gambar 5.4. Stopwatch
( http://www.germes-online.com)
Gambar 5.5. Bubuk Semen
(Sumber : Laboratorium Analisa Semen Pemboran)
5.4. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Mempersiapkan alat filter press dan segera memasang filter paper
secepat mungkin dan meletakkan gelas ukur di bawah silinder untuk
menampung fluid filtrat.
2. Menuangkan suspensi semen ke dalam silinder dan segera menutup
rapat. Kemudian mengalirkan udara atau gas N2 dengan tekanan 100 psi.
3. Mencatat volume filtrate sebagai fungsi waktu dengan menggunakan
stopwatch, interval pengamatan setiap 2 menit pada 10 menit pertama,
kemudian 5 menit untuk 20 menit berikutnya. Mencatat volume filtrate
pada menit ke-25.
4. Harga filtration loss diketahui dari volume filtrat yang ditampung dalam
gelas ukur selama 30 menit masa pengujian. Bila pengujian tidak sampai
30 menit, maka besarnya filtration loss dapat diketahui dengan rumus:
5,477
F 30= 2 x V t ×
√t
Dimana :
F30 : Filtrat pada 30 menit, ml

Vt : Volume Filtrat pada t menit, ml


t : Waktu pengukuran, menit
5. Menghentikan penekanan udara atau gas N2 membuang tekanan udara
dalam silinder dan sisa suspensi semen yang di dalam silinder,
menuangkan kembali ke dalam breaker.
5.5. HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
5.5.1. Hasil Percobaan
Tabel V-1
Tabulasi Pengujian Filtration Loss Suspensi Semen

Addtive/Kontaminan

Filtration Loss
PLUG

Bentonite

Pengukuran
PAC-L

Laboratorium, cc/ 2 API


menit

A 3 0 1,3 10,07
B 4 0 0,4 3,098
C 5 0 0.9 6,971
D 6 0 0.2 3.098
E 7 0 1.8 13.94
F 8 0 0.5 3.85
G 9 0 0.2 3.098
H - 3 55 426
I - 4 52 402,77
J - 5 27 209,132
K - 6 54 418,265
L - 7 7,8 97,08
M - 8 8,4 65,06
N - 9 4,5 67,5
5.5.2. Perhitungan
Diketahui:
 WCR semen tipe A = 46 %
 WSemen = 348 gram
 Wkontaminan = 3 gram
 t = 2 menit
 Volume Filtrat = 36,4 ml
Menghitung volume filtrat pada 30 menit
5.477
F2 = 2 Vt ( )
√t
5.477
= 2 x 1 , 3( )
√2
= 10,07 ml
5.5.3. Grafik
Grafik 5.1.
Kontaminan vs Filtration Loss
5.6. PEMBAHASAN
Pada praktikum Analisa Semen Pemboran minggu kedua, acara kedua
yang dibahas berjudul Pengujian Filtration Loss. Praktikum ini bertujuan untuk
menentukan besarnya filtration loss yang terjadi serta mengetahui efek
penambahan additif terhadap filtration loss.
Filtration loss adalah peristiwa hilangnya cairan (filtrat) dari suspensi
semen yang masuk ke dalam formasi yang porous dan permeabel yang dilaluinya.
Filtrat yang hilang tidak boleh terlalu banyak sebab akan mengakibatkan suspensi
semen kekurangan air yang disebut flash set. Apabila suspensi semen mengalami
flash set akan menyebabkan terjadinya friksi atau gesekan di annulus yang dapat
mengakibatkan pecahnya formasi. Pada primary cementing besarnya filtration
loss yang diizinkan sekitar 150 – 250 cc yang diukur selama 30 menit dengan
menggunakan saringan berukuran 325 mesh dan tekanan 1000 psi. Sedangkan
pada squeeze cementing besarnya filtration loss yang diizinkan sekitar 55 – 65 cc
selama 30 menit.
Filtration loss dapat dikontrol dengan menggunakan zat additif yang
terdiri dari fluid loss control agent dan lost circulation control agent. Fluid loss
control agent adalah zat additif yang digunakan untuk mencegah hilangnya fasa
liquid semen ke dalam formasi sehingga terjaga kandungan cairan dalam suspensi
semen. Zat aditif yang termasuk ke dalam fluid loss control agents terdiri dari
polymer, CMHEC, dan latex. Lost circulation control agent adalah zat additif
yang digunakan untuk mengontrol hilangnya suspensi semen ke dalam formasi
yang lemah atau berongga. Biasanya material lost circulation yang dipakai pada
pemboran digunakan pula dalam suspensi semen. Zat aditif yang termasuk ke
dalam lost circulation control agent terdiri dari gilsonite, cellophane flakes,
gypsum, bentonite, dan nut shells.
Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain timbangan digital,
gelas ukur, dan mixer, filter press, dan stopwatch. Filter press terdiri dari
beberapa bagian terdiri dari T-screw, pressure inlet, cell, base cup, frame, thumb
screw, dan lid. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain semen portland kelas
A, air, dan aditif PAC-L. Prinsip kerja dari percobaan ini yakni dengan pemberian
tekanan pada suspensi yang telah dimasukkan ke dalam cup sehingga air keluar
dari dalam suspensi.
Prosedur percobaan pada praktikum ini dimulai dengan membuat suspensi
semen dengan menimbang bubuk semen sebanyak 348 gram serta menambahkan
air sebanyak 161 ml serta mencampurakan PAC-L sebanyak 2 gram. Selanjutnya
mengaduk campuran semen menggunakan mixer hingga tercampur rata.
Kemudian mempersiapkan alat filter press, merangkai keseluruhan bagian filter
press, memasang filter paper, serta meletakkan gelas ukur di bawah silinder untuk
menampung fluid filtrate. Selanjutnya menuangkan suspensi semen ke dalam
silinder dan segera menutup rapat. Kemudian mengalirkan udara atau gas nitrogen
dengan tekanan 100 psi. Setelah itu mengamati keadaan filtrat pada gelas ukur
dengan menggunakan stopwatch dan catat hasil yang diperoleh. Apabila
pengujian tidak sampai 30 menit, maka besarnya filtration loss dapat dihitung
menggunakan persamaan yang tersedia. Terakhir menghentikan penekanan udara
atau gas nitrogen, membuang tekanan udara dalam silinder dan sisa suspensi
semen yang di dalam silinder, serta menuangkan suspensi semen pada breaker.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, suspensi semen yang diuji
mempunyai komposisi bubuk semen portland kelas A sebesar 348 gram, air
sebesar 161 mL, aditif PAC-L sebesar 2 gram, dan WCR sebesar 46%. Kemudian
diperoleh nilai filtration loss selama 2 menit sebesar 1,3 mL. Besar filtration loss
secara teoritis yang telah dihitung adalah sebesar 10,07 ml. Nilai tersebut
tergolong sedikit dan aman karena masih dibawah harga maksimal yang diizinkan.
Pada grafik dapat dilihat bahwa adanya grafik fluktuasi akibat
penambahan additive PAC-L dan bentonite. Hal ini tidak sesuai dengan teori
PAC-L yang dapat mengurangi filtration loss dan bentonite sebagai kontaminan
yang dapat mengikat air dan grafik yang ditunjukkan seharusnya mengalami
penurunan. Ketidaksesuaian ini dapat terjadi karena adanya human error baik
dalam kesalahan dalam pengukuran bahan-bahan yang digunakan, kesalahan
dalam pembacaan hasil, maupun kondisi alat yang kurang baik.
Aplikasi lapangan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui batas kadar
filtrat maksimum yang diizinkan dari suspensi semen, mengetahui efek
penambahan additif terhadap filtration loss, serta mengontrol agar cairan yang
keluar dari suspensi semen sedikit mungkin. Apabila filtration loss terlalu besar
dapat menyebabkan karakteristik formasi menjadi terganggu oleh filtrat dan
menimbulkan swelling pada formasi clay.
5.7. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil percobaan Plug A, didapatkan :
 Volume air = 161 mL
 Hasil pengujian di lab = 1,2 mL
 Filtration Loss = 10,07 mL
2. Tujuan dari praktikum ini untuk menentukan besarnya filtration loss
yang terjadi serta mengetahui efek penambahan additif terhadap
filtration loss.
3. Prinsip kerja dari percobaan ini yakni dengan pemberian tekanan
sebesar 100 psi pada suspensi yang sudah dimasukkan ke dalam cup
sehingga air keluar dari dalam suspensi.
4. Filtration loss adalah peristiwa hilangnya cairan (filtrat) dari suspensi
semen yang masuk ke dalam formasi yang porous dan permeabel yang
dilaluinya.
5. Filtration loss dapat dikontrol dengan menggunakan zat additif yang
terdiri dari fluid loss control agent dan lost circulation control agent.
6. Penambahan additif lumpur dapat menaikkan jumlah filtration loss
sedangkan penambahan additif PAC-L dapat menurunkan jumlah
filtration loss.
7. Aplikasi lapangan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui batas
kadar filtrat maksimum yang diizinkan dari suspensi semen,
mengetahui efek penambahan additif terhadap filtration loss, serta
mengontrol agar cairan yang keluar dari suspensi semen sedikit
mungkin.

Anda mungkin juga menyukai