Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA

FLOW OF FLUID

Disusun oleh :

1A

Anggita Violasya Duiafani

121012

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK KATOLIK MANGUNWIJAYA

SEMARANG

2023
LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA

FLOW OF FLUID

Semarang, 19 Juni 2023


Dosen Pembimbing, Praktikan,

Ir. Sri Sutanti, M.Eng Anggita Violasya Duiafani


A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Dapat mengetahui cara proses flow of fluid dengan baik dan benar
2. Dapat mengetahui proses aliran fluida
3. Dapat mengetahui pengaruh dari bukaan keran dan orifice yang
dipakai terhadap kecepatan aliran fluida
4. Dapat mengetahui pengaruh orifice terhadap energi dalam fluida
B. DASAR TEORI
Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara
kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang
terpisah jauh, gaya antar molekul kecil dari pada benda padat dan molekul-
molekulnya lebih bebas bergerak, dengan demikian fluida lebih mudah
terdeformasi. Fluida didefinisikan sebagai zat yang mengalami perubahan
bentuk bila mendapat tekanan, meskipun tekanan tersebut sangat kecil
(Brown, 1978). Fluida dapat dipandang sebagai struktur molekul atau
media kontinu, tetapi untuk memodelkan fluida secara matematis, maka
fluida diasumsikan sebagai media kontinyu. Terdapat dua jenis fluida,
yakni: fluida termampatkan dan fluida tak termampatkan. Fluida mampu
termampatkan (compressible) ialah ketika densitas fluida mudah
dipengaruhi oleh perubahan temperatur dan tekanan. Fluida tak
termampatkan (incompressible) ialah ketika densitas fluida tersebut tidak
terpengaruh oleh banyaknya perubhan tekanan dan suhu. Fluida yang
bergerak (mengalir) akan membentuk suatu pola aliran tertentu.
Jenis aliran fluida jika dibedakan dari jenis pola alirannya, dapat
menjadi (Mc. Cabe, 1993):
1. Aliran laminar (aliran berlapis)
Aliran dengan fluida yang bergerak seperti berbentuk lapisan –
lapisan, yang tidak saling campur. Aliran ini terjadi pada kecepatan
aliran fluida yang lambat, densitas fluida yang rendah, dan viskositas
yang tinggi.
2. Aliran Turbulen (aliran bergolak)
Aliran dengan partikel-partikel bergerak tidak menentu karena terjadi
pencampuran dan eddies dalam aliran.
3. Aliran Transisi
Aliran peralihan dari laminar ke turbulen.

Jenis aliran fluida dapat dibedakan menurut Bilangan Reynoldnya


(NRe), Bilangan Reynold (NRe) merupakan fungsi dari : kecepatan fluida
(v), viskositas (µ), rapat massa (ρ), dan diameter pipa (D). Jenis aliran bila
dibedakan menurut bilangan reynoldnya pada pipa lurus berbentuk tabung:

NRe< 2100, aliran laminar

NRe> 4000, aliran turbulen

2100 < NRe> 4000 aliran transisi

Salah satu yang berperan pada aliran fluida adalah pipa. Sebagian
besar problem aliran fluida di industri menggunakan tempat penutup
(1aclosed ducts) terdiri dari saluran terbuka (open channel), pemilihan pipa
tergantung: Diameter pipa, kekuatan pipa yang terganutng pada tekanan
fluida, suhu operasi, ketahanan pipa yang tergantung dari material
pembuatan pipa, dilihat dari sifat korositas yang dialirkan. Selain dari pipa,
perlengkapan pipa juga mempengaruhi aliran fluida. Contoh perlengkapan
pipa antara lain fitting untuk menyambung pipa, kran/valve untuk
membuka dan menutup aliran, elbow untuk membelokan aliran, tee untuk
membagi aliran menjadi 3, enlargement untuk memperbesar aliran,
reducer untuk memperkecil aliran, dan orifice untuk mengubah kecepatan
aliran.

Orifice merupakan salah satu komponen dari perangkat primer


(primary device) untuk mengukur aliran dengan menggunakan prinsip
mengubah kecepatan aliran, riilnya yaitu mengubah luasan yang dilalui
aliran fluida tersebut (orifice). Orifice Plate (Sebuah plat lubang) adalah
pelat tipis dengan lubang di tengah. Hal ini biasanya ditempatkan dalam
pipa aliran fluida di mana prinsip kerja orifice berdasarkan fungsinya
untuk mengukur laju aliran sama dengan prinsip beda tekanan atau yang
biasa disebut dengan Prinsip Bernoulli bahwa terdapat hubungan antara
tekanan fluida dan kecepatan fluida yaitu jika kecepatan meningkat maka
tekanan akan menurun dan begitu juga sebaliknya. Pada dasarnya orifice
memiliki bentuk bulat dengan pegangan atau gagang berupa plat tipis yang
memiliki lubang pada bagian tertentu yang biasanya berada pada posisi
tengahnya. Fluida akan mengalir melalui pipa dan akan di lewatkan
melalui lubang pada orifice yang mengakibatkan terjadinya perubahan
tekanan dan kecepatan.

Perhitungan energi dalam aliran fluida (Badger, 1955):

2 2
UA UB
XA+ + P A V A −F+ w=X B+ +P V
2 gc 2 gc B B

C. METODOLOGI
 Alat
1. Rangkaian alat flow of fluid
2. Penampung air
3. Mesin pompa air
4. Gelas takar
5. Stopwatch
 Bahan
1. Air
 Cara Kerja
1. Menyiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan
2. Mengukur panjang dan diameter pipa
3. Menyalakan pompa untuk memancing air, menutup aliran by
pass saat air keluar
4. Mengalirkan air pada rangkaian alat
5. Melakukan pengamatan volume air yang keluar setiap interval
waktu 10 detik
6. Proses dihentikan setelah mencapai waktu tertentu. Ulangi
proses sebanyak 2 kali.
7. Mencatat hasil dan melakukan perhitungan power pompa yang
digunakan

 Rangkaian Alat

D. HASIL
1. Pengukuran orifice

ID Orifice no. 1 ID Orifice no.2


0,07 ft 0,06 ft

2. Pengukuran pipa

No Pipa L (ft) OD (ft) ID (ft) A (ft2)


1 2,29 0,085 0,065 0,00331
2 0,35 0,085 0,065 0,00331
3 0,375 0,085 0,065 0,00331
4 0,41 0,110 0,088 0,00608
5 1,06 0,110 0,088 0,00608
6 1,14 0,110 0,088 0,00608
7 2,5 0,085 0,065 0,00331
8 1,6 0,068 0,05 0,00196
9 1,44 0,07 0,05 0,00196
10 3,28 0,07 0,05 0,00196
11 1,58 0,087 0,065 0,00331
12 2,25 0,07 0,05 0,00196
13 0,875 0,68 0,05 0,00196
14 1,93 0,68 0,05 0,00196

3. Pengukuran debit air pada orifice 1


Orifice 1, bukaan 1 dari 5 ½ putaran valve

Waktu (detik) Volume (l) Debit (ft3/s)


10 3,3 Q = volume/waktu
20 6,5 Q= 1,1636ft3/ 110s
30 10,1 Q = 0,011636 ft3/s
40 12,5
50 16,1
60 19,55
70 23,0
80 26,25
90 29,7
100 32,95
Orifice 1, bukaan ½ dari 5 ½ putaran valve

Waktu (detik) Volume (l) Debit (ft3/s)


10 1,45 Q = volume/waktu
20 2,45 Q= 0,4125ft3/ 100s
30 3,65 Q = 0,004125 ft3/s
40 4,9
50 5,9
60 7,1
70 8,3
80 9,55
90 10,6
100 11,68
4. Pengukuran debit air pada orifice 1
Orifice 2, bukaan 1 dari 5 ½ putaran valve

Waktu (detik) Volume (l) Debit (ft3/s)


10 3,45 Q = volume/waktu
20 6,85 Q= 1,25367 ft3/ 100s
30 10,35 Q = 0,012537 ft3/s
40 13,8
50 17,3
60 20,8
70 24,35
08 27,95
90 31,95
100 35,5
Orifice 2, bukaan ½ dari 5 ½ putaran valve

Waktu (detik) Volume (l) Debit (ft3/s)


10 1,2 Q = volume/waktu
20 2,46 Q= 0,44673ft3/ 100s
30 3,86 Q = 0,00467 ft3/s
40 5,13
50 6,39
60 7,63
70 8,88
80 10,14
90 11,43
100 12,65
E. PEMBAHASAN
Fluida didefinisikan sebagai zat yang mengalami perubahan bentuk
bila mendapat tekanan, meskipun tekanan tersebut sangat kecil (Brown,
1978). Fluida dapat dipandang sebagai struktur molekul atau media
kontinu, tetapi untuk memodelkan fluida secara matematis, maka fluida
diasumsikan sebagai media kontinyu.
Pada praktikum ini, dialirkan fluida melalui pipa dengan bantuan
pompa. Fluida yang dialirkan yaitu air. Air dikatakan sebagai fluida yang
tak termampatkan (incompressible fluid) karena pada aliran jenis ini tidak
terdapat perubahan dari sifat-sifat fluida (densitas, viskositas, dll).
Variabel yang digunakan pada percobaan ini adalah ukuran orifice
dan putaran valve. Untuk putaran valve yang digunakan adalah 1 putaran
dan 1 ½ putaran. Dari hasil yang didapatkan pada orifice 1 dengan bukaan
1 mendapatkan volume 32,95 l, pada bukaan 1/2 mendapatkan volume
11,68 l. Pada orifice 2 dengan bukaan 1 mendapatkan volume 35,5 l dan
pada bukaan 1/2 mendapatkan volume 12,65 l. ID pada orifice 1 yaitu 0,07
ft dan pada orifice 2 yaitu 0,06 ft.

F. KESIMPULAN
Pada praktikum ini didapat debit pada orifice no.1 dengan putaran valve 1
adalah 0,011636 ft3/s dan putaran ½ dengan debit 0,004125 ft3/s.
Sedangkan pada orifice 2 putaran 1 adalah 0,012537 ft 3/s dan putaran ½
dengan debit 0,00467 ft3/s
G. DAFTAR PUSTAKA
Badger, W.L. and Banchero, J.T. 1955 : “Introduce To Chemical
Engineering”
Brown, George Granger. 2007. Unit Operation. Michigan : Wiley
Mc Cabe, Warren C, dkk. 2007. Unit Operation of Chemical Engineering
7th edition. New York ; Mc Graw-Hill
LAMPIRAN

1. Pengukuran pada pipa


 Menghitung A (Luas Area) pipa
Pipa no 1,2,3,7,11
2
π ×D
A=
4
2
π ×0,065
A=
4
2
A=0,00331 ft
Pipa no 4,5,6
2
π ×D
A=
4
2
π ×0,088
A=
4
2
A=0,00608 ft
Pipa no 8,9,10,12,13,14
2
π ×D
A=
4
2
π ×0 , 05
A=
4
2
A=0,00196 ft
2. Penentuan U pada pipa lurus
 Orifice 1 bukaan 1 dari 5 ½ putaran valve
 Pipa no 1,2,3,7,11
Q
U=
A
3
ft
0,011636
s
U= 2
0,00331 ft
U =3,515 ft / s
 Pipa no 4,5,6
Q
U=
A
3
ft
0,011636
s
U= 2
0,00608 ft
U =1,9138 ft / s
 Pipa no 8,9,10,12,13,14
Q
U=
A
3
ft
0,011636
s
U= 2
0,00196 ft
U =5,936 ft / s
 Orifice 1 bukaan ½ dari 5 ½ putaran valve
 Pipa no 1,2,3,7,11
Q
U=
A
3
ft
0,004125
s
U= 2
0,00331 ft
U =1,246 ft / s
 Pipa no 4,5,6
Q
U=
A
3
ft
0,004125
s
U= 2
0,00608 ft
U =0,678 ft / s
 Pipa no 8,9,10,12,13,14
Q
U=
A
3
ft
0,004125
s
U= 2
0,00196 ft
U =2,104 ft /s
 Orifice 2 bukaan 1 dari 5 ½ putaran valve
 Pipa no 1,2,3,7,11
Q
U=
A
3
ft
0,012537
s
U= 2
0,00331 ft
U =3,787 ft / s
 Pipa no 4,5,6
Q
U=
A
3
ft
0,012537
s
U= 2
0,00608 ft
U =2,062 ft /s
 Pipa no 8,9,10,12,13,14
Q
U=
A
3
ft
0,012537
s
U= 2
0,00196 ft
U =6,396 ft /s
 Orifice 2 bukaan ½ dari 5 ½ putaran valve
 Pipa no 1,2,3,7,11
Q
U=
A
3
ft
0,004467
s
U= 2
0,00331 ft
U =1,3495 ft / s
 Pipa no 4,5,6
Q
U=
A
3
ft
0,00467
s
U= 2
0,00608 ft
U =0,7347 ft /s
 Pipa no 8,9,10,12,13,14
Q
U=
A
3
ft
0,004467
s
U= 2
0,00196 ft
U =2,279 ft / s
3. Penentuan Bilangan Reynold (Re)
 Orifice 1 bukaan 1 dari 5 ½ putaran valve
 Pipa no 1,2,3,7,11
ρ× ID ×U
ℜ=
μ
3 ft
62, 4 lb/ft × 0,065 ft ×3,515
s
ℜ=
0,001042 lb/ft s

ℜ=13.682,1881

f = 0,0075
 Pipa no 4,5,6
ρ× ID ×U
ℜ=
μ
3 ft
62, 4 lb/ft × 0,088 ft ×1,9138
s
ℜ=
0,001042 lb/ft s
ℜ=10.085 , 47
f = 0,008
 Pipa no 8,9,10,12,13,14
ρ× ID ×U
ℜ=
μ
3 ft
62, 4 lb/ft × 0 , 05 ft ×5,936
s
ℜ=
0,001042 lb/ft s
ℜ=17.773 , 82
f =0,0075

 Orifice 1 bukaan ½ dari 5 ½ putaran valve


 Pipa no 1,2,3,7,11
ρ× ID ×U
ℜ=
μ
3 ft
62, 4 lb/ft × 0,065 ft ×1,246
s
ℜ=
0,001042 lb/ft s
ℜ=485 , 1
f = 0,04
 Pipa no 4,5,6
ρ× ID ×U
ℜ=
μ
3 ft
62, 4 lb/ft × 0,088 ft × 0,678
s
ℜ=
0,001042 lb/ft s
ℜ=3.572,968
f = 0,0125
 Pipa no 8,9,10,12,13,14
ρ× ID ×U
ℜ=
μ
3 ft
62, 4 lb/ft × 0 , 05 ft ×2,104
s
ℜ=
0,001042 lb/ft s
ℜ=6.299 , 88
f = 0,01
 Orifice 2 bukaan 1 dari 5 ½ putaran valve
 Pipa no 1,2,3,7,11
ρ× ID ×U
ℜ=
μ
3 ft
62, 4 lb/ft × 0,065 ft ×3,787
s
ℜ=
0,001042 lb/ft s
ℜ=14.7 4 0 , 95
f = 0,0085

 Pipa no 4,5,6
ρ× ID ×U
ℜ=
μ
3 ft
62, 4 lb/ft × 0,088 ft × 2,062
s
ℜ=
0,001042 lb/ft s
ℜ=10.866 , 46
f = 0,008
 Pipa no 8,9,10,12,13,14
ρ× ID ×U
ℜ=
μ
3 ft
62, 4 lb/ft × 0 , 05 ft ×6,396
s
ℜ=
0,001042 lb/ft s
ℜ=19.151 ,17
f = 0,0085
 Orifice 2 bukaan ½ dari 5 ½ putaran valve
 Pipa no 1,2,3,7,11
ρ× ID ×U
ℜ=
μ
3 ft
62, 4 lb/ft × 0,065 ft ×1,3495
s
ℜ=
0,001042 lb/ft s
ℜ=5.252,948
f = 0,01
 Pipa no 4,5,6
ρ× ID ×U
ℜ=
μ
3 ft
62, 4 lb/ft × 0,088 ft × 0,7347
s
ℜ=
0,001042 lb/ft s
ℜ=3.871 ,77
f = 0,0125

 Pipa no 8,9,10,12,13,14
ρ× ID ×U
ℜ=
μ
3 ft
62, 4 lb/ft × 0 , 05 ft ×2,279
s
ℜ=
0,001042 lb/ft s
ℜ=6.823,877
f = 0,01
4. Penentuan Friksi Pada Pipa Lurus
 Orifice 1 bukaan 1 dari 5 ½ putaran valve
 Pipa no 1,2,3,7,11
2
2×f ×U × L
∆ Hf =
gc × ID
2
2 ×0,075 ×3 , 515 ×2 , 64 ft
∆ Hf = 2
32 ,2 lbm . ft /lbf . s ×0,065 ft
∆ Hf =¿ 2,337 lbf⁄(lbm.ft)
 Pipa no 4,5,6
2
2×f ×U × L
∆ Hf =
gc × ID
2
2 ×0 , 08 ×1 , 9138 ×2 , 64 ft
∆ Hf = 2
32 ,2 lbm . ft /lbf . s ×0,088 ft
∆ Hf =¿ 0,5459 lbf⁄(lbm.ft)
 Pipa no 8,9,10,12,13,14
2
2×f ×U × L
∆ Hf =
gc × ID
2
2× 0,075 ×5,936 ×2 , 64 ft
∆ Hf = 2
32 ,2 lbm . ft /lbf . s ×0 , 05 ft
∆ Hf =¿ 8,6667 lbf⁄(lbm.ft)
 Orifice 1 bukaan ½ dari 5 ½ putaran valve
 Pipa no 1,2,3,7,11
2
2×f ×U × L
∆ Hf =
gc × ID
2
2× 0 , 04 ×1,246 ×2 , 64 ft
∆ Hf = 2
32 ,2 lbm . ft /lbf . s ×0,065 ft
∆ Hf =¿ 0,156 lbf⁄(lbm.ft)
 Pipa no 4,5,6
2
2×f ×U × L
∆ Hf =
gc × ID
2
2× 0,0125 ×0,678 ×2 , 64 ft
∆ Hf = 2
32 ,2 lbm . ft /lbf . s ×0,088 ft
∆ Hf =¿ 0,0107 lbf⁄(lbm.ft)
 Pipa no 8,9,10,12,13,14
2
2×f ×U × L
∆ Hf =
gc × ID
2
2× 0 , 01× 2,104 ×2 , 64 ft
∆ Hf = 2
32 ,2 lbm . ft /lbf . s ×0 , 05 ft
∆ Hf =¿ 0,145 lbf⁄(lbm.ft)
 Orifice 2 bukaan 1 dari 5 ½ putaran valve
 Pipa no 1,2,3,7,11
2
2×f ×U × L
∆ Hf =
gc × ID
2
2 ×0,0085 ×3 , 787 ×2 , 64 ft
∆ Hf = 2
32 ,2 lbm . ft /lbf . s ×0,065 ft
∆ Hf =¿ 0,289 lbf⁄(lbm.ft)
 Pipa no 4,5,6
2
2×f ×U × L
∆ Hf =
gc × ID
2
2 ×0,008 ×2,062 ×2 , 64 ft
∆ Hf = 2
32 ,2 lbm . ft /lbf . s ×0,088 ft
∆ Hf =¿ 0,0633 lbf⁄(lbm.ft)
 Pipa no 8,9,10,12,13,14
2
2×f ×U × L
∆ Hf =
gc × ID
2
2 ×0,0085 ×6,396 × 2, 64 ft
∆ Hf = 2
32 , 2lbm . ft /lbf . s ×0 , 05 ft
∆ Hf =¿ 1,1403 lbf⁄(lbm.ft)
 Orifice 2 bukaan ½ dari 5 ½ putaran valve
 Pipa no 1,2,3,7,11
2
2×f ×U × L
∆ Hf =
gc × ID
2
2 ×0 , 01 ×1,3495 ×2 , 64 ft
∆ Hf = 2
32 ,2 lbm . ft /lbf . s ×0,065 ft
∆ Hf =¿ 0,0459 lbf⁄(lbm.ft)
 Pipa no 4,5,6
2
2×f ×U × L
∆ Hf =
gc × ID
2
2 ×0,0125 ×0,7347 × 2 ,64 ft
∆ Hf = 2
32 , 2lbm . ft /lbf . s ×0,088 ft
∆ Hf =¿ 0,0125 lbf⁄(lbm.ft)
 Pipa no 8,9,10,12,13,14
2
2×f ×U × L
∆ Hf =
gc × ID
2
2 ×0 , 01 ×2,279 ×2 , 64 ft
∆ Hf = 2
32 ,2 lbm . ft /lbf . s ×0 , 05 ft
∆ Hf =¿ 0,170 lbf⁄(lbm.ft)
5. Penentuan Friksi Pada Elbow
 Orifice 1 bukaan 1 dari 5 ½ putaran valve
 Orifice 2 bukaan 1 ½ dari 5 ½ putaran valve
 Orifice 1 bukaan 1 dari 5 ½ putaran valve
 Orifice 1 bukaan 1 ½ dari 5 ½ putaran valve
6. Penentuan Friksi Pada Orifice
 Orifice 2 bukaan 1 dari 5 ½ putaran valve
 Orifice 2 bukaan 1 ½ dari 5 ½ putaran valve
 Orifice 1 bukaan 1 dari 5 ½ putaran valve
 Orifice 1 bukaan 1 ½ dari 5 ½ putaran valve

Anda mungkin juga menyukai