MODUL H-07
KEHILANGAN TEKANAN (ENERGI) PADA ALIRAN DALAM PIPA MELALUI
LENGKUNGAN, PERUBAHAN PENAMPANG, DAN KATUP
KELOMPOK 07
Abdul Azhim
1406533365
1406533384
Dina Nurdiani
1406533371
Tanggal praktikum
Tanggal disetujui
Nilai Laporan
Paraf Asisten
1406533390
2015
KELOMPOK 07
Abdul Azhim
1406533365
1406533384
Dina Nurdiani
1406533371
1406533390
2015
7.1
Tujuan Praktikum
Menentukan koefisien kekehilanganan energi dari lengkungan, perubahan
penampang, dan katup pada pipa.
7.2
Teori Dasar
Untuk menyatakan kekehilanganan tekanan (energi) h, sehubungan dengan
head kecepatan yang hilang pada bentuk lengkungan, perubahan penampang dan katup
dalam jaringan pipa pada percobaan ini, dinyatakan:
h
k 2
v
2g
Dimana :
k = Koefisien kekehilanganan energi
v = kecepatan aliran
g = percepatan gravitasi
hf
f
=
=
panjang pipa
v
D
=
=
tidak lagi konstan sepanjang pipa tersebut. Karena gaya gesek fluida
dengan dinding pipa, persamaan total energy head menjadi
disebut hydraulic loss atau kehilangan energy. Pada pipa horizontal dimana
, diameter pipa konstan, dan
, dimana
dan V2
5. Entrance loss
Merupakan kehilangan energy saat fluida meninggalkan tanki dan memasuki pipa
outlet.
Sambungan ( fitting )
Contraction yaitu pipa yang mengalami pengurangan cross sectional area secara
mendadak dari saluran dengan membentuk pinggiran yang tajam. Tekanan yang
melewatinya akan bertambah besar.
Long bend yaitu belokan panjang pada pipa dengan sudut yang melingkar dan cross
sectional area yang besar sehingga tekanannya kecil.
Short bend yaitu belokan pipa seperti long bend tetapi lebih pendek dan cross
sectional area yang lebih kecil sehingga tekanannya lebih besar.
Elbow bend yaitu merupakan belokan pada pipa yang membentuk sudut siku-siku
(90o) dengan cross sectional area yang sangat kecil sehingga akan menimbulkan
tekanan yang sangat besar.
7.3 Alat-alat
1. Meja Hidrolika
2. Perangkat peraga kekehilanganan energi pada aliran melalui pipa yang dilengkapi pipa
6
5
7
8
4
9
3
1
0
11
2
12
1
13
Keterangan Gambar:
1. Pipa Aliran Masuk
2. Delapan Manometer
9. Dial Reading
3. Pompa Tangan
4.
5.
menunggu hingga gelembung udara sudah tidak terlihat lagi pada manometer.
Mengatur katup suplai aliran dan mengatur aliran pada alat percobaan, hingga didapatkan
pembacaan manometer yang jelas. Menambahkan tekanan pada manometer dengan
6.
7.
keluar dari alat percobaan dalam waktu tertentu, menggunakan gelas ukur dan stopwatch.
Sekarang memenuhi lagi hingga tumpah air tabung manometer, untuk mengatur debit
8.
aliran memakai katup penghubung, dan membuka penuh katup pengatur aliran.
Mengatur katup penyambung, sehingga pembacaan pada dial pengukur debit menunjuk
pada angka-angka yang jelas (meminta petunjuk asisten), untuk kemudian, memcatat
pembacaan tersebut.
9. Mengulangi langkah 1-8 untuk setiap variasi debit.
7.5
Pengolahan Data
V
(liter
)
T
(sec
)
Q (L/s)
0.26
0.052
mitre
h1
h2
31
30.7
enlargeme
nt
h2
h3
Contractio
n
h3
h4
30.7
30.1
30.1
29.5
7.5
0.47
5.09
10
0.685
5.12
12.5
0.88
5.08
15
0.68
2.96
Flowra
te
(LPM)
V
(liter
)
T
(se
c)
Q (L/s)
0.26
0.052
7.5
0.47V (liter)
5.0
Flowra
9
te
10(LPM)0.68
5.1
5
2
12.5 5 0.88 0.26
5.0
8
15 7.5 0.68 0.47
2.9
6
10
0.685
0.09233
8
0.13378
9
0.17322
8
0.22973
44.5
44
44
43.8
43.8
29
34.8
33.5
33.5
33.8
33.8
33
36.5
33.5
33.5
34
34
32
42.5
39
39
40
40
37.5
0.092337
T (sec)
92
0.133789
06
0.173228
5
35
0.229729
5.09
73
5.12
12.5
0.88
5.08
15
0.68
2.96
long bend
h4
h5
29.5
15.7
29
28.7
Q (L/s)
33
29.8
320.052
29.3
37.5
35.5
0.092337
92
0.133789
06
0.173228
35
0.229729
73
short
bend
h5
h6
15.7
16.5
Volume
(liter)
0.125
T
(sec)
3
12
0.123
2.91
14
0.151
3.09
16
0.181
3.25
18
0.18
2.95
20
0.202
3.18
h7
16.5
16.
3
22.
5
25.
5
25.
3
31
29.3
16.3 28 15.28
8
35.5
22.5 34 22.34
2
25.5
24.
5
25.3
23.
8
31
28.
5
Q
0.0416
67
0.0422
68
0.0488
67
0.0556
92
0.0610
17
0.0635
22
h6
28.7elbow
23.7 23.7
h7
h8
29.8 29.2 29.2
450
Pada persamaan di atas, nilai kekehilanganan tekanan (h) sebanding dengan y, nilai
koefisien kekehilanganan energi yang diperoleh dalam percobaan dapat dihitung dengan
rumus:
dimana konstanta b didapatkan dengan menggunakan analisis regresi linear berikut ini:
Flowrate
(LPM)
V (m3)
T (sec)
Q (m3/s)
A
(m2)
v = Q/A
(m/s)
x = v2
(m2/s2)
0.00026
0.000052
7.5
0.00047
5.09
10
0.000685
5.12
12.5
0.00088
5.08
15
0.00068
2.96
0.000092
337
0.000133
789
0.000173
228
0.000229
73
0.000
31
0.000
31
0.000
31
0.000
31
0.000
31
0.165499
682
0.293882
615
0.425808
601
0.551331
465
0.731157
638
0.0273901
45
0.0863669
91
0.1813129
65
0.3039663
85
0.5345914
91
Tabel 3. Pengolahan Data Hubungan Head Loss dan Kuadratik Kecepatan Aliran
a)
Tabel 4.
y = h
0.0030
x = v2
0.02739
0.0050
0.08637
0.0130
0.18131
0.0300
0.30397
0.0350
0.53459
y2
0.00000
9
0.00002
5
0.00016
9
0.00090
0
0.00122
5
x2
0.00075
0.00746
0.03287
0.09240
0.28579
0.41927
xy
0.0000821
704
0.0004318
264
0.0023570
685
0.0091189
915
0.0187107
022
0.03070
0.0732
Kemudian data kekehilanganan tekanan (h) dan kuadrat kecepatan aliran (v2)
dituangkan ke dalam grafik yang menunjukkan hubungan antara head lossdengan kuadratik
kecepatan aliran.
merupakan selisih dari pembacaan manometer dua (h2) dan manometer tiga (h3).
y = h
0.0060
x = v2
0.00292
y2
0.000036
0.0020
0.00922
0.000004
0.0030
0.01936
0.000009
0.0050
0.03245
0.000025
0.0100
0.05707
0.000100
x2
0.000008
55
0.000085
02
0.000374
72
0.001053
17
0.003257
55
0.004779
01
xy
0.0000175
456
0.0000184
413
0.0000580
729
0.0001622
628
0.0005707
494
0.0008270
72
Kemudian data kekehilanganan tekanan (h) dan kuadrat kecepatan aliran (v2)
dituangkan ke dalam grafik yang menunjukkan hubungan antara head loss dengan kuadratik
kecepatan aliran.
c)
merupakan selisih dari pembacaan manomter tiga (h3) dan manometer empat (h4).
y = h
0.0060
x = v2
0.02739
0.1480
0.08637
0.0080
0.18131
0.0200
0.30397
0.0250
0.53459
y2
0.00003
6
0.02190
4
0.00006
4
0.00040
0
0.00062
5
x2
0.00075
0.00746
0.03287
0.09240
0.28579
0.41927
xy
0.0001643
41
0.0127820
61
0.0014505
04
0.0060793
28
0.0133647
87
0.03384
Dengan
nilai
koefisien
kekehilanganan
energi
untuk
pengecilan
Kemudian data kekehilanganan tekanan (h) dan kuadrat kecepatan aliran (v2)
dituangkan ke dalam grafik yang menunjukkan hubungan antara head loss dengan kuadratik
kecepatan aliran
x = v2
0.02739
0.08637
0.18131
0.30397
0.53459
y2
0.0190
44
0.0000
09
0.0010
24
0.0007
29
0.0004
x2
0.000
75
0.007
46
0.032
87
0.092
40
0.285
79
0.419
27
Xy
0.0037798
4
0.0002590
96
0.0058020
15
0.0082070
92
0.0106918
3
0.02874
Tabel 10. Pengolahan Data Untuk Mencari Koefisien Kekehilanganan Energi Pada Long
Bend
Kemudian data kekehilanganan tekanan (h) dan kuadrat kecepatan aliran (v2)
dituangkan ke dalam grafik yang menunjukkan hubungan antara head loss dengan kuadratik
kecepatan aliran.
selisih dari pembacaan manometer lima (h5) dan manometer enam (h6).
y = h
0.0080
x = v2
0.02739
y2
0.000064
x2
0.00075
0.0500
0.08637
0.0025
0.00746
0.0060
0.18131
3.6E-05
0.03287
0.0130
0.30397
0.000169
0.09240
0.0150
0.53459
0.000225
0.28579
0.41927
xy
0.0002191
21
0.0043182
64
0.0010878
78
0.0039515
63
0.0080188
72
0.01760
Tabel 12. Pengolahan Data Untuk Mencari Koefisien Kekehilanganan Energi Pada Short
Bend
Dengan nilai koefisien kekehilanganan energi untuk lengkung pendek berdasarkan literatur
adalah 0.56, maka kesalahan relatif yang diperoleh:
Kemudian data kekehilanganan tekanan (h) dan kuadrat kecepatan aliran (v2)
dituangkan ke dalam grafik yang menunjukkan hubungan antara head loss dengan kuadratik
kecepatan aliran.
f)
Lengkung 45
Untuk lengkung 45,kekehilanganan tekanan (h) merupakan selisih dari pembacaan
manometer enam (h6) dan manometer tujuh (h7).
y = h
0.002
0
0.012
0
0.037
0
0.027
0
0.030
0
x = v2
0.02739
y2
4E-06
0.08637
0.0001
44
0.0013
69
0.0007
29
0.0009
0.18131
0.30397
0.53459
x2
0.000
75
0.007
46
0.032
87
0.092
40
0.285
79
0.419
27
xy
0.0000547
803
0.0010363
833
0.0067085
797
0.0082070
924
0.0160377
447
0.03204
Sehingga nilai koefisien kekehilanganan energi untuk lengkung 45oyang diperoleh pada
percobaan adalah:
Dengan nilai koefisien kekehilanganan energi untuk lengkung 45o berdasarkan literatur
adalah 1.22, maka kesalahan relatif yang diperoleh:
Kemudian data kekehilanganan tekanan (h) dan kuadrat kecepatan aliran (v2)
dituangkan ke dalam grafik yang menunjukkan hubungan antara head loss dengan kuadratik
kecepatan aliran.
x = v2
0.02739
0.0030
0.08637
0.0100
0.18131
0.0150
0.30397
0.0250
0.53459
y2
0.00002
5
0.00000
9
0.00010
0
0.00022
5
0.00062
5
x2
0.00075
0.00746
0.03287
0.09240
0.28579
0.41927
xy
0.0001369
51
0.0002590
96
0.0018131
3
0.0045594
96
0.0133647
87
0.02013
Tabel 16. Pengolahan Data Untuk Mencari Koefisien Kekehilanganan Energi Pada Elbow
Sehingga nilai koefisien kekehilanganan energi untuk lengkung siku yang diperoleh
pada percobaan adalah:
Kemudian data kekehilanganan tekanan (h) dan kuadrat kecepatan aliran (v2)
dituangkan ke dalam grafik yang menunjukkan hubungan antara head loss dengan kuadratik
kecepatan aliran.
N
o.
y=P
(kg/m2
)
0.001
0.0012
0.0014
0.0016
0.0018
0.00018
0.002
0.00020
2
0.009
Volume
(m3)
0.00012
5
0.00012
3
0.00015
1
0.00018
1
T
(se
c)
3
2.9
1
3.0
9
3.2
5
2.9
5
3.1
8
x = v2
Xy
x2
4.17E05
4.23E05
4.89E05
5.57E05
0.0000
61
6.35E05
0.0003
14
0.0003
14
0.0003
14
0.0003
14
0.0003
14
0.0003
14
0.1326
12
0.1345
26
0.1555
29
0.1772
51
0.1941
98
0.2021
71
0.0175859
2
0.0180972
2
0.0241893
7
0.0314179
7
0.0377127
9
0.0408729
6
0.1698762
3
0.0288579
3
1.75859E05
2.17167E05
3.38651E05
5.02688E05
6.7883E05
8.17459E05
0.000273
065
0.0003
09
0.0003
28
0.0005
85
0.0009
87
0.0014
22
0.0016
71
0.0053
02
( x)2
Kemudian data tekanan (P) dan kecepatan (v) dituangkan ke dalam grafik yang
menunjukkan hubungan antara tekanan dengan kecepatan.
7.
Analisa
A.
Analisa Percobaan
Praktikum Kehilangan Energi pada Aliran Pipa bertujuan untuk menentukan
koefisien kehilangan energi dari lengkungan, perubahan penampang, dan katup pada
pipa. Dengan mengetahui koefisen kehilangan energi, kita dapat menghitung besarnya
energi yang hilang pada aliran yang melewati pipa.
Ada beberapa alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain: meja hidrolika,
perangkat peraga kehilangan energi, gelas ukur, dan stopwatch. Meja hidrolika
digunakan sebagai alat bantu demonstrasi aspek-aspek khusus dalam teori perhitungan
koefisien kehilangan energi. Gelas ukur digunakan untuk mengukur banyaknya volume
air keluar dari pipa outlet dalam waktu tertentu, sedangkan stopwatch digunakan untuk
pengukuran waktu. Perangkat peraga terdiri dari beberapa alat yaitu delapan
manometer, lengkung berjenjang, pembesaran penampang, pengecilan penampang,
lengkung pendek, lengkung 450, lengkung siku, dial reading, dan katup pengatur aliran.
Praktikum dilakukan dengan variasi debit dan tekanan. Variasi debit yang digunakan
adalah 5, 7.5, 10, 12.5, dan 15 LPM. Sementara itu, variasi tekanan yangdigunakan
adalah 10, 12, 14, 16, 18, dan 20 kg/cm 2. Variasi ini dilakukan untuk Pertama-tama,
praktikan membuka katup pengatur suplai dan pengatur aliran pada alat percobaan agar
air mengalir masuk ke alat percobaan. Selanjutnya, praktikan membuka katup udara
pada manometer dan mengisi penuh manometer agar tidak ada gelembung udara di
dalamnya. Gelembung udara yang terperangkap akan mengganggu dan mengurangi
keakuratan pembacaan manometer.
Air yang mengalir dari suplai aliran, masuk melewati pipa inlet kemudian melewati
lengkung berjenjang, pembesaran dan penampang pipa, lengkung panjang dan pendek,
lengkung 450, lengkung siku, dan akhirnya keluar melewati pipa outlet. Air juga
melewati pipa horizontal yang terhubung pada delapan manometer. Pembacaan tinggi
air pada manometer menunjukkan hydraulic loss
).
Analisa Hasil
Dalam percobaan ini, didapatkan koefisien kehilangan energi sebagai berikut:
Fittings
Dari
percobaan,
bahwa koefisien
pembesaran pipa
pengecilan pipa.
Mitre
Enlargement
Contraction
K
1.4366
3.39
1.58
Long Bend
Short Bend
1.34
0.82
Lengkung 45
Siku
1.49
0.94
Variasi Tekanan
74.1
didapati
kesimpulan
koefisien
kehilangan energi pada long bend lebih besar dari pada short bend. Koefisien
kehilangan energi lengkung 450 lebih besar dari pada lengkung siku.
Menurut tabel Nominal Loss Coefficient K, seharusnya koefisien kehilangan energi
pada lengkung siku lebih besar dari pada lengkung 450. Sementara itu, perbandingan
koefisien kehilangan energi pada sambungan yang disebutkan tadi sudah sesuai dengan
Nominal Loss Coefficient K.
Secara relatif, kehilangan energi yang besar pada aliran disebabkan oleh pembesaran
atau pengecilan langsung pada pipa (sudden enlargement dan sudden contraction).
Pada pembesaran dan pengecilan pipa, terbentuk suatu aliran sekunder yang disebabkan
oleh terpisahnya aliran primer dengan dinding pipa.
Sambungan pipa yang memilki koefisien kehilangan energi yang besar adalah lengkung
siku. Pada lengkung siku, juga terbentuk aliran sekunder karena fluida yang mengalir
dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Untuk mengatur aliran
primer dan sekunder tersebut, dibutuhkan energi. Energi yang digunakan inilah yang
disebut loss energy.
C.
Analisa Kesalahan
Adapun kesalahan yang mungkin terjadi selama praktikum adalah kesalahan praktikan.
7.7
Kesimpulan
a)
K
1.4366
3.39
1.58
1.34
Short Bend
Lengkung 45
0.82
1.49
Siku
Variasi Tekanan
0.94
74.1
b)
c)
d)
e)
Terbentuk aliran sekunder saat adanya kontraksi pipa dan pada lengkungan
pipa yang menyebabkan terbuangnya energi aliran fluida.
http://fluid.itcmp.pwr.wroc.pl/~znmp/dydaktyka/fundam_FM/Lecture11_12.pdf
diakses pada 15 Desember 2015 puku 11.21 WIB
7.9
Lampiran
Kondisi pompa
saat aliran 5 LPM
Kondisi pompa
saat aliran 10 LPM
Kondisi
manometer saat
aliran 5 LPM
Kondisi
manometer saat
aliran 10 LPM