ABSORPSI
Disusun oleh:
Kelompok C-6
(Renaldi Putra) :
Teknologi penyerapan gas banyak dikembangkan dalam industri dengan
berbagai metode diantaranya adalah adsorpsi, destilasi kriogenik, pemisahan
dengan membran, absorpsi baik secara fisik, maupun secara kimia. Diantara
teknologi ini, penyerapan secara kimia atau absorpsi reaktif yang paling banyak
digunakan karena ketersediaan tingkat removal yang lebih tinggi dibandingkan
dengan metode lainnya. Absorpsi reaktif dilakukan melalui penyerapan CO 2 dari
gas oleh ikatan kovalen dalam molekul cairan penyerap. Ikatan kovalen yang kuat
antara molekul pelarut kimia dan molekul CO 2 membuat proses penyerapan kimia
yang lebih efisien dalam menyerap CO2 dan metana dalam pelarut itu. Penyerapan
kimia menyebabkan perbedaan kelarutan yang besar sehingga metan tidak ikut
terserap kedalam absorben (Marali dkk., 2018).
Absorpsi adalah suatu proses pemisahan yang dilakukan dengan cara
mempertemukan suatu campuran gas dengan suatu cairan sebagai penyerap,
dengan tujuan untuk menghilangkan salah satu komponen dalam gas tersebut.
Penghilangan komponen gas dengan proses absorpsi bertujuan untuk
meningkatkan kualitas material. Salah satu aplikasi industri absorpsi adalah
penghilangan CO2 dari biogas. Penghilangan CO2 dalam biogas dilakukan dengan
cara mengkontakkan campuran gas dengan larutan Na2CO3 dimana proses
penyerapan berlangsung. Prinsip dasar absorpsi melibatkan difusi zat terlarut dari
fase gas melalui cairan yang terjadi dalam kolom absorpsi (Purba dan Cecellia,
2021).
Prinsip dasar proses absorpsi adalah proses kontak antara dua fasa yang
terjadi di dalam absorber. Umpan fase uap mengalir ke bagian bawah kolom.
sementara umpan fase cair mengalir ke bagian atas kolom. Kedua aliran ini
bertemu secara berlawanan atau berlawanan di sepanjang kolom absorpsi. Selain
itu, kolom absorpsi juga diisi dengan random packing yang membantu
meningkatkan area kontak antara fase gas dan cair (Ningrum dkk., 2019).
Tabel 4.2 Penurunan Tekanan Air dan Udara dengan Variasi Laju Alir Air dan
Udara Pada Kolom Basah.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Penurunan Tekanan
5.2.1.1 Pengaruh Laju Alir Udara Terhadap Nilai Pressure Drop Pada Kolom
Kering
Pressure drop adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
penurunan tekanan dari satu titik di dalam pipa atau tabung ke hilir titik yang
disebabkan oleh faktor gesekan pada pipa, diameter pipa, dan bilangan Reynold
(Mulyana dan Riyandi, 2019). Pada percobaan absoprsi dengan jenis kolom
kering digunakan variasi laju alir udara secara berturut–turut yaitu 45; 55; dan 65
L/menit. Adapun pengaruh laju alir udara terhadap pressure drop pada kolom
kering dapat dilihat pada Gambar 5.1 berikut.
40
Pressure Drop (mmH2O) 35
30
25
20
15 Teoritis
10 Percobaan
5
0
30 35 40 45 50 55 60 65
Laju Alir Udara (L/menit)
Gambar 5.1 Hubungan antara Laju Alir Udara terhadap pressure drop pada Kolom
Kering
Dari Gambar 5.1 dapat dilihat bahwa semakin besar laju alir udara yang
diberikan maka nilai pressure drop yang dihasilkan akan semakin besar. Pada laju
alir udara 45, 55, dan 65 L/menit diperoleh nilai pressure drop berturut-turut
sebesar 1,2; 1,6; dan 1,8 mmH2O. Nilai pressure drop yang besar dipengaruhi
oleh besarnya laju alir. Hal ini disebabkan karena laju aliran dapat meningkatkan
turbulensi sehingga gesekan antar molekul akan semakin besar. Semakin besar
pressure drop, semakin besar perbedaan antara tekanan masuk dan tekanan keluar
(Gultom, 2023).
Maka hubungan laju alir dengan pressure drop berbanding lurus. Hal ini
dibuktikan dengan penurunan rumusnya sebagai berikut:
Dp. v . ρ ( 4 rH ) . v . ρ
'
4ε v ρ
NRe= = = . Dp. .
μ μ (
6 1−ε ) ε μ
'
4 Dp . v . ρ
NRe= .
6(1−ε ) μ
' '
Dp. v . ρ Dp. G
NRe= = … … … … … … … … … … … … … … (4.1)
( 1−ε ) μ ( 1−ε ) μ
( )
'
V
32 μ ∆L 2
32 μv ∆ L ε 72 μ v ' ∆ L ( 1−ε )
∆ p= 2
= =
Dp ( 4 rH )2 3
ε D p
2
2
150 μ v ' ∆ L (1−ε )
∆ p= .
D2 p ε2
' 2 ' 2
3 fρ ( v ) ∆ L 1−ε 1.75 ρ ( v ) ∆ L 1−ε
∆ P= . 3 = . 3
Dp ε Dp ε
' 2
150 μ v ' ∆ L (1−ε ) 1.75 ρ ( v ) ∆ L 1−ε
2
∆ P= . + . 3
2
D p ε
3
Dp ε
3
∆ p . ρ Dp ε 150
. . = +1.75 … … … … … … … … … … … … … … .(5.2)
' 2
( G ) ∆ L 1−ε NRe
Keterangan:
5.2.1.2 Pengaruh Laju Alir Udara dan Laju Alir Air Terhadap Pressure
Drop pada Kolom Basah
Pada pratikum ini digunakan variasi laju alir udara masuk sebesar 45; 55;
dan 65 L/menit. Sedangkan laju alir air masuk yang digunakan adalah 2 L/menit,
3 L/menit, dan 4 L/menit. Adapun hubungan antara laju alir air dan udara
terhadap pressure drop pada kolom basah dapat dilihat pada Gambar 5.2 berikut.
5
Pressure Drop (mmH2O)
4
3
2 L/menit
2
3 L/menit
1 4 L/menit
0
30 35 40 45 50 55 60 65
Laju Alir Udara (L/menit)
Gambar 5.2 Hubungan Antara Laju Alir Udara Dan Laju Alir Air Terhadap
Pressure Drop Pada Kolom Basah
Berdasarkan Gambar 5.2 dapat dilihat bahwa semakin besar laju alir maka
pressure drop juga akan semakin besar. Pada waktu 15 menit dengan laju alir air
2 L/menit dan laju alir udara 45; 55; dan 65 L/menit diperoleh nilai pressure drop
secara berturut turut adalah 0,56; 0,83; dan 1,16 mmH 2O. Pada laju alir air 3
L/menit dan laju alir udara 45; 55; dan 65 L/menit diperoleh nilai pressure drop
secara berturut turut adalah 1,08; 1,61; dan 2,25 mmH2O. Sedangkan pada laju alir
air 4 L/menit dan laju alir udara 45; 55; dan 65 L/menit diperoleh nilai pressure
drop secara berturut turut adalah 2,09; 3,12; dan 4,36 mmH2O. Berdasarkan data
yang diperoleh dapat dilihat bahwa semakin tinggi laju alir udara dan laju alir air
maka akan meningkatkan perolehan nilai pressure drop. Hal ini dikarenakan
semakin tinggi laju alir, maka bilangan Reynold yang dihasilkan juga akan
semakin besar sehingga menyebabkan pressure drop semakin tinggi (Marali dkk,
2018).
Berdasarkan Gambar 5.2 dapat dilihat hubungan laju alir terhadap
pressure drop berbanding lurus dimana semakin tinggi laju alir maka pressure
drop akan semakin besar hal ini dibuktikan dengan persamaan dibawah:
2 μL
∆p ρL G
( )
=γ 10 .
h ρG
( )
2
Q
π 2
μL .Di
∆p ρL
4
=γ (10 ) .
h ρG
( )
μL 2
∆ p . ρ. G ρL V .ρ
=γ (10 ) .
h π 2
.Di
4
( ) ( )
μL
ρL v.ρ 2 h
∆ p=γ ( 10 ) . . … … … … … … … … … … … … … …(4.3)
π 2 ρG
.Di
4
Keterangan:
∆ P =Pressure drop (mmH2O)
ρ G =Densitas gas (lb/ft3)
ρ L=Densitas cairan (lb/ft3)
h=Tinggi kolom (m)
μ=Viskositas (7.2 x 10-3 kg/mg)
v=Laju alir Udara (L/menit)
ρ =Densitas (kg/m3)
Di=Diameter dalam packing (cm)
Q=Laju alir Air (lb/jam)
γ =Konstanta raschig ring ½ inch (1.39 x 10-8)
G=Faktor bilangan Reynold (Kg/m2.s)
5.2.1.3 Perbandingan Pressure Drop Pada Kolom Kering dan Kolom Basah
Pada praktikum ini diamati bagaimana perbandingan antara pressure drop
yang diperoleh pada kolom kering dan kolom basah. Pada kolom kering dan basah
digunakan laju alir udara 45; 55; dan 65 L/menit, serta laju alir air 2; 3; dan 4
L/menit. Adapun perbandingan antara pressure drop pada kolom kering dan
kolom basah dapat dilihat pada Gambar 5.3
15
Pressure Drop (mmH2O)
12
6 Kolom Kering
Kolom Basah
3
0
30 35 40 45 50 55 60 65
Laju Alir Udara (L/menit)
Gambar 5.3 Perbandingan antara pressure drop pada kolom kering dan kolom
basah
Berdasarkan Gambar 5.3 dapat dilihat bahwa pressure drop yang
diperoleh pada kolom basah lebih besar dari pada pressure drop yang diperoleh
pada kolom kering. Pada laju alir air 2L/menit, kolom kering dengan laju alir
udara 45; 55; dan 65 L/menit didapatkan nilai pressure drop percobaan yang
diperoleh secara berturut – turut yaitu 1,2; 1,6; dan 1,8 mmH 2O. Sedangkan pada
kolom basah dengan laju alir udara 45; 55; 65 L/menit diperoleh pressure drop
secara berturut turut adalah 9,90; 10,10; dan 12,90 mmH 2O. Semakin banyak
kontak yang terjadi maka semakin besar pula nilai pressure drop yang diperoleh.
Nilai pressure drop pada kolom basah lebih besar dibandingkan pada kolom
kering. Hal ini disebabkan karena pada kolom basah terjadi kontak antara air dan
udara dalam kolom dengan air yang dialirkan dari kolom bagian atas. Selain itu
gesekan antara air dengan dinding kolom akan menimbulkan perbedaan tekanan
yang besar. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh akumulasi cairan yang
berlebihan di kolom (Ardhiany, 2018).
Adapun hubungan antara laju alir udara terhadap pressure drop pada
kolom kering dan kolom basah dijelaskan pada persamaan 4.1 dan 4.2 dan 4.6
berikut.
' 2
150 μ v ' ∆ L (1−ε ) 1.75 ρ ( v ) ∆ L 1−ε
2
∆ P= . + . 3
2
D p ε
3
Dp ε
3
∆ p . ρ Dp ε 150
. . = +1.75
' 2
( G ) ∆ L 1−ε NRe
( ) ( ρG )
μL 2
ρL v.ρ h
∆ p=γ ( 10 ) . . … … … … … … … … … … … … … … … .(4.7)
π 2
.Di
4
Keterangan:
40
35
Pressure Drop (mmH2O)
30
25
20
15 Teoritis
10 Percobaan
5
0
30 35 40 45 50 55 60 65
Laju Alir Udara (L/menit)
Gambar 5.4 Hubungan pressure drop teoritis dan pressure drop percobaan pada
kolom kering.
15
Pressure Drop (mmH2O)
12
6 Teoritis
Percobaan
3
0
30 35 40 45 50 55 60 65
Laju Alir Udara (L/menit)
Gambar 5.5 Hubungan pressure drop teoritis dan pressure drop percobaan pada
kolom basah
Keterangan :
( )
μL 2
∆ p . ρ. G ρL v.ρ
=γ (10 ) .
h π 2
.Di
4
( ) ( )
μL 2
ρL v.ρ h
∆ p=γ ( 10 ) . . … … … … … … … … … … … … …(4.6)
π 2 ρG
.Di
4
Keterangan:
∆ P =Pressure drop (mmH2O)
ρ G =Densitas gas (lb/ft3)
ρ L= Densitas cairan (lb/ft3)
h=Tinggi kolom (m)
μ=Viskositas (7.2 x 10-3 kg/mg)
v=Laju alir Udara (L/menit)
ρ =Densitas (kg/m3)
Di=Diameter dalam packing (cm)
Q=Laju alir Air (lb/jam)
γ =Konstanta raschig ring ½ inch (1.39 x 10-8)
G=Faktor bilangan Reynold (Kg/m2.s)
5.2.2 Pengaruh Laju Alir Air dan Udara terhadap Liquid Hold Up
Liquid hold up adalah cairan yang menempel sebagai sebagai lapisan film
atau cairan yang terperangkap dalam packing. Dari penelitian yang dilakukan oleh
Sylvia dkk (2018), semakin besar laju alir air yang diberikan maka akan semakin
besar pula volume liquid hold up. Adapun hubungan antara hubungan antara laju
alir air masuk liquid hold up dapat dilihat pada Gambar 5.7 berikut.
8
Pressure drop (mmH2O) 7
6
5
4
Laju Alir Air 3 L/menit
3 Laju Alir Air 4 L/menit
2 Laju Alir Air 5 L/menit
1
0
40 50 60
Laju Alir Udara (L/menit)
Gambar 5.7 Hubungan antara laju alir air dan laju alir udara dengan liquid hold up
Berdasarkan Gambar 5.7 dapat dilihat bahwa semakin besar laju alir udara
yang di berikan maka nilai liquid hold up juga semakin besar. pada laju alir air 3
L/menit dan laju alir udara masing-masing 40; 50; dan 60 L/menit, liquid hold up
yang diperoleh berturut-turut adalah 0,35; 0,60 dan 0,77 L/menit. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai liquid hold up akan meningkat seiring dengan
meningkatnya laju alir udara masuk. ketika laju alir udara semakin meningkat,
aliran fluida akan menyentuh dinding atas bagian dalam pipa kemudian terdorong
oleh udara sehingga terjadi hold-up. Semakin tinggi liquid hold-up yang terjadi
pada kolom, maka efisiensi kerja dari absorber akan menurun (Arani dkk., 2020).
Sehingga hubungan antara laju alir udara dengan liquid hold up berbanding lurus.
Hal ini, dibuktikan dengan persamaan berikut.
Liquid Hold Up=Laju Alir Masuk−Laju Alir keluar … … … ..(4.8)
Keterangan :
Liquid hold up (L/menit)
Laju alir masuk (L/menit)
Laju alir keluar (L/menit)
Peningkatan liquid hold up terjadi dikarenakan laju alir udara yang besar
akan menekan air ke atas, sehingga air yang seharusnya bergerak ke bawah akibat
gaya gravitasi akan mendapat gaya keatas, sehingga menyebabkan air
terperangkap di dalam packing pada menara absorpsi, yang menyebabkan
terjadinya liquid hold up yang dapat mengganggu proses difusi antara O2 oleh H2O
(Arani dkk., 2020).
5.2.3 Pengaruh Laju Alir Air dan Laju Alir Udara terhadap Dissolved
Oxygen
Pada Praktikum ini diukur nilai Dissolved Oxygen untuk melihat konsentrasi
jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam air. Adapun pengaruh laju alir air dan
laju alir udara terhadap dissolved oxygen dapat dilihat pada Gambar 5.8
14.0
12.0
Dissolved Oxygen
10.0
8.0
6.0 Laju Alir Air 3 L/menit
Laju Alir Air 5 L/menit
4.0
Laju Alir Air 5 L/menit
2.0
0.0
40 50 60
Laju Alir Udara (L/menit)
Gambar 5.8 Hubungan Laju Alir Air dan Laju Alir Udara terhadap dissolved
oxygen
Berdasarkan Gambar 5.8 dapat dilihat bahwa nilai disolved oxygen pada laju
alir udara 40; 50; dan 60 L/menit dan laju alir air 3 L/menit berturut turut adalah
7,90; 9,30; dan 11,10 mg/L. Pada laju alir air 4 L/menit dan laju alir udara yang
sama diperoleh dissolved oxygen berturut turut 8,30; 10,05; dan 11,35 mg/L dan
pada laju alir air 5 L/menit dan laju alir udara yang sama diperoleh disolved
oxygen berturut turut 8,62; 10,58; dan 11,88 mg/L. Dari data tersebut dapat dilihat
bahwa semakin besar laju alir udara dan air maka disolved oxygen yang diperoleh
juga semakin besar. Dapat disimpulkan bahwa adanya kenaikan dan variasi nilai
DO yang terjadi pada variasi laju alir udara, dimana semakin tinggi laju alir udara
maka konsentrasi DO yang dihasilkan semakin tinggi karena kemungkinan
adanya kontak antara oksigen dan air. Kenaikan secara signifikan yang terjadi
sehingga meningkatkan kadar O2 yang terlarut di dalam air (Surari dkk., 2021).
9.5
9.0
Dissolved Oxygen
8.5
Laju Alir Air 3 L/menit
8.0
Laju Alir Air 4 L/menit
7.5 Laju Alir Air 5 L/menit
7.0
0 8 16 24 32
Waktu (Menit)
Gambar 5.9 Hubungan waktu terhadap dissolved oxygen (DO) pada laju alir udara
40 L/menit dan laju alir air
c t
dC
∫ ( cs−c) =−Kla ∫ dt
cs 0
ln ( Cs−Ct
Cs−co )
=−Kla . t … … … … … … … … … … … … … … … … … … …(4.8)
ln ( Cs−Ct
Cs−co ) V
=−Kla . … … … … … … … … … … … … … … … … … … …(4.9)
Q
Keterangan:
IV. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pratikum Absorpsi yaitu:
1. Pada kolom kering, nilai pressure drop akan semakin tinggi seiring dengan
meningkatnya laju alir. Pada laju alir udara masuk 45, 55, dan 65 L/menit
didapatkan nilai pressure drop berturut-turut sebesar 1,2; 1,6; dan 1,8
mmH2O.
2. Pada kolom basah, semakin besar laju alir udara dan air yang diberikan
maka semakin besar pula nilai pressure drop. Pada laju alir air 2L/Menit
dengan laju alir udara 45, 55, dan 65 L/menit didapatkan nilai pressure drop
0,56; 0,83; dan 1,16 mmH2O.
3. Nilai pressure drop yang diperoleh pada kolom basah lebih tinggi daripada
kolom kering, Pada kolom kering dengan laju alir udara 45; 55 dan 65
L/menit nilai pressure drop percobaan yang diperoleh secara berturut – turut
yaitu 1,2; 1,6; dan 1,8 mmH2O. Sedangkan pada kolom basah dengan laju
alir udara yang sama pada laju alir air 2 L/menit diperoleh pressure drop
secara berturut turut adalah 9,90; 10,10; dan 12,90 mmH2O.
4. Nilai pressure drop teoritis dan pressure drop percobaan pada kolom kering
memiliki perbedaan yang cukup besar. Nilai pressure drop teoritis pada laju
alir udara masuk 45; 55; dan 65 L/menit berturut-turut adalah 16,63; 24,74;
dan 34,46 mmH2O. Sedangkan nilai pressure drop percobaan yang
diperoleh secara percobaan berturut-turut adalah 1,2; 1,6; dan 1,8 mmH2O.
Sementara nilai pressure drop teoritis pada kolom basah pada laju alir udara
masuk 45; 55; dan 65 L/menit berturut-turut adalah 0,56;0,83; dan 1,16
mmH2O. Sedangkan nilai pressure drop percobaan yang diperoleh secara
berturut-turut adalah 9,90; 10,10 dan 12,90 mmH2O.
5. Nilai persentase kesalahan pada kolom kering dengan laju alir udara 40
L/Menit adalah 21,402% . Sedangkan nilai persentase kesalahan pada kolom
basah yang diperoleh dengan laju alir yang sama adalah 49,694%.
6. Semakin besar laju alir air, maka semakin besar volume liquid hold up nya.
Nilai Liquid Hold up terbesar diperoleh pada laju alir air 3 L/menit dan laju
alir udara masing-masing 40; 50 dan 60 L/menit, liquid hold up yang
diperoleh berturut-turut adalah 0,35; 0,60 dan 0,77 L/menit.
7. Semakin tinggi laju alir maka nilai Dissolved Oxygen akan semakin besar.
Pada laju alir 3L/Menit dengan laju alir udara 40; 50; dan 60 L/menit
diperoleh nilai Dissolved Oxygen berturut turut adalah 7,90; 9,30; dan 11,10
mg/L.
8. Semakin lama waktu kontak maka semakin tinggi nilai Dissolved Oxygen
yang didapat. Pada laju alir 3 L/menit dengan variasi waktu 0; 8; 16; 24; dan
32 menit didapatkan nilai dissolved oxygen berturut turut yakni sebesar
7,90; 7,96; 8,05; 8,19 dan 8,25 mg/L.
V. Daftar Pustaka
Ardhiany, S. 2018. Proses Absorpsi Gas CO2 dalam Biogas Menggunakan Alat
Absorber Tipe Packing Dengan Analisa Pengaruh Laju Alir Absorben
NaOH. Jurnal Teknik Patra Akademika, 9(2):55-61.
Arisukma, P., Purnomo, N. A., dan Udyani, K. 2021. Studi Desain Absorber
Untuk Penyerapan CO2, Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi
Terapan IX 2021. Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.
Christiawan, A., & Trisno, R. (2019). Analysis Of Air Pressure Drop In Cement
Transfer Pipelines Using Pneumatic Conveying. Prosiding Snttm Xviii. 9-
10 Oktober 2019, Ke-18.
Gultom, G. (2023). Fenomena Kekentalan Fluida Minyak Kelapa Sawit Terhadap
Kemampuan Pompa Sentrifugal Pada Unit Vacuum Dyer. JURNAL
VOKASI TEKNIK, 1(01), 1-9.
Isya, I. M., dan Purba, E. 2023. Absorpsi Gas Karbondioksida Dalam Biogas
Dengan Variasi Laju Alir Biogas dan Laju Alir Absorben, Jurnal
Teknologi dan Inovasi Industri (JTII). 4(1): 1-5.
Marali, A. M., Slamet, W., dan Nurkholis, H. 2018. Analisa Perpindahan Panas
Dan Pressure Drop Fluida Nano Al2O3-Air Proses Pendinginan Dengan
Metode Simulasi. Jurnal Rekayasa Mesin. 9(2) : 103- 108.
Mulyana, C., dan Riyandi, N. 2019. Model Pengaruh Diameter Pipa terhadap
Pressure Drop pada Pipa PLTP Dominasi Uap. JIIF (Jurnal Ilmu dan
Inovasi Fisika). 3(1) : 26-32.
Ningrum, S.S., Aswati, M., Mukhlisin, H., dan Syafrima, W. 2019. Pemodelan
Matematis dan penyelesaian Numeris Pada Absorpsi CO2 Dalam Biogas
Menggunakan Kolom Bahan Isian Dengan Larutan Methyldiethanolamine
(MDEA). JurnalTeknologi. Vol 7(1): 26-39.
Purba, E., dan Cecellia, N.R.B. 2021. CO2 Gas Absorption in Biogas Using
Absorber Bubble Column with Variation of NaOH Absorbent
Concentration and Sparger Forms. Indonesian Journal of Chemical
Science. 10 (1): 68-74.
Robiah, R., Renaldi, U., dan Melani, A. 2021. Kajian Pengaruh Laju Alir NaOH
dan Waktu Kontak Terhadap Absorpsi Gas CO 2 Menggunakan Alat
Absorber Tipe Sieve Tray, Jurnal Distilasi. 6(2): 27-35.
Dari data di atas dapat diperoleh ΔP (pressure drop) teoritis dari persamaan:
∆P.ρ Dp ε
3
150
2
= + 1,75 ………(Pers. 3.1-21 Geankoplis)
(G) ∆L (1-ε) NRe
3
∆P(1,1675) 0,01 0,8 150
2
= + 1,75
(1,41) 1,4 (1-0,8) 3786
ΔP = 166,28 kg/m.s2 = 16,63 mmH2O
Dimana :
∆ P = Pressure Drop (in. H2O/ft)
G = Laju massa gas (lb/sec.ft2)
L = Laju massa air (lb/sec.ft2)
ρG = Densitas gas (lb/ft3)
α dan β = konstanta packing
Berdasarkan data dari Appendiks A.3-3 Geankoplis properties untuk udara
pada suhu 30˚ C diperoleh:
3
kg 2,2046 lb 1 m
ρG =1,1675 3
x x 3
m 1 kg 35,313 ft
lb
ρG =0,072 3
ft
Untuk laju alir udara 45 L/menit, Laju alir massa gas adalah
(Laju alir volume, Vy)(Densitas Gas, py)
G=
CrossSectional Area, Ac)
3
L m 1 min kg 2,2046 lb
(4 5 )(1 )( )(1,1675 3 )( )
min 1000L 60 s m 1 kg
=
3,14
4 ( )
(0,26 ft)
2
Untuk laju alir air 3 L/menit, laju alir massa air adalah
3
L m 1 min kg 2,2046 lb
(3 )(1 )( )(0,99568 3 )( )
min 1000L 60 s m 1 kg
L =
3,14
4 ( )
(0,26 ft)
2
Didapatkan data nilai α dan β untuk packing jenis raschig rings ½ in. dari
Table 9-33A Ludwig (1995) yaitu :
α = 0,53
β = 0,22
maka :
2
G βL
∆P= α (10)
ρG
2
0,22(0,0021) (0,0363774)
∆P=0,53 (10)
0,072
H20 25,4 mm
∆P= 0,000975 in ( )
ft 1 in
=0,00247 mmH2O/ft
Diketahui data tinggi kolom yaitu 1,4 m (4,593 ft), maka ∆P sepanjang
kolom adalah:
∆P = 0,00247 mmH2O/ft × (4,593 ft)
∆P=0, 011 mmH2O