Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

HIDROGEOLOGI
PUMPING TEST

Disusun Oleh :
IGNATIA TRI ASTUTI
F1D219052

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hidrogeologi adalah merupakan perpaduan antara ilmu geologi dengan ilmu
hidrolika yang kajiannya dititikberatkan pada gerakan air tanah delam secara
hidrolik. Gabungan dua kata hidro dan geologi menunjukkan secara implisit
pengertian geologi dan air, atau dengan kata lain adalah merupakan suatu studi
tentang interaksi antara kerangka unsur batuan dengan air tanah. Dalam
istilah hidrolika maka istilah gerakan dalam tanah dikenal dengan hidrolika
dalam media porus, karena air tanah mengalir diantara sela-sela butiran tanah
yang sekaligus sebagai media.
Metode pengukuran debit air untuk sumber air bergerak (tampak alirannya)
biasanya mengunakan metode pengukuran benda apung dan juga metode
pengukuran dengan menggunakan alat ukur. Hal ini disebabkan karena adanya
faktor kecocokan dan kemudahan dalam hal pelaksanaanya. Berbeda halnya
dengan sumber air diam, pengukuran debit sumber air diam paling cocok
adalah dengan menggunakan pumping test. Sehubungan dengan hal tersebut,
diadakan kegiatan praktikum hidrogeologi, untuk mengenal lebih jauh
mengenai pumping test.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukan praktikum ini adalah :
1. Untuk menentukan kualitas akuifer
2. Untuk mengetahui debit airtanah yang telah di produksi dan
dieksplorasi
3. Untuk menentukan parameter hidraulik akuifer
1.3 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :
1. Alat Tulis
2. LKS
3. Clipboard
4. Modul
5. Tabel daftar harga material konstruksi
6. Hydrometer/Meteran
7. Kertas Milimeter Blok
8. Kurva Draw Down
9. GPS
10. Stopwatch
11. Kalkulator
BAB II
DASAR TEORI
Ilmu Hidrogeologi merupakan perpaduan ilmu geologi dan ilmu hidrolika.
Dalam buku ini dititikberatkan pada gerakan/aliran air di dalam tanah secara
hirolik. Gabungan dua kata hidro dan geologi menunjukkan secara implisit
pengertian geologi dari air. Atau dengan kata lain adalah merupakan suatu
studi tentang interaksi antara kerangka sistem batuan dan atau dengan air
tanah. Dari sudut pandang hidrolika maka istilah gerakan aliran dalam tanah
dikenal dengan hirolika dalam media porous, karena airtanah mengalir di
antara atau di sela-sela butiran tanah yang sebagai media (Harto, 1993).
Air tanah adalah semua air yang terdapat pada lapisan pengandung air
(akifer) di bawah permukaan tanah, mengisi ruang pori batuan dan berada di
bawah muka airtanah. Akifer merupakan suatu formasi geologi yang jenuh air
yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan meluluskan air dalam
jumlah cukup dan ekonomis, serta bentuk dan kedalamannya terbentuk ketika
terbentuknya cekungan airtanah. Cekungan airtanah adalah suatu wilayah
yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis
seperti proses penambahan (recharge), pengaliran, dan pelepasan (discharge)
airtanah berlangsung. Potensi airtanah di suatu cekungan sangat tergantung
pada porositas dan kemampuan batuan untuk melalukan dan meneruskan air.
airtanah mengalir dengan kecepatan yang berbeda pada jenis tanah yang
berbeda. Pada tanah berpasir airtanah bergerak lebih cepat dibandingkan pada
tanah liat (Rejekiningrum, 2009).
Pumping test merupakan metode pengukuran debit air yang beride dari
pengamatan kontinuitassumber air dan ketersedian air dari sumber itu sendiri.
Hal yang menjadi inti dari pumping test iniadalah perbandingan antara
penurunan muka air pada saat pumping terhadap kenaikan muka air pada saat
recovery yang sama. Beberapa kemungkinan dari keadaan pengukuran debit
dengan pumping test antara lain:
1. Jika perbandingan dari dua keadaan ini (laju penurunan muka air pada
saat pumping terhadap laju kenaikan muka air ketika recovery) adalah 1
maka debit sumber = debit air yang dikeluarkan pompa (output pompa).
2. Jika laju penurunan muka air pada saat pumping lebih besar terhadap laju
kenaikan muka air ketika recovery, berarti debit sumber lebih kecil
daripada debit pompa (output).
Jika laju penurunan muka air pada saat pumping lebih kecil terhadap laju
kenaikan muka air ketika recovery berarti debit sumber lebih besar daripada
debit pompa (output) (Suharyadi, 1984).
Pumping test merupakan suatu metode uji pemompaan yang sangat
sederhana yaitu dengan melakukan pemompaan air dari dalam tanah melalui
sumur atau pumping well yang membuat muka air tanah mengalami
penurunan. Muka air tanah dan besarnya debit air yang keluar dari pumping
well dipantau serta dilakukan pencatatan dan jaraknya terhadap pumping well.
Data dari hasil uji pemompaan pumping test tersebut kemudian dianalisis
untuk mendapatkan parameter merencanakan dewatering (Lorenza, 2019).
Menurut Harjito (2014), hal yang menjadi inti dari pumping test ini adalah
perbandingan antara penurunan muka air pada saat pumping terhadap
kenaikan muka air pada saat recovery dala tenggat waktu yang sama. Beberapa
kemungkinan dari keadaan pengukuran debit dengan pumping test antara lain:
1. Jika perbandingan dari dua keadaan ini (laju penurunan muka air pada
saat pumping terhadap laju kenaikan muka air ketika recovery) adalah 1
maka debit sumber = debit air yang dikeluarkan pompa.
2. Jika laju penurunan muka air pada saat pumping lebih besar terhadap laju
kenaikan muka air ketika recovery, berarti debit sumber lebih kecil
daripada debit pompa.
3. Jika laju penurunan muka air pada saat pumping lebih kecil terhadap laju
kenaikan muka air ketika recovery, berarti debit sumber lebih besar
daripada debit pompa.
Ada beberapa jenis pumping test yang berlaku yaitu uji coba (step test), uji
kecepatan konstan (constant-rate test) dan uji pemulihan (recovery test). Uji coba
atau step test dirancang untuk menentukan jangka pendek antara hasil dan
kekurangan untuk borehole yang diuji. Uji kecepatan konstan atau bisa
dikatakan constant-rate test ini dilakukan dengan memompa pada tingkat
konstan untuk jangka waktu yang lebih lama daripada uji coba, dan terutama
dirancang untuk akuifer yang hidrolik. Uji pemulihan (recovery test) dilakukan
dengan memantau pemulihan pada tingkat air di penghentian pompa pada
akhir uji kecepatan konstan. Tes ini dapat dilakukan dengan secara tunggal
atau secara kombinasi (Dross, 2011).
Selama waktu pemompaan itu kecil, kapasitas spesifik air yang keluar
yakni besar pemompaan per-satuan penurunan permukaan air relatif besar.
Akan tetapi jika pemompaan menjadi besar, maka besarnya air yang keluar
tahap demi tahap menjadi kecil dan akhirnya kadang-kadang banyaknya pasir
dan lumpur dalam air yang dipompa meningkat yang disebabkan oleh
pergerakan yang terdapat dalam akuifer. Hal ini menunjukan ketidakmampuan
sumur dan untuk menghindarinya dilakukan uji surut muka air secara
bertahap (Soemarto, 1999).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Tabel data uji pemompaan
sumur
Laboratories of Geotechnical and Hydrogeology
Faculty of Science and Technology
Jambi University
Lokasi :
Kedalaman Sumur : 60 meter
Koordinat B/T (X) :
U/S (Y) :
Muka Air Statis : 8,15
Muka Air dinamis : 30, 25

Uji Pemompaan Konstan (Q= 1,01 m/s³)


120 23,63 15,48
waktu t MAT Surutan
(Jam) (Menit) (m.bmit) (M) 135 23,98 15,83
150 25,10 16,95
0 8,15 0
165 25,25 17,1
1 8,55 0,4
0,85 180 25,90 17,75
2 9,00
1,02 195 26,00 17,85
3 9,17
1,08 210 26,25 18,1
4 9,23
1,85 240 28,15 20
5 10,00
2,35 270 28,15 20
6 10,50
2,84 300 28,15 20
7 10,99
3,15 330 28,15 20
8 11,30
3,45 360 20
9 11,60
3,65 390 28,15 20
10 11,80
3,86 420 28,15 20
12 12,01
4,4 450 28,15 20
14 12,55
4,65 480 28,15 20
16 12,80
4,89 510 28,68 20,53
18 13,04
5,53 540 29,76 21,61
20 13,68
5,95 570 30,15 22
25 14,10
6,4 600 30,25 22,1
30 14,55
35 14,60 6,45
40 15,25 7,1
45 15,75 7,6
50 16,35 8,2
55 16,98 8,83
60 18,55 10,4
70 19,00 10,85
80 20,65 12,5
90 22,94 14,79
100 22,98 14,83
110 23,20 15,05

Nama : Ignatia Tri Astuti Hari, Tanggal : 9 November 2021

F1D219052 Acc :
NIM :

Kelompok : 7
Laboratories of Geotechnical and Hydrogeology
Faculty of Science and Technology
Jambi University

3.1.2 Perhitungan

Nilai Transmissivity
2,30 𝑄 △s = s2 – s1
T=
4∏△𝑠 = 15 - 4
= 11
2,30 . 0,98
=
4 3,14 11

= 0,01631

Nilai Permeabilitas
𝑇
b = kedalaman sumur – MAT Konstan
K= = 60 – 28,15
𝑏
= 31,85
0,01631
=
31,85
= 0,00052
= 51 x 10−5
(jadi, litologinya adalah pasir kerikil lanau)

Nilai specific capacity Sw = muka air dinamis – muka air statis


𝑄 = 30,25 – 8, 15
Sc =
𝑠𝑤 = 21, 1
0,98
=
21,1
= 0,046445 m/s

Nama : Ignatia Tri Astuti Hari, Tanggal : 9 November 2021


NIM : F1D219052 Acc :

Kelompok : 7
Laboratories of Geotechnical and Hydrogeology
Faculty of Science and Technology
Jambi University

DATA SEMILOG

25

20

15

10

0
0.1 1 10 100 1000

S1 S2

Nama : Hari, Tanggal : 9 November 2021


Ignatia
Levenia Tri Astuti

NIM : F1D219052 Acc :

Kelompok : 7
3.2 Pembahasan
Dalam praktikum ini menjelaskan mengenai pumping test, yaitu uji
pemompaan yang merupakan suatu metode yang dipergunakan secara luas
untuk mengetahui karakteristik teknis akuifer. Penyelidikan karakteristik
akuifer penting untuk perencanaan dan pengontrolan sumur. Keterdapatan air
dalam tanah disebut sebagai airtanah mempunyai perilaku yang dipengaruhi
banyak faktor, faktor sifat pori dalam batuan memberikan alternatif dapat atau
tidak dapat diambil.
Pumping test terdiri dari dua metode yaitu pengujian akuifer atau lebih
dikenal dengan metode long-term constant rate test dimaksudkan untuk
pengukuran parameter yang arahnya horizontal terhadap sumur uji, sehingga
diperlukan beberapa sumur pengamat disekitar sumur uji. Dan pada uji akuifer
ini biasanya disertai pula dengan recovery test atau uji kambuh, yang
merupakan uji pemulihan kedudukan muka airtanah setelah dipompa. Dan
pengujian sumur tujuannya untuk menetapkan kemampuan sumur dan tidak
dibutuhkannya piziometer didekatnya serta lebih sederhana daripada pengujian
akuifer.
Untuk mendapatkan hasil uji akifer yang baik maka diperlukan kondisi-
kondisi sumur uji pumping harus mewakili akifer yang akan diuji. Sumur-
sumur pengamatan harus berada pada akifer yang sama. Permukaan air tanah
sumur uji ini harus terlihat dengan baik begitu juga sumur pengamatan yang
dijadikan pembanding, harus terlihat jelas saat penurunan air sewaktu uji
pumping dilakukan. Sumur-sumur pengamatan harus terletak pada bagian-
bagian atas dan bawah dari gradien hidrolik dengan sumur uji sebagai titik
pusat. Rumus yang diterapkan untuk uji akifer itu dibagi dalam 2 jenis, yakni
rumus tidak keseimbangan dengan konsep waktu dan rumus keseimbangan
tanpa konsep waktu.
Air dapat dipompa secara berturut-turut dari sumur artinya kondisi
besarnya pemompaan yang tetap dapat diperoleh pada permukaan air yang
tetap. Jadi air yang keluar dari sumur diperkirakan pertama-tama terjadi pada
penurunan permukaan air dan umumnya air yang keluar itu sama dengan
besar pemompaan selama waktu pemompaan itu kecil, Kemudian mulai dicari
kapasitas spesifik air yang keluar yakni besar pemompaan per-satuan
penurunan permukaan air relatif besar. Akan tetapi jika pemompaan besar,
maka besarnya air yang keluar akan terus mengecil (habis karna dipompa) dan
kadang-kadang banyaknya pasir serta lumpur dalam sumur ikut terpompa.
Untuk menghindarinya dilakukan uji surut muka air secara bertahap.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah :
1. Akuifer merupakan suatu formasi geologi yang jenuh air yang
mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan meluluskan air dalam
jumlah cukup dan ekonomis, serta bentuk dan kedalamannya
terbentuk ketika terbentuknya cekungan air tanah.
2. Debit airtanah merupakan jumlah air yang mengalir dari suatu
penampang dalam satuan waktu (m3/detik).
3. Ada beberapa parameter hidrolik yang penting yaitu Debit air (Q),
Koefisien Transimifitas (T), Konduktifitas Hidrolik (K), dan Koefisien
Isian (S).
4.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum Hidrogeologi kedepannya yaitu diharapkan
kepada praktikan dapat lebih memahami dan belajar terlebih dahulu sebelum
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Dross. P. 2011. Technical Review Practical Guidelines For Test Pumping In Water
Wells. Jenewa: International Committee of the Red Cross.
Lorenza. A; Gregorius S.S; dan Ali. I. “Pemodelan Pumping Test Sebagai Dasar
Perhitungan Dewatering Pada Proyek Di Sudirman”. Jurnal Mitra Teknik
Sipil. Vol 2(2): 161-172.
Harjito. 2014. Metode Pumping test sebagai Kontrol Untuk Pengambilan
Airtanah Secara Berlebihan. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan.
Vol.6 (2) : 139.
Harto. S. 1993. Analisis Hidrologi. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Rejekiningrum, P. 2009. Peluang Pemanfaatan airtanah Untuk Keberlanjutan
Sumber Daya Air. Jurnal Sumberdaya Lahan. Vol. 3 (2): 86.
Soemarto, C.D. 1999. Hidrologi Teknik. Erlangga : Jakarta.
Suharyadi, 1984. Geohidrologi. Jurusan Teknik Geologi. FT UGM. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai