Anda di halaman 1dari 15

III.

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu


Penelitian dilaksanakan di PT Seluma Prima Coal (PT SPC) khususnya
di pit 6 dengan luas area 33616 m2. PT SPC terletak di Desa Rangkiling,
Kecamatan Mandiangin, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi (Lampiran 15).
Lokasi dapat dicapai dengan menempuh jalur darat melalui jalan provinsi yang
berjarak ±134 Km dengan waktu tempuh sekitar 2 jam menggunakan
kendaraan roda empat dari Kota Jambi. Jika perjalanan dimulai dari Kota
Sarolangun maka dapat menempuh jarak ±46 Km dengan waktu tempuh 1 jam
menggunakan kendaraan roda empat. Sedangkan dari Desa Mandiangin Pasar
menuju lokasi dapat ditempuh dengan waktu sekitar 10 menit menggunakan
kendaraan roda dua. Untuk masuk kedalam lokasi penambangan perjalanan
dilanjutkan dengan melintasi jalan berbatu ± 2 Km dari jalan aspal provinsi.
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2018 sampai dengan 20
April 2018. Penelitian dilakukan dengan menyesuaikan jadwal atau
mekanisme hari dan jam kerja yang berlaku di PT SPC, yaitu jam kerja dimulai
pukul 7 pagi dan berakhir pada pukul 6 sore setiap hari, sedangkan jam
istirahat dimulai dari pukul 12 siang hingga pukul 1 siang, kecuali pada hari
jumat jam istirahat akan dimulai dari pukul 11 siang hingga pukul 1 siang.
Rincian kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian terdapat pada tabel 9.

3.2 Bahan dan Peralatan


Pada penelitian ini tidak digunakan bahan apapun, sedangkan
peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa meteran untuk
mengukur lebar jalan angkut, alat tulis, kalkulator untuk menghitung hasil
pengukuran berdasarkan persamaan yang digunakan, GPS untuk tracking serta
plotting lokasi-lokasi yang dilakukan penelitian, total station dan stick prisma
untuk mengukur lebar jalan, kemiringan jalan, panjang jalan, dan lain-lain,
kompas geologi untuk mengukur kemiringan jalan angkut dan kemiringan alat
angkut saat melalui jalan angkut, stopwatch untuk mengukur cycle time alat
angkut, timbangan yang terdapat pada lokasi tambang yang digunakan untuk
menentukan berat dari alat angkut, kamera dan laptop untuk dokumentasi
serta mengolah data. Selain itu penulis menggunakan safety helm¸ safety shoes
dan safety vest sebagai alat pelindung diri pada saat di lapangan.

27
Tabel 9. Rincian Kegiatan Penelitian
Bulan
No Kegiatan Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Diskusi mengenai judul dan isi dalam penelitian yang dimulai
dari penyusunan proposal, revisi proposal, pegambilan dan
1 Konsultasi
pengolahan data, penyusunan skripsi hingga sidang dengan
pembimbing utama dan pembimbing pendamping
Penyusunan Penyusunan proposal penelitian yang dibimbimbing oleh
2 Proposal pembimbing utama dan pendamping tugas akhir yang
Penelitian dilaksanakan di kampus
Seminar Proposal Evaluasi proposal penelitian sebelum dilakukan pengambilan
3
Penelitian data oleh pembimbing dan penguji tugas akhir
Memperbaiki proposal penelitian berdasarkan saran dari
Revisi Proposal
4 pembimbing dan penguji setelah dilakukan seminar proposal
Penelitian
penelitian
Pengambilan data berupa lebar jalan angkut (lurus dan
tikungan), super elevasi dan jari-jari tikungan, cross slope,
5 Pengambilan Data
grade jalan, tinggi dan kemiringan tanggul serta produktivitas
alat angkut di PT SPC
Menghitung dan menganalisis geometri jalan angkut, tanggul
dan produksi aktual, menghitung perbaikan geometri jalan
6 Pengolahan Data
angkut dan tanggul serta mengevaluasi produktivitas,
dilakukan selama dilapangan dan di lanjutkan dikampus
Mengevaluasi Bab I, II dan III serta menyusun Bab IV hingga
Penyusunan
7 lampiran yang dibimbing oleh pembimbing utama dan
Skripsi
pembimbing pendamping tugas akhir
Seminar Hasil Mempresentasikan dan mengevaluasi data serta draf tugas
8
Penelitian akhir yang telah disusun kepada pembimbing dan penguji
Revisi Hasil Memperbaiki draf tugas akhir berdasarkan saran dan
9
Penelitian masukan setelah dilakukan seminar hasil penelitian
Mempresentasikan hasil akhir tugas akhir yang telah
10 Sidang
diperbaiki didepan pembimbing dan penguji tugas akhir

28
29

3.3 Metode dan Tahapan Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif
dengan jenis penelitian evaluasi. Metode kuantitatif merupakan salah satu jenis
penelitian yang sistematis, terencana, terstruktur serta banyak menggunakan
angka (mulai dari pengumpulan data, penafsiran dan penampilan hasil) (Siyoto
dan M.Ali, 2015). Menurut Rawan dan Sri (2007) penelitian evaluasi merupakan
penelitian untuk mengevaluasi akibat dari suatu yang telah diterapkan pada
suatu objek penelitian. Berlandaskan metode dan jenis penelitian tersebut,
berikut adalah tahapan penelitian yang dilakukan :
Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai
daerah penelitian yaitu PT SPC, seperti peta topografi, peta geologi regional dan
kolom stratigrafi serta mengumpulkan informasi mengenai kajian teknis
geometri alat angkut. Informasi tersebut dapat diperoleh dari buku, jurnal
penelitian, serta penelitian tugas akhir yang dilakukan pada lokasi atau judul
yang sama.
Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini terbagi menjadi 2,
yaitu data primer dan data sekunder.
Data Primer. Merupakan data yang diperoleh secara langsung sebagai
hasil dari pengamatan maupun pengukuran, seperti data geometri jalan angkut
yang terdiri dari lebar jalan angkut pada kondisi lurus dan tikungan, panjang
jari-jari tikungan dan superelevasi, nilai cross slope, grade, tinggi dan
kemiringan tanggul, kecepatan alat angkut, cycle time dan faktor yang
mempengaruhinya seperti availability factor, rolling resistance, grade resistance,
ketinggian lokasi dari permukaan laut, rimpull, travel time alat angkut serta
produktivitas alat angkut.
Pengambilan data primer dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah
direncanakan oleh pihak perusahaan serta telah didiskusikan oleh peneliti
dengan divisi terkait. Selain itu pengambilan data dilakukan dengan bantuan
pembimbing lapangan, karyawan perusahaan yang bekerja pada divisi terkait
atau dilakukan secara mandiri. Terdapat beberapa tahapan yang dilakukan
pada proses pengambilan data yaitu :
Wawancara atau Diskusi. Kegiatan ini dilakukan secara lisan dengan
narasumber baik secara tatap muka maupun tidak secara tatap muka.
Wawancara dilakukan dengan pembimbing lapangan, pengawas lapangan,
divisi terkait serta operator yang bekerja di PT SPC. Wawancara dilakukan
dengan menanyakan beberapa hal mengenai geometri jalan seperti bagaimana
30

kondisi geometri jalan angkut aktual terhadap kelancaran lalu lintas alat
angkut, target produksi dengan kondisi jalan aktual dilapangan, kesulitan alat
angkut pada saat melalui jalan dengan kondisi geometri aktual, jenis dan
spesifikasi alat angkut yang digunakan dalam pengangkutan batubara, jam
kerja aktual serta jenis maintenance yang sering terjadi pada alat angkut.
Observasi. Observasi dilakukan dengan melibatkan semua indera
(penglihatan, pendengaran, penciuman, pembau maupun perasa). Objek yang
dilakukan observasi berupa kondisi geometri jalan angkut aktual dari front
menuju stockpile, kondisi pengaman jalan angkut aktual, kondisi efisiensi
kerja alat angkut, kemampuan alat angkut dalam melintasi kondisi geometri
aktual, jenis alat angkut yang digunakan oleh PT SPC, jenis alat angkut
terbesar yang digunakan oleh PT SPC, kecepatan kendaraan, bucket fill factor
serta mengamati ketersediaan pengaman jalan angkut yang tidak dilakukan
pengukuran seperti tonggak penutun, pagar pengaman dan delineator.
Pengukuran. Pengukuran dilakukan pada beberapa objek penelitian
yang umumnya dilakukan dengan menggunakan bantuan alat atau
instrument. Objek yang dilakukan pengukuran seperti geometri jalan angkut
aktual berupa lebar jalan angkut pada kondisi lurus dan tikungan, jari-jari
tikungan dan superelevasi, grade, cross slope, tinggi dan kemiringan tanggul,
jumlah isian bucket, cycle time alat angkut, hours worked, repair hours,
standby hours, berat kendaraan kosong dan bermuatan, kecepatan alat
angkut dan jarak jalan angkut dari front menuju stockpile.
Pengukuran yang dilakukan terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu
pengukuran lebar jalan angkut pada kondisi lurus dan tikungan, jari-jari
tikungan dan superelevasi, grade, cross slope, jumlah isian bucket, cycle time,
hour work, repair hours dan standby hour, berat kendaraan kosong dan
bermuatan, kecepatan alat angkut, jarak jalan angkut serta tinggi dan
kemiringan pengaman jalan angkut. Langkah-langkah pengukuran dijelaskan
pada setiap jenis pengukurannya.
Pada umumnya, pengukuran geometri jalan angkut pada penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan total station dan stick prisma. Pengukuran
dilakukan dengan total station karena memiliki tingkat keakuratan yang
cukup baik dalam segi pengukuran. Selain itu, kodisi jalan angkut di PT SPC
memiliki perubahan keadaan yang cukup signifikan pada jarak yang cukup
dekat, sehingga pengukuran dengan menggunakan total station akan lebih
mudah untuk dilakukan serta hasil yang didapatkan akan lebih akurat
dibandingkan dengan tracking menggunakan GPS.
31

Pengukuran dilakukan dengan 3 buah stick prisma yang diletakkan


pada jalan angkut, dimana 2 buah stick diletakkan pada bagian sisi kanan
dan kiri jalan angkut sedangkan 1 buah stick lainnya diletakkan pada bagian
tengah jalan angkut. Hasil pengukuran dengan menggunakan total station
akan ditampilkan dalam bentuk notepad yang selanjutnya akan disusun
kedalam bentuk tabel dengan menggunakan Microsoft excel. Setelah menjadi
tabel dengan keterangan X, Y dan Z maka data excel selanjutnya diimpor
kedalam software autocad. Hasil pengukuran menggunakan total station
setelah diimpor akan berbentuk titik, sehingga perlu di hubungkan kembali
bentukan jalan dengan menggunakan polyline, sehingga pada tampilan
autocad akan terlihat penampang jalan angkut hasil pengukuran. Selanjutnya
jalan dibagi menjadi beberapa bagian segmen, yaitu bagian segmen jalan lurus
dan jalan tikungan. Bagian segmen jalan lurus akan dibagi lagi menjadi
beberapa segmen sesuai dengan perubahan bentukan jalan angkut.
Pengukuran Lebar Jalan Angkut Pada Kondisi Lurus dan Tikungan.
Pengukuran lebar jalan angkut dilakukan pada tiap-tiap segmen jalan angkut.
Pengukuran lebar jalan lurus dilakukan dari sisi pinggir bagian jalan angkut
secara melintang, sedangkan pengukuran lebar jalan pada kondisi tikungan
dilakukan dari sisi pinggir bagian dalam hingga bagian luar tikungan pada
jalan angkut secara melintang.
Berdasarkan hasil pembagian segmen jalan angkut pada bagian lurus
dan tikungan, setiap segmen jalan angkut memiliki bentuk yang tidak sama,
seperti memiliki lebar yang berbeda-beda pada 1 segmen yang sama. Dengan
demikian, pengukuran lebar dilakukan pada 3 titik yang berbeda atau titik
yang menunjukkan adanya perubahan lebar pada 1 segmen.
Jari-jari Tikungan dan Superelevasi. Pengukuran jari-jari tikungan
dilakukan dengan menggunakan bentukan jalan angkut dari hasil
pengukuran. Jari-jari tikungan diukur dengan menentukan panjang diameter
tikungan yang dibentuk dari segmen bagian tikungan pada jalan angkut di
PT SPC, kemudian panjang diameter dibagi menjadi 2 untuk menghasilkan
nilai jari-jari. Nilai superelevasi ditentukan dengan cara mengukur beda tinggi
antara kedua sisi pinggir bagian jalan serta lebar jalan pada tikungan. Elevasi
dari masing-masing titik pengukuran dapat dilihat pada properties titik dalam
software autocad.
Grade. Untuk dapat menentukan grade jalan angkut, maka dilakukan
pengukuran elevasi sisi melintang dari setiap ujung segmen jalan serta jarak
datar setiap segmen jalan angkut. Pengukuran dilakukan pada setiap segmen
yang terdapat di penampang jalan angkut yang merupakan hasil pengukuran
32

dengan menggunakan total station. Elevasi sisi melintang adalah elevasi


gabungan dari elevasi sisi pinggir jalan bagian kiri, sisi pinggir jalan bagian
kanan serta sisi tengah jalan.
Cross Slope. Pengukuran cross slope dilakukan pada penampang
jalan angkut. Cross slope aktual diukur dengan cara menentukan elevasi
jalan angkut pada kondisi lurus dengan 3 titik pengukuran yang berbeda,
yaitu bagian sisi pinggir kanan, kiri dan bagian tengah jalan angkut. Selain
itu, untuk menentukan cross slope dibutuhkan data lebar jalan angkut pada
kondisi lurus.
Jumlah Isian Bucket. Data ini diambil berdasarkan pengamatan
dilapangan secara langsung yaitu dengan cara menghitung dan mencatat
berapa banyak bucket yang diperlukan untuk mengisi penuh vessel alat
angkut Hino 500 Fm 260.
Cycle Time. Pengukuran cycle time dilakukan dengan menggunakan
stopwatch, dimana pengukuran cycle time dilakukan secara terpisah
berdasarkan kegiatan yang dilakukan alat angkut. Pengukuran cycle time di
mulai dari mobil mengambil posisi untuk dimuati, waktu diisi muatan, waktu
tempuh mengangkut material, waktu mengambil posisi pemuatan dan waktu
kembali kosong.
Hours Worked, Repair Hours, Standby Hours dan Schedule Hours.
Hours worked, repair hours dan standby hours merupakan pembagian waktu
dalam availability factor yang terdiri dari beberapa bagian. Hours work adalah
waktu yang digunakan pada alat selama operasi, repair hours merupakan
waktu yang dibutuhkan alat untuk memperbaiki kerusakan pada alat,
sedangkan standby hours merupakan waktu yang tersedia oleh alat namun
alat tidak dilakukan operasi dan schedule hours adalah waktu yang telah
ditentukan oleh perusahaan mengenai jam kerja di setiap shift.
Pengukuran waktu-waktu diatas dilakukan pada saat alat angkut
bekerja pada front dan waktu yang sama saat penulis melakukan pengambilan
data cycle time yaitu selama shift siang. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan stopwatch, dimana hour work dihitung pada saat alat angkut
melakukan operasi hingga selesai melakukan operasi sesuai dengan jadwal
kerja yang ditentukan dan waktu fleet tersebut aktif melakukan coal getting,
pengukuran repair hours dilakukan dengan menghitung waktu yang
dibutuhkan alat pada saat alat angkut mengalami kerusakan hingga selesai
dilakukan perbaikan, sedangkan standby hours dihitung saat alat angkut
tersebut tidak melakukan operasi (bukan karena adanya kerusakan pada alat)
hingga alat angkut mulai melakukan operasi. Schedule hour dihitung
33

berdasarkan lamanya waktu yang digunakan untuk bekerja setiap shift-nya


diluar dari waktu pergantian shift. Semua pengukuran waktu diatas dihitung
dalam satuan menit.
Berat Kendaraan Kosong dan Bermuatan. Pengukuran berat
kendaraan dilakukan dengan timbangan yang ada di stockpile PT SPC. Berat
kendaraan bermuatan diukur pada saat alat angkut sedang mengangkut
batubara menuju stockpile sedangkan berat kendaraan kosong diukur setelah
batubara yang diangkut telah dibongkar di stockpile.
Kecepatan Alat Angkut. Pengukuran ini dilakukan dengan cara
mengamati perubahan kecepatan pada saat alat angkut melewati segmen-
segmen jalan angkut baik pada saat sedang bermuatan ataupun kosong. Nilai
kecepatan dilihat pada speedometer yang tersedia pada alat angkut.
Jarak Jalan Angkut. Jarak jalan angkut dapat diketahui dengan cara
melakukan digitasi sisi tengah jalan angkut pada penampang jalan dengan
menggunakan tool polyline yang terdapat pada software autocad.
Pengaman Jalan Angkut. Pengkuran pengaman jalan angkut berupa
tanggul pengaman dilakukan dengan menggunakan total station dan stick
prisma. Pengukuran dilakukan meletakkan stick primsa pada toe dan crest
dari tanggul jalan angkut, dimana stick prisma diletakkan pada semua sisi
tanggul pengaman sehingga apabila data hasil pengukuran ditampilkan pada
autocad akan tampak bentukan tanggul secara 3 dimensi. Toe merupakan
bagian bawah sedangkan crest merupakan bagian atas dari tanggul
pengaman. Secara umum, toe tanggul pengaman yang berada tepat di sisi
jalan angkut akan memiliki elevasi dan bentukan yang sama dengan jalan
angkut sehingga data toe dan sisi jalan akan diambil dalam waktu yang
bersamaan saat melakukan pengukuran.
Pengukuran dimensi dari tanggul pengaman selanjutnya dilakukan
dengan menggunakan software autocad. Pengukuran dimensi yang dilakukan
yaitu berupa tinggi, panjang dan kemiringan tanggul pengaman serta lebar
jeda tanggul pengaman untuk mengalirkan air. Pengukuran tinggi dilakukan
dengan menentukan selisih antara elevasi terendah dan elevasi tertinggi
tanggul pengaman. Panjang tanggul dan lebar jeda tanggul diukur dengan
bantuan tool aligned pada autocad sedangkan kemiringan tanggul diukur
dengan tool angular pada autocad.
Data Sekunder. Merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung
melalui media perantara (dalam hal ini diperoleh dan dicatat oleh pihak
perusahaan). Data sekunder digunakan sebagai dasar penguat, mendukung
dan melengkapi data primer hasil pengamatan dan pengukuran. Data
34

sekunder umumnya berupa dokumen yang dipublikasikan dan tidak


dipublikasikan serta tertulis maupun elektronik yaitu seperti data produksi
2016, 2017 dan bulan saat melakukan penelitian serta produksi alat angkut
pada fleet yang melakukan coal getting selama melakukan penelitian, time sheet
alat angkut, berat jenis batubara di PT SPC, kapasitas bucket CAT 330D2L yang
digunakan untuk coal getting, peta situasi tambang, spesifikasi alat angkut, jam
kerja alat dan data curah hujan dalam kurun waktu 5 tahun dari BMKG.
Pengolahan Data
Setelah semua data yang diperlukan telah terkumpul, maka selajutnya
data diolah menggunakan persamaan-persamaan dalam teori terkait mengenai
kajian teknis geometri jalan angkut, produktivitas dan pengaman jalan angkut.
Pengolahan data bertujuan agar data dapat dianalisis dengan mudah. Data
yang diolah adalah sebagai berikut:
Lebar Jalan Angkut. Lebar jalan angkut terbagi menjadi 2, yaitu lebar
jalan angkut aktual dan jalan angkut ideal. Lebar jalan angkut aktual dihitung
berdasarkan data hasil pengukuran tiap segmen penampang jalan angkut
menggunakan software autocad. Nilai lebar setiap segmen untuk kondisi lurus
dan tikungan merupakan nilai rata-rata dari hasil pengukuran lebar pada 3
titik berbeda.
Lebar jalan angkut ideal, merupakan lebar jalan yang dihitung
berdasarkan dimensi alat angkut yang melewati jalan tersebut. Nilai lebar jalan
ideal pada kondisi lurus dihitung dengan menggunakan persamaan (1),
sedangkan lebar jalan angkut pada kondisi tikungan dihitung dengan
menggunakan persamaan (2), (3), (4) dan (5), dimana dalam perhitungan
tersebut terdapat beberapa data spesifikasi alat angkut yang terlampir pada
Lampiran 2.
Jari-Jari Tikungan dan Superelevasi. Berdasarkan hasil pengukuran
diameter tikungan di segmen jalan angkut pada kondisi tikungan, maka nilai
jari-jari aktual dapat dihitung dengan membagi 2 nilai diameter jalan angkut.
Nilai superelevasi aktual dihitung berdasarkan nilai beda tinggi dan lebar jalan
pada kondisi belokan. Beda tinggi dihitung dengan cara menentukan selisih
antara elevasi sisi tinggi serta elevasi sisi rendah jalan angkut dari hasil
pengukuran menggunakan total station. Selanjutnya nilai superelevasi aktual
dihitung dengan menggunakan persamaan (8).Nilai Tan 𝜃 didapatkan dengan
membandingkan nilai beda tinggi aktual dengan lebar jalan pada kondisi
belokan untuk setiap segmen jalan angkut seperti pada gambar 12 dan 13.
35

Gambar 12. Perubahan Kemiringan Melintang (Sumber : Sukirman, 1999)

Gambar 13. Penampang Melintang Tikungan

Keterangan :
a = beda tinggi
b = lebar jalan horizontal (meter)
R = lebar jalan kondisi tikungan (meter)

Nilai jari-jari ideal dihitung dengan menggunakan persamaan (6),


dimana nilai dari jarak poros roda dan sudut penyimpangan roda dapat dilihat
pada lampiran 2. Untuk menghitung superelevasi ideal dilakukan dengan
menggunakan persamaan (10), karena pada umumnya kecepatan rencana
dilokasi tambang lebih kecil dari 80 km/jam, maka nilai f dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan (11). Selain nilai superelevasi, nilai beda
tinggi ideal juga harus ditentukan berdasarkan nilai superelevasi ideal. Beda
tinggi ideal dihitung dengan menggunakan persamaan dibawah ini :
a = b x tan 𝜃 ............................................................................................... (31)
Kemiringan Jalan atau Grade. Berdasarkan hasil pengukuran elevasi
pada masing-masing bagian sisi jalan angkut pada setiap segmen. Untuk
36

mendapatkan nilai grade aktual, maka terlebih dahulu ditentukan nilai elevasi
melintang di setiap ujung segmen jalan (misalkan segmen A-B, maka
ditentukan elevasi melintang pada sisi A dan sisi B) serta beda tinggi pada
setiap segmen jalan angkut. Elevasi melintang adalah elevasi rata-rata dari
setiap elevasi sisi (kanan, kiri dan tengah) bagian dari jalan angkut.
Selanjutnya ditentukan nilai beda tinggi pada setiap segmen jalan, yaitu
dengan cara menentukan selisih antara elevasi pada setiap ujung segmen
(misalkan segmen A-B, maka selisih antara evelasi segmen A dan B). Nilai grade
selanjutnya dihitung dengan menggunakan persamaan (13).
Untuk mendapatkan kemiringan jalan yang ideal dan dapat dilalui oleh
alat angkut maka nilai grade dapat dihitung dengan menggunakan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Ditentukan nilai dari alat angkut bermuatan serta tenaga kuda atau
horse power alat angkut.
2. Dihitung rimpull (RP) yang diperlukan pada saat alat angkut bermuatan
dengan menggunakan persamaan :
RP untuk grade(a%) = berat alat angkut bermuatan x 20 lb/ton x grade% (32)
RP untuk RR = berat alat angkut bermuatan x RR .................. (33)
RR untuk Acc = berat alat angkut bermuatan x 20 lb/ton ........ (34)
3. Menghitung total RP yang diperlukan dengan menjumlahkan RP untuk
grade, RP untuk RR dan RP untuk Acc.
4. Dihitung RP yang tersedia dengan menggunakan persamaan (28)
5. Ditentukan nilai grade a% dengan membandingkan antara RP yang
diperlukan dengan RP yang tersedia
Setelah didapatkan nilai grade yang ideal, maka ditentukan nilai beda
tinggi ideal dengan menggunakan persamaan (13).
Cross Slope. Dalam menghitung cross slope jalan angkut aktual,
setelah diketahui elevasi sisi pinggir kanan, tengah dan kiri jalan angkut maka
selanjutnya dihitung nilai beda tinggi antara sisi kanan serta kiri jalan dengan
bagian tengah. Kemudian dihitung pula setengah lebar jalan angkut dengan
menggunakan persamaan (14). Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, nilai
cross slope aktual dihitung dengan menggunakan persamaan (15).
Berbeda dengan cross slope aktual, nilai cross slope ideal menurut
Azwari (2015) bernilai 41,67 mm/m, yang berarti setiap 1 meter jarak mendatar
terdapat beda tinggi sebesar 4,167 cm. Lebar jalan angkut yang digunakan
dalam menghitung cross slope ideal juga merupakan lebar jalan angkut pada
kondisi lurus yang ideal, sehingga lebar setengah jalan angkut ideal dihitung
dengan menggunakan persamaan (14) dan beda tinggi ideal yang harus dibuat
37

untuk mencapai cross slope ideal dihitung dengan menggunakan persamaan


(16).
Produktivitas Alat Angkut. Dalam menghitung produktivitas alat
angkut terdapat beberapa data yang dihitung terlebih dahulu, seperti
availability factor, bucket fill factor, serta produksi per siklus. Nilai ailability
factor terdiri dari hour work, repair hour, standby hour dan schedule hour. Nilai-
nilai tersebut didapatkan dari hasil pengukuran secara langsung dilapangan
dan dikombinasikan dengan data time sheet dari divisi produksi di PT SPC.
Setelah diketahui nilai hour work dan repair hours maka selanjutnya dapat
dihitung nilai standby hours dengan cara mengurangi nilai schedule hours
dengan nilai hour work dan repair hours. Nilai availability factor dihitung
dengan menggunakan persamaan (20), (21), (22) dan (23). Masing-masing nilai
availability factor akan dirata-ratakan dari setiap pengukuran yang dilakukan
selama penelitian berlangsung.
Berdasarkan hasil pengukuran berat alat angkut aktual pada saat
bermuatan dengan tanpa muatan, maka dapat dihitung berat muatan yang
sedang diangkut dengan menentukan selisih hasil pengukuran tersebut.
Selanjutnya, dengan mengetahui jumlah isian bucket untuk alat angkut Hino
500 Fm 260 maka dapat diketahui berapa berat material aktual dalam setiap
bucket, dengan cara membagi berat muatan dengan jumlah isian bucket. Untuk
menghitung berat material teoritis pada bucket CAT 330D2L dilakukan dengan
cara mengalikan kapasitas bucket teoritis dengan densitas batubara di PT SPC.
Berat material yang dihitung menggunakan satuan kg.
Setelah diketahui berat material per bucket aktual dan terotitis maka
nilai bucket fill factor dihitung dengan menggunakan persamaan dibawah ini
(Lestari, Dkk. 2016):

Bucket fill factor = x 100% ..................................................................... (35)

Keterangan :
Va : Volume material akual (m3)
Vt : Volume material teoritis (m3)
Dikarenakan persamaan diatas menggunakan satuan volume, maka penulis
melakukan modifikasi dengan mengganti volume menjadi berat material dalam
mengitung bucket fill factor.
Sebelum menghitung produktivitas alat angkut, maka dihitung terlebih
dahulu produktivitas per siklus menggunakan persamaan (17) dan cycle time
alat angkut menggunakan persamaan (19). Produktivitas alat angkut kemudian
dihitung dengan menggunakan persamaan (18).
38

Setelah diketahui produktivitas setiap alat angkunya, maka dihitung


produksi setiap ½ shift siang selama pengambilan data cycle time yaitu dengan
mengalikan produktivitas alat angkut setiap alat dengan jumlah jam kerja alat
angkut setiap ½ shift. Untuk mendapatkan total produksi batubara pada shift
siang maka dijumlakan seluruh produksi ½ shift dari setiap alat angkut yang
bekerja pada saat penulis melakukan pengambilan data.
Produksi harian di PT SPC selama penulis melakukan penelitian
dihitung dengan menggabungkan data hasil perhitungan produksi penulis
dengan data produksi yang direkam oleh divisi produksi.
Produksi perbaikan dihitung dengan nilai travel time setelah perbaikan
yang dihitung dengan persamaan rimpull, baik pada keadaan alat angkut
mengangkut muatan maupun tanpa muatan. Dengan menggunakan
perhitungan rimpull akan didapatkan nilai kecepatan perbaikan alat angkut
untuk melewati setiap segmen jalan angkut. Dengan menggunakan persamaan
(30) akan dapat ditentukan nilai travel time perbaikan bedasarkan nilai
kecepatan perbaikan yang telah dihitung. Nilai travel time perbaikan akan
dimasukkan kedalam nilai cycle time sehingga menghasilkan nilai cycle time
perbaikan yang selanjutnya dapat digunakan untuk menghitung produktivitas
dan produksi perbaikan.
Rolling Resistance. Nilai RR dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan (25). Dimana W merupakan berat alat angkut dengan muatan
kosong atau bermuatan dan R merupakan nilai koefisien RR yang dapat dilihat
pada tabel 6. Nilai RR dihitung untuk setiap segmen jalan angkut yang telah
dibagi dari penampang jalan angkut. Berdasarkan pengamatan penulis bahwa,
niali koefisien RR yang terdapat di PT SPC dapat digolongkan menjadi 4, yaitu :
R untuk Jalan di Front =8 % (Keadaan jalan jelek)
R untuk Jalan di Front-Stockpile =2 % (Jalan terpelihara, ban tidak
terbenam)
R untuk Jalan di Stockpile =5% (Ban terbenam, sedikit basah)

Grade Resistance. Nilai GR dapat dihitung dengan menggunakan


persamaan (26), dimana GR dapat dihitung untuk kondisi alat angkut dengan
muatan kosong atau bermuatan.
Rimpull. RP yang dihitung kali ini merupakan RP sesudah evaluasi
jalan angkut. Perhitungan RP dilakukan pada setiap segmen jalan yang telah
dibagi pada penampang jalan angkut. Berikut adalah langkah-langkah yang
dapat dilakukan untuk menghitung RP perbaikan :
39

1. Ditentukan nilai grade setelah perbaikan, RR dan jarak masing-masing


segmen jalan angkut
2. Dihitung nilai RP pada keadaan alat angkut bermuatan sebagai berikut:
RP untuk RR = RR x (berat kosong + berat muatan) ......................... (36)

RP untuk GR = %GR x 20lb/ton x (berat kosong + berat muatan) .... (37)

RP untuk Acc = 20 lb/ton x (berat kosong + berat muatan) .............. (38)

3. Dihitung nilai RP pada keadaan alat angkut tanpa muatan sebagai


berikut:
RP untuk RR = RR x (berat kosong) ................................................ (39)

RP untuk GR = %GR x 20lb/ton x (berat kosong) ............................ (40)

RP untuk Acc = 20 lb/ton x (berat kosong) ..................................... (41)

4. Dijumlahkan RP total masing-masing keadaan


5. Ditentukan kecepatan kendaraan setelah perbaikan dengan
menggunakan persamaan (28).
6. Ditentukan waktu travel time yaitu pergi bermuatan (dari front menuju
stockpile) dan kembali kosong (dari stockpile menuju front) perbaikan
dengan menggunakan persamaan (30).
Pengaman Jalan Angkut. Untuk menghitung pengaman jalan angkut
khususnya tanggul pengaman dibutuhkan data sekunder berupa diameter roda
ban (D) alat angkut terbesar yang melewati jalan tersebut. Tinggi tanggul
pengaman dapat dihitung dengan persamaan (42). Nilai  yang digunakan tidak
boleh kurang dari 45o. Untuk menghitung ukuran tanggul pengaman ideal
dengan bentuk segitiga dapat dihitung dengan persamaan (43). Untuk
menghitung lebar alas tanggul pengaman dapat dihitung dengan persamaan
(44).
h = ½ D ...................................................................................................... (42)

tan 𝛼 = ............................................................................ (43)

Lebar Alas Tanggul Pengaman = 2 x Lebar sisi alas ½ segitiga ..................... (44)

3.4 Analisis Data


Data yang telah diukur dan diolah selanjutnya ditampilkan dalam
bentuk tabel dan kurva, sehingga analisis data dapat dilakukan dengan
mudah. Nilai aktual yang telah dihitung akan dibandingkan dengan nilai ideal
yang telah dihitung sesuai dengan persamaan terkait.
Pada hasil pengukuran lebar jalan angkut, baik pada kondisi lurus
maupun tikungan, jika terdapat nilai lebar aktual yang tidak sesuai dengan
40

lebar ideal pada kedua kondisi jalan maka dihitung nilai pelebaran jalan yang
diperlukan agar lebar jalan aktual dapat mencapai lebar jalan ideal. Hal yang
sama akan dilakukan juga pada nilai jari-jari aktual yang telah dilakukan
pengolahan.
Pada nilai superelevasi dan grade, nilai aktual akan dibandingkan
dengan nilai idealnya. Jika nilai superelevasi dan grade aktual belum sesuai
maka akan dilakukan perbaikan beda tinggi jalan angkut yang belum ideal.
Perbaikan akan dilakukan dengan menambah atau mengurangi nilai beda
tinggi aktual untuk mencapai beda tinggi ideal.
Perbaikan juga dilakukan pada nilai cross slope aktual yang belum
mencapai nilai ideal. Namun, dikarenakan cross slope diukur 2 jenis beda
tinggi, yaitu beda tinggi antara sisi kanan jalan dengan bagian tengah serta sisi
kiri jalan dengan bagian kiri, maka apabila nilai cross slope aktual belum
mencapai ideal, maka perlu dilakukan perbaikan dengan menambah atau
mengurangi elevasi kedua sisi pinggir jalan.
Dalam menghitung rimpull, khususnya rimpull untuk RR maka
diperlukan analisis kondisi permukaan jalan dari setiap segmen jalan angkut
yang ada di PT SPC untuk menentukan nilai koefisien RR yang sesuai.
Berdasarkan pengamatan, kondisi segmen jalan angkut dapat dibagi menjadi 4
bagian, yaitu kondisi jalan di front tambang, tanjakan awal di front, jalan di
front-stockpile serta jalan di stockpile. Dengan demikian nilai RR pada beberapa
kondisi jalan tersebut akan memiliki nilai yang berbeda.
Nilai produktivitas dan produksi setelah perbaikan didapatkan setelah
dilakukan perhitungan rimpull. Dengan adanya perbaikan jalan angkut dari
segi geometri jalan angkut yang disesuaikankan dengan dimensi alat angkut
dan kemampuan alat angkut maka akan menghasilkan nilai produktivitas dan
produksi yang meningkat dibandingkan dengan nilai aktualnya, dengan
demikian target produksi dapat tercapai.
Selain itu data hasil pengukuran pengaman jalan angkut dianalisis
sesuai dengan SNI nomor 7167 tahun 2016. Apabila terdapat nilai yang belum
sesuai maka selanjutnya direkomendasikan nilai yang sesuai dengan teori
melalui perhitungan berdasarkan persamaan terkait.
41

3.5 Bagan Alir Penelitian

Kajian Teknis Geometri Jalan Angkut Serta Hubungannya Dengan


Produktivitas Alat Angkut Di PT Seluma Prima Coal,
Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi

Permasalahan

1. Bagaimana geometri jalan angkut aktual dari front menuju stockpile serta
hubungannya dengan proses pengangkutan batubara di PT SPC?
2. Bagaimana kondisi pengaman jalan angkut aktual dari front menuju
stockpile di PT SPC?
3. Bagaimana geometri dan kondisi pengaman jalan angkut yang ideal dari
front menuju stockpile setelah dilakukan perbaikan ?
4. Bagaimana travel time alat angkut yang melalui jalan angkut setelah
dilakukan perbaikan dari front menuju stockpile ?
5. Bagaimana produktivitas batubara di PT SPC setelah dilakukan
perbaikan terhadap geometri jalan angkut dari front menuju stockpile ?

Studi Literatur

Data Primer Pengambilan Data Data Sekunder

1. Data produksi 2016,2017 dan saat


1. Data pengukuran geometri jalan penelitian
Angkut dengan total station 2. Data spesifikasi, time sheet,
2. Data cycle time dan faktor yang densitas batubara, kapasitas
mempengaruhinya khususnya bucket dan jam kerja alat
travel time alat angkut 3. Peta situasi dan data curah hujan
dalam kurun 5 tahun (BMKG)

Pengolahan dan Evaluasi Data

1. Geometri jalan angkut yang sesuai teori (ideal)


2. Kecepatan dan travel time setelah perbaikan
3. Produktivitas alat angkut setelah
perbaikan
4. Pengaman jalan angkut sesuai SNI No 7167
Tahun 2016

Anda mungkin juga menyukai