Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

TL3101 PROSES FISIK DAN KIMIA


MODUL 04
SEDIMENTASI PARTIKEL FLOKULEN

Nama Praktikan : Zakia Ainun


NIM : 15320061
Kelompok :3
Tanggal Praktikum : 28 Oktober 2022
Tanggal Pengumpulan : 5 November 2022
Asisten yang Bertugas : 1. Adjis Pramono (15319032)
2. Shafiya Qonita Ramadhina (15319069)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2022
I. Tujuan Praktikum
Berikut ini tujuan pada praktikum sedimentasi partikel flokulen.
1. Menentukan waktu detensi yang digunakan untuk mendesain bak
sedimentasi
2. Menentukan desain bak sedimentasi dengan menentukan panjang,
lebar, dan kedalaman berdasarkan data hasil percobaan
3. Menentukan persentase total penyisihan (% removal) partikel
flokulen dari suatu sumber air baku

II. Teori Dasar


Sedimentasi adalah memisahkan partikel solid-liquid dengan cara pengendapan
yang memanfaatkan gravitasi untuk menyisihkan partikel suspended solid.
Sedimentasi pada umumnya digunakan pada saat pengolahan air minum,
pengolahan air limbah, dan pada pengolahan air limbah tingkat lanjututan.

Bak sedimentasi biasanya terbuat dari bahan beton bertulang dengan bentuk
lingkaran, bujur sangkar, atau segi empat. Bak berbentuk lingkaran biasanya
memiliki diameter berukuran 10,7-45,7 meter dan kedalaman 3-4,3 meter. Bak
berbentuk bujur sangkar biasanya mempunyai lebar 10-70 meter dengan
kedalaman 1,8-5,8 meter. Sedangkan bak berbentuk segi empat, lebarnya adalah
1,5-6 meter, panjangnya hingga 76 meter, dan kedalamannya lebih dari 1,8
meter.

Karakteristik pengendapan pada proses sedimentasi salah satunya dipengaruhi


oleh ukuran dan bentuk partikel yang cenderung memiliki sedikit muatan listrik
(Kristijarti, 2013). Terdapat dua jenis partikel pada air limbah, yang pertama
disebut sebagai partikel tersuspensi, yaitu ukuran partikelnya lebih besar dari 1
μm dan dapat disisihkan dengan sedimentasi secara gravitasi. Untuk jenis
kedua, yaitu partikel koloid yang bermuatan negatif pada permukaannya dan
berukuran sekitar 0,01-1 μm sehingga gaya tarik antar partikel jauh lebih kecil
dibandingkan gaya-gaya tolakan dari muatan listriknya.Oleh karena itu, koloid
lebih sulit bersatu untuk membentuk partikel yang berukuran lebih besar
sehingga menjadi lebih sulit mengendap.

Berdasarkan konsentrasi dan kecenderungan partikel berinteraksi, proses


sedimentasi terbagi menjadi empat tipe, yaitu:
1. Sedimentasi Tipe I/Plain Settling/Discrete Particle
Tipe ini adalah proses pengendapan partikel diskrit, yaitu partikel yang
dapat mengendap secara bebas tanpa memerlukan interaksi antar partikel
dan tanpa menambahkan koagulan. Tujuan dari unit ini adalah menurunkan
kekeruhan air baku dan digunakan pada grit chamber. Umumnya dalam
pengolahan air, proses pemisahan padatan terjadi dalam bentuk
pengendapan partikel diskrit (prasedimentasi atau grit chamber) dan
pengendapan flokulan (sedimentasi) (Reynold, 1996).
2. Sedimentasi Tipe II/Flocculant Settling
Pada tipe ini, pengendapan material koloid dan solid tersuspensi terjadi
dengan menambahkan koagulan dengan tujuan untuk mengendapkan flok-
flok kimia setelah melalui proses koagulasi dan flokulasi. Pengendapan
partikel flokulan akan lebih efisien jika bak yang digunakan memilik
ketinggian yang relatif rendah atau dengan pemasangan tube settler pada
bagian atas bak pengendapan untuk menahan flok yang terbentuk.
3. Sedimentasi Tipe III/Hindered Settling/Zone Settling
Tipe ini adalah pengendapan di mana konsentrasi koloid dan partikel
tersuspensi adalah sedang dan partikel saling berdekatan sehingga gaya
antar partikel mengganggu keberjalanan pengendapan partikel di
sebelahnya. Partikel berada pada posisi yang relatif tetap satu sama lain dan
semua mengendap pada kecepatan yang konstan. Hal ini menyebabkan
massa partikel mengendap sebagai suatu zona dan menimbulkan suatu
permukaan ontak antara solid dan liquid. Sedimentasi jenis ini pada
umumnya digunakan pada pengolahan air limbah, bukan pengolahan air
minum.
4. Sedimentasi Tipe IV
Sedimentasi Tipe IV merupakan unit lanjutan dari sedimentasi Tipe III, di
mana terjadi pemampatan (kompresi) massa partikel sehingga diperoleh
konsentrasi lumpur yang tinggi.

Parameter operasi pada unit sedimentasi adalah waktu tinggal (detention time),
laju luapan permukaan (overflow rate), kecepatan aliran, dan laju luapan (weir
overflow rate).

Pada sedimentasi Tipe II, persamaan Stoke’s tidak bisa digunakan untuk
menentukan kecepatan partikel karena ukuran dan kecepatan pengendapan
tidak tetap. Oleh karena itu, digunakan uji dengan column settling test dengan
metode multiple withdrawal ports untuk menentukan besarnya partikel yang
mengendap. Pada kolom pengendapan, sampling dilakukan pada setiap port
pada interval waktu tertentu dan data removal partikel diplot pada grafik di
bawah ini.

Gambar II.1 Grafik Isoremoval

Grafik isoremoval di atas dapat digunakan untuk menentukan besarnya


penyisihan total pada waktu tertentu.

III. Prinsip Praktikum


Prinsip yang digunakan pada praktikum modul ini adalah sampel air disimpan
pada tangki camp dan partikel diskret diendapkan terlebih dahulu. Sampel air
pada tangki camp ditambahkan dengan koagulan tawas Al2(SO4)3 dengan
menentukan dosis koagulan optimum dahulu menggunakan metode jar test.
Kemudian dilakukan pengadukan cepat selama 1 menit dan dilanjutkan dengan
pengadukan lambat selama 10 menit agar proses koagulasi dan flokulasi terjadi.
Sampel air pada tangki camp tersebut dipindahkan ke beker glass setiap 5 menit
sekali dari menit ke-0 hingga menit ke-40. Sampel air di beker glass pada tiap
menit pengambilan diukur kekeruhannya menggunakan alat turbidimeter yang
telah dikalibrasi sebelumnya.

IV. Alat dan Bahan


IV.1 Alat
1. Turbidimeter
2. Cawan pijar
3. Beker glass
4. Tangki camp
5. Meteran
6. Alat jar test

IV.2 Bahan
1. Sumber air baku
2. Koagulan tawas Al2(SO4)3

V. Data Percobaan
Berikut ini data awal yang diperoleh dari percobaan.
Tabel V.1 Data Awal Percobaan
Data Awal Nilai Satuan
Kekeruhan awal 250 NTU
Kedalaman tangki camp 300 cm
Diameter tangki 16,7 cm
Volume tangki 65.711,9081 mL
Kebutuhan koagulan 394,2714 mL
Berdasarkan percobaan, didapatkan pula nilai kekeruhan di dalam sumber air
baku yang dituliskan pada tabel di bawah ini.

Tabel V.2 Data Pengukuran Kekeruhan pada Sumber Air Baku pada Waktu dan
Kedalaman Tertentu
Data Kekeruhan (NTU)
Waktu Sampling (menit)
Kedalaman (m)
30 60 90 120 150 180
0,5 133 83 50 38 30 23
1 180 125 93 65 55 43
1,5 203 150 118 93 70 58
2 213 168 135 110 90 70
2,5 220 180 145 123 103 80
3 225 188 155 133 113 95

VI. Pengolahan Data


VI.1 Penentuan Persentase Penyisihan (%Removal)
Dalam menentukan persentase penyisihan digunakan data kekeruhan pada
setiap waktu di beberapa kedalaman yang sudah ditentukan. Berikut ini
persamaan yang digunakan dalam menentukan persentase penyisihan.
𝐾𝑒𝑘𝑒𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝐾𝑒𝑘𝑒𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛𝑥,𝑦
%𝑅𝑒𝑚𝑜𝑣𝑎𝑙𝑥,𝑦 = ( ) × 100%
𝐾𝑒𝑘𝑒𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛𝑎𝑤𝑎𝑙
Berdasarkan persamaan di atas, persentase penyisihan pada menit ke-30 dan
kedalaman 0,5 dapat dihitung sebagai berikut.
250 − 133
%𝑅𝑒𝑚𝑜𝑣𝑎𝑙𝑥,𝑦 = ( ) × 100%
250
%𝑅𝑒𝑚𝑜𝑣𝑎𝑙𝑥,𝑦 = 46,8%
Untuk waktu dan kedalaman lainnya dapat dihitung menggunakan persamaan
yang sama seperti di atas, sehingga didapatkan hasil perhitungannya adalah
sebagai berikut.
Tabel VI.1.1 Data Pengukuran Persentase Penyisihan pada Sumber Air Baku
pada Waktu dan Kedalaman Tertentu
Data Persentase Penyisihan (%)
Waktu Sampling (menit)
Kedalaman (m)
30 60 90 120 150 180
0,5 46,8 66,8 80 84,8 88 90,8
1 28 50 62,8 74 78 82,8
1,5 18,8 40 52,8 62,8 72 76,8
2 14,8 32,8 46 56 64 72
2,5 12 28 42 50,8 58,8 68
3 10 24,8 38 46,8 54,8 62

VI.2 Pembuatan Grafik Isoremoval


Dalam membuat grafik isoremoval digunakan data persentase penyisihan pada
setiap kedalaman dan waktu pengukuran, Grafik ini berfungsi untuk
menentukan persentase penyisihan total. Pada grafik isoremoval sumbu-x
adalah waktu pengambilan sampel dan sumbu-y adalah kedalaman, lalu dibuat
grafik isoremoval untuk persentase removal mulai dari 10% hingga 90%.
Berikut ini grafik persentase penyisihan dari hasil plot titik-titik data penyisihan
yang didapatkan.

Gambar VI.2.1 Grafik Isoremoval Partikel Flokulen


VI.3 Penentuan Persentase Penyisihan Total (%TR)
Berdasarkan grafik isoremoval pada bagian sebelumnya dapat ditentukan
persentase penyisihan total. Pada grafik isoremoval ditarik enam garis dari
bagian bawah yang tegak lurus dengan sumbu-x, sehingga diperoleh enam data
waktu untuk selanjutnya ditentukan persentase penyisihan total (%TR) dengan
kedalaman tangki camp (H) adalah 3 m. Data waktu yang diperoleh adalah pada
menit 30, 60, 90, 120, 150, dan 180. Berikut ini persamaan yang digunakan
untuk menghitung persentase penyisihan total untuk setiap waktu tersebut.
∆𝐻(𝑅𝑇2 − 𝑅𝑇1 ) ∆𝐻(𝑅𝑇3 − 𝑅𝑇2 ) ∆𝐻(𝑅𝑇4 − 𝑅𝑇3 ) ∆𝐻(𝑅𝑇𝑛+1 − 𝑅𝑇𝑛 )
𝑅𝑇 (%) = 𝑅𝑇1 + + + + ⋯+
𝐻 𝐻 𝐻 𝐻
Keterangan:
RT = Persentase penyisihan tiap kurva
H = Total kedalaman tangki camp
ΔH = Selisih kedalaman kurva pada satu waktu

Berdasarkan persamaan di atas, berikut ini perhitungan persentase penyisihan


total pada waktu 150 menit.
0,3(60 − 54,8) 0,3875(70 − 60) 0,4(80 − 70) 0,275(90 − 80) 0,1375(100 − 90)
𝑅𝑇 (%) = 54,8 + + + + +
3 3 3 3 3
𝑅𝑇 (%) = 59,32%

Untuk waktu lainnya dapat dihitung menggunakan persamaan yang sama


seperti di atas, sehingga didapatkan hasil perhitungannya adalah sebagai
berikut.
Tabel VI.3.1 Data Total Removal pada Waktu 30 Menit
t = 30 menit
Isoremoval
(%) Fraksi (∆%) ∆H ∆H/H (∆H/H) * ∆%
Awal Akhir
10% 20% 0,1 0,825 0,275 0,0275
20% 30% 0,1 0,2375 0,079166667 0,007916667
30% 40% 0,1 0,1625 0,054166667 0,005416667
40% 50% 0,1 0,075 0,025 0,0025
50% 60% 0,1 0,0875 0,029166667 0,002916667
60% 70% 0,1 0,025 0,008333333 0,000833333
70% 80% 0,1 0,0625 0,020833333 0,002083333
80% 90% 0,1 0,0125 0,004166667 0,000416667
90% 100% 0,1 0,0125 0,004166667 0,000416667
Total Removal (%) 15,00%
Tabel VI.3.2 Data Total Removal pada Waktu 60 Menit
t = 60 menit
Isoremoval
(%) Fraksi (∆%) ∆H ∆H/H (∆H/H) * ∆%
Awal Akhir
24% 30% 0,06 0,375 0,125 0,0075
30% 40% 0,1 0,375 0,125 0,0125
40% 50% 0,1 0,25 0,083333333 0,008333333
50% 60% 0,1 0,1875 0,0625 0,00625
60% 70% 0,1 0,1 0,033333333 0,003333333
70% 80% 0,1 0,1125 0,0375 0,00375
80% 90% 0,1 0,075 0,025 0,0025
90% 100% 0,1 0,025 0,008333333 0,000833333
Total Removal (%) 28,50%

Tabel VI.3.3 Data Total Removal pada Waktu 90 Menit


t = 90 menit
Isoremoval
(%) Fraksi (∆%) ∆H ∆H/H (∆H/H) * ∆%
Awal Akhir
38% 40% 0,02 0,175 0,058333333 0,001166667
40% 50% 0,1 0,55 0,183333333 0,018333333
50% 60% 0,1 0,25 0,083333333 0,008333333
60% 70% 0,1 0,15 0,05 0,005
70% 80% 0,1 0,125 0,041666667 0,004166667
80% 90% 0,1 0,15 0,05 0,005
90% 100% 0,1 0,1 0,033333333 0,003333333
Total Removal (%) 42,53%

Tabel VI.3.4 Data Total Removal pada Waktu 120 Menit


t = 120 menit
Isoremoval (%)
Fraksi (∆%) ∆H ∆H/H (∆H/H) * ∆%
Awal Akhir
46,8% 50% 0,032 0,2375 0,079166667 0,002533333
50% 60% 0,1 0,4375 0,145833333 0,014583333
60% 70% 0,1 0,2375 0,079166667 0,007916667
70% 80% 0,1 0,25 0,083333333 0,008333333
80% 90% 0,1 0,2375 0,079166667 0,007916667
90% 100% 0,1 0,1 0,033333333 0,003333333
Total Removal (%) 51,26%

Tabel VI.3.5 Data Total Removal pada Waktu 150 Menit


t = 150 menit
Isoremoval (%)
Fraksi (∆%) ∆H ∆H/H (∆H/H) * ∆%
Awal Akhir
54,8% 60% 0,052 0,3 0,1 0,0052
60% 70% 0,1 0,3875 0,129166667 0,012916667
70% 80% 0,1 0,4 0,133333333 0,013333333
80% 90% 0,1 0,275 0,091666667 0,009166667
90% 100% 0,1 0,1375 0,045833333 0,004583333
Total Removal (%) 59,32%

Tabel VI.3.6 Data Total Removal pada Waktu 180 Menit


t = 180 menit
Isoremoval (%)
Fraksi (∆%) ∆H ∆H/H (∆H/H) * ∆%
Awal Akhir
90,8% 100% 0,092 0,25 0,083333333 0,007666667
Total Removal (%) 91,57%

VI.4 Pembuatan Grafik Total Penyisihan terhadap Waktu Detensi


Setelah mendapatkan data persentase total penyisihan, data tersebut diplotkan
ke dalam grafik sebagai sumbu-y dan waktu detensi sebagai sumbu-x. Sehingga
grafik yang terbentuk akan seperti gambar di bawah ini.
100,00%
90,00%
80,00%
% Total Removal

70,00%
60,00%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
0 50 100 150 200
Waktu Detensi (min)

Gambar VI.4.1 Grafik Persentase Total Penyisihan terhadap Waktu Detensi


Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa nilai persentase penyisihan
total berbanding lurus dengan waktu. Artinya, semakin panjang waktu yang
diberikan, maka semakin banyak partikel tersuspensi atau terlarut yang
mendapatkan kesempatan mengendap akibat adanya gangguan penambahan
koagulan yang diberikan sehingga terbentuk flok hasil proses koagulasi-
flokulasi. Nilai persentase penyisihan total tertinggi adalah 91,57% yaitu pada
waktu 180 menit.

Berdasarkan grafik tersebut dapat ditentukan waktu detensi untuk persentase


total removal sebesar 65% dengan menarik garis horizontal ke grafik yang
terbentuk dan dilanjutkan dengan menarik garis vertical ke bawah untuk
mendapatkan nilai waktu detensinya, yaitu didapatkan sebesar 155 menit.
VI.4 Penentuan Grafik Total Penyisihan terhadap Surface Loading Rate
Surface loading rate dapat ditentukan menggunakan persamaan sebagai
berikut.
𝐻
𝑆𝐿𝑅 =
𝑡
Berdasarkan persamaan tersebut, surface loading rate untuk menit ke-30 dapat
dihitung sebagai berikut.
3𝑚
𝑆𝐿𝑅10 = = 6 𝑚/𝑗𝑎𝑚
1
30 × (60) 𝑗𝑎𝑚

Untuk waktu lainnya dapat dihitung menggunakan persamaan yang sama


seperti di atas, sehingga didapatkan hasil perhitungannya adalah sebagai
berikut.
Tabel VI.4.1 Data Surface Loading Rate pada Tiap Waktu Pengukuran
Waktu Surface Loading Rate
(menit) m3/m2/menit m3/m2/detik m3/m2/hari m3/m2/jam
30 0,1 0,001666667 144 6
60 0,05 0,000833333 72 3
90 0,033333333 0,000555556 48 2
120 0,025 0,000416667 36 1,5
150 0,02 0,000333333 28,8 1,2
180 0,016666667 0,000277778 24 1
Data di atas dapat diplotkan ke dalam grafik dengan surface loading rate
sebagai sumbu-x dan persentase penyisihan total sebagai sumbu-y. Berikut ini
grafiknya.
7
Surface Loading Rate (m3/m2/jam)

0
0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00%
%Total Removal

Gambar VI.4.1 Grafik Surface Loading Rate terhadap Persentase Penyisihan


Total

Berdasarkan grafik di atas dapat ditentukan bahwa nilai beban permukaan akan
menurun seiring dengan meningkatnya nilai persentase penyisihan total. Hal ini
dikarenakan partikel-partikel yang tersisa pada setiap rentang interval
penurunan penyisihan total semakin sedikit, sehingga beban permukaan
semakin kecil nilainya karena banyak partikel yang sudah mengendap.

Berdasarkan grafik tersebut dapat ditentukan pula SLR untuk persentase total
removal sebesar 65% dengan menarik garis vertical ke atas ke grafik yang
terbentuk dan dilanjutkan dengan menarik garis horizontal ke kiri untuk
mendapatkan nilai SLR-nya, yaitu didapatkan sebesar 1,5 m3/m2/jam.

VII. Analisis dan Pembahasan


VII.1 Analisis Cara Kerja
Pada percobaan ini langkah pertama yang dilakukan adalah dosis koagulan
optimum tawas Al2(SO4)3 ditentukan terlebih dahulu menggunakan metode jar
test. Dosis variasi yang digunakan pada metode jar test adalah 40 mg/L, 50
mg/L, 60 mg/L, 70 mg/L, 80 mg/L, dan 90 mg/L. Berdasarkan percobaan
tersebut didapatkan dosis optimum untuk menyisihkan partikel flokulen adalah
60 mg/L, artinya pada 1 L air ditambahkan koagulan sebanyak 6 mL.
Kemudian, sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah sampel yang
telah disaring partikel diskritnya terlebih dahulu sehingga sampel air yang
digunakan hanya mengandung koloid dan partikel diskrit yang tidak tersaring.
Lalu dimensi tangki camp dan jarak antar keran yang ada di tangki camp diukur
untuk menentukan volume tangki tersebut dan jumlah koagulan yang harus
dimasukkan. Langkah selanjutnya adalah koagulan dimasukkan ke dalam
tangki camp. Oleh karena volume tangki camp adalah 65,71190814 L, maka
dosis koagulan yang harus ditambahkan ke dalam sampel air di tangki camp
adalah sebanyak 394,2714488 mL. Setelah itu dilakukan proses pengadukan
cepat selama 1 menit dan pengadukan lambat selama 10 menit. Hal ini
dilakukan agar terjadi proses mixing, sehingga proses koagulasi-flokulasi dapat
berjalan dengan baik. Kemudian dilakukan pengukuran waktu menggunakan
stopwatch dan sampel air pada tangki camp diambil di setiap keran setiap 30
menit sekali. Sampel air yang diambil lalu diukur kekeruhannya menggunakan
turbidimeter. Nilai kekeruhan yang terlihat pada alat kemudian dicatat untuk
selanjutnya diolah sehingga didapatkan nilai persentase penyisihan untuk tiap
titik dan waktu yang nantinya akan diplot ke dalam grafik isoremoval untuk
menentukan persentase penyisihan total setiap interval waktu.

VII.2 Penentuan Dimensi Bak Sedimentasi


Data yang didapatkan dari proses pengolahan data selanjutnya akan digunakan
untuk menentukan desain bak sedimentasi. Perancangan bak sedimentasi ini
didasari kriteria desain yang ada pada SNI 6774:2008 tentang Tata Cara
Perencanaan Unit Paket Instalasi Pengolahan Air. Pada SNI ini terdapat kriteris
mengenai unit sedimentasi berdasarkan bentuk bak sedimentasi yang
diinginkan. Perancangan kali ini akan dibuat bak sedimentasi yang berbentuk
rectangular atau bak segi empat dengan kriteria sebagai berikut.
Tabel VII.2.1 Kriteria Desain Bak Sedimentasi Persegi (Aliran Horizontal)
Kriteria Nilai Satuan
Beban permukaan 0,8-2,5 m
(m3/m2/jam)
Kedalaman 3-6 m
Waktu tinggal 1,5-3 jam
Lebar/panjang > 1,5 m
Perancangan kali ini akan dibuat bak sedimentasi dengan total penyisihan
sebesar 65%. Percobaan dilakukan pada skala lab sehingga dibutuhkan
koefisien untuk mendesain skala lapangan. Untuk mendapatkan kondisi yang
scale up dan memenuhi kriteria desain, maka surface loading rate dan waktu
detensi harus dikalikan dengan faktor skala 0,65 dan 1,75 (Reynold & Richards,
1996). Berikut ini perhitungannya.
𝑡𝑑𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 = 1,75(𝑡𝑑)
𝑡𝑑𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 = 1,75(155 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
𝑡𝑑𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 = 271,25 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 4,52 𝑗𝑎𝑚
𝑆𝐿𝑅𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 = 0,65(𝑡𝑑)
𝑚3
𝑆𝐿𝑅𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 = 0,65 (1,5 )
𝑗𝑎𝑚 − 𝑚2
𝑚3
𝑆𝐿𝑅𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 = 0,975
𝑗𝑎𝑚 − 𝑚2
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dikalikan koefisien, nilai waktu
detensi belum memenuhi kriteria desain, sedangkan untuk SLR sudah
memenuhi kriteria desain. Idealnya digunakan ukuran yang sesuai kriteria,
tetapi pada perancangan kali ini digunakan data hasil perhitungan yang
diperoleh.

Apabila setiap harinya debit masukan limbah ke unit pengolahan adalah sebesar
2500 m3/hari, maka volume bak sedimentasi dapat ditentukan menggunakan
persamaan sebagai berikut.
𝑉𝑏𝑎𝑘 = 𝑄 × 𝑡𝑑
2500 𝑚3 1 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑉𝑏𝑎𝑘 = × × 4,52 𝑗𝑎𝑚
ℎ𝑎𝑟𝑖 24 𝑗𝑎𝑚
𝑉𝑏𝑎𝑘 = 470,83 𝑚3
Luas penampang dari bak sedimentasi bisa dihitung menggunakan persamaan
sebagai berikut.
𝑄
𝐴𝑏𝑎𝑘 =
𝑆𝐿𝑅
2500 𝑚3 1 ℎ𝑎𝑟𝑖
( × 24 𝑗𝑎𝑚)
ℎ𝑎𝑟𝑖
𝐴𝑏𝑎𝑘 =
𝑚3
0,972
𝑗𝑎𝑚 − 𝑚2

2500 𝑚3 1 ℎ𝑎𝑟𝑖
( × 24 𝑗𝑎𝑚)
ℎ𝑎𝑟𝑖
𝐴𝑏𝑎𝑘 =
𝑚3
0,972
𝑗𝑎𝑚 − 𝑚2
𝐴𝑏𝑎𝑘 = 107,16735 𝑚2
Dengan mengetahui volume bak dan luas penampang, maka tinggi bak
sedimentasi dapat ditentukan sebagai berikut.
𝑉𝑏𝑎𝑘
𝐻𝑏𝑎𝑘 =
𝐴𝑏𝑎𝑘
470,83 𝑚3
𝐻𝑏𝑎𝑘 =
107,16735 𝑚2
𝐻𝑏𝑎𝑘 = 4,393 𝑚
Berdasarkan data luas penampang bak sedimentasi dapat ditentukan panjang
dan lebar dari bak dengan perbandingan berdasarkan kriteria lebar:panjang
adalah > (1:5), pada perancangan ini akan dibuat perbandingan 1:3, sehingga
perhitungannya adalah sebagai berikut.
𝐴𝑏𝑎𝑘 = 𝑃 × 𝐿
𝐴𝑏𝑎𝑘 = 3𝐿 × 𝐿
𝐴𝑏𝑎𝑘 = 3𝐿2
107,16735 𝑚2 = 3𝐿2
𝐿 = 5,9768 𝑚
Sehingga panjang bak dapat dihitung sebagai berikut.
𝑃 = 3𝐿 = 3(5,9768 𝑚) = 17,9304 𝑚
Dari pengolahan data di atas didapatkan dimensi bak sedimentasi yang akan
dirancang, yaitu panjang 17,9304 m; lebar 5,9768 m; dan tinggi 4,393 m.
Sehingga dapat digambarkan seperti di bawah ini.

Gambar VII.2.1 Desain Bak Sedimentasi

VII.3 Analisis Kesalahan


Ketika melakukan percobaan, terdapat beberapa kesalahan yang dilakukan oleh
praktikan sehingga dapat mempengaruhi hasil percobaan yang didapatkan.
Berikut ini kesalahannya.
1. Pada proses pengukuran dimensi tangki camp dilakukan secara manual
menggunakan meteran sehingga dapat menimbulkan ketidaktepatan
dalam pembacaan ukuran oleh praktikan yang akan mempengaruhi
ukuran volume tangki camp dan jumlah koagulan yang dimasukkan.
2. Proses pengadukan cepat dan lambat dilakukan manual oleh praktikan
sehingga kecepatan pengadukannya tidak konstan dan akan
mempengaruhi hasil percobaan karena proses mixing tidak berjalan
dengan sempurna (sampel air tidak homogen dan partikel tersuspensi
tidak tersebar merata)
3. Pada proses pengukuran kekeruhan, kuvet yang digunakan tidak
dibersihkan terlebih dahulu sehingga akan mempengaruhi nilai
kekeruhan yang terbaca pada alat.
4. Pada proses pembuatan grafik isoremoval digunakan kertas milimeter
block yang ketelitiannya kecil sehingga banyak data yang dibulatkan
untuk menyesuaikan dengan kertasnya. Sehingga mempengaruhi nilai
persentase total penyisihan yang didapatkan.
VII.4 Aplikasi di IPA atau IPAL
Berikut ini aplikasi sedimentasi partikel flokulen.
1. Instalasi Pengolahan Air Minum
Proses sedimentasi atau pengendapan untuk mengolah air baku
menjadi air minum sangat penting karena proses sedimentasi akan
memudahkan proses pengolahan selanjutnya, yaitu filtrasi. Air baku
yang diendapkan terlebih dahulu akan mengurangi beban proses
filtrasi yang dilakukan karena partikel-partikel yang berukuran besar
diendapkan dulu sehingga yang tersisa hanyalah partikel koloid
yang akan diproses melalui filtrasi.
2. Instalasi Pengolahan Air Limbah
Pada proses pengolahan air limbah digunakan sedimentasi partikel
flokulen karena pada air limbah terdapat banyak partikel koloid yang
dapat mempengaruhi warna dan kekeruhan air limbah. Selain itu,
partikel koloid yang ada pada air limbah memiliki karakteristik sulit
diendapkan sehingga dibutuhkan koagulan untuk mendestabilisasi
partikel koloid sehingga terjadi pengendapan.

VIII. Kesimpulan
1. Waktu detensi yang didapatkan untuk mendesain bak sedimentasi
adalah 4,52 jam. Namun, waktu detensi ini kurang sesuai dengan
kriteria desain yang ada pada SNI 6774:2008 karena ada beberapa
kesalahan yang telah dianalisis.
2. Berdasarkan perhitungan didapatkan desain bak sedimentasi dengan
panjang 17,9304 m, lebar 5,9768 m, dan tinggi 4,393 m.
3. Berikut ini persentase total penyisihan partikel flokulen dari suatu
sumber air baku pada setiap waktu.

% Total
Waktu (min)
Removal
30 15,00%
60 28,50%
90 42,53%
120 51,26%
% Total
Waktu (min)
Removal
150 59,32%
180 91,57%

IX. Daftar Pustaka


Kristijarti, P., Suharto, I., & Marieanna. 2013. Penentuan Jenis Koagulan dan
Dosis Optimum untuk Meningkatkan Efisiensi Sedimentasi dalam
Instalasi Pengolahan Air Limbah Pabrik Jamu X. Laporan Penelitian.
Universitas Katolik Parahyangan.
Reynold, T.D., (1996), Unit Operations in Environmental Engineering. Texas
A & M University, B/C Engineering Division Boston, Massachusetts,
USA.
Sarah, A. 2013. Teori Koagulasi, Flokulasi, Sedimentasi, dan Filtrasi. Tugas
Besar Desain Kimia-Fisika.
Tauhid, I., Oktiawan, W., dan Samudro, G. 2018. Penentuan Surface Loading
Rate (Vo) dan Waktu Detensi (td) Air Baku Air Minum Sungai Kreo
dalam Perencanaan Prasedimentasi dan Sedimentasi HR-WTP
Jatibarang. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan 10(2) hal. 77-87.
Yunita, M. E. 2017. Efisiensi Bak Sedimentasi pada Instalasi Pengolahan Air
Limbah PT Interbis Sejahtera Food Industry. Perpustakaan Universitas
Katolik Musi Charitas. http://eprints.ukmc.ac.id/id/eprint/1075

Anda mungkin juga menyukai