SEDIMENTASI
Oleh :
Sitio, Theodora 181411060
Solehudin Al-Ayubi 181411061
Triyoga Meiditama P 181411062
Vinda Suciati Rahayu 181411063
Kelas : 3B
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Menentukan efisiensi penurunan kekeruhan limbah tepung tapioca setelah melalui
sedimentasi secara kontinyu menggunakan lamella clarifier.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pengendapan padatan yang terkandung dalam cairan
oleh gaya gravitasi [ CITATION Roe14 \l 1057 ]. Untuk mendapatkan proses sedimentasi
yang optimum perlu menentukan waktu yang pengendapan yang efektif. Proses
sedimentasi banyak digunakan untuk penjernihan air, pengolahan limbah, dan erosi.
Umumnya proses sedimentasi digunakan setelah proses koagulasi dan flokulasi yang
berfungsi untuk destabilisasi dan memperbesar gumpalan/ukuran partikel, sehingga
mudah untuk diendapkan. Dalam proses sedimentasi hanya partikel yang lebih berat
dari air yang dapat terpisah. Misalnya:kerikil dan pasir, biofloc pada tangki
pengendapan sekunder, flok hasil reaksi kimia, dan lumpur.
2.2 Mekanisme Sedimentasi
Pada prinsipnya, sedimentasi merupakan pemisahan partikel padatan dan cairan
dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Sehingga padatan akan berada di bagian bawah
sedangkan cairan berada di bagian atas. Gambar (a) merupakan slurry dalam silinder
dengan konsentrasi padatan yang seragam. Seiring berjalannya waktu, partikel
padatan mulai mengendap. Pada gambar (b) mulai menunjukan beberapa zona.
Daerah D merupakan endapan partikel padatan yang lebih berat dan lebih cepat
mengendap. Daerah C partikel dengan ukuran berbeda dengan konsentrasi berbeda.
Daerah B daerah yang kondisinya mirip dengan kondisi awal dan akan turun dan
terjadi proses free settling. Daerah A berupa liquid jernih. Ketika proses sedimentasi
berlanjut maka akan terjadi zona daerah dengan tinggi yang berbeda seperti gambar
(c) dan (d). Pada akhirnya daerah B dan C menghilang karena padatan tersebut turun
ke bawah sehingga hanya tersisa daerah A dan D.
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Alat dan Bahan
Alat
Bahan
Siapkan larutan koagulan dan flokulan sesuai konsentrasi yang ditentukan misalnya 60
ppm untuk koagulan dan 0,125 ppm untuk flokulan
Kalibrasi bukaan valve influen dan dozing pump agar sesuai dengan debit yang ditentukan
Nyalakan pompa influen untuk mengalirkan air baku ke tangki koagulan dan flokulan
hingga penuh lalu matikan.
Nyalakan pompa influen dan dozing pump larutan koagulan dan flokulan sehingga air
baku mulai mengalir ke tangki sedimentasi (lamella clarifier). Jangan lupa buka valve
untuk backflow di aliran influen.
Ambil sampel efluen setiap 2 menit untuk diukur parameter kekeruhan, pH dan DHL
nya hingga air limbah habis.
BAB III
PENGOLAHAN DATA
Kekeruhan awal diperoleh ketika t0 yaitu ketika sebelum proses sedimentasi (dari data
yaitu 197,7 NTU), dan kekeruhan akhir diperoleh ketika sample keluar dari efluen dan
pada kurun waktu tertentu atau yang telah ditetapkan. Contoh :
197,7−26,73
efesiensi= x 100 %=86,48 %
197,7
197,7−26,11
efesiensi= x 100 %=86,79 %
197,7
Dilakukan untuk perhitungan sampel berikutnya hingga sampel terakhir dan diperoleh
200
Turbidity (NTU)
150
100
f(x) = − 6.75 x + 90.63
R² = 0.37
50
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
t (menit)
PEMBAHASAN
Parameter yang diperhatikan dalam praktikum ini adalah pH, DHL dan kekeruhan.
Fungsi pengukuran pH pada ifluen adalah untuk mengetahui seberapa banyak CaO yang
harus ditambahkan sebelum larutan ifluen masuk ke proses koagulasi, karena pH yang
tidak optimum menyebabkan kegagalan pembentukan flok. Penambahan CaO
dimaksudkan agar pH netral, nilai pH rendah mengindikasikan terjadinya penurunan
kualitas air yang nantinya akan berdampak terhadap kehidupan biota. Fungsi pengukuran
kekeruhan adalah untuk mengetahui efisiensi penurunan suspended solid pada air limbah.
Fungsi pengukuran DHL adalah kemampuan air untuk meneruskan listrik.
Tangki sedimentasi yang digunakan adalah jenis Lamella Clarifier. Dipilih jenis
tangki ini karena memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan tangki sedimentasi
lainnya, yaitu:
Mudah dipasang, pelat lamella clarifier dapat dibongkar pasang bahkan saat sedang
beroperasi
Tidak memerlukan energi karena bagian lamella clarifier tidak ada yang bergerak
secara mekanis sehingga menghemat pengeluaran energi
Mengurangi pertumbuhan lumut karena proses dilakukan di dalam, amun tetap saja
perlu dibersihkan secara rutin
Area pengendapan besar dan efesien, karena memanfaatkan kemiringan dari pelat
yang dipasang pada instalasi pengolahan air limbah
Kinerja dapat ditingkatkan dengan penambahan zat kimia yaitu dengan
penambahan flokulan dan koagulan untuk mengoptimalkan proses pengendapan.
Dari kurva dapat dilihat bahwa terjadi penurunan kekeruhan yang signifikan pada t 0
dan t2 hal tersebut terjadi karena t 0 diperoleh sebelum melewati unti sedimentasi
sedangkan t2 diambil setelah proses sedimentasi. Pun dengan sampel selanjutnya. Dari
kurva dapat dilihat bahwa seiring berjalannya waktu nilai kekeruhan semakin kecil, hal itu
terjadi karena banyaknya flok yang mengendap. Dari kurva yang telah dibuat didapat
trendline sebesar = 0,3714. Efesiensi rata-rata yang diperoleh adalah 91,67%.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017 tentang
standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan air untuk keperluan
higienie sanitasi, kolam renang, solus per aqua, dan pemandian umum menyatakn bahwa
standar baku mutu kekeruhan adalah 25 NTU; pH 6,5-8,5 dan standar baku mutu DHL
berdasarkan Kepmen ESDM no 1451 K/10/MEM/2000 adalah 950 μS/cm, maka air
tersebut dapat dibuang langsung ke lingkungan.
BAB V
SIMPULAN
Diperoleh efesiensi rata rata 91,67% . Dari data efluen air limbah dapat dibuang ke
lingkungan berdasarkan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2017 dan Kepmen ESDM no 1451 K/10/MEM/2000 karena nilai efluen berada
dibawah standar baku mutu yang ditetapkan yaitu standar baku mutu kekeruhan adalah 25
NTU; pH 6,5-8,5 dan standar baku mutu DHL 950 μS/cm.
DAFTAR PUSTAKA
Nicola, F. (t.thn.). Hubungan antara konduktivitas, TDS, dan TSS dengan kadar Fe2+ dan Fe
total pada air sumur gali. 2015.
Roessiana, s. S. (2014). Model Persamaan Faktor Koreksi pada Proses Sedimentasi dalam
Keadaan Free Settling. Journal Sains&Teknologi Lingkungan, 99.
Safitri, R. U. (2020, Agustus 18). Apa itu sitem lamella clarifier dalam pengolahan air
limbah? Dipetik januari 12, 2021, dari Adika tirta daya:
https://adikatirtadaya.co.id/apa-itu-sistem-lamella-dalam-pengolahan-air-limbah/
Sintia, M. (2021, Januari 10). Dipetik Januari 12, 2021, dari
https://www.youtube.com/watch?v=icYVP8rKUnk
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 tentang standar
baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan air untuk keperluan higienie
sanitasi, kolam renang, solus per aqua, dan pemandian
Kepmen ESDM no 1451 K/10/MEM/2000
LAMPIRAN
1. pH meter
Sediakan cairan dan perhatikan terlebih dahulu kadar suhu larutan yang hendak
hendak diukur dengan suhu yang telah di kalibrasi, pastikan nilalinya sama
Bersihkan penutup elektrode alat PH Meter menggunakan air khusus, selanjutnya
bersihkanlah sampai kering menggunakan tisu.
Nyalakan PH Meter, kemudian celupkan elektrode ke dalam cairan yang hendak
diukur. Pastikan larutan sudah diaduk (homogen)
Pantau angka dilayar. Tunggu sampai angka benar-benar berhenti.
Jika sudah tidak ada perubahan angka, maka catatlah nilainya. Nilai tersebut
merupakan kadar ph pada larutan tersebut.
Sedangkan untuk pengukuran pada medium keras atau lunak, tempel kan saja ujung
detektor pH meter pada media yang hendak diukur. Tunggu hingga angka tidak
bergerak lagi.
2. Turbiditimeter
-. Kalibrasi
-. Isi larutan sampel ke botol kaca
-.Tempatkan botol ke dalam tempat
sampel.
-. Tekan “READ” dan tunggu sekitar
10 detik untuk mendapatkan
pembacaan
3. Konduktometer