Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

SEDIMENTASI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Praktikum Pengolahan Limbah Industri

Tanggal Praktikum : 12 Januari 2021


Tanggal Pengumpulan : 12 Januari 2020
Dosen Pembimbing : Keryanti, S.T., M.T
yanti,S.T., M.T.

Oleh :
Sitio, Theodora 181411060
Solehudin Al-Ayubi 181411061
Triyoga Meiditama P 181411062
Vinda Suciati Rahayu 181411063

Kelas : 3B

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada industri kimia proses pemisahan sangat diperlukan, baik dalam penyiapan
umpan ataupun produk. Proses pemisahan digunanakan untuk mendapatkan dua atau
lebih produk yang lebih murni dari suatu senyawa kimia. Proses pemisahan dapat
dilakukan dengan berbagai cara, teknik pemisahan yang sering digunakan adalah:
sedimentasi, filtrasi, destilasi, ekstraksi, dan sentrifusi.
Dalam percobaan ini teknik yang digunakan adalah sedimentasi. Sedimentasi
adalah proses pengendapan padatan yang terkandung dalam cairan oleh gaya
gravitasi. Pada umumnya proses sedimentasi dilakukan setelah proses koagulasi dan
flokulasi, tujuannya untuk memperbesar partikel padatan agar dapat tenggelam dalam
waktu singkat. Faktor yang mempengaruhi kecepatan proses sedimentasi yaitu ukuran
dan bentuk partikel yang akan mempengaruhi rasio permukaan terhadap volume
partikel, konsentrasi partikel mempengaruhi pemilihan tipe bak sedimentasi, dan
temperatur mempengaruhi viskositas dan berat jenis cairan [ CITATION Roe14 \l 1057 ].
Mekanisme dari proses sedimentasi yaitu dilakukan dengan cara mengendapkan
partikel zat padat yang tersuspensi dalam cairan dalam waktu tertentu sehingga cairan
jernih dapat dipisahkan dari zat padat yang menumpuk. Teknik pemisahan dengan
cara sedimentasi lebih mudah dalam pengoperasian dan lebih ekonomis.

1.2 Tujuan
Menentukan efisiensi penurunan kekeruhan limbah tepung tapioca setelah melalui
sedimentasi secara kontinyu menggunakan lamella clarifier.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pengendapan padatan yang terkandung dalam cairan
oleh gaya gravitasi [ CITATION Roe14 \l 1057 ]. Untuk mendapatkan proses sedimentasi
yang optimum perlu menentukan waktu yang pengendapan yang efektif. Proses
sedimentasi banyak digunakan untuk penjernihan air, pengolahan limbah, dan erosi.
Umumnya proses sedimentasi digunakan setelah proses koagulasi dan flokulasi yang
berfungsi untuk destabilisasi dan memperbesar gumpalan/ukuran partikel, sehingga
mudah untuk diendapkan. Dalam proses sedimentasi hanya partikel yang lebih berat
dari air yang dapat terpisah. Misalnya:kerikil dan pasir, biofloc pada tangki
pengendapan sekunder, flok hasil reaksi kimia, dan lumpur.
2.2 Mekanisme Sedimentasi
Pada prinsipnya, sedimentasi merupakan pemisahan partikel padatan dan cairan

dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Sehingga padatan akan berada di bagian bawah
sedangkan cairan berada di bagian atas. Gambar (a) merupakan slurry dalam silinder
dengan konsentrasi padatan yang seragam. Seiring berjalannya waktu, partikel
padatan mulai mengendap. Pada gambar (b) mulai menunjukan beberapa zona.
Daerah D merupakan endapan partikel padatan yang lebih berat dan lebih cepat
mengendap. Daerah C partikel dengan ukuran berbeda dengan konsentrasi berbeda.
Daerah B daerah yang kondisinya mirip dengan kondisi awal dan akan turun dan
terjadi proses free settling. Daerah A berupa liquid jernih. Ketika proses sedimentasi
berlanjut maka akan terjadi zona daerah dengan tinggi yang berbeda seperti gambar
(c) dan (d). Pada akhirnya daerah B dan C menghilang karena padatan tersebut turun
ke bawah sehingga hanya tersisa daerah A dan D.
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Alat dan Bahan
 Alat

Unit sedimentasi Konduktometer


Turbidimeter Gelas kimia
pH meter Timer/stopwatch

 Bahan

Tepung terigu Air


Larutan flokulan Bubuk CaO
Koagulan PAC padat

2.2 Skema Peralatan


Keterangan :

T1 : Bak penampung influen P1 : Pompa utama

T2 : Tangki koagulasi P2 : Dozing pump

T3 : Tangki flokulasi P3 : Dozing pump

T4 : Bak penampung koagulan V1 : Valve influent

T5 : Bak penampung flokulan V2 : Valve backflow

C1 : Lamella clarifier V3 : Valve efluent

2.3 Prosedur Percobaan


Siapkan air limbah tepung terigu (air baku) sebanyak 90 L dengan konsentrasi 1 g/L di
dalam bak penampung influen

Ukur parameter awal influen meliputi kekeruhan, pH dan DHL.

Tambahkan CaO agar pH larutan mencapai 8

Siapkan larutan koagulan dan flokulan sesuai konsentrasi yang ditentukan misalnya 60
ppm untuk koagulan dan 0,125 ppm untuk flokulan

Kalibrasi bukaan valve influen dan dozing pump agar sesuai dengan debit yang ditentukan

Nyalakan pompa influen untuk mengalirkan air baku ke tangki koagulan dan flokulan
hingga penuh lalu matikan.

Nyalakan motor agitator/pengaduk tangka koagulan dan flokulan dengan kecepatan


pengadukan koagulan lebih tinggi daripada flokulan.

Nyalakan pompa influen dan dozing pump larutan koagulan dan flokulan sehingga air
baku mulai mengalir ke tangki sedimentasi (lamella clarifier). Jangan lupa buka valve
untuk backflow di aliran influen.

Amati fenomena pengendapan dan endapan yang terbentuk di tangka sedimentasi


(lamella clarifier) hingga mulai ada efluen di aliran outlet, timer mulai dinyalakan.

Ambil sampel efluen setiap 2 menit untuk diukur parameter kekeruhan, pH dan DHL
nya hingga air limbah habis.

Bereskan dan bersihkan semua peralatan percobaan.

BAB III
PENGOLAHAN DATA

3.1 Data Percobaan

Perhitungan efesiensi diperoleh dengan menggunakan rumus

kekeruhan awal−kekeruhan akhir


efesiensi= x 100 %
kekeruhan awal

Kekeruhan awal diperoleh ketika t0 yaitu ketika sebelum proses sedimentasi (dari data
yaitu 197,7 NTU), dan kekeruhan akhir diperoleh ketika sample keluar dari efluen dan
pada kurun waktu tertentu atau yang telah ditetapkan. Contoh :

197,7−26,73
efesiensi= x 100 %=86,48 %
197,7

Dilakukan kembali untuk perhitungan selanjutnya, yaitu

197,7−26,11
efesiensi= x 100 %=86,79 %
197,7

Dilakukan untuk perhitungan sampel berikutnya hingga sampel terakhir dan diperoleh

Turbidity DHL Efesiensi


t (menit) pH
(NTU) (μs/cm) (%)
0 7 197,7 47,5  
2 7 26,73 49,4 86,48
4 7 26,11 50,9 86,79
6 7 14,13 52,0 92,85
8 7 13,46 49,5 93,19
10 7 14,03 46,9 92,90
12 7 11,81 49,3 94,03
14 7 12,62 48,1 93,62
16 7 12,89 48,6 93,48
 Rata-rata       91,67
Perhitungan efesiensi rata rata didapat dengan merata-ratakan effisiensi tiap satuan

kekeruhan awal−rerata kekeruhan akhir


waktunya. efesiensi= x 100 %
kekeruhan awal

kurva kekeruhan (NTU) vs waktu (menit)


250

200
Turbidity (NTU)

150

100
f(x) = − 6.75 x + 90.63
R² = 0.37
50

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
t (menit)

3.2 Kurva Kekeruhan terhadap Waktu


BAB IV

PEMBAHASAN

Vinda Suciati Rahayu

Pada praktikum kali ini kami melakukan preaktikum sedimentasi dengan


menggunakan larutan tepung/tapioka sebagai air limbah sebanyak 90 L yang akan dilihat
efesiensi penurunan kekeruhannya. Sedimentasi merupakan pemisahan solid-liquid
menggunakan pengendapan secara gravitasi untuk menyisihkan suspended solid. Pada
larutan influen sedimentasi (larutan sebelum proses koagulasi dan flokulasi) diberi
penambahan CaO agar pH larutan mencapai 8 yang merupakan pH optimum koagulasi.
Derajat keasaman (pH) merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi koagulasi,
bila tidak dilakukan pada pH optimum maka akan mengakibatkan gagalnya proses
pembentukan flok dan rendahnya kualitas air yang dihasilkaan.

Proses sedimentasi digunakan setelah proses koagulasi dan flokulasi. Koagulasi


berperan sebagai pengikat kotoran atau untuk memutuskan rantai pada ikatan senyawa
sehingga membentuk gumpalan. Dalam praktikum ini, koagulan yang digunakan adalah
PAC. PAC memilki nilai efektivitas yang tinggi, karena tingkat kelarutannya yang tinggi.
Selain PAC koagulan yang dapat digunakan adalah besi klorida (FeCl3), besi sulfat
(FeSO4), alum/tawas (Al2(SO4)3) dan lain-lain. Proses pengadukan pada koagulasi lebih
cepat dibandingkan dengan flokulasi, hal tersebut dimaksudkan untuk mendestabilkan
partikel koloid dalam air limbah. Sedangkan dalam proses flokulasi dilakukan pengadukan
lambat hal tersebut dimaksudkan untuk mencegah flok-flok kembali terpisah. Proses
flokulasi berperan untuk memperbesar gumpalan (flok) dengan cara menambah larutan
polimer, sehingga padatan akan mengendap lebih cepat karena massa jenis padatan
semakin besar.

Parameter yang diperhatikan dalam praktikum ini adalah pH, DHL dan kekeruhan.
Fungsi pengukuran pH pada ifluen adalah untuk mengetahui seberapa banyak CaO yang
harus ditambahkan sebelum larutan ifluen masuk ke proses koagulasi, karena pH yang
tidak optimum menyebabkan kegagalan pembentukan flok. Penambahan CaO
dimaksudkan agar pH netral, nilai pH rendah mengindikasikan terjadinya penurunan
kualitas air yang nantinya akan berdampak terhadap kehidupan biota. Fungsi pengukuran
kekeruhan adalah untuk mengetahui efisiensi penurunan suspended solid pada air limbah.
Fungsi pengukuran DHL adalah kemampuan air untuk meneruskan listrik.
Tangki sedimentasi yang digunakan adalah jenis Lamella Clarifier. Dipilih jenis
tangki ini karena memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan tangki sedimentasi
lainnya, yaitu:

 Mudah dipasang, pelat lamella clarifier dapat dibongkar pasang bahkan saat sedang
beroperasi
 Tidak memerlukan energi karena bagian lamella clarifier tidak ada yang bergerak
secara mekanis sehingga menghemat pengeluaran energi
 Mengurangi pertumbuhan lumut karena proses dilakukan di dalam, amun tetap saja
perlu dibersihkan secara rutin
 Area pengendapan besar dan efesien, karena memanfaatkan kemiringan dari pelat
yang dipasang pada instalasi pengolahan air limbah
 Kinerja dapat ditingkatkan dengan penambahan zat kimia yaitu dengan
penambahan flokulan dan koagulan untuk mengoptimalkan proses pengendapan.
Dari kurva dapat dilihat bahwa terjadi penurunan kekeruhan yang signifikan pada t 0
dan t2 hal tersebut terjadi karena t 0 diperoleh sebelum melewati unti sedimentasi
sedangkan t2 diambil setelah proses sedimentasi. Pun dengan sampel selanjutnya. Dari
kurva dapat dilihat bahwa seiring berjalannya waktu nilai kekeruhan semakin kecil, hal itu
terjadi karena banyaknya flok yang mengendap. Dari kurva yang telah dibuat didapat
trendline sebesar = 0,3714. Efesiensi rata-rata yang diperoleh adalah 91,67%.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017 tentang
standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan air untuk keperluan
higienie sanitasi, kolam renang, solus per aqua, dan pemandian umum menyatakn bahwa
standar baku mutu kekeruhan adalah 25 NTU; pH 6,5-8,5 dan standar baku mutu DHL
berdasarkan Kepmen ESDM no 1451 K/10/MEM/2000 adalah 950 μS/cm, maka air
tersebut dapat dibuang langsung ke lingkungan.
BAB V
SIMPULAN

Turbidity DHL Efesiensi


t (menit) pH
(NTU) (μs/cm) (%)
0 7 197,7 47,5  
2 7 26,73 49,4 86,48
4 7 26,11 50,9 86,79
6 7 14,13 52,0 92,85
8 7 13,46 49,5 93,19
10 7 14,03 46,9 92,90
12 7 11,81 49,3 94,03
14 7 12,62 48,1 93,62
16 7 12,89 48,6 93,48
 Rata-rata       91,67

Diperoleh efesiensi rata rata 91,67% . Dari data efluen air limbah dapat dibuang ke
lingkungan berdasarkan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2017 dan Kepmen ESDM no 1451 K/10/MEM/2000 karena nilai efluen berada
dibawah standar baku mutu yang ditetapkan yaitu standar baku mutu kekeruhan adalah 25
NTU; pH 6,5-8,5 dan standar baku mutu DHL 950 μS/cm.
DAFTAR PUSTAKA

Nicola, F. (t.thn.). Hubungan antara konduktivitas, TDS, dan TSS dengan kadar Fe2+ dan Fe
total pada air sumur gali. 2015.
Roessiana, s. S. (2014). Model Persamaan Faktor Koreksi pada Proses Sedimentasi dalam
Keadaan Free Settling. Journal Sains&Teknologi Lingkungan, 99.
Safitri, R. U. (2020, Agustus 18). Apa itu sitem lamella clarifier dalam pengolahan air
limbah? Dipetik januari 12, 2021, dari Adika tirta daya:
https://adikatirtadaya.co.id/apa-itu-sistem-lamella-dalam-pengolahan-air-limbah/
Sintia, M. (2021, Januari 10). Dipetik Januari 12, 2021, dari
https://www.youtube.com/watch?v=icYVP8rKUnk

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 tentang standar
baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan air untuk keperluan higienie
sanitasi, kolam renang, solus per aqua, dan pemandian
Kepmen ESDM no 1451 K/10/MEM/2000
LAMPIRAN
1. pH meter

 Sediakan cairan dan perhatikan terlebih dahulu kadar suhu larutan yang hendak
hendak diukur dengan suhu yang telah di kalibrasi, pastikan nilalinya sama
 Bersihkan penutup elektrode alat PH Meter menggunakan air khusus, selanjutnya
bersihkanlah sampai kering menggunakan tisu.
 Nyalakan PH Meter, kemudian celupkan elektrode ke dalam cairan yang hendak
diukur. Pastikan larutan sudah diaduk (homogen)
 Pantau angka dilayar. Tunggu sampai angka benar-benar berhenti.
 Jika sudah tidak ada perubahan angka, maka catatlah nilainya. Nilai tersebut
merupakan kadar ph pada larutan tersebut.
 Sedangkan untuk pengukuran pada medium keras atau lunak, tempel kan saja ujung
detektor pH meter pada media yang hendak diukur. Tunggu hingga angka tidak
bergerak lagi.

2. Turbiditimeter

-. Kalibrasi
-. Isi larutan sampel ke botol kaca
-.Tempatkan botol ke dalam tempat
sampel.
-. Tekan “READ” dan tunggu sekitar
10 detik untuk mendapatkan
pembacaan
3. Konduktometer

1. Hubungkan steker dengan kontak listrik


2. Tekan tombol ON
3. Tekan tombol MODE lalu pilih conductivity mode
4. Lepaskan penutup elektroda, kemudian bilas elektroda dengan aquades
5. Masukkan elektroda ke dalam larutan KCL 0,01 N
6. Tekan tombol CAL/MEAS pilih calibration mode ketika muncul READY pada layar
tekan tombol ENTER, tunggu sampai muncul DONE.
7. Setalah kalibrasi selesai, bilas elektroda dengan aquades
8. Masukan elektroda ke dalam larutan sampel tunggu sampai muncul READY, catat
9. Setelah selesai pengukuran, bilas elektroda dengan aquades dan dilap dengan tisu
10. Tutup kembali elektroda dengan penutup
11. Tekan tombol OFF untuk mematikan alat
12. Lepaskan steker alat dari kontak listrik

Anda mungkin juga menyukai