suatu cairan oleh adanya gaya gravitasi (Setiyadi, Suratno L. 2013). Sedimentasi
Partikel tersuspensi yang ada dalam air mengalir cenderung bergerak dan tetap
tersuspensi, tetapi dalam air yang tenang, partikel tersebut akan mengendap (Shmruti,
2020). Nilai kecepatan pengendapan dipengaruhi oleh ukuran, bentuk, berat volume
partikel, berat volume, serta kekentalan air di sekitarnya (Ponce, 1989). Umumnya,
pada pengolahan air limbah, digunakan sedimentasi dalam penyisihan grit, pasir, atau
silt (lanau); penyisihan padatan tersuspensi pada clarifier pertama; penyisihan flok
yang merupakan hasil proses activated sludge pada clarifier akhir; serta penyisihan
humus setelah trickling filter. Proses pengendapan dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti kecepatan aliran, bentuk partikel, viskositas larutan, serta ukuran
dapat mengendap secara bebas dan individual – tidak membutuhkan interaksi antar
partikel. Sebagai contoh kasus nyata, sedimentasi partikel diskrit dapat terjadi pada
proses pengendapan lumpur kasar yang ada di dalam bak prasedimentasi pengolahan
cair (liquid) yang terjadi oleh gaya gravitasi. Percobaan dimulai dengan mengukur
tinggi dan dimensi tangki champ (settling column). Kemudian, sampel air dimasukkan
ke dalam ember dan setelah itu dimasukkan ke dalam tangki champ. Setelah itu, air
dihomogenkan di dalam ember dan dimasukkan ke dalam tangki champ. Tinggi air di
dalam tangki champ diukur untuk menentukan volume air yang terdapat di dalam
tangki champ. Kemudian, sampel air diambil setiap menit dari menit ke-0 hingga
menit ke-40 dengan interval waktu 5 menit. Hal ini bertujuan untuk menentukan nilai
Total Suspended Solid (TSS) dari sampel air yang diambil setiap 5 menit.
IV. Alat dan Bahan
1. Alat:
● Gelas Beaker
● Tangki Champ (Settling Column)
● Botol sampel
● Turbidimeter
● TSS Meter
● Ember & Gayung
● Penggaris/meteran
● Pengaduk
2. Bahan:
V. Data Percobaan
Tinggi Kerucut 12 cm
Dengan menggunakan persamaan diatas beserta data tinggi tangki camp dan
pada menit ke-5, nilai kecepatan pengendapan pada menit ke-5 dapat dihitung
yaitu sebesar :
100 𝑐𝑚
𝑣𝑠(5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) = 5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 20 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Cara perhitungan yang sama dilakukan pada setiap data dengan interval waktu
5 sampai ke menit 40. Dari hasil perhitungan, didapatkan data sebagai berikut :
Tabel VI.1 Nilai Kecepatan Pengendapan tiap 5 Menit
Waktu
vs (m/s)
(min)
20,000
5
10,000
10
6,667
15
5,000
20
4,000
25
3,333
30
2,857
35
2,500
40
Dengan menggunakan persamaan diatas beserta data TSS pada menit ke-0 dan
menit ke-5, nilai persentase removal menit ke-5 dapat dihitung yaitu sebesar :
60 − 57,3
% 𝑅𝑒𝑚𝑜𝑣𝑎𝑙 = 60
= 4,5 %
Cara perhitungan yang sama dilakukan pada setiap data dengan interval waktu
5 sampai ke menit 40. Dari hasil perhitungan, didapatkan data sebagai berikut :
Tabel VI.2 Nilai Persentase Removal tiap 5 Menit
Waktu
% Removal
(min)
0 0,000
5 4,500
10 8,215
15 15,542
20 19,407
25 23,615
30 29,528
35 35,542
40 41,212
Waktu
% Removal
(min)
100,000
0
Waktu
% Removal
(min)
95,500
5
91,785
10
84,458
15
20 80,593
76,385
25
70,472
30
64,458
35
58,788
40
(% Remaining)
Grafik di atas menunjukkan korelasi logaritmik antara kecepatan pengendapan
(𝑣𝑠) dan persentase tersisa (% Remaining). Menurut Metcalf & Eddy (1991),
persentase penyisihan pada saat proses desain unit bak sedimentasi harus
berkisar di antara 60-70% dengan tingkat penyisihan material organik sekitar
20-30%. Oleh sebab itu, diambil persentase penyisihan TSS sebanyak 65%
dan persentase tersisa sebanyak 35%. Berdasarkan grafik pada Gambar VI.1,
didapat persamaan sebagai berikut:
𝑦 = 17, 346 𝑙𝑛 (𝑥) + 48, 834
𝑥 =𝑒
( 𝑦 − 48,834
17,346 )
𝑥 =𝑒
( 35 − 48,834
17,346 )
Pada grafik di atas, didapat nilai koefisien determinasi (R2) adalah 0,9013
sehingga nilai koefisien korelasinya (R) adalah 0,9494. Semakin dekat nilai
koefisien korelasi dengan nilai 1, semakin kuat hubungan antarvariabel nya
sehingga data yang diperoleh semakin akurat; dan semakin dekat nilai
koefisien determinasi dengan nilai 1, semakin dekat distribusi data terhadap
garis regresinya. Koefisien korelasi (R2) sudah mendekati nilai 1, maka
distribusi data yang diperoleh sudah dekat dengan garis regresinya sehingga
data yang diperoleh sudah akurat dengan nilai korelasi antarvariabel adalah
sebesar 94,94%.
3
𝑄 = 114,525 𝑐𝑚 /𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑡𝑑 = 222, 22 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
VII. Pembahasan
VII.1 Analisis Cara Kerja
Percobaan dimulai dengan menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
beserta medan lapangan yang mendukung percobaan ini, yaitu ruang yang cukup luas
dan dapat terkena air. Hal ini dikarenakan selama percobaan terdapat kemungkinan
terjadi tumpahnya air sehingga diperlukan medan yang luas agar praktikan dapat
terhindar dari air tersebut serta ruang tersebut aman jika terkena tumpahan air. Setelah
dilakukan persiapan, air sampel dimasukkan kedalam tangki Camp dengan volume
yang sudah ditentukan (volume standard). Kemudian air tersebut diaduk dengan cepat
selama satu menit lalu dilanjutkan dengan pengadukan lambat selama 10 menit.
Metode pengadukan tersebut dilakukan untuk menyesuaikan kondisi percobaan sesuai
dengan kondisi aktual bak sedimentasi, yaitu adanya aliran masuk dan aliran keluar.
Setelah pengadukan selesai, sampel air diambil dari keran paling bawah tangki camp
yang kemudian akan diukur nilainya menggunakan turbidimeter (alat yang mengukur
hamburan cahaya yang mengenai partikel dalam air). Pengukuran turbidimeter
dilakukan secara triplo (tiga kali) untuk memastikan data sudah representatif. Nilai
yang akan diukur merupakan nilai settleable solid yang sudah tersedimentasi karena
adanya pengendapan di bagian dasar tangki Camp. Prinsip dari turbidimeter itu
sendiri adalah meneruskan cahaya dari lampu menuju kuvet yang kemudian partikel
air didalam kuvet akan menyerap energi cahaya tersebut dan memantulkannya ke
segala arah.
𝐹𝑜
Nilai ∫ 𝑉 𝑑𝑓 dapat dicari dengan melakukan perhitungan luas area dibawah
0
Nilai ∆𝑓 adalah step size yang digunakan dalam perhitungan ini yaitu sebesar 0,05
dan nilai Fo yang digunakan adalah 35% (Fo optimum). Nilai V(f) dapat diketahui
menggunakan grafik kecepatan pengendapan terhadap persentase remaining yaitu :
pengendapan dan x adalah nilai sisa fraksi. Persamaan tersebut akan digunakan dalam
menghitung nilai integral Rieman sehingga akan didapat hasil perhitungan adalah
sebagai berikut :
𝐹𝑜
Tabel VII.1 Hasil Perhitungan Integral Rielmann ( Nilai ∫ 𝑉 𝑑𝑓)
0
0 0.0932 0.00466
𝑅 = 0,7335
𝑅 = 73,35 %
Dari grafik tersebut dapat dilihat keduanya berbanding lurus yaitu semakin
lama waktu maka semakin besar juga persentase removal. Diketahui juga bahwa
keduanya berhubungan erat dimana didapat nilai koefisien determinasi (R2) adalah
sebesar 0,9962 sehingga nilai koefisien korelasinya (R) adalah 0,9981. Semakin dekat
nilai koefisien korelasi dengan nilai 1, semakin kuat hubungan antarvariabel nya
sehingga data yang diperoleh semakin akurat; dan semakin dekat nilai koefisien
determinasi dengan nilai 1, semakin dekat distribusi data terhadap garis regresinya.
Dari sini dapat diketahui keduanya berhubungan erat dan berbanding lurus, hal ini
dikarenakan setiap lima menit dilakukan pengambilan sampel menyebabkan jumlah
padatan dalam tangki Camp yaitu persentase removal akan meningkat pula seiring
waktu sampai 40 menit.
1. Ukuran Partikel
Ukuran dan jenis partikel yang akan dihilangkan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap pengoperasian tangki sedimentasi. Karena kepadatannya, pasir
atau lumpur dapat dihilangkan dengan sangat mudah. Kecepatan saluran aliran air
dapat diperlambat hingga kurang dari satu kaki per detik, dan sebagian besarnya
kerikil dan pasir akan dihilangkan oleh gaya gravitasi sederhana. Sebaliknya, bahan
koloid, partikel-partikel kecil yang tersuspensi dan membuat air tampak keruh, tidak
akan mengendap sampai bahan dikoagulasi dan diflokulasi dengan penambahan
bahan kimia, seperti garam besi atau aluminium sulfat. Bentuk partikel juga
mempengaruhi sifat pengendapannya. Partikel berbentuk bulat akan lebih mudah
mengendap dibandingkan partikel yang tepinya tidak rata atau tidak beraturan.
2. Suhu Air
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam pengoperasian bak sedimentasi adalah
suhu air yang sedang diolah. Ketika suhu menurun, laju pengendapan menjadi lebih
lambat. Sehingga ketika air mendingin, waktu penahanan di tangki sedimentasi harus
bertambah. Semakin suhu menurun, operator harus melakukan perubahan dosis
koagulan menjadi mengkompensasi penurunan tingkat penyelesaian. Sebuah instalasi
pengolahan air memiliki kebutuhan aliran tertinggi di musim panas suhunya paling
tinggi dan tingkat pengendapannya paling baik. Saat air lebih dingin, mengalir di
pabrik berada pada titik terendah dan waktu penahanan di pabrik meningkat sehingga
flok mempunyai waktu untuk mengendap di cekungan sedimentasi.
3. Arus
Beberapa jenis arus air yang mungkin terjadi di cekungan sedimentasi :
- Kepadatan arus disebabkan oleh berat padatan di dalam tangki, konsentrasi
padatan dan suhu air di dalam tangki.
- Arus Eddy dihasilkan oleh aliran air yang masuk dalam tangki dan keluar
tangki
Arus dapat bermanfaat karena mendorong flokulasi partikel. Namun, air arus juga
cenderung mendistribusikan flok secara tidak merata ke seluruh tangki; akibatnya
tidak menetap keluar dengan kecepatan yang merata. Beberapa permasalahan arus air
dapat dikurangi dengan desain tangki yang tepat. Instalasi penyekat membantu
mencegah arus korsleting pada tangki.
IX. Kesimpulan
1. Nilai kecepatan sedimentasi partikel diskrit dari sampel air percobaan ini tiap
lima menit dapat dilihat pada Tabel VI.1
2. Persentase total penyisihan aktual (% removal) partikel diskret pada sumber air
setelah dihomogenkan dan dibiarkan selama 40 menit adalah 41,212%
3. Nilai waktu detensi (𝑡𝑑) pada saat persentase tersisa mencapai 35% adalah 222,22
menit dan nilai debit pengendapan pada saat persentase tersisa mencapai 35%
3
adalah 114,525 𝑐𝑚 /𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
X. Daftar Pustaka
Assist. Prof, Bilge Alpaslan Kocamemi. Chapter 10: Sedimentation. Department of
Environmental Engineering, Marmara University.
Geankoplis, J. 2003. Transport Processess and Separation Process Principcles
(Includes Unit Operation, 4th Edition. New Delhi: Prentice-Hall of India
Indrawai, Dewi. 2016. Efektivias Sand Filter dalam Meningkatkan Kualitas Air
Minum Menggunakan Parameter Fe dan TDS. Semarang : Universitas
Diponegoro
Kawamura, S. 1991. Integrated Design of Water Treatment Facilities. Universitas
Michigan: Wiley
Metcalf and Eddy. 1991. Wastewater Engineering: Treatment, Disposal, Reuse, 3rd
edition. Singapore: McGraw Hill, Inc.
Reynolds, Tom D. and Paul A. Richards. 1996. Unit Operations and Processes in
Environmental Engineering, 2nd edition. Boston: PWS Publishing Company.
Setiyadi, Suratno L. et al. (2013). Menentukan Persamaan Kecepatan Pengendapan
Pada Sedimentasi. Jurnal Ilmiah Widya Teknik, 12(2).