Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

TL3101 - PROSES FISIKA DAN KIMIA


SEDIMENTASI PARTIKEL DISKRIT

Nama Praktikum : David Darren Wiraatmaja


NIM : 15321039
Tanggal Praktikum : Rabu, 25 Oktober 2023
Tanggal Pengumpulan : Rabu, 1 November 2023
Asisten yang Bertugas : 1. Rahma Afifa 15320040
2. Fadhlurrahman Adriansyah 15320076

3. Yahya Aditya Wijaya 15320077

4. Adelia Paramesti Zahra 15320114

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2023
I. Tujuan
1. Menentukan kecepatan sedimentasi partikel diskrit dari sampel air
2. Menentukan persentase total penyisihan aktual (% removal) partikel diskret
pada sampel air yang diteliti
3. Menentukan waktu detensi (td) dan debit (Q) yang digunakan dalam proses
desain bak sedimentasi yang didasarkan pada nilai persentase penyisihan

II. Landasan teori


Sedimentasi merupakan proses pemisahan partikel padatan yang terdapat pada

suatu cairan oleh adanya gaya gravitasi (Setiyadi, Suratno L. 2013). Sedimentasi

terbagi menjadi empat kelas, yaitu pengendapan partikel diskrit, pengendapan

flokulan, pengendapan terhambat, serta pengendapan terkompresi (Davis, 2010).

Partikel tersuspensi yang ada dalam air mengalir cenderung bergerak dan tetap

tersuspensi, tetapi dalam air yang tenang, partikel tersebut akan mengendap (Shmruti,

2020). Nilai kecepatan pengendapan dipengaruhi oleh ukuran, bentuk, berat volume

partikel, berat volume, serta kekentalan air di sekitarnya (Ponce, 1989). Umumnya,

pada pengolahan air limbah, digunakan sedimentasi dalam penyisihan grit, pasir, atau

silt (lanau); penyisihan padatan tersuspensi pada clarifier pertama; penyisihan flok

yang merupakan hasil proses activated sludge pada clarifier akhir; serta penyisihan

humus setelah trickling filter. Proses pengendapan dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor seperti kecepatan aliran, bentuk partikel, viskositas larutan, serta ukuran

partikel, Sedimentasi partikel diskrit didefinisikan sebagai pengendapan partikel yang

dapat mengendap secara bebas dan individual – tidak membutuhkan interaksi antar

partikel. Sebagai contoh kasus nyata, sedimentasi partikel diskrit dapat terjadi pada

proses pengendapan lumpur kasar yang ada di dalam bak prasedimentasi pengolahan

air permukaan dan pengendapan pasir pada grit chamber.

Proses sedimentasi didasarkan pada pengendapan partikel secara gravitasi


sehingga harus diketahui kecepatan pengendapan masing-masing partikel yang
disisihkan. Klasifikasi sedimentasi didasarkan pada konsentrasi partikel dan
kemampuan partikel untuk berinteraksi. Klasifikasi ini dapat dibagi kedalam empat
tipe yaitu adalah sebagai berikut :
1. Settling tipe I (discrete particle settling): pengendapan partikel diskrit, yaitu
pengendapan yang memerlukan konsentrasi suspended solid yang paling rendah,
sehingga analisisnya menjadi yang paling sederhana. Partikel mengendap secara
individual dan tidak ada interaksi antar-partikel. Contoh aplikasi dari Discrete settling
adalah grit chambers.
2. Settling tipe II (flocculant settling): pengendapan partikel flokulen, terjadi interaksi
antar-partikel sehingga ukuran meningkat dan kecepatan pengendapan bertambah.
Flocculant settling banyak digunakan pada primary clarifier.
3. Settling tipe III (hindered settling): pengendapan pada lumpur biologis, dimana gaya
antar partikel saling menahan partikel lainnya untuk mengendap. Konsentrasi partikel
adalah tidak terlalu tinggi (cukup) kemudian partikel bercampur dengan partikel
lainnya dan kemudian mereka karam bersama-sama.
4. Settling tipe IV (compression settling): Pengendapan secara pemampatan. terjadi
pemampatan partikel (kompresi) yang telah mengendap yang terjadi karena berat
partikel.

III. Prinsip Praktikum


Pada percobaan ini, digunakan prinsip pemisahan partikel padat dari suatu zat

cair (liquid) yang terjadi oleh gaya gravitasi. Percobaan dimulai dengan mengukur

tinggi dan dimensi tangki champ (settling column). Kemudian, sampel air dimasukkan

ke dalam ember dan setelah itu dimasukkan ke dalam tangki champ. Setelah itu, air

dihomogenkan di dalam ember dan dimasukkan ke dalam tangki champ. Tinggi air di

dalam tangki champ diukur untuk menentukan volume air yang terdapat di dalam

tangki champ. Kemudian, sampel air diambil setiap menit dari menit ke-0 hingga

menit ke-40 dengan interval waktu 5 menit. Hal ini bertujuan untuk menentukan nilai

Total Suspended Solid (TSS) dari sampel air yang diambil setiap 5 menit.
IV. Alat dan Bahan

1. Alat:

● Gelas Beaker
● Tangki Champ (Settling Column)
● Botol sampel
● Turbidimeter
● TSS Meter
● Ember & Gayung
● Penggaris/meteran
● Pengaduk

2. Bahan:

● Sampel air baku

V. Data Percobaan

Tabel V.1 Data Awal Praktikum


Diameter Tangki Camp 18 cm

Tinggi Tangki Camp 88 cm

Tinggi Kerucut 12 cm

Tinggi Kolom Air 100 cm

Tabel V.2 Data Turbiditas terhadap Waktu


Waktu Kekeruhan (NTU)
1 2 3 Rata-rata
0 - - - 60
5 - - - 57,3
10 - - - 55,071
15 - - - 50,675
20 - - - 48,356
25 - - - 45,831
30 - - - 42,283
35 - - - 38,675
40 - - - 35,273

VI. Pengolahan Data


VI.1 Luas Penampang Tangki
Nilai luas penampang (𝐴) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :
1 2
𝐴 = 4
π𝐷

Dengan menggunakan persamaan diatas beserta data diamater tangki camp,


nilai luas penampang dapat dihitung yaitu sebesar :
1 2 2
𝐴 = 4
π(0, 18𝑚) = 0,02545 𝑚

VI.2 Kecepatan Pengendapan


Nilai kecepatan pengendapan (𝑣𝑠) dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan sebagai berikut :


ℎ𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖
𝑣𝑠(𝑡) = 𝑡

Dengan menggunakan persamaan diatas beserta data tinggi tangki camp dan
pada menit ke-5, nilai kecepatan pengendapan pada menit ke-5 dapat dihitung
yaitu sebesar :
100 𝑐𝑚
𝑣𝑠(5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) = 5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 20 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

Cara perhitungan yang sama dilakukan pada setiap data dengan interval waktu
5 sampai ke menit 40. Dari hasil perhitungan, didapatkan data sebagai berikut :
Tabel VI.1 Nilai Kecepatan Pengendapan tiap 5 Menit

Waktu
vs (m/s)
(min)
20,000
5

10,000
10

6,667
15

5,000
20

4,000
25

3,333
30

2,857
35

2,500
40

VI.3 Persentase Removal


Nilai persentase removal (% 𝑅𝑒𝑚𝑜𝑣𝑎𝑙) dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :
𝑇𝑆𝑆(𝑡=0)−𝑇𝑆𝑆(𝑡)
% 𝑅𝑒𝑚𝑜𝑣𝑎𝑙 = 𝑇𝑆𝑆(𝑡=0)

Dengan menggunakan persamaan diatas beserta data TSS pada menit ke-0 dan
menit ke-5, nilai persentase removal menit ke-5 dapat dihitung yaitu sebesar :
60 − 57,3
% 𝑅𝑒𝑚𝑜𝑣𝑎𝑙 = 60
= 4,5 %

Cara perhitungan yang sama dilakukan pada setiap data dengan interval waktu
5 sampai ke menit 40. Dari hasil perhitungan, didapatkan data sebagai berikut :
Tabel VI.2 Nilai Persentase Removal tiap 5 Menit

Waktu
% Removal
(min)

0 0,000

5 4,500

10 8,215

15 15,542

20 19,407

25 23,615

30 29,528

35 35,542

40 41,212

VI.4 Persentase Remaining


Nilai persentase remaining (% 𝑅𝑒𝑚𝑎𝑖𝑛𝑖𝑛𝑔) dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut :
% 𝑅𝑒𝑚𝑎𝑖𝑛𝑖𝑛𝑔 = 100% − % 𝑅𝑒𝑚𝑜𝑣𝑎𝑙
Dengan menggunakan persamaan diatas beserta data %Removal pada menit
ke-5, nilai persentase remaining dapat dihitung yaitu sebesar :
% 𝑅𝑒𝑚𝑎𝑖𝑛𝑖𝑛𝑔 = 100% − 4, 5% = 95,5%
Cara perhitungan yang sama dilakukan pada setiap data dengan interval waktu
5 sampai ke menit 40. Dari hasil perhitungan, didapatkan data sebagai berikut :

Tabel VI.3 Nilai Persentase Remaining tiap 5 Menit

Waktu
% Removal
(min)
100,000
0
Waktu
% Removal
(min)
95,500
5

91,785
10

84,458
15

20 80,593

76,385
25

70,472
30

64,458
35

58,788
40

VI.5 Kecepatan Pengendapan Optimum


Dari data yang didapatkan pada Bab VI.2 dan Bab VI.4, dapat dibuat
suatu grafik kecepatan pengendapan (𝑣𝑠) terhadap persentase tersisa (%

Remaining) yaitu adalah sebagai berikut :

Gambar VI.1 Grafik Kecepatan Pengendapan (𝑣𝑠) terhadap Persentase Tersisa

(% Remaining)
Grafik di atas menunjukkan korelasi logaritmik antara kecepatan pengendapan
(𝑣𝑠) dan persentase tersisa (% Remaining). Menurut Metcalf & Eddy (1991),

persentase penyisihan pada saat proses desain unit bak sedimentasi harus
berkisar di antara 60-70% dengan tingkat penyisihan material organik sekitar
20-30%. Oleh sebab itu, diambil persentase penyisihan TSS sebanyak 65%
dan persentase tersisa sebanyak 35%. Berdasarkan grafik pada Gambar VI.1,
didapat persamaan sebagai berikut:
𝑦 = 17, 346 𝑙𝑛 (𝑥) + 48, 834

Maka, dapat dihitung kecepatan pengendapan saat persentase tersisa mencapai


35% (𝑣𝑠𝑜) dengan perhitungan sebagai berikut :

𝑥 =𝑒
( 𝑦 − 48,834
17,346 )

𝑥 =𝑒
( 35 − 48,834
17,346 )

𝑥 = 𝑣𝑠𝑜 = 0, 45044 𝑚/𝑠

Dari perhitungan di atas, didapatkan kecepatan pengendapan saat persentase


tersisa mencapai 35% adalah 0, 45044 m/s.

Pada grafik di atas, didapat nilai koefisien determinasi (R2) adalah 0,9013
sehingga nilai koefisien korelasinya (R) adalah 0,9494. Semakin dekat nilai
koefisien korelasi dengan nilai 1, semakin kuat hubungan antarvariabel nya
sehingga data yang diperoleh semakin akurat; dan semakin dekat nilai
koefisien determinasi dengan nilai 1, semakin dekat distribusi data terhadap
garis regresinya. Koefisien korelasi (R2) sudah mendekati nilai 1, maka
distribusi data yang diperoleh sudah dekat dengan garis regresinya sehingga
data yang diperoleh sudah akurat dengan nilai korelasi antarvariabel adalah
sebesar 94,94%.

VI.6 Debit Pengendapan


Nilai debit pengendapan (𝑄) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :
𝑄 = 𝑣𝑠𝑜×𝐴
Dengan menggunakan persamaan diatas beserta kecepatan penampang dan
luas penampang, nilai debit pengendapan dapat dihitung yaitu sebesar :
2
𝑄 = 254, 5 𝑐𝑚 × 0, 45044 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

3
𝑄 = 114,525 𝑐𝑚 /𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

VI.7 Waktu Detensi


Nilai waktu detensi (𝑇𝑑) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :
ℎ𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖
𝑡𝑑 = 𝑣𝑠𝑜

Dengan menggunakan persamaan diatas beserta tinggi tangki dan luas


penampang, nilai waktu detensi dapat dihitung yaitu sebesar :
100 𝑐𝑚
𝑡𝑑 = 0,45044 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

𝑡𝑑 = 222, 22 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

VII. Pembahasan
VII.1 Analisis Cara Kerja
Percobaan dimulai dengan menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
beserta medan lapangan yang mendukung percobaan ini, yaitu ruang yang cukup luas
dan dapat terkena air. Hal ini dikarenakan selama percobaan terdapat kemungkinan
terjadi tumpahnya air sehingga diperlukan medan yang luas agar praktikan dapat
terhindar dari air tersebut serta ruang tersebut aman jika terkena tumpahan air. Setelah
dilakukan persiapan, air sampel dimasukkan kedalam tangki Camp dengan volume
yang sudah ditentukan (volume standard). Kemudian air tersebut diaduk dengan cepat
selama satu menit lalu dilanjutkan dengan pengadukan lambat selama 10 menit.
Metode pengadukan tersebut dilakukan untuk menyesuaikan kondisi percobaan sesuai
dengan kondisi aktual bak sedimentasi, yaitu adanya aliran masuk dan aliran keluar.
Setelah pengadukan selesai, sampel air diambil dari keran paling bawah tangki camp
yang kemudian akan diukur nilainya menggunakan turbidimeter (alat yang mengukur
hamburan cahaya yang mengenai partikel dalam air). Pengukuran turbidimeter
dilakukan secara triplo (tiga kali) untuk memastikan data sudah representatif. Nilai
yang akan diukur merupakan nilai settleable solid yang sudah tersedimentasi karena
adanya pengendapan di bagian dasar tangki Camp. Prinsip dari turbidimeter itu
sendiri adalah meneruskan cahaya dari lampu menuju kuvet yang kemudian partikel
air didalam kuvet akan menyerap energi cahaya tersebut dan memantulkannya ke
segala arah.

VII.2 Analisis Hasil


VII.2.1. Total Removal
Nilai Total Removal dalam percobaan ini dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :
𝐹𝑜
1
𝑅 = (100% − 𝐹𝑜) + 𝑉𝑜
∫ 𝑉 𝑑𝑓
0

𝐹𝑜
Nilai ∫ 𝑉 𝑑𝑓 dapat dicari dengan melakukan perhitungan luas area dibawah
0

kurva grafik kecepatan pengendapan terhadap persentase remaining secara partisi


sehingga akan didapat persamaan berikut :
𝐹𝑜 𝐹𝑜/∆𝑓
∫ 𝑉 𝑑𝑓 = ∑ 𝑉(𝑓) ∆𝑓
0 0

Nilai ∆𝑓 adalah step size yang digunakan dalam perhitungan ini yaitu sebesar 0,05
dan nilai Fo yang digunakan adalah 35% (Fo optimum). Nilai V(f) dapat diketahui
menggunakan grafik kecepatan pengendapan terhadap persentase remaining yaitu :

Gambar VII.1 Grafik Vs terhadap %Remaining


0,052x
Dari grafik diperoleh persamaan y = 0,0932e , dimana y adalah nilai kecepatan

pengendapan dan x adalah nilai sisa fraksi. Persamaan tersebut akan digunakan dalam
menghitung nilai integral Rieman sehingga akan didapat hasil perhitungan adalah
sebagai berikut :
𝐹𝑜
Tabel VII.1 Hasil Perhitungan Integral Rielmann ( Nilai ∫ 𝑉 𝑑𝑓)
0

f (sisa fraksi) V ( Kecepatan Pengendapan) V*∆𝑓

0 0.0932 0.00466

0.05 0.093442635 0.004672132

0.1 0.093685902 0.004684295

0.15 0.093929803 0.00469649

0.2 0.094174338 0.004708717

0.25 0.09441951 0.004720975

0.3 0.09466532 0.004733266

0.35 0.09491177 0.004745588


𝐹𝑜 0.037621464
Total V*∆𝑓 ( Nilai ∫ 𝑉 𝑑𝑓)
0

Dengan menggunakan persamaan diatas beserta nilai persentase remaing (Fo),


𝐹𝑜
kecepatan pengendapan optimum (Vo), kecepatan pengendapan (V), dan nilai ∫ 𝑉 𝑑𝑓
0

maka nilai Total Removal dapat dihitung yaitu sebesar :


1
𝑅 = (100% − 35%) + 0,45044 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
(0.037621464 cm/menit)

𝑅 = 0,7335
𝑅 = 73,35 %

Jadi, nilai Total Removal adalah sebesar 𝑅 = 73,35 %


VII.2.2. Persentase Removal terhadap Waktu
Dari data yang didapatkan pada Bab VI.3, dapat dibuat suatu grafik persentase
removal (% Removal) terhadap waktu (menit) yaitu adalah sebagai berikut :

Gambar VII.2 Grafik %Removal terhadap Waktu

Dari grafik tersebut dapat dilihat keduanya berbanding lurus yaitu semakin
lama waktu maka semakin besar juga persentase removal. Diketahui juga bahwa
keduanya berhubungan erat dimana didapat nilai koefisien determinasi (R2) adalah
sebesar 0,9962 sehingga nilai koefisien korelasinya (R) adalah 0,9981. Semakin dekat
nilai koefisien korelasi dengan nilai 1, semakin kuat hubungan antarvariabel nya
sehingga data yang diperoleh semakin akurat; dan semakin dekat nilai koefisien
determinasi dengan nilai 1, semakin dekat distribusi data terhadap garis regresinya.
Dari sini dapat diketahui keduanya berhubungan erat dan berbanding lurus, hal ini
dikarenakan setiap lima menit dilakukan pengambilan sampel menyebabkan jumlah
padatan dalam tangki Camp yaitu persentase removal akan meningkat pula seiring
waktu sampai 40 menit.

VII.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Proses Sedimentasi

1. Ukuran Partikel
Ukuran dan jenis partikel yang akan dihilangkan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap pengoperasian tangki sedimentasi. Karena kepadatannya, pasir
atau lumpur dapat dihilangkan dengan sangat mudah. Kecepatan saluran aliran air
dapat diperlambat hingga kurang dari satu kaki per detik, dan sebagian besarnya
kerikil dan pasir akan dihilangkan oleh gaya gravitasi sederhana. Sebaliknya, bahan
koloid, partikel-partikel kecil yang tersuspensi dan membuat air tampak keruh, tidak
akan mengendap sampai bahan dikoagulasi dan diflokulasi dengan penambahan
bahan kimia, seperti garam besi atau aluminium sulfat. Bentuk partikel juga
mempengaruhi sifat pengendapannya. Partikel berbentuk bulat akan lebih mudah
mengendap dibandingkan partikel yang tepinya tidak rata atau tidak beraturan.

2. Suhu Air
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam pengoperasian bak sedimentasi adalah
suhu air yang sedang diolah. Ketika suhu menurun, laju pengendapan menjadi lebih
lambat. Sehingga ketika air mendingin, waktu penahanan di tangki sedimentasi harus
bertambah. Semakin suhu menurun, operator harus melakukan perubahan dosis
koagulan menjadi mengkompensasi penurunan tingkat penyelesaian. Sebuah instalasi
pengolahan air memiliki kebutuhan aliran tertinggi di musim panas suhunya paling
tinggi dan tingkat pengendapannya paling baik. Saat air lebih dingin, mengalir di
pabrik berada pada titik terendah dan waktu penahanan di pabrik meningkat sehingga
flok mempunyai waktu untuk mengendap di cekungan sedimentasi.

3. Arus
Beberapa jenis arus air yang mungkin terjadi di cekungan sedimentasi :
- Kepadatan arus disebabkan oleh berat padatan di dalam tangki, konsentrasi
padatan dan suhu air di dalam tangki.
- Arus Eddy dihasilkan oleh aliran air yang masuk dalam tangki dan keluar
tangki
Arus dapat bermanfaat karena mendorong flokulasi partikel. Namun, air arus juga
cenderung mendistribusikan flok secara tidak merata ke seluruh tangki; akibatnya
tidak menetap keluar dengan kecepatan yang merata. Beberapa permasalahan arus air
dapat dikurangi dengan desain tangki yang tepat. Instalasi penyekat membantu
mencegah arus korsleting pada tangki.

4. Zona dan Sedimentasi


Dalam kondisi ideal, tangki sedimentasi akan terisi air yang sudah dikoagulasi, dan
flok dibiarkan mengendap sebelum penambahan air ditambahkan. Itu tidak mungkin
dilakukan pada sebagian besar jenis instalasi pengolahan air. Tangki sedimentasi
biasanya dibagi mejadi inlet zone, settling zone, sludge zone, dan outlet zone.
5. Muatan Partikel
Semua partikel cenderung memiliki muatan listrik yang sedikit. Partikel dengan
muatan yang sama cenderung menolak satu sama lain. Tindakan tolak menolak ini
mencegah partikel berkumpul menjadi gumpalan dan mengendap.

VII.3 Analisis Kesalahan


Pada praktikum ini dapat terjadi beberapa kesalahan yang dapat
mempengaruhi hasil akhir praktikum sehingga nilainya kurang akurat dan
representatif. Kesalahan pertama yang mungkin terjadi adalah tidak tepatnya waktu
pengambilan sampel untuk diukur turbiditasnya karena adanya jeda waktu antara
pengeluaran air ke pembacaan turbiditas sehingga perhitungan dapat menjadi tidak
akurat. Selain itu, sampel air yang dikeluarkan terlalu banyak juga dapat
menimbulkan error pada perhitungan karena dapat mengakibatkan
kedalaman/ketinggian muka air berubah. Kesalahan pada pengukuran kekeruhan juga
dapat terjadi kesalahan yaitu tabung yang digunakan tidak bersih secara sempurna
karena masih menggunakan metode manual yang masih terjadi kontak dengan
praktikan, sehingga dapat mempengaruhi hasil pengukuran kekeruhan. Selain itu,
penentuan nilai kekeruhan juga dapat menjadi tidak tepat karena seringnya terjadi
ketidakstabilan angka yang ditunjukkan pada alat turbidimeter. Hal ini dapat
mengakibatkan data kekeruhan menjadi tidak tepat dan kurang representatif.

VIII. Aplikasi Kehidupan Sehari-hari


VIII.1 Pengolahan Air
Sedimentasi dapat digunakan untuk mengendapkan air yang terkoagulasi dan
terflokulasi sebelum infiltrasi, mengendapkan air yang terkoagulasi dan terflokulasi
pada pabrik pelunakan (softening plant), serta mengendapkan air olahan pada pabrik
penghilangan besi dan mangan.
Gambar VIII.1 Water Softening Plant
(Sumber : raindropswatertech.com)

VIII.2 Pengolahan Limbah Cair


Sedimentasi dapat digunakan untuk menghilangkan padatan berupa pasir (grit
removal), menghilangkan padatan tersuspensi di clarifier utama, serta menghilangkan
flok biologis dalam activated sludge.

Gambar VIII.2 Water Grit Chamber


(Sumber : Irman, 2015)

IX. Kesimpulan
1. Nilai kecepatan sedimentasi partikel diskrit dari sampel air percobaan ini tiap
lima menit dapat dilihat pada Tabel VI.1
2. Persentase total penyisihan aktual (% removal) partikel diskret pada sumber air
setelah dihomogenkan dan dibiarkan selama 40 menit adalah 41,212%
3. Nilai waktu detensi (𝑡𝑑) pada saat persentase tersisa mencapai 35% adalah 222,22

menit dan nilai debit pengendapan pada saat persentase tersisa mencapai 35%
3
adalah 114,525 𝑐𝑚 /𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

X. Daftar Pustaka
Assist. Prof, Bilge Alpaslan Kocamemi. Chapter 10: Sedimentation. Department of
Environmental Engineering, Marmara University.
Geankoplis, J. 2003. Transport Processess and Separation Process Principcles
(Includes Unit Operation, 4th Edition. New Delhi: Prentice-Hall of India
Indrawai, Dewi. 2016. Efektivias Sand Filter dalam Meningkatkan Kualitas Air
Minum Menggunakan Parameter Fe dan TDS. Semarang : Universitas
Diponegoro
Kawamura, S. 1991. Integrated Design of Water Treatment Facilities. Universitas
Michigan: Wiley
Metcalf and Eddy. 1991. Wastewater Engineering: Treatment, Disposal, Reuse, 3rd
edition. Singapore: McGraw Hill, Inc.
Reynolds, Tom D. and Paul A. Richards. 1996. Unit Operations and Processes in
Environmental Engineering, 2nd edition. Boston: PWS Publishing Company.
Setiyadi, Suratno L. et al. (2013). Menentukan Persamaan Kecepatan Pengendapan
Pada Sedimentasi. Jurnal Ilmiah Widya Teknik, 12(2).

Anda mungkin juga menyukai