HIDROLIKA
Disusun Oleh:
Maskur Efendi, S.T, M.T
LABORATORIUM HIDROLIKA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI
MALANG
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Allah SWT yang selalu memberikan hidayah-Nya sehingga
buku panduan praktikum hidrolika ini dapat disusun dengan baik.
Buku panduan praktikum ini disusun dengan maksud untuk dapat digunakan sebagai
pedoman mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan praktikum di laboratorium hidrolika.
Dalam buku panduan ini diberikan penjelasan mengenai tujuan praktikum, peralatan yang
digunakan, data teknis peralatan praktikum, teori dasar, dan prosedur pengujian.
Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
buku panduan ini. Segala kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan materi dan
penyusunan buku panduan praktikum hidrolika. Semoga buku panduan ini dapat bermanfaat
bagi mahasiswa yang melaksanakan praktikum hidrolika.
Ttd
Penyusun
DAFTAR ISI
3. Teori
Laju volume aliran air atau debit (diberi notasi Q) didefinisikan sebagai jumlah zat cair
yang mengalir melalui tampang lintang tiap satuan waktu. Debit biasanya diukur dalam
volume zat cair tiap satuan waktu, sehingga satuannya adalah meter kubik per detik
(m3/det) atau satuan yang lain (liter/detik, liter/menit, dsb).
Volume
Debit (Q) =
Waktu
4. Spesifikasi Alat
Dimensi alat Hydraulics Bench adalah : panjang 1,13 m; lebar 0,73 m; tinggi 1,00
m.
Pompa tipe sentrifugal, maksimal head 21 m H2O, maksimal aliran 80 liter/menit,
daya pompa 0,37 kW.
Kapasitas bak air 250 liter; Kapasitas tangki volumetrik aliran tinggi 40 liter;
Kapasitas tangki volumetrik aliran rendah 6 liter.
Flow Channel Weir carrier
Power switch (F1-13) Volumetric
tank
Castors
Sight Gauge and
Level Scale Flow control valve
Sump tank drain
valve
Gambar 1. Hydraulics Bench
5. Prosedur Percobaan
a. Pasang steker pada stop kontak sumber listrik.
b. Pasang inlet nozzle dan stilling baffle pada hydraulics bench.
c. Atur dump valve actuator untuk menutup lubang pembuang volumetric tank.
d. Tekan tombol "on" pada power switch.
e. Buka dan atur aliran melalui katup pada flow control valve (putar ke kiri untuk
membuka dan membesarkan aliran, putar ke kanan untuk menutup atau mengecilkan
aliran) pada suatu aliran tertentu.
f. Jika aliran sudah diatur pada flow control valve, biarkan dan jangan dirubah.
g. Biarkan air mengalir di volumetric tank sampai bacaan skala pada level gauge
mencapai angka nol (kapasitas 6 liter).
h. Nyalakan stop watch pada saat ketinggian air bergerak dari angka nol (0) liter ke
angka yang ditentukan pada level gauge.
i. Hentikan stop watch pada saat bacaan level gauge tepat di angka yang ditentukan,
dan baca waktu pada stop watch, catat.
j. Buka lubang pembuang dengan mengangkat dump valve actuator, kosongkan air di
volumetric tank.
k. Setelah air di volumetric tank kosong, atur dump valve actuator menutup lubang
pembuang volumetric tank.
l. Ulangi percobaan pada langkah f) sampai dengan k). Percobaan diulang sebanyak 3
kali.
m. Jika percobaan telah selesai, tekan tombol "off" pada power switch.
n. Lepaskan steker dari stop kontak sumber listrik.
o. Hitung debit aliran menggunakan persamaan debit.
6. Sumber Rujukan
Armfield. 2007. Instruction Manual F1-10. Hydraulics Bench. England:
Armfield
Bambang Triatmodjo. 2012. Hidraulika 1. Cetakan ke-13. Yogyakarta: Beta Offset
7. Hasil Praktikum
Tabel Data Pengamatan dan
Perhitungan :
Waktu Q rata-rata = (Q1
N Head (H) = h - Volume Debit (Q) = V/t
h (mm) (t) + Q2)/2
o ho (mm) (V) (liter) (liter/detik)
(detik) (liter/detik)
3 62,31 0,04815
1 165 12 0,05179
4 72,15 0,05544
20 288,75 0,06926
2 157 18 0,06904
25 363,34 0,06881
20 131,66 0,15191
3 149 24 0,15195
25 164,47 0,15200
20 65,18 0,30684
4 143 32 0,30597
25 81,94 0,30510
20 43,38 0,46104
5 137 40 0,45677
25 55,25 0,45249
Grafik Hubungan Head (H) - Debit (Q)
1.200
1.000
0.800
Debit (liter/detik)
0.600
0.400
0.200
0.000
24 36 47 58 68
Head (mm)
8. Kesimpulan
PRAKTIKUM 2
PENGUKURAN TINGGI MUKA AIR DENGAN ALAT UKUR POINT GAUGE
3. Teori
Pengukuran posisi permukaan air dalam kondisi permanen (steady state) seringkali
diperlukan pada pengamatan hidraulika. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan
suatu point kecil yang secara manual diatur untuk menyentuh permukaan air, dan
pembacaan pergerakan vertikal dilakukan dengan menggunakan skala Vernier.
Batang pengukur
Sekrup penjepit
Skala Vernier
Skala primer
Sekrup pengunci
Ujung point
Vernier adalah skala bantu yang bergerak secara paralel terhadap skala primer. Skala primer
memberikan pembacaan dasar, sedangkan Vernier menunjukkan bacaan bagian skala
yang lebih kecil dari bagian skala primer. Jarak diantara tiap sub bagian Vernier dalah
90% dari jarak diantara tiap sub bagian skala primer. Pada gambar 2 sebelah kanan
dapat dilihat angka "0" (nol) skala Vernier satu
garis dengan angka "60" skala primer, sedangkan angka "10" skala Vernier satu garis
dengan angka "69" skala primer.
Gambar 2
Langkah-langkah pembacaan point gauge dengan skala Vernier adalah sebagai berikut
(perhatikan gambar):
1) Pada gambar 3 terlihat angka "0" skala Vernier tepat satu garis dengan angka "60"
skala primer, maka pada posisi ini dibaca "60 mm".
Gambar 3
2) Apabila angka "0" skala Vernier terletak diantara sub bagian skala primer (lihat
gambar 4) yaitu pada posisi antara angka "67" dan "68" skala primer, maka untuk
menentukan secara akurat pengukuran harus dicari angka skala Vernier yang satu garis
lurus dengan skala primer, dalam kasus ini adalah angka "5" skala Vernier (lihat
gambar 5), maka pada posisi ini dibaca "67,5 mm". Dalam pembacaan skala Vernier,
ada potensi kesalahanpembacaan karena kurang teliti, maka seringkali hasil
pembacaan ditulis "67,5 ± 0,2 mm" , dimana ± 0,2 adalah potensi kesalahan atau
kesalahan pembacaan.
Gambar 4 Gambar 5
Gambar 6. Susunan Peralatan
4. Spesifikasi Alat
Dimensi alat H1-1 adalah tinggi 265 mm, lebar 75 mm, kedalaman 50 mm
Jangkauan 150 mm, ketepatan ± 0,1 mm dengan tingkat akurasi ± 0,2 mm
5. Prosedur Percobaan
a. Pasang alat-alat tersebut seperti terlihat pada gambar 6.
b. Atur dump valve actuator menutup lubang pembuang volumetric tank.
c. Tekan tombol "on" pada power switch.
d. Buka dan atur aliran melalui katup pada flow control valve (putar ke kiri untuk
membuka dan membesarkan aliran, putar ke kanan untuk menutup atau mengecilkan
aliran) pada suatu aliran tertentu.
e. Jika aliran sudah diatur pada flow control valve, biarkan dan jangan dirubah- rubah
dan tunggu sampai aliran air stabil dan tenang.
f. Untuk mengukur posisi permukaan bebas (batas udara dan air) pada saluran terbuka,
pertama tentukan dahulu posisi datum (titik nol).
g. Putar pelan-pelan sekrup penjepit, tahan batang pengukur, dan geser ke atas atau ke
bawah sampai ujung point gauge pada posisi nol yang diperlukan (yaitu dasar
saluran). Kencangkan sekrup penjepit untuk sementara.
h. Lepas sekrup pengunci pada belakang skala Vernier dan geser skala tersebut sampai
angka "0" skala Vernier berhimpitan satu garis lurus dengan angka "0" skala primer.
Kencangkan kembali sekrup pengunci.
i. Lepas sekrup penjepit dan geser batang pengukur sampai ujung point gauge terletak
agak menyentuh permukaan air. Kencangkan sekrup pengunci, dan atur batang
pengukur dengan sekrup pengatur tinggi yang halus sampai ujung point gauge benar-
benar tepat menyentuh permukaan air.
j. Baca tinggi permukaan air tersebut pada skala Vernier.
k. Ulangi langkah "g" sampai "j" sebanyak 3 kali.
l. Jika percobaan telah selesai, tekan tombol "off" pada power switch.
m. Buka lubang pembuang dengan mengangkat dump valve actuator, kosongkan air di
volumetric tank.
6. Sumber Rujukan
Armfield. 2006. Instruction Manual. Hydraulics Instruments H1-1/H1-2/H1-
3/H1-7/H1-8/H1-10/H1-11. England: Armfield
PRAKTIKUM 3
ALIRAN MELALUI PELUAP SEGITIGA
3. Teori
Peluap didefinisikan sebagai bukaan pada salah satu sisi kolam atau tangki sehingga zat
cair (biasanya air) di dalam kolam tersebut melimpas di atas peluap. Lapis zat cair yang
melimpas di atas ambang peluap disebut tinggi peluapan (H). Peluap biasanya digunakan
untuk mengukur debit aliran.
H
θ
h
Crest of weir
ho
Weir plate
Dimana:
Qt = debit aliran (m3/detik)
H = tinggi air di atas dasar peluap (m)
= sudut V atau takikan peluap segitiga
g = percepatan gravitasi bumi (9,81 m/dt2)
Cd = Koefisien debit yang ditentukan dalam percobaan
Gambar 4. Koefisien Debit Ambang Segitiga (V notch dengan sudut θ = 900 ) (Australian
Standards AS 3778.4.1-1991)
4. Nomenklatur
5. Data Teknis
Sudut V notch (θ = 900)
6. Prosedur Percobaan
a. Pasang peluap segitiga dan point gauge pada hydraulics bench, seperti terlihat pada
gambar 4.
b. Pastikan Hydraulics Bench datar/horisontal.
c. Ukur tinggi datum (ho) pada dasar takikan (hati-hati jangan sampai merusak takikan
dan alat ukur tinggi) dengan point gauge.
d. Geser point gauge dan letakkan dalam posisi ditengah-tengah antara stilling baffle dan
triangular weir (peluap segitiga).
e. Buka flow control valve dan biarkan aliran minimum masuk pelan-pelan ke saluran
sampai tekanan atmosfer sekitar seluruh aliran mengalir melalui pelimpah.
f. Atur valve untuk mencapai kedalaman mendekati 5-6 mm di atas dasar takikan untuk
setiap kenaikan debit (lakukan pengaturan awal posisi tinggi setiap 5-6 mm dengan
point gauge).
g. Untuk setiap debit, tunggu aliran sampai kondisi tenang tercapai (minimal 1 menit),
selanjutnya ukur dan catat head (h) di atas ambang.
h. Ulangi percobaan tersebut setiap kenaikan 5-6 mm sampai aliran mencapai puncak
takikan. Hati-hati jangan sampai aliran keluar melimpah pada bagian teratas pinggir-
pinggir plat ambang.
i. Untuk tiap debit, ukur dan catat volume awal dan akhir di dalam tangki pengumpul
dan waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan.
Gambar 5. Susunan Peralatan
7. Sumber Rujukan
Armfield. 2001. Instruction Manual. Flow Over Weirs F1-13. England: Armfield
Bambang Triatmodjo. 2012. Hidraulika 1. Cetakan ke-13. Yogyakarta: Beta Offset
http://www.feit.uts.edu.au/schools/civil/
PRAKTIKUM 4
ALIRAN MELALUI PELUAP SEGIEMPAT
3. Teori
Peluap didefinisikan sebagai bukaan pada salah satu sisi kolam atau tangki sehingga zat
cair (biasanya air) di dalam kolam tersebut melimpas di atas peluap. Lapis zat cair yang
melimpas di atas ambang peluap disebut tinggi peluapan (H). Peluap biasanya digunakan
untuk mengukur debit aliran.
Crest of weir
ho
Weir plate
Dimana:
Qt = debit aliran (m3/detik)
H = tinggi air di atas dasar peluap (m)
B = lebar peluap segiempat
g = percepatan gravitasi bumi (9,81 m/dt2)
Cd = Koefisien debit yang ditentukan dalam percobaan
Apabila peluap persegi panjang memanjang di seluruh lebar saluran disebut bendung ditekan
dan rumus Rehbock dapat diterapkan untuk menentukan Cd sebagai berikut:
Gambar 4. Koefisien Debit Ambang Segiempat
(Australian Standards AS 3778.4.1-1991)
4. Nomenklatur
5. Data Teknis
Lebar peluap segiempat (b) = 0,030 m
6. Prosedur Percobaan
a. Pasang peluap segiempat dan point gauge pada hydraulics bench.
b. Pastikan hydraulics bench datar/horisontal.
c. Ukur tinggi datum (ho) pada dasar takikan (hati-hati jangan sampai merusak takikan
dan alat ukur tinggi) dengan point gauge.
d. Geser point gauge dan letakkan dalam posisi ditengah-tengah antara stilling baffle dan
rectangular weir (peluap segiempat).
e. Buka flow control valve dan biarkan aliran minimum masuk pelan-pelan ke saluran
sampai tekanan atmosfer sekitar seluruh aliran mengalir melalui peluap.
f. Atur valve untuk mencapai kedalaman mendekati 10 mm di atas dasar takikan untuk
setiap kenaikan debit (lakukan pengaturan awal posisi tinggi setiap 10 mm dengan
point gauge).
g. Untuk setiap debit, tunggu aliran sampai kondisi tenang tercapai (minimal 1 menit),
selanjutnya ukur dan catat head (h) di atas ambang.
h. Ulangi percobaan tersebut setiap kenaikan 10 mm sampai aliran mencapai puncak
takikan. Hati-hati jangan sampai aliran keluar melimpah pada bagian teratas pinggir-
pinggir plat ambang.
i. Untuk tiap debit, ukur dan catat volume awal dan akhir di dalam tangki pengumpul
dan waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan.
7. Sumber Rujukan
Armfield. 2001. Instruction Manual. Flow Over Weirs F1-13. England: Armfield
Bambang Triatmodjo. 2012. Hidraulika 1. Cetakan ke-13. Yogyakarta: Beta Offset
http://www.feit.uts.edu.au/schools/civil/
PRAKTIKUM 5
ALIRAN MELALUI
LUBANG
3. Teori
Dari penerapan Persamaan Bernoulli (konservasi energi mekanik untuk aliran stabil,
taktermampatkan, tanpa gesekan):
Kecepatan aliran melalui lubang yang ideal di pancaran vena kontrakta (diameter kecil)
adalah:
Cv adalah koefisien kecepatan, yang memungkinkan efek viskositas dan, oleh karena itu Cv
<1.
Untuk tabung pitot;
Dimana Ao adalah luas lubang dan Cc adalah koefisien kontraksi dan, oleh karena itu;
4. Nomenklatur
Koefisien Cd Dihitung
Debit
Koefisien Cv Dihitung
Kecepatan
Koefisien Cc Dihitung
Kontraksi
5. Prosedur Percobaan
a. Letakkan peralatan di atas saluran hydraulics bench dan ratakan menggunakan kaki
yang dapat disesuaikan dan waterpass di landasan.
b. Hubungkan pipa inlet fleksibel untuk konektor kancing hydraulics bench di saluran
atas. Tempatkan ujung tabung peluap langsung ke overflow hydraulics bench
(terletak di sisi dinding tangki volumetrik), dan sesuaikan pipa inlet ke tingkat
perkiraan kepala pada head yang diperlukan untuk percobaan.
c. Pasang orifice yang akan digunakan dalam percobaan pada dasar tabung.
d. Menyalakan pompa dan buka katup secara bertahap. Karena elevasi air naik di
reservoir ke arah atas tabung peluap, atur katup untuk memberikan elevasi air dari 2
sampai 3 mm di atas elevasi peluap, dengan ujung tabung inlet sepenuhnya terendam.
Ini akan memastikan head konstan dan menghasilkan aliran tunak melalui lubang
tersebut.
e. Untuk menghitung Cd, debit diperoleh dengan pengumpulan volume air dari lubang di
tangki volumetrik, dan mencatat nilai head ho pada orifice.
f. Untuk menghitung Cv, tabung pitot dimasukkan ke dalam pancaran yang muncul pada
bagian bawah tangki, dan nilai-nilai tabung pitot dari head h c dan head ho pada orifice
dicatat.
g. Untuk menghitung Cc perlu untuk mengukur diameter pancaran pada vena kontrakta.
Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kawat halus yang melekat pada kepala
tabung pitot, bidang kawat yang normal terhadap arah melintasi tabung. Kawat dibawa
ke masing-masing tepi pancaran pada gilirannya, tepat di bawah tangki, dan posisi
tabung dibaca pada sekrup. Perbedaan dari pembacaan mewakili diameter pancaran.
h. Bagian kedua dari percobaan arus masuk ke tangki dikurangi untuk menurunkan
elevasi di tangki secara bertahap, debit dari lubang yang diukur pada setiap tahap.
Perhatikan sampai elevasi sampai ke nilai stabil setelah arus masuk ke tangki telah
berubah, dan disarankan untuk membaca tingkat ini beberapa kali saat debit sedang
dikumpulkan dan merekam nilai rata-rata selama interval waktunya. Sekitar delapan
tingkat aliran yang berbeda harus cukup untuk membangun hubungan antara debit dan
head di lubang tersebut.
6. Data Teknis
Berikut dimensi dari peralatan yang digunakan dalam perhitungan. Jika diperlukan nilai-
nilai ini dapat diperiksa sebagai bagian dari prosedur eksperimen dan diganti dengan
pengukuran sendiri.
3. Teori
Di bawah ini adalah representasi diagram dari alat yang menjelaskan dimensi.
Nomenklatur ini akan digunakan selama pembahasan teori ini. Meskipun teori untuk
pesawat yang terendam sebagian dan tenggelam seluruhnya sama, akan lebih jelas untuk
meninjau kedua kasus tersebut secara terpisah.
Keterangan :
L = jarak horizontal antara titik tumpuan dan tempat penyeimbang D =
tinggi permukaan kuadran
B = lebar permukaan kuadran
H = jarak vertikal antara dasar permukaan kuadran dan lengan tumpuan C =
pusat kuadran
P = pusat tekanan pada permukaan kuadran
A. Permukan pesawat terendam sebagian
Di bawah ini adalah representasi diagram dari alat yang menjelaskan dimensi fisik,
sebagai tambahan seperti yang telah ditunjukkan sebelumnya.
A.1 Permukaan pesawat vertikal terendam sebagian - gaya pada permukaan Gaya
hidrostatis F dapat didefinisikan sebagai : F = pgAh (Newton)
dengan luas A = Bd
dan h = C = d
2
Sehingga ;
Bd2
F = pg …..(1)
2
A.2 Permukaan pesawat vertikal terendam sebagian - Kedalaman pusat tekanan
percobaan
Momen (M), bisa didefinisikan sebagai M = Fh" (Nm).
Momen penyeimbang dihasilkan oleh berat (W) yang dikenakan pada penggantung
pada ujung lengan penyeimbang, panjang lengan penyeimbang (L).
Untuk keseimbangan statis, dua momen adalah sama, yaitu : Fh" =
WL = mgL
Dengan mensubstitusi gaya hidrostatis dari (1) kita mendapatkan :
mgl 2mL
h" = F =
pBd2
A.3 Permukaan pesawat vertikal terendam sebagian - Kedalaman pusat tekanan teoritis
Hasil teoritis untuk kedalaman pusat tekanan, P, di bawah permukaan bebas adalah :
Ix
h = …..(2)
h
Dengan Ix adalah momen dari bagian luasan yang terendam. Ix = Ic
+ Ah2
Bd3 d 2
Bd3
Ix = + Bd( ) = (m4) …..(3)
12 2 3
Kedalaman pusat tekanan di bawah titik tumpuan adalah : h" = h' + H - d (m)
….. (4)
Substitusi (3) ke (2) kemudian ke (4) menghasilkan hasil teoritis berikut: d
h" = H -
3
B. Permukaan pesawat vertikal terendam seluruhnya
Di bawah ini adalah representasi diagram dari alat yang menjelaskan dimensi fisik,
sebagai tambahan seperti yang telah ditunjukkan sebelumnya.
Dengan :
d = kedalaman yang terendam
F = gaya hidrostatis yang bekerja pada kuadran h =
kedalaman pusat
h' = jarak pusat tekanan (P)
h" = jarak garis aksi gaya di bawah tumpuan. Garis gaya ini akan melewati pusat tekanan (P)
B.3 Permukaan pesawat vertikal terendam seluruhnya – Kedalaman pusat tekanan teoritis
Hasil teoritis untuk kedalman pusat tekanan (P) di bawah permukaan bebas adalah:
h' = Ix
Ah
Dengan Ix adalah momen kedua dari bagian luasan yang terendam. Dengan
menggunakan teorema pusat pararel :
Ix = Ic + Ah2
2 2
D D
Ix = BD [ + (d - ) ] (m4)
12 2
4. Nomenklatur
Gaya
F N Dihitung
Hidrostatis
Pusat Tekanan
h" m Dihitung
Percobaan
Pusat Tekanan
Teoritis h" m Dihitung
Gaya F N Dihitung
Hidrostatis
Pusat Tekanan
Teoritis h" m Dihitung
5. Prosedur Percobaan
a. Tempatkan tangki peralatan hidrostatic pada hydraulics bench, dan sesuaikan kakinya
sampai nivo menunjukkan bahwa base horizontal. Tempatkan lengan penyeimbang
pada knife edges. Tempatkan penggantung berat pada celah di akhir bagian lengan
penyeimbang. Pastikan bahwa katup drain tertutup. Pindahkan alat pengukur
keseimbangan berat sampai lengan horizontal.
b. Tambahkan massa kecil (50g) pada penggantung berat.
c. Tambahkan air sampai gaya hidrostatis pada permukaan akhir kuadran menyebabkan
lengan penyeimbang terangkat. Pastikan bahwa tidak ada air terbuang pada bagian
atas permukaan kuadran atau sisi sampingnya, di atas ketinggian air.
d. Lanjutkan untuk menambahkan air sampai lengan penyeimbang horizontal, tandai
dengan menggarisi dasar lengan penyeimbang dengan penandaan garis tengah bagian
atas dan bawah pada saat seimbang (selama bisa digunakan, tapi harus tetap dijaga
konsistensinya selama percobaan).
e. Lanjutkan untuk menambahkan air sampai lengan penyeimbang horizontal, tandai
dengan menggarisi dasar lengan penyeimbang dengan penandaan garis tengah bagian
atas dan bawah pada saat seimbang (selama bisa digunakan, tapi harus tetap dijaga
konsistensinya selama percobaan). Anda bisa membuat hal itu lebih mudah dengan
mengisi tangki sedikit demi sedikit, dan mendapatkan posisi keseimbangan dengan
membuka keran drain untuk aliran yang akan dikeluarkan.
f. Baca kedalaman yang timbul dari skala bacaan pada permukaan kuadran, hasil yang
akurat bisa didapat dengan pembacaan melihat garis sedikit di bawah permukaan,
untuk menghindari efek tegangan permukaan.
g. Ulangi prosedur di atas untuk setiap penambahan beban. Berat yang disediakan untuk
pertambahan 10, 20 dan 50 gram, tergantung dari jumlah sampel yang dibutuhkan.
Dianjurkan interval 50 gram untuk satu set hasil, yang akan memberkan total 19
sampel.
h. Ulangi sampai ketinggian air mencapai puncak skala bagian atas pada permukaan
kuadran.
i. Catat berbagai faktor yang mungkin mempengaruhi hasil percobaan.
6. Data Teknis
Dimensi-dimensi peralatan berikut digunakan untuk perhitungan. Jika dibutuhkan, nilai-
nilainya dapat diukur lagi sebagai bagian dari prosedur percobaan dan diganti dengan
pengukuran anda sendiri.
Dimensi Peralatan :
7. Sumber Rujukan
Armfield. 2006. Instruction Manual. Hydrostatic Pressure Apparatus F1-12.
England: Armfield
Bambang Triatmodjo. 2012. Hidraulika 1. Cetakan ke-13. Yogyakarta: Beta Offset
PRAKTIKUM 7
TEOREMA
BERNOULLI
3. Teori
Teori - Persamaan Bernoulli :
p1 2
pg+ v1 p2 v22
+ z1= pg+ + z2
2g 2g
Dengan:
p = tekanan statis yang terdeteksi pada lubang di samping v =
kecepatan fluida
z = elevasi vertikal fluida
Jika tabung horizontal, perbedaan tinggi bisa diabaikan. z1 = z2
p1
pg+ v=12 2g p2 v22
pg +
2g
Dengan peralatan Bernoulli ini, tinggi tekanan statis (p) diukur dengan
menggunakan manometer secara langsung dari keran tekanan berlubang.
p
h=
pg
dengan demikian Persamaan Bernoulli dapat ditulis menjadi:
2 2
h1 + v1 = h + v2 ….. (1)
2
2g 2g
Tinggi tekanan total (h°) bisa dihitung :
0 v2
h =h+ (meter)
2g
Kecepatan aliran diukur dengan mengukur volume aliran (V) selama periode waktu
tertentu (t). Ini menghasilkan debit volume ; Q v = V / t, yang sebaliknya memberikan
kecepatan aliran melalui luasan yang didefinisikan sebagai A.
Qv
V=
A
Untuk aliran fluida yang inkompressibel, konservasi massa menyebutkan bahwa volume
juga terkonservasi.
A1V1 = A2V2 = An Vn = Q (m3/d) …..(2)
Qth
= a2 x √ 12g- (a
(h1- h2)2
-a )
2 1
5. Prosedur Percobaan
a. Letakkan peralatan persamaan Bernoulli pada hydraulics bench kemudian atur nivo
agar dasamya horizontal, hal ini penting untuk pengukuran tinggi yang akurat pada
manometer.
b. Hubungkan inlet ke suplai aliran bench; tutup katup bench dan katup kontrol aliran
dan nyalakan pompa. Perlahan-lahan buka katup bench untuk mengisi alat percobaan
(test rig) dengan air.
c. Untuk mengisi air dari keran tekanan dan manometer, tutup kedua katup bench dan
katup kontrol aliran, dan buka sekrup pengisi udara dan pindahkan tutupnya dari katup
pengatur udara. Buka katup bench dan biarkan aliran mengalir melalui manometer
untuk menghilangkan sekuruh udara yang ada, kencangkan sekrup pengisi udara dan
buka katup bench dan katup kontrol aliran. Kemudian, buka sedikit katup pengisi
udara untuk membiarkan udara memasuki bagian atas manometer. Kencangkan
kembali sekrup ketika tinggi manometer mencapai tinggi yang dinginkan.
Jika dibutuhkan, tinggi manometer bisa disesuaikan menggunakan sekrup pengisi
udara dan pompa tangan yang disediakan. Ketika menggunakan pompa tangan, sekrup
pengisi harus terbuka. Untuk menahan tekanan pompa tangan dalam sistem, sekrup
harus ditutup setelah pemompaan.
d. Pembacaan harus dilakukan pada tiga macam debit. Ambil set pertama pembacaan
pada debit maksimum (h1 – h5 besar), kemudian kurangi debit volume untuk
memberikan perbedaan tinggi h1 – h5 sekitar 50 mm. Lalu ulangi percobaan untuk
menghasilkan perbedaan tinggi yang berada diantara kedua test di atas. Catat semua
datanya.
e. Ukur volume dengan waktu yang telah ditentukan dengan menggunakan tangki
volumetrik, untuk menentukan besamya debit. Lamanya pengumpulan air sekurang-
kurangannya satu menit untuk mengurangi kesalahan pengukuran waktu.
6. Data Teknis
Dimensi pipa saluran dijelaskan berikut ini :
7. Sumber Rujukan
Armfield. 2001. Instruction Manual. Bernoulli’s Theorem Demostration F1-15.
England: Armfield
Bambang Triatmodjo. 2012. Hidraulika 1. Cetakan ke-13. Yogyakarta: Beta Offset
PRAKTIKUM 8
KEHILANGAN ENERGI PADA
PIPA
3. Teori
Sebuah analisis momentum dasar aliran berkembangkan secara sepenuh dalam tabung
lurus penampang seragam menunjukkan bahwa perbedaan tekanan (p1 - p2) antara dua
titik di tabung adalah karena efek viskositas (gesekan cairan). Kehilangan tekanan h
berbanding lurus dengan perbedaan tekanan (loss) dan diberikan oleh:
dimana d adalah diameter dalam pipa dan, dalam percobaan ini, h diukur langsung oleh
manometer yang menghubungkan kedua penyadap tekanan terpisah jarak L; v adalah
kecepatan rata-rata yang diberikan kaitannya dengan volume debit aliran Qt oleh:
Hasil teoritis untuk aliran laminar adalah:
4. Nomenklatur
Faktor
f Dihitung
Gesekan
Angka
Re Dihitung
Reynolds
log natural dari faktor gesekan, f,
Ln f Dihitung untuk menunjukkan hubungan
antara f dan Re
log natural dari Angka Reynolds,
Ln Re Dihitung Re, untuk menunjukkan hubungan
antara f dan Re
log natural dari kehilangan tekan, h,
Ln h Dihitung untuk menunjukkan hubungan
antara h dan v
log natural dari kecepatan, h,
Ln v Dihitung untuk menunjukkan hubungan
antara h dan v
5. Prosedur Percobaan
a. Pasang perlengkapan tes di hydraulics bench dan, dengan waterpass, sesuaikan kaki
untuk memastikan bahwa pelat dasar horizontal dan, karenanya, manometer menjadi
vertikal.
b. Pasang penjepit Hoffman untuk masing-masing dua tabung manometer
menghubungkan dan menutupnya.
c. Dengan sistem sepenuhnya dibersihkan dari udara, menutup katup bench,
menghentikan pompa, tutup katup outflow dan lepas klem Hoffman dari koneksi
manometer air.
d. Lepaskan sambungan tabung pasokan bagian uji dan tahan tinggi untuk tetap diisi
cairan.
e. Hubungkan tabung pasokan bench ke inflow tangki header, jalankan pompa dan buka
katup bench untuk memungkinkan aliran. Ketika outflow terjadi dari
konektor snap tangki header, pasang tabung pasokan bagian tes untuk itu, memastikan
tidak ada udara terperangkap.
f. Ketika outflow terjadi dari overflow tangki header, sepenuhnya buka katup kontrol
aliran.
g. Perlahan-lahan buka ventilasi di atas manometer air dan memungkinkan udara masuk
sampai tingkat manometer mencapai ketinggian yang sesuai, kemudian tutup ventilasi
udara. Jika diperlukan, kontrol lebih lanjut dari elevasi dapat dicapai dengan
menggunakan tangan-pompa untuk menaikkan tekanan udara manometer.
h. Ulangi prosedur yang diberikan di atas tetapi menggunakan manometer air secara
keseluruhan.
i. Dengan katup kontrol aliran terbuka penuh, mengukur kehilangan tekanan h
ditunjukkan oleh manometer.
j. Tentukan debit aliran dengan waktu pengumpulan dan mengukur suhu cairan.
Kekentalan kinematik dari air pada tekanan udara dapat ditentukan dari tabel yang
disediakan.
k. Dapatkan data untuk setidaknya delapan tingkat aliran, terendah untuk memberikan h
= 30mm, kurang lebih
l. Gambar grafik hubungan antara ln (f) dan ln( Re), dan ln (h) dan ln (v).
6. Data Teknis
7. Sumber Rujukan
Armfield. 2001. Instruction Manual. Energy Losses In Pipes F1-18. England:
Armfield
Bambang Triatmodjo. 2010. Hidraulika 2. Cetakan ke-8. Yogyakarta: Beta
Offset
PRAKTIKUM 9
DEMONSTRASI OSBORNE REYNOLDS
3. Teori
Aliran dapat dibedakan dalam aliran laminer dan turbulen. Aliran lambat
didominasi oleh gaya viskos, cenderung beraturan, bisa diprediksikan dan disebut
laminer. Pada aliran laminer, fluida berkelakuan seperti lapisan- lapisan konsentris
(laminer) yang saling meluncur dengan kecepatan maksimum pada sumbunya, kecepatan
nol pada dinding tabung dan membentuk sebuah distribusi kecepatan parabolik. Pewama
yang diinjeksikan pelan-pelan pada suatu titik pada aliran pipa laminer akan meluncur
bersamaan dengan aliran untuk membentuk garis nyata dan jelas. Pencampuran hanya
bisa terjadi dengan difusi molekular.
Penambahan debit secara perlahan-lahan akan megubah perlakuan aliran karena
inersia aliran (sehubungan dengan kerapatannya) menjadi lebih signifikan dari gaya
viskos; hal ini menjadikan aliran menjadi turbulen. Pada aliran pipa turbulen, pewama
yang diijeksikan pada suatu titik dengan cepat akan tercampur sehubungan dengan gerak
lateral substansial dalam aliran dan perlakuan pewama tanpak menjadi chaos (tidak
beraturan). Gerakan ini muncul tidak beraturan dan muncul dari pertambahan
ketidakstabilan dalam aliran. Perlakuan detail tidak mungkin diprediksikan kecuali
dengan hal statistika.
Ada sebuah tingkat antara, aliran transisional, di mana aliran berwama akan
muncul kacau dan menunjukkan semburan percampuran yang kadang ada dan kadang
tidak, diikuti oleh perlakuan yang lebih laminer.
Angka Reynolds, Re, menyediakan cara yang berguna untuk menentukan
karakteristik aliran, didefinisikan sebagai :
uxd
Re =
v
Dengan:
𝑢 : viskositas kinematik
v : kecepatan rata yang diberikan untuk volume debit d :
diameter pipa
Bila bilangan Reynolds dari aliran fluida tertentu dalam suatu pipa nilainya kurang
dari 2000 maka aliran yang terjadi adalah laminar, sedangkan bila lebih dari 4000 maka
aliran yang terjadi adalah turbulen.
4. Nomenklatur
Angka Re Dihitung
Reynolds
5. Prosedur Percobaan
a. Letakkan perangkat Reynolds pada permukaan yang tetap dan bebas getaran (bukan
hydraulic bench) dan pastikan bahwa dasar permukaan horizontal.
b. Hubungkan penghubung outlet bench ke pipa inlet. Hubungkan luapan tangki head ke
tangki volumetrik hydraulic bench.
c. Nyalakan pompa. Perlahan-lahan buka katup kontrol aliran, kemudian buka katup
bench dan biarkan sistem terisi air. Periksa bahwa pipa visualisasi aliran terisi dengan
benar. Ketika ketinggian air pada tangki head mencapai tabung luapan, sesuaikan
katup kontrol bench untuk menghasilkan debit keluar yang rendah.
d. Periksa bahwa katup kontrol pewarna juga tertutup. Tambahkan pewarna ke
penampung pewama (dye reservoir) sampai terisi 2/3 penuh. Hubungkan jarum
hypodermik. Tahan peralatan pewama di atas bak pencuci, dan buka katup, untuk
memeriksa aliran bebas pewama.
e. Sesuaikan katup bench dan katup pengontrol aliran untuk mengembalikan debit yang
keluar ke aliran yang pelan (jika dibutuhkan), kemudian diamkan alat sekurang-
kurangnya lima menit sebelum memulai percobaan lagi.
f. Amati jenis aliran yang terjadi.
g. Ukur debit volume dengan waktu yang terkumpul, dan ukur temperatur aliran yang
keluar (temparatur air yang terkumpul di silinder pengukur). Tentukan viskositas
kinematik dari lembar data yang disediakan, dan periksa angka Reynolds yang
berhubungan dengan tipe aliran ini.
h. Lakukan pengamatan beberapa kali sampai didapat jenis aliran laminar, transisi, dan
turbulen dengan mengatur debit.
i. Gambarkan grafik hubungan antara kecepatan aliran (v) dengan bilangan Reynolds
(Re).
6. Data Teknis
a. Diameter pipa d = 0.010 m
b. Luasan melintang pipa A = 7,854 x 10-5 m2
c. (Dimensi-dimensi peralatan bisa diukur lagi sebagai bagian dari prosedur percobaan
dan diganti dengan pengukuran anda sendiri).
Gambar 1. Skema Peralatan
7. Sumber Rujukan
Armfield. 2004. Instruction Manual. Osborne Reynolds Demonstration F1-20.
England: Armfield
Bambang Triatmodjo. 2010. Hidraulika 2. Cetakan ke-8. Yogyakarta: Beta
Offset
PRAKTIKUM 10
ALIRAN MELALUI AMBANG LEBAR
3. Teori
Dalam merencanakan bangunan air, perlu mengetahui sifat- sifat atau karakteristik
aliran air yang melewatinya. Pengetahuan ini diperlukan untuk membuat bangunan air yang
akan sangat berguna dalam pendistribusian air maupun pengaturan sungai.
Ambang lebar berfungsi untuk meninggikan muka air di sungai atau pada saluran
irigasi sehingga dapat mengairi areal persawahan yang lebih luas. Selain itu, ambang juga
dapat digunakan mengukur debit air yang mengalir pada saluran terbuka.
Bangunan ukur ambang lebar adalah salah satu alat ukur debit yang banyak digunakan
karena kokoh dan mudah dibuat. Bangunan ini mudah disesuaikan dengan tipe saluran apa
saja. Hubungan tunggal antara muka air hulu dan debit mempermudah pembacaan debit
secara langsung dari papan duga, tanpa memerlukan tabel debit.
Dari percobaan ini dapat diperoleh gambaran mengenai sifat aliran, berupa bentuk
atau profil aliran melalui analisa model fisik dari sifat aliran yang diamati. Pengamatan tipe
karakteristik aliran yang melalui ambang lebar dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Keadaan loncat, tinggi muka air dihulu saluran tidak dipengaruhi oleh tinggi muka air di
hilir saluran.
2. Keadaan peralihan, tinggi muka air di hulu saluran mulai dipengaruhi oleh tinggi muka
air di hilir saluran.
3. Keadaan tenggelam, tinggi muka air di hulu saluran dipengaruhi oleh tinggi muka air di
hilir saluran.
Hw’ adalah tinggi peluapan di sebelah hulu dengan mengabaikan tinggi kecepatan.
Sketsa aliran melewati ambang lebar dapat dilihat pada Gambar. 1 berikut :
2 2g 3/2
Qt = x√ x b x Hw'
3 3
Qt = 1,71 x b x H w’3/2
Qt = debit teoritis (m3/s) b
= lebar ambang (m)
Hw’ = tinggi peluapan (m)
Namun pada praktikum ini, persamaan yang digunakan untuk menghitung debit aliran
adalah sebagai berikut :
Q = Cd x 1,71 x b x Hw’3/2 [m3/s]
Q = debit aliran (m3/s)
Cd = koefisien debit (m0,5/s) b
= lebar ambang (m)
Hw’ = tinggi peluapan (m)
4. Nomenklatur
5. Prosedur Percobaan
1) Ambang lebar dipasang pada posisi tertentu dalam saluran terbuka.
2) Ukur panjang, lebar dan tinggi pelimpah ambang lebar.
3) Hidupkan generator pompa air, setel pengatur debit untuk memperoleh debit aliran
tertentu sesuai yang diperlukan.
4) Atur tinggi bukaan pintu sorong untuk memperoleh tinggi mukai air di hilir sesuai
yang diperlukan.
5) Besarnya debit aliran yang masuk saluran diukur dengan venturimeter. Catat besarnya
Δh yang ditunjukkan oleh manometer pada venturimeter. Hitung besarnya debit aktual
(Qa) menggunakan rumus diatas.
6) Jika venturimeter tidak ada, besarnya debit juga bisa diukur dengan cara menampung
air pada suatu wadah bersamaan dengan mencatat waktu menggunakan stopwatch,
lalu air tersebut diukur menggunakan gelas ukur.
7) Lakukan pengamatan profil aliran yang terjadi. Ukur nilai Y 1, Y3, Hw’ dan hw dengan
menggunakan alat point gauge atau penggaris.
8) Hitung besarnya debit aliran teoritis (Q t) yang melewati peluap ambang lebar dengan
persamaan diatas.
9) Ukur tinggi muka air dan dasar saluran pada setiap titik tertentu pada saluran. Gambar
sketsa profil aliran air yang terbentuk berdasarkan data yang diperoleh dari hasil
pengamatan dan pengukuran secara langsung.
6. Data Teknis
a. Lebar ambang = 15 cm
b. Tinggi ambang = 11 cm
c. Panjang ambang = 30 cm
d. Lebar saluran = 15 cm
e. Panjang saluran = 600 cm
f. Diameter pipa 1 venturimeter (d1) = 3,15 cm
g. Diameter pipa 2 venturimeter (d2) = 2,00 cm
11 cm
15 cm 30 cm
7. Sumber Rujukan
Bambang Triatmodjo. 2012. Hidraulika 1. Cetakan ke-13. Yogyakarta: Beta Offset