Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia 1

Absorbsi
Dosen pengampu: Laily Isna Ramadhani, S.T., M.Eng.

Tanggal Praktikum : 01 September 2023

Tanggal Penyerahan : 05 September 2023

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Diaz Desprian S (221424011)

Dikdik Tri Andhika (221424012)

Ester Ronarta Sinaga (221424013)

Fahriz Fawwara Alkadri (221424014)

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA 1

PROGRAM STUDI D4- TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2023
TUJUAN PRAKTIKUM

- Memahami proses absorpsi dan prinsip kerjanya


- Menghitung laju kecepatan absorpsi CO2 ke dalam larutan H2O
- Menghitung jumlah CO2 dalam larutan H2O

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Alat dan bahan

- Alat

1. Seperangkat alat absorbsi

Keterangan :

- S1, S2, S3 = Valve yang diatur pada saat analisa


gas CO2 dan tempat pengambilan sample bila
diperlukan

- F1 = Flowmeter Air

- F1 = Flowmeter Udara

- F1 = Flowmeter CO2

- C1 = Valve Pengatur flow air

- C2 = Valve Pengatur flow udara - C3 = Valve


pengatur flow CO2
2. Buret
3. Gelas ukur 50ml
4. Labu takar 250ml
5. Spatula
6. Gelas kimia
7. Botol semprot

- Bahan
1. Larutan NaOH
2. Aquades
3. Indikator pp
4. Larutan HCL 0,5 N

Prosedur Kerja

- Standarisasi Larutan NaOH 0,05


a. Siapkan larutan NaOH 0,1 N lalu encerkan menjadi 0,05 N sebanyak 250 mL
b. Larutan NaOH diambil 10 mL untuk distandarisasi
c. Tambahkan indikator pp pada larutan NaOH sebanyak 3 tetes hingga terjadi
perubahan warna
d. Lakukan titrasi pada NaOH dengan HCl sebagai titran
e. Catat volume HCl ketika NaOH berubah warna menjadi bening.

- Absorbsi Karbon Dioksida


DATA PRAKTIKUM

- Standarisasi larutan NaOH dengan HCl 0,5 M

M HCl × V HCl = M NaOH × V NaOH

0,5 × 0,9 = M NaOH × 10

M NaOH = 0,045 M

- Data laju alir

Laju alir air = 4 L/mnt

Laju alir udara = 20 L/mnt

Laju alir CO2 = 3 L/mnt

- Data Percobaan Absorpsi CO2


Inlet Outlet

V NaoH V sampel C sampel V NaoH V sampel C sampel


Waktu (mL) (mL) (M) (mL) (mL) (M)
(menit)

10 0,4 10 0,0018 0,5 10 0,00225

15 0,2 10 0,0009 0,5 10 0,00225

20 0,5 10 0,00225 0,3 10 0,00135

25 0,2 10 0,0009 0,2 10 0,0009

30 0,35 10 0,00157 0,3 10 0,00135

35 0,3 10 0,00135 0,4 10 0,0018

40 0,3 10 0,00135 0,3 10 0,00135

45 0,3 10 0,00135 0,2 10 0,0009

50 0,35 10 0,00157 0,35 10 0,00157


- Pengolahan data

Waktu Konsentra Konsentra Aliran Aliran Kecepatan Absorbsi


Kontak si CO2 si CO2 Inlet CO2 Outlet (mol/mnt)
(Menit) dari Inlet dari Outlet terlarut CO2
(M) (M) terlarut

10 0,0018 0,0025 0,0072 0,01 0,0028

15 0,0009 0,0025 0,0036 0,01 0,0064

20 0,00225 0,00135 0,009 0,0054 -0,0036

25 0,0009 0,0009 0,0036 0,0036 0

30 0,00157 0,00135 0,00628 0,0054 -0,00088

35 0,00135 0,0018 0,0054 0,0072 0,0018

40 0,00135 0,00135 0,0054 0,0054 0

45 0,00135 0,0009 0,0054 0,0036 -0,0018

50 0,00157 0,00157 0,00628 0,00628 0


PEMBAHASAN

1. Diaz Desprian S (221424011)

Absorpsi adalah operasi yang melibatkan penyerapan komponen-komponen


yang terdapat dalam gas oleh menggunakan cairan. Dalam proses ini, tingkat
penyerapan gas akan sebanding dengan kemampuan gas tersebut untuk larut
dalam cairan. Sebaliknya, desorpsi adalah proses pelepasan molekul gas dari
cairan pelarut yang awalnya melarutkannya.

Tujuan dari proses absorpsi mencakup tiga hal utama:

Mendapatkan Senyawa Berharga: Proses ini digunakan untuk memisahkan


senyawa yang bernilai tinggi dari campuran gas atau uap. Misalnya,
pemurnian gas untuk mendapatkan senyawa berharga seperti oksigen atau
nitrogen.

Menghilangkan Senyawa Tidak Diinginkan: Absorpsi juga digunakan untuk


menghilangkan senyawa yang tidak diinginkan dari produk. Contohnya
adalah penghilangan gas beracun atau polutan dari udara.

Pembentukan Senyawa Kimia Baru: Proses absorpsi dapat digunakan untuk


membentuk senyawa kimia baru dengan menggunakan zat pelarut
(absorben) dan salah satu senyawa dalam campuran gas. Ini dapat digunakan
dalam reaksi kimia tertentu.

Dalam proses ini, gas awalnya diserap oleh cairan hingga mencapai titik
keseimbangan di mana laju penyerapan dan pelepasan menjadi seimbang.
Hal ini menciptakan tekanan setimbang pada suhu tertentu. Proses absorpsi
dan desorpsi adalah konsep yang penting dalam kimia industri dan teknik
proses.

pada praktikum ini. dilakukan perhitungan mengenai jumlah CO2 yang


terserap ke air. pertama, siapkan larutan NaOH yang nantinya akan
digunakan untuk menitrasi. sehingga dengan titrasi tersebut dapat diketahui
jumlah CO2 yang terkandung dalam air. adapun proses absorpsi dilakukan
dengan menggunakan menara absorpsi dengan isian (packed column).
penggunaan menara absorpsi packed column berfungsi supaya memperbesar
kontak permukaan.

dengan kondisi operasi yaitu :

- Laju alir air 4L/menit


- Laju alir gas CO2 3L/menit
- Laju alir udara 20L/menit

setelah kondisi operasi sesuai. diamkan selama 10-15 menit. hal ini
bertujuan untuk memastikan bahwa kondisi operasi stabil. setelah 10-15
menit. lakukan uji sampel inlet dan outlet setiap 5 menit sebanyak 10 kali.
sampel ditambahkan phenopthalin sebanyak 2 tetes lalu di uji titrasi untuk
mengetahui kandungan CO2 yang terkandung dalam air.

Berdasarkan uji sampel. didapatkan hasil bahwa kecepatan penyerapan dari


CO2 semakin besar sebanding dengan lama operasi. hal ini menandakan
efisiensi proses difusi pada absorpsi.

Meskipun pada praktikum ini terdapat beberapa variabel yang mengganggu


keakuratan data. dimana salah satunya adalah penampung air inlet yang
berbentuk balok. sehingga larutan tidak teraduk secara sempurna (homogen).
laju alir yang tiba-tiba berubah menjadi 3L/menit saat di tengah-tengah
praktikum.

2. Dikdik Tri Andhika (221424012)

Praktikum yang dilakukan kali ini adalah Absorpsi. Absorpsi merupakan


salah satu operasi pemisahan dalam industri kimia dengan cara
mengontakkan campuran gas dengan suatu penyerap yang berupa cairan.
Absorbsi dilakukan untuk mendapatkan senyawa yang bernilai tinggi atau
mengeluarkan senyawa yang tidak diinginkan dari suatu produk. Tujuan
praktikum kali ini adalah untuk memahami prinsip kerja dan proses absorpsi,
menghitung laju absorpsi CO2 ke dalam air, dan menghitung jumlah CO2
dalam air.

Gas yang digunakan sebagai absorbat adalah gas CO2, sedangkan larutan
yang digunakan sebagai absorben adalah air. Dengan persamaan reaksi yang
terbentuk adalah :
H2O + CO2 → H2CO3

Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat larutan NaOH 0,05 M


yang kemudian setelah distandarisasi menjadi 0,045 M. Ketidaksesuaian
nilai konsentrasi ini dikarenakan pengukuran yang tidak teliti. Larutan
NaOH dibuat sebagai penitran untuk menentukan konsentrasi CO2 dalam
air. Langkah kedua adalah mengatur bukaan keran untuk mengatur laju alir
air, laju alir udara, dan laju alir CO2. Masing-masing diatur sebanyak 4
lt/menit, 20 lt/menit, dan 3 lt/menit. Selanjutnya pompa dijalankan untuk
mengalirkan air dari tanki menuju bagian atas kolom, dan CO2 dialirkan
untuk bergabung dengan aliran udara yang dilewatkan menuju bagian bawah
kolom, setelah itu ditunggu selama 10 menit supaya aliran nya bersifat
steady. Perbedaan arah aliran air dan udara mix (udara + CO2) bertujuan
agar terjadi kontak antara keduanya sehingga terdapat reaksi absorpsi. Ini
bisa terjadi karena adanya pengaruh gravitasi dan perbedaan massa jenis
antara air dengan udara mix. Reaksi absorpsi ini dibantu dengan adanya
isian di dalam kolom yang berfungsi untuk memperluas area kontak antara
air dengan udara mix sehingga reaksi absorpsi lebih efisien.

Setelah 10 menit (steady), pengambilan sampel dilakukan setiap 5 menit


selama 50 menit dari aliran inlet dan outlet. Sebelum pengambilan sampel,
air yang ada di tangki diaduk terlebih dahulu supaya larutan menjadi
homogen. Sampel yang diambil kemudian dititrasi oleh NaOH sehingga
didapatkan nilai konsentrasi CO2 yang terabsorpsi. Secara teoritis, nilai
konsentrasi CO2 pada outlet harus lebih besar daripada inlet, dan semakin
bertambahnya waktu maka konsentrasi CO2 yang dihasilkan semakin besar.
Hal ini karena aliran outlet merupakan hasil dari proses absorpsi tanpa
adanya campuran dari tangki.

Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel percobaan absorpsi CO2.


Didapatkan bahwa pada pengambilan pertama (menit ke 10), konsentrasi
outlet (0,00225) lebih besar dari inlet (0,0018). Hal ini tepat secara teoritis,
karena aliran oulet belum tercampur dengan air yang ada di tangki, sehingga
konsentrasinya lebih besar dari inlet. Kemudian pada pengambilan sampel
menit ke 25, mulai terjadi kesetimbangan antara air dan udara mix dengan
campuran yang dihasilkan. Hal ini ditunjukan oleh nilai konsentrasi CO2
yang sama dalam tangki inlet dan aliran outlet. Dan pada pengambilan
sampel terakhir (menit ke 50), terjadi juga kesetimbangan yang ditunjukkan
oleh nilai konsentrasi CO2 yang sama pada inlet dan outlet. Ini diasumsikan
bahwa tidak terdapat perbedaan konsentrasi antara absorbat dengan absorben
sehingga laju penyerapan CO2 menurun.

Adanya perubahan nilai laju penyerapan CO2 yang dihasilkan terhadap


waktu disebabkan karena terdapat perbedaan konsentrasi antara absorbat
dengan absorben. Sehingga secara teoritis, kecepatan absorpsi (penyerapan
CO2) berjalan semakin lambat seiring bertambahnya waktu karena
perbedaan konsentrasi yang semakin kecil antara absorbat dengan absorben.
Akan tetapi, dari data yang ada pada tabel laju absorpsi menunjukan nilai
laju penyerapan CO2 yang berubah-ubah dan tidak konstan atau tidak sesuai
secara teoritis.
Terdapat perolehan data yang tidak sesuai secara teoritis disebabkan karena
adanya fluktuasi, perubahan laju alir inlet, akumulasi campuran sehingga
konsentrasi tangki berubah-ubah, dan bentuk balok pada tangki yang
menyebabkan pengadukan tidak optimal.

3. Ester Ronarta Sinaga (221424013)

Dalam praktikum ini, kami melakukan pengamatan terhadap pengaruh waktu operasi
terhadap penyerapan CO2 oleh air dalam sebuah sistem absorpsi. Proses absorpsi
adalah metode pemisahan bahan dari campuran gas dengan mengikatnya pada
permukaan adsorben cair, diikuti dengan pelarutan. Hasil praktikum menunjukkan
bahwa semakin lama waktu operasi, semakin banyak molekul CO2 yang dapat larut
dalam air. Ini berarti konsentrasi CO2 dalam larutan meningkat seiring berjalannya
waktu dan akhirnya mencapai tingkat keseimbangan ketika massa CO2 dalam fase
cair dan fase gas tidak berubah lagi. Oleh karena itu, tidak ada lagi perpindahan massa
CO2 antara fase gas dan fase cair.

Reaksi yang terjadi pada proses absorbsi :

CO2 (g) + 2 H2O (l) ↔ H3O + (aq) + HCO3 - (aq)

Pada percobaan ini, aliran udara diatur secara berlawanan arah, di mana udara masuk
dari bawah kolom sedangkan air masuk dari atas kolom. Ini dipilih karena massa jenis
air lebih besar daripada massa jenis udara. Sebagai hasilnya, air akan bergerak ke
bawah dan udara ke atas, karena pengaruh gravitasi, sehingga terjadi kontak dan
reaksi antara keduanya.

Efisiensi proses absorpsi memerlukan luas permukaan kontak yang optimal antara dua
fase, yang dicapai dengan menggunakan kolom isian (packing column) seperti yang
digunakan dalam praktikum kali ini. Kolom ini juga dilengkapi dengan shower spray
untuk mengurangi ukuran partikel cairan yang masuk ke dalam kolom, sehingga luas
permukaan kontak meningkat dan waktu kontaknya juga memanjang.

Dalam kondisi eksperimen, laju aliran air diatur sebesar 4 L/menit, mengingat laju
aliran sebelumnya, yaitu 6 L/menit, menyebabkan masalah flooding. Laju aliran udara
adalah 20 L/menit, dan laju aliran gas CO2 adalah 3 L/menit. Pengaturan laju aliran
ini penting agar proses berjalan stabil, yang dapat diukur dengan flowmeter untuk
menghindari fluktuasi aliran.

Setelah 10 menit kondisi operasi mencapai stabilitas, kami mengambil sampel dari
aliran inlet dan outlet setiap 5 menit sebanyak 10 kali. Hasil dari proses absorpsi
keluar melalui outlet dalam bentuk pelarut yang mengandung campuran air dan CO2.
Sampel diambil baik dari inlet maupun outlet untuk menentukan kadar penyerapan
CO2 dalam air serta akumulasi konsentrasi CO2 yang terjadi dan pengaruhnya
terhadap waktu proses.

Untuk menentukan kadar penyerapan CO2 dalam air dengan melakukan titrasi
asam-basa menggunakan larutan NaOH sebagai titran. Fenolftalein digunakan sebagai
indikator titrasi yang mengubah warna dari bening menjadi merah muda ketika
mencapai titik ekivalen antara basa dan asam.

Selain itu, hasil praktikum kami juga menunjukkan bahwa kecepatan penyerapan CO2
meningkat seiring dengan waktu operasi yang lebih lama, menunjukkan bahwa proses
difusi dalam absorpsi berjalan lebih efisien dengan waktu kontak yang lebih lama.
Pada praktikum kali ini terjadi variabilitas yang tidak sesuai dalam data, hal ini terjadi
karena beberapa faktor, seperti akumulasi air dan gas pada tangki inlet yang berbentuk
balok, yang mempengaruhi pengadukan tidak optimal dan konsentrasi CO2 dalam air.
Selain itu, perubahan dalam laju aliran juga mempengaruhi proses difusi antara gas
dan air.

Secara keseluruhan, praktikum ini menjelaskan konsep dasar absorpsi dan


menerapkannya dalam eksperimen mengenai penyerapan CO2 oleh air. Hasil
eksperimen menunjukkan bahwa waktu operasi dan waktu kontak antara fase gas dan
fase cairan berpengaruh signifikan terhadap efisiensi proses absorpsi. Kami juga
mencatat bahwa semakin lama waktu operasi, semakin tinggi konsentrasi CO2 dalam
air, dan kecepatan penyerapan CO2 juga meningkat. Namun, kecepatan penyerapan
akan berkurang saat kandungan CO2 pada inlet semakin banyak, ditandai dengan
perbedaan konsentrasi CO2 yang semakin kecil antara inlet dan outlet, hingga
mencapai tingkat keseimbangan ketika massa CO2 dalam fase cair dan fase gas tidak
berubah lagi.

4. Fahriz Fawwara A (221424014)

Praktikum absorpsi merupakan praktikum yang dilakukan untuk menyerap


zat pada zat lain, secara lebih jelas tujuan absorbsi antara lain, pertama untuk
mendapatkan senyawa yang bernilai tinggi dari campuran gas atau uap;
kedua, untuk mengeluarkan senyawa yang tidak diinginkan dari produk;
ketiga, pembentukan persenyawaan kimia dari absorben dengan salah satu
senyawa dalam campuran gas. Dalam hal ini zat yang diserap (absorbat)
adalah CO2 sedangkan zat yang menyerap CO2 (absorben) adalah air. Hal
pertama yang dilakukan pada praktikum ini adalah membuat cairan basa
yaitu NaOH, cairan ini digunakan untuk mentitrasi hasil dari absorbsi yaitu
CO2 karena CO2 ini bersifat asam. Tujuan dari titrasi ini adalah untuk
menentukan kadar CO2 yang didapat dari proses absorbsi.

Selanjutnya, proses absorbsi dilakukan dengan membuka aliran udara


dengan laju alir 20 L/menit, air dengan laju alir 4 L/ menit yang sebelumnya
6 L/menit, dan CO2 dengan laju alir 3 L/menit Laju alir ini harus
disesuaikan agar tidak terjadi flooding, jika laju alir air lebih tinggi dari laju
alir udara ini akan memungkinkan untuk terjadinya flooding. Aliran udara
dan air pada proses ini berlangsung dengan berlawanan arah
(counter-current) pada packing column, aliran udara masuk melalui bawah
kolom sedangkan aliran air masuk melalui atas kolom. Air yang masuk
dalam kolom akan didistribusikan oleh shower spray agar air yang masuk ke
dalam kolom bisa merata dan luas permukaan kontak meningkat dan waktu
kontaknya juga memanjang.
Prinsip kerja dari proses ini pertama adalah kontak antara CO2 dan Air,
udara yang mengandung CO2 dialirkan ke dalam kolom atau reaktor yang
berisi air. Pada titik ini, CO2 akan berinteraksi dengan air. Tahap kedua pada
proses ini adalah Pembentukan Asam Karbonat, CO2 akan bereaksi dengan
molekul air (H2O) untuk membentuk asam karbonat (H2CO3) dalam reaksi
berikut : CO2 + H2O → H2CO3. Pada tahap ketiga Asam karbonat ini
kemudian dapat terionisasi menjadi ion-ion karbonat (CO3^2-) dan ion
hidrogen (H+) dalam reaksi : H2CO3 → HCO3^- + H+, selanjutnya Ion
karbonat dapat juga terionisasi lagi menjadi ion bikarbonat (HCO3^-) :
CO3^2- + H2O → 2HCO3^-. Proses ini menghasilkan larutan air yang
mengandung ion bikarbonat dan ion karbonat, yang merupakan bentuk CO2
yang larut dalam air. Ini memungkinkan CO2 untuk dihilangkan dari udara
dan disimpan dalam larutan air.

Percobaan ini dilakukan selama 50 menit, pengambilan sampel dilakukan


pada menit ke-10 ketika laju aliran sudah konstan dan tidak terjadi fluktuasi.
Pengambilan sampel selanjutnya dilakukan pada menit ke-15, 20, 25, 30,35,
40, 45, dan 50. Sampel diambil dari aliran inlet (tangki) dan outlet sebanyak
10 mL dan selanjutnya dilakukan titrasi dengan menggunakan NaOH untuk
mengukur kandungan CO2 dalam air hasil absorbsi. Hasil yang didapatkan
pada pengukuran konsentrasi CO2 pada aliran outlet secara teori harus lebih
besar dibandingkan dengan aliran pada tangki, karena pada aliran inlet ini
merupakan hasil dari absorbsi tanpa campuran seperti yang ada di tangki.

Nilai konsentrasi CO2 yang didapat pada proses absorbsi tidak selalu naik
maupun turun baik di inlet maupun outlet hal ini disebabkan karena
konsentrasi CO2 yang terdapat pada tangki ketika pengambilan sampel tidak
homogen dikarenakan bentuk tangki tidak silinder sehingga akan lebih sulit
untuk melakukan pengadukan secara manual.

Selain nilai konsentrasi, pada praktikum ini juga mencari nilai kecepatan
absorbsi. Nilai kecepatan absorbsi secara teoritis akan menurun seiring
berjalannya waktu hal ini dikarenakan Karbon dioksida (CO2) yang terlarut
dalam air akan bereaksi dengan air untuk membentuk asam karbonat
(H2CO3). Reaksi ini adalah : CO2 + H2O -> H2CO3. Pembentukan asam
karbonat ini mengakibatkan penurunan pH larutan, yang mengindikasikan
peningkatan keasaman larutan. Pada awalnya, reaksi ini akan meningkatkan
laju absorbsi CO2, tetapi seiring berjalannya waktu, tingkat keasaman
larutan akan meningkat, dan ini akan mengurangi kecepatan absorbsi karena
terjadi perubahan kesetimbangan kimia. Selain itu, penurunan kecepatan
juga dipengaruhi oleh gradien konsentrasi. Pada awalnya, ketika CO2
dihadapkan dengan air, ada perbedaan konsentrasi yang signifikan antara
konsentrasi CO2 dalam udara (yang bisa tinggi) dan konsentrasi dalam air
(yang rendah). Ini akan mendorong absorbsi CO2 ke dalam air. Namun,
seiring berjalannya waktu, konsentrasi CO2 dalam air akan meningkat,
sementara konsentrasi CO2 di udara akan berkurang karena absorbsi yang
berlangsung. Ini mengurangi perbedaan konsentrasi dan dengan demikian
mengurangi driving force untuk absorbsi CO2. Namun data yang didapat
pada hasl praktikum ini tidak sesuai dengan teori, hal ini dikarenakan nilai
konsentrasi CO2 yang didapat tidak masih tidak sesuai antara outlet dan
inlet. Tetapi pada akhir absorbsi (menit 50) nilai konsentrasi dan kecepatan
sudah sama, hal ini menunjukan adanya kesetimbangan antara Co2 dengan
air di mana laju absorbsi (proses masuknya zat ke dalam fase penyerap)
sama dengan laju desorpsi (proses keluar zat dari fase penyerap).

KESIMPULAN

5. Diaz Desprian S (221424011)

Dalam praktikum absorpsi CO2 oleh air, digunakan proses penyerapan gas
CO2 ke dalam air dengan menggunakan menara absorpsi packed column.
Tujuannya adalah untuk mengukur jumlah CO2 yang terserap dalam air
dengan titrasi menggunakan larutan NaOH. Proses berjalan selama 10-15
menit untuk memastikan stabilitas, dan hasilnya menunjukkan peningkatan
kecepatan penyerapan seiring waktu. Meskipun ada variabel yang
memengaruhi akurasi data, seperti bentuk penampung air inlet yang tidak
sempurna, eksperimen ini membantu memahami efisiensi proses absorpsi.

6. Dikdik Tri Andika (221424012)


a. Prinsip kerja absorpsi adalah absorpsi dapat terjadi jika ada
perbedaan konsentrasi antara absorbat dan absorben. Dalam hal ini,
terjadi kontak antara gas CO2 dengan air sebagai absorben yang
memiliki perbedaan konsentrasi. Faktor yang mempengaruhi
absorbsi CO2 oleh air adalah variasi laju alir, tinggi dan diameter
kolom, jenis kolom yang digunakan, dan konsentrasi CO2.
b. Laju kecepatan absorpsi CO2 ke dalam air dapat dihitung
menggunakan rumus F1.( Cco2t- Cco2o). Dari perhitungan diperoleh
nilai 0,0028; 0,0064; -0,0036; 0; -0,00088; 0,0018 ; 0; -0,0018 ; 0
mol/dt. Kecepatan bernilai negatif dan positif karena campuran
dalam tangki yang tidak homogen.
c. Jumlah CO2 dalam air dihitung dengan konsentrasi yang dikonversi
dari mol H2CO3. CO2 yang terserap berbentuk sebagai mol H2CO3
yang dikonversi menjadi molaritas. Dari hasil perhitungan diperoleh
konsentrasi CO2 dari inlet yaitu 0,0018; 0,0009; 0,00225; 0,0009;
0,00157; 0,00135; 0,00135; 0,00135; 0,00157 M sedangkan dari
outlet yaitu 0,00225; 0,00225; 0,00135; 0,0009; 0,00135; 0,0018;
0,00135; 0,0009; 0,00157 M. Peningkatan nilai konsentrasi
berbanding lurus dengan waktu absorpsi yang semakin lama.

7. Ester Ronarta Sinaga (221424013)


- Absorpsi adalah proses di mana satu substansi menyerap atau
menangkap zat lainnya dalam bentuk molekul atau ion.Prinsip
kerjanya bergantung pada perbedaan konsentrasi, sifat zat, waktu,
kondisi lingkungan, dan jenis materi penyerap. Prinsip absorpsi
melibatkan penggunaan gaya difusi dari molekul-molekul dalam
suatu larutan tertentu yang berperan sebagai pelarut. Dalam proses
ini, ada tiga peran utama, yaitu absorben yang bertindak sebagai zat
penyerap, absorbat yang merupakan zat yang diserap, dan absorber
adalah tempat terjadinya proses absorpsi.
- Laju kecepatan reaksi yang didapat pada praktikum kali ini dihitung
dengan mengalikan besar laju alir air dengan selisi konsentrasi CO2
pada outlet dan inlet. Data yang dihasilkan bervariasi dan tidaik
sesuai dengan teori, karena disebabkan oleh beberapa faktor seperti
akumulasi air dan gas pada tangki inlet yang berbentuk balok, yang
mempengaruhi pengadukan tidak optimal dan konsentrasi CO2
dalam air. Selain itu, perubahan dalam laju aliran juga mempengaruhi
proses difusi antara gas dan air.
- Pada hasil praktikum absorbsi kali ini menunjukkan ,jumlah CO2
yang diserap oleh air pada outlet lebih besar daripada inlet yang
dihitung dalam molaritas, hal ini karena sampel yang diambil dari
inlet merupakan akumulasi hasil penyerapan CO2 terhadap air dari
umpan dan produk (outlet), sehingga kadar CO2 pada inlet lebih
rendah daripada outlet.

8. Fahriz Fawwara A (221424014)


- Absorbsi merupakan proses penyerapan suatu zat dimana suatu
campuran dikontakkan dengan suatu cairan penyerap tertentu. Gas
yang diserap oleh cairan menyebabkan adanya satu atau lebih
komponen gas yang larut dalam cairannya. Absorbsi gas merupakan
proses dimana terjadi suatu perpindahan massa antar fasa dan
perpindahan massa yang terjadi akibat akibat adanya kekuatan gerak
(driving force).
- Laju kecepatan CO2 yang terserap dalam air yang didapat pada
praktikum ini tidak berpola dikarenakan faktor faktor kesalahan pada
saat praktikum seperti campuran yang tidak homogen maupun saat
melakukan titrasi. Laju kecepatan CO2 yang seharusnya adalah
menurun seiring berjalannya waktu dikarenakan pengaruh driving
force.
- Jumlah CO2 yang didapat pada proses absorbsi di outlet lebih besar
daripada di tangki, hal ini dikarenakan sampel yang diambil dari
outlet merupakan hasil absorbsi yang tidak tercampur lagi dengan
cairan umpan (air).

Anda mungkin juga menyukai