Absorbsi
Dosen pengampu: Laily Isna Ramadhani, S.T., M.Eng.
Disusun Oleh:
Kelompok 4
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
- Alat
Keterangan :
- F1 = Flowmeter Air
- F1 = Flowmeter Udara
- F1 = Flowmeter CO2
- Bahan
1. Larutan NaOH
2. Aquades
3. Indikator pp
4. Larutan HCL 0,5 N
Prosedur Kerja
M NaOH = 0,045 M
Dalam proses ini, gas awalnya diserap oleh cairan hingga mencapai titik
keseimbangan di mana laju penyerapan dan pelepasan menjadi seimbang.
Hal ini menciptakan tekanan setimbang pada suhu tertentu. Proses absorpsi
dan desorpsi adalah konsep yang penting dalam kimia industri dan teknik
proses.
setelah kondisi operasi sesuai. diamkan selama 10-15 menit. hal ini
bertujuan untuk memastikan bahwa kondisi operasi stabil. setelah 10-15
menit. lakukan uji sampel inlet dan outlet setiap 5 menit sebanyak 10 kali.
sampel ditambahkan phenopthalin sebanyak 2 tetes lalu di uji titrasi untuk
mengetahui kandungan CO2 yang terkandung dalam air.
Gas yang digunakan sebagai absorbat adalah gas CO2, sedangkan larutan
yang digunakan sebagai absorben adalah air. Dengan persamaan reaksi yang
terbentuk adalah :
H2O + CO2 → H2CO3
Dalam praktikum ini, kami melakukan pengamatan terhadap pengaruh waktu operasi
terhadap penyerapan CO2 oleh air dalam sebuah sistem absorpsi. Proses absorpsi
adalah metode pemisahan bahan dari campuran gas dengan mengikatnya pada
permukaan adsorben cair, diikuti dengan pelarutan. Hasil praktikum menunjukkan
bahwa semakin lama waktu operasi, semakin banyak molekul CO2 yang dapat larut
dalam air. Ini berarti konsentrasi CO2 dalam larutan meningkat seiring berjalannya
waktu dan akhirnya mencapai tingkat keseimbangan ketika massa CO2 dalam fase
cair dan fase gas tidak berubah lagi. Oleh karena itu, tidak ada lagi perpindahan massa
CO2 antara fase gas dan fase cair.
Pada percobaan ini, aliran udara diatur secara berlawanan arah, di mana udara masuk
dari bawah kolom sedangkan air masuk dari atas kolom. Ini dipilih karena massa jenis
air lebih besar daripada massa jenis udara. Sebagai hasilnya, air akan bergerak ke
bawah dan udara ke atas, karena pengaruh gravitasi, sehingga terjadi kontak dan
reaksi antara keduanya.
Efisiensi proses absorpsi memerlukan luas permukaan kontak yang optimal antara dua
fase, yang dicapai dengan menggunakan kolom isian (packing column) seperti yang
digunakan dalam praktikum kali ini. Kolom ini juga dilengkapi dengan shower spray
untuk mengurangi ukuran partikel cairan yang masuk ke dalam kolom, sehingga luas
permukaan kontak meningkat dan waktu kontaknya juga memanjang.
Dalam kondisi eksperimen, laju aliran air diatur sebesar 4 L/menit, mengingat laju
aliran sebelumnya, yaitu 6 L/menit, menyebabkan masalah flooding. Laju aliran udara
adalah 20 L/menit, dan laju aliran gas CO2 adalah 3 L/menit. Pengaturan laju aliran
ini penting agar proses berjalan stabil, yang dapat diukur dengan flowmeter untuk
menghindari fluktuasi aliran.
Setelah 10 menit kondisi operasi mencapai stabilitas, kami mengambil sampel dari
aliran inlet dan outlet setiap 5 menit sebanyak 10 kali. Hasil dari proses absorpsi
keluar melalui outlet dalam bentuk pelarut yang mengandung campuran air dan CO2.
Sampel diambil baik dari inlet maupun outlet untuk menentukan kadar penyerapan
CO2 dalam air serta akumulasi konsentrasi CO2 yang terjadi dan pengaruhnya
terhadap waktu proses.
Untuk menentukan kadar penyerapan CO2 dalam air dengan melakukan titrasi
asam-basa menggunakan larutan NaOH sebagai titran. Fenolftalein digunakan sebagai
indikator titrasi yang mengubah warna dari bening menjadi merah muda ketika
mencapai titik ekivalen antara basa dan asam.
Selain itu, hasil praktikum kami juga menunjukkan bahwa kecepatan penyerapan CO2
meningkat seiring dengan waktu operasi yang lebih lama, menunjukkan bahwa proses
difusi dalam absorpsi berjalan lebih efisien dengan waktu kontak yang lebih lama.
Pada praktikum kali ini terjadi variabilitas yang tidak sesuai dalam data, hal ini terjadi
karena beberapa faktor, seperti akumulasi air dan gas pada tangki inlet yang berbentuk
balok, yang mempengaruhi pengadukan tidak optimal dan konsentrasi CO2 dalam air.
Selain itu, perubahan dalam laju aliran juga mempengaruhi proses difusi antara gas
dan air.
Nilai konsentrasi CO2 yang didapat pada proses absorbsi tidak selalu naik
maupun turun baik di inlet maupun outlet hal ini disebabkan karena
konsentrasi CO2 yang terdapat pada tangki ketika pengambilan sampel tidak
homogen dikarenakan bentuk tangki tidak silinder sehingga akan lebih sulit
untuk melakukan pengadukan secara manual.
Selain nilai konsentrasi, pada praktikum ini juga mencari nilai kecepatan
absorbsi. Nilai kecepatan absorbsi secara teoritis akan menurun seiring
berjalannya waktu hal ini dikarenakan Karbon dioksida (CO2) yang terlarut
dalam air akan bereaksi dengan air untuk membentuk asam karbonat
(H2CO3). Reaksi ini adalah : CO2 + H2O -> H2CO3. Pembentukan asam
karbonat ini mengakibatkan penurunan pH larutan, yang mengindikasikan
peningkatan keasaman larutan. Pada awalnya, reaksi ini akan meningkatkan
laju absorbsi CO2, tetapi seiring berjalannya waktu, tingkat keasaman
larutan akan meningkat, dan ini akan mengurangi kecepatan absorbsi karena
terjadi perubahan kesetimbangan kimia. Selain itu, penurunan kecepatan
juga dipengaruhi oleh gradien konsentrasi. Pada awalnya, ketika CO2
dihadapkan dengan air, ada perbedaan konsentrasi yang signifikan antara
konsentrasi CO2 dalam udara (yang bisa tinggi) dan konsentrasi dalam air
(yang rendah). Ini akan mendorong absorbsi CO2 ke dalam air. Namun,
seiring berjalannya waktu, konsentrasi CO2 dalam air akan meningkat,
sementara konsentrasi CO2 di udara akan berkurang karena absorbsi yang
berlangsung. Ini mengurangi perbedaan konsentrasi dan dengan demikian
mengurangi driving force untuk absorbsi CO2. Namun data yang didapat
pada hasl praktikum ini tidak sesuai dengan teori, hal ini dikarenakan nilai
konsentrasi CO2 yang didapat tidak masih tidak sesuai antara outlet dan
inlet. Tetapi pada akhir absorbsi (menit 50) nilai konsentrasi dan kecepatan
sudah sama, hal ini menunjukan adanya kesetimbangan antara Co2 dengan
air di mana laju absorbsi (proses masuknya zat ke dalam fase penyerap)
sama dengan laju desorpsi (proses keluar zat dari fase penyerap).
KESIMPULAN
Dalam praktikum absorpsi CO2 oleh air, digunakan proses penyerapan gas
CO2 ke dalam air dengan menggunakan menara absorpsi packed column.
Tujuannya adalah untuk mengukur jumlah CO2 yang terserap dalam air
dengan titrasi menggunakan larutan NaOH. Proses berjalan selama 10-15
menit untuk memastikan stabilitas, dan hasilnya menunjukkan peningkatan
kecepatan penyerapan seiring waktu. Meskipun ada variabel yang
memengaruhi akurasi data, seperti bentuk penampung air inlet yang tidak
sempurna, eksperimen ini membantu memahami efisiensi proses absorpsi.