Cara Kerja :
- Masukkan sampel air keran dan aquades aerasi dalam becker glass
- Mencelupkan alat DO meter tersebut kedalam sampel air keran
- Tekan tombol ON
- Menunggu beberapa saat hingga pembacaan stabil
- Mencatat suhu dan slopenya
- Setelah pembacaan DO meter pada air keran selesai, lap/keringkan DO meter
dengan tisu
- Melakukan langkah yang sama pada sampel aquades aerasi
Hasil :
Air keran :
- Kadar oksigen terlarut : 2,29 mg/L
- Suhu : 27,3ºC
Aquades aerasi :
- Kadar oksigen terlarut : 2,36 mg/L
- Suhu : 26,9ºC
Pembahasan :
- Baku mutu :
Standar baku mutu oksigen terlarut adalah sebesar 2 mg/L dalam
keadaan normal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Adapun dari
pemeriksaan oksigen terlarut yang dilakukan praktikan, diperoleh hasilkadar
oksigen terlarut dalam air keran sebesar 2,29 mg/L dan kadar oksigen dalam
aquades aerasi sebesar 2,36 mg/L. Jika ditinjau kembali dengan merujuk pada
standar baku mutu oksigen terlarut pada air normal, dapat diketahui bahwa hasil
pemeriksaan tersebut baik air keran maupun aquades aerasi memenuhi standar
baku mutu karena nilainya di atas standar baku mutu oksigen terlarut minimal.
- Potensi gangguan kesehatan / lingkungan :
Sebagaimana diketahui bahwa oksigen memegang peranan penting
sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses
oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga
menentukan kegiatan biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik atau
anaerobik. Sebagai pengoksidasi dan pereduksi bahan kimia beracun menjadi
senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak beracun.
Disamping itu, oksigen juga sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme
untuk pernapasan. Organisme tertentu, seperti mikroorganisme, sangat berperan
dalam menguraikan senyawa kimia beracun rnenjadi senyawa lain yang Iebih
sederhana dan tidak beracun.
Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut
memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui
bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh
mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme.
Pemeriksaan kadar oksigen terlarut didalam air untuk mengetahui tingkat
pencemarannya, dapat diketahui melalui pemeriksaan BOD (Biochemical Oxygen
Demand) dan pemeriksaan COD (Chemical Oxygen Demand).
Berdasarkan pemeriksaan kadar oksigen terlarut (DO), baik pada air
keran maupun aquades aerasi, hasilnya di atas standar baku mutu oksigen terlarut
minimum. Hal tersebut menandakan bahwa air tersebut masih aman dan
tidakmenimbulkan potensi gangguan pada kesehatan dan lingkungan. Kandungan
oksigen terlarut pada air yang diperiksa tersebut sudah cukup mendukung
kehidupan organisme. Kadar oksigen terlarut yang mencukupi dalam air dapat
meningkatkan penyerapan makanan dalam tubuh, mengatasi gangguan
pencernaan, membantu proses pemulihan tubuh dari penyakit, meningkatkan
proses detoksifikasi (pembuangan zat racun) dari dalam tubuh serta meningkatkan
dan menjaga daya tahan tubuh.
- Solusi :
Bila terjadi kelebihan atau kekurangan oksigen terlarut dapat dilakukan
beberapa cara. Cara untuk menanggulangi jika kelebihan kadar oksigen terlarut
adalah dengan cara menaikkan suhu atau temperatur air, dimana jika temperatur
naik maka kadar oksigen terlarut akan menurun. Yang kedua yaitu menambah
kedalaman air, dimana semakin dalam air tersebut maka semakin kadar oksigen
terlarut akan menurun karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar
oksigen digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan – bahan organik dan
anorganik.
Sementara itu, cara untuk menanggulangi jika kekurangan kadar
oksigen terlarut adalah dengan cara menurunkan suhu atau temperatur air, dimana
jika temperatur turun maka kadar oksigen terlarut akan naik. Lalu mengurangi
kedalaman air, dimana semakin dalam air tersebut maka kadar oksigen terlarut
akan semakin naik karena proses fotosintesis semakin meningkat. Yang ketiga
adalah mengurangi bahan – bahan organik dalam air, karena jika banyak terdapat
bahan organik dalam air maka kadar oksigen terlarutnya rendah. Serta yang
terakhir diusahakan agar air tersebut mengalir.
Apabila kadar DO di bawah standar, berbagai cara dapat dilakukan
untuk meningkatkan DO, termasuk membuat aerasi melalui mesin aerator di
kolam dan chamber filter, membuat system venturi di saluran akhir sirkulasi,
membuat air terjun atau system bakki shower. Intinya adalah bagaimana
menciptakan sebanyak mungkin kontak antara permukaan air dengan udara.
LEMBAR KERJA PRAKTIK (LKP)
Cara Kerja :
- Siapkan oximeter, lalu aktifkan/nyalakan oximeter agar dapat berfungsi
- Lalu tunggu hingga bunyi dan terdapat tulisan di layar display
- Setelah terlihat tulisan dan terdapat bunyi, dekatkan selang ke udara ambient
kemudian akan muncul hasilnya kemudian dicacat.
- Tetapi apabila pada alat mengeluarkan bunyi, pengukur harus segera
menjauhi lokasi yang diukur. Hal ini menunjukan bahwa kadar udara yang
diukur melebihi ambang batas dan melebihi batas kemampuan maksimal alat
dalam mengukur kadar dalam udara ambient.
Hasil :
Kadar O2 : 195%
Kadar H2S : 15 ppm
Kadar CO : 200 ppm
LEL : 20%
Pembahasan :
- Baku mutu :
Standar baku mutu oksigen di udara adalah sebesar 235%. Adapun
dari pemeriksaan oksigen di udara yang dilakukan praktikan, diperoleh hasil
kadar oksigen dalam udara adalah sebesar %. Selain itu, didapat pula hasil
pemeriksaan kadar H2S sebesar 15 ppm, kadar CO sebesar 200 ppm dan LEL
sebesar 20%. Jika ditinjau kembali dengan merujuk pada Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 41 Tahun 1999 tentang standar baku
mutu udara ambien, dapat diketahui bahwa hasil pemeriksaan tersebut, nilai
kadar oksigen di udara , kadar H2S, kadar CO, dan kadar LEL , karena
nilainya di atas standar baku mutu oksigen terlarut minimal.
Cara Kerja :
a. Pastikan terdapat sumber daya yang terhubung (baterai/listrik)
b. Tekan tombol daya
c. Tekan tombol MEAS untuk memulai operasi pengujian (menampilkan satu
kolom bergerak)
d. Tekan tombol MEAS lagi untuk menyelesaikan test
e. Bacalah nilai hasil pengukuran dengan satuan m/s²
f. Setelah pengukuran selesai maka akan menampilkan / muncul “at hh:
mm”Matikan tombol daya
Hasil :
A (percepatan) = 3,10 m/s2
V (kecepatan) = 0,039 cm/s = 3,9 x 10-4 m/s
D (simpangan) = 0,0005 mm = 5 x 10-4 mm = 5 x 10-7 m = 0,5 mikron
Pembahasan :
- Baku mutu :
Yang tercantum dalam SK Menteri Lingkungan Hidup No 49 tahun 1996
ditetapkan tingkat baku getaran berdasar tingkat kenyamanan dan
kesehatan dalam kategori menganggu, tidak nyaman dan menyakitkan.
Dan menurut hasil pengukuran yang telah kami lakukan, frekuensi yang
dihasilkan adalah 124,2 Hz. Hasil tsb tidak masuk dalam nilai getaran
yang diatur dalam SK Mentri Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996. Hal
itu berarti bahwa getaran yang ditimbulkan tidak berpotensi bahaya
apapun dan tidak mengganggu. Oleh karena itu maka getaran tsb telah
memenuhi syarat dan tidak melampaui Nilai Ambang Batas Baku Mutu.
Dibawah ini merupakan tabel Nilai Baku Mutu Getaran berdasarkan
tingkat kenyamanan dan kesehatan dalam Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Getaran :
- Potensi gangguan kesehatan / lingkungan :
Getaran yang terjadi di lingkungan dapat berdampak pada kehidupan
manusia. Dalam SK Menteri Lingkungan Hidup no 49 tahun 1996
ditetapkan tingkat baku getaran berdasar tingkat kenyamanan dan
kesehatan dalam kategori menganggu, tidak nyaman dan menyakitkan.
Baku tingkat getaran mekanik dan getaran kejut adalah batas maksimal
tingkat getaran mekanik yang diperbolehkan dari usaha atau kegiatan pada
media padat sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan
dan kesehatan serta keutuhan bangunan.
Untuk mengetahui dampak langsung dari getaran saat dilakukan proses
pemancangan maka perlu diketahui intensitas getaran dan dibandingkan
dengan standar yang berlaku. Pengukuran dilakukan pada jarak 25 – 200
m dari sumber getar dengan interval 25 m dengan menggunakan alat
mikrotremometer yaitu sejenis seismograf dengan sensitivitas yang sangat
tinggi. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada beberapa
lokasi diketahui bahwa secara empirik dampak getaran tiang pancang
sampai jarak 200 m adalah kategori B dan C terhadap kenyamanan
manusia dan kategori B terhadap kerusakan bangunan.
- Solusi :
1. Perawatan pada mesin atau pengantian spear-part mesin sehingga
dapat mengurangi efek terjadinya Hand Arm Vibration Syndrome
(Keluhan kesehatan subyektif)
2. Sebaiknya melakukan peregangan tubuh 5 menit setiap 30 menit saat
bekerja menggunakan mesin.
3. Mengurangi jam lembur mengingat lama kerja yang semakin panjang
sehingga dapat mengurangi munculnya keluhan Hand Arm Vibration
Syndrome (Keluhan kesehatan subyektif)
LEMBAR KERJA PRAKTIK (LKP)
Cara Kerja :
- Membuka aplikasi EMF pada tablet
- Meletakkan benda magnetic/logam/ponsel yang akan diperiksa/dibaca
EMF/radiasi non ioniknya dekat dengan tablet tersebut
*benda/ponsel diletakkan ditempat yang sama pada setiap pemeriksaan
- Mengamati tingkat radiasi benda tersebut yang dapat dilihat dari konstannya
nilai
- Mencatat hasil pemeriksaan benda/ponsel tersebut
Hasil :
Nama Pemilik Jenis Ponsel/HP Radiasi (µT)
Candra Raditya Smartfren 111
Devi Ratna Y Nokia 205
Alif Nur W Nokia 112
Anisa Windy Blackberry 100
Belliya Yulis Samsung 190
Erik Budi Cross 251
Hilmiy ilman Blackberry 105
Pembahasan :
- Baku mutu :
Menurut Kepmenkes RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002, baku mutu
batasan pajanan radiasi non pengion adalah sebagai berikut:
Batasan Pajanan Radiasi Non Peng-ion
No Keterangan Baku Mutu Medan Magnetik
. (milli Tesla)
1. Lingkungan Kerja
(1) Sepanjang hari kerja <0,5 mT
(2) Waktu singkat 5,0 mT (sampai 2 jam/hari)
2. Lingkungan Umum
(1) Sampai 24 jam/hari 0,1 mT (ruang terbuka)
(2) Beberapa jam/hari 1 mT (sampai 5 jam/hari)
Sumber : Kepmenkes RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002
Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang
baku mutu pajanan radiasi non pengion tersebut, dari hasil pengujian dapat
diketahui bahwa radiasi dari ponsel yang diperiksa masih aman bagi pengguna
karena tidak melebihi nilai ambang batas.
- Potensi gangguan kesehatan / lingkungan :
Paparan radiasi non pengion dapat menyebabkan kerusakan DNA dan
gangguan kromosom, peningkatan produksi radikal bebas, penuaan dini,
perubahan fungsi otak termasuk kehilangan ingatan, penurunan kemampuan
belajar.pusing-pusing, juga penyakit berbahaya seperti kanker dan impotensi
dalam jangka waktu panjang.
Potensi gangguan lingkungan akibat paparan radiasi non pengion
tersebut antara lain menyebabkan efek suara/bunyi sinyal jika didekatkan dengan
alat elektronik lainnya serta dapat merusak benda-benda elektronik lainnya.
- Solusi :
Tidak menggunakan handphone di saat kita tidak butuh dan meletakkannya jauh
dari tubuh kita dan alat elektronik lainnya.