A. TUJUAN :
B. DASAR TEORI :
Aerasi sangat penting dalam unit operasi pengolahan air minum dan air bunagan.
Tujuan aerasi dalam proses pengolahan air adalah meng-oksidasi besi dan mangan
terlarut dalam air (terutama air tanah), pengurangan rasa, bau dan substansi volatile
(organik) serta pengaturan kesetimbangan karbonat melalui pengurangan kandungan
CO2. Dalam pengolahan air buangan, aerasi digunakan untuk menyediakan oksigen
bagi mikroba dalam tangki aerasi.
Transfer oksigen dari udara ke air terjadi melalui interface udara-air. Beberapa
teknik dan aerator telah dikembangkan untuk menciptakan dan memaksimalkan area
kontak (interfacial), dalam rangka untuk meningkatkan laju transfer oksigen. Terdapat
perbedaan antara aerator yang menyebarkan air ke udara dan aerator yang
menyebarkan udara ke dalam air.
Page | 1
per jam, yang terjadi ketika aerator mulai beraksi di air bersih dengan kandungan
konsentrasi oksigen awal = 0, pada suhu 10oC dan pada tekanan barometer 101,3 kpa.
O.C adalah hasil pengalian koefisien transfer oksigen secara keseluruhan (k2) dan
konsentrasi oksigen jenuh pada kondisi standar.
O.C = k2 x Cs ..................................................................(1)
Nilai O.C yang didapat dari tes dengan air bersih tidak dapat digunakan langsung
untuk air yang telah terkontaminasi, karena kehadiran kandungan pengotor
mengurangi laju transfer oksigen. Maka dari itu faktor koreksi harus digunakan
pada persamaan diatas. Kisaran nilai adalah 0,7 – 0,9, tergantung pada tipe aerator
dan komposisi air (limbah).
Kapasitas oksigenasi dari aerator gelembung akan ditentukan secara percobaan. Pada
percobaan kali ini, akan ditentukan beberapa parameter untuk aerator gelembung.
Aerator Gelembung
Pada umumnya, efek yang terkahir diabaikan untuk transfer oksigen total dalam
perbandingan dengan efek struktur gelembung dan tinggi naikknya gelembung.
Dalam aerasi gelembung halus atau medium, maka ukuran diameter gelembung adalah
1-6 mm.
Dua faktor penting yang mempengaruhu transfer oksigen dan O.C adalah debit udara
(air flow rate) dan kedalaman penempatan difuser. Debit udara adalah parameter
utama yang menyediakan kontrol operasional aerator dan fleksibilitas sistem aerasi
gelembung. Kedalaman rendaman aerator sangat mempengaruhi O.C, biasanya
percobaan penentuan O.C berdasarkan tinggi rendaman digunakan untuk menentukan
karakteristik dari aerator gelembung.
Laju transfer oksigen dari gelembung udara melalui area kontak udara-air ditentukan
oleh:
a. Kelarutan oksigen dalam air, Cs.
b. Koefisien transfer oksigen dalam air, kL.
c. Ketersediaan kontak area permukaan.
d. Suhu.
Page | 2
Koefisien difusi oksigen dalam air lebih rendah daripada yang terdapat di udara dan
tahanan/hambatan terhadap transfer oksigen keseluruhan akan ditentukan oleh
hambatan dalam fase cairan. Asumsikan bahwa lapisan air pada area kontak sudah
jenuh dengan udara, maka transfer massa oksigen total, m, di ekspresikan dalam kg
O2/jam, dapat ditulis sebagai berikut :
m = kL x A x (Cs-CL) …………………………………….(2)
Dilakukan pembagian dengan volum pada kedua sisi persamaan diatas, maka akan
muncul persamaan dibawah ini :
dc
k L a (Cs C(t ) ) .............................................................(3)
dt
kL : koefisien transfer massa (1/(m.jam))
a : area permukaan kontak spesifik (m2/m3)
Cs : Konsentrasi jenuh pada suhu dan tekanan tertentu (mg/L)
C(t) : Konsentrasi oksigen terlarut pada waktu, t (mg/L)
d (Cs C(t ) )
k2 (Cs C(t ) ) dan setelah dilakukan integrasi :
dt
Cs C(t )
ln k2 t ....................................................(4)
Cs Co
Dengan melakukan plot kurva di kertas semi log, k2 dapat ditentukan dari slope kurva.
Tetapi harus diperhatikan bahawa O.C ditentukan untuk kondisi standar pada
temperatur 10oC. Maka k2 harus di hitung kembali untuk suhu standar 10oC dengan
menggunakan persamaan :
k2,10oC = k2,T x 1,0188(10-T) .................................................(5)
Page | 3
C. ALAT DAN BAHAN
a. ALAT
b. BAHAN
D. CARA KERJA
I. Prosedur penentuan nilai koefisien transfer gas total/keseluruhan (k2)
1. Lakukan analisa oksigen terlarut (DO), pH dan suhu awal dari air yang sudah dibuat
dalam kondisi anaerobik. Untuk analisa DO lihat prosedur percobaan II.
2. Buatlah air bersih/aquades menjadi dalam kondisi anaerobik (air olahan) dengan
menambahkan sejumlah Na2SO3.xH2O. Tambahkan 8 mg/L Na2SO3 untuk setiap 1
mg/L O2.
3. Siapkan reaktor aerasi (gelas beaker 1000 mL) dan aerator gelembungnya.
4. Tentukan waktu aerasi (misal 0; 120; 240; 360; 480; 600; 720; 840 detik)
5. Masukkan air olahan ke masing-masing gelas beaker sampai volumnya tepat 1000
mL.
6. Lakukan aerasi untuk setiap gelas beaker dengan waktu-waktu yang telah ditentukan.
7. Setelah waktu yang telah ditentukan, lakukan analisa DO, pH dan suhu lagi (untuk
setiap air yang sudah di aerasi).
Page | 4
II. Prosedur analisa oksigen terlarut (DO) dengan menggunakan metode Winkler
1. Sediakan botol BOD (volume + 300 ml) yang bersih, catat nomor dan volume botol.
2. Isi botol dengan sampel sampai penuh, usahakan selama pengisian tidak ada
gelembung udara di dalam botol. Untuk hal ini ada cara khusus jika sampel diambil di
badan air/sungai, yaitu menggunakan DO sampler.
3. Tutup botol jika sudah tidak ada gelembung udara di dalam botol, buang sisa air yang
tertinggal di dalam botol.
4. Buka tutup botol segera tambahkan 2 ml larutan MnSO4 dan 2 ml larutan alkali
iodida, melalui mulut botol (ujung pipet menyentuh mulut botol).
5. Tutup botol, bolak-balikkan botol, jika timbul endapan coklat berarti ada oksigen
terlarut (DO) dalam air, jika timbul endapan putih menunjukkan DO = 0 (nol). Jika
timbul endapan coklat lakukan langkah berikut :
Diamkan endapan mengendap sampai kira-kira 1 cm diatas dasar botol.
Larutkan endapan dengan menambahkan 2 ml asam sulfat pekat (penambahan melalui
mulut botol)
Tutup botol, kemudian bolak-balikkan botol sampai endapan larut sempurna.
Siapkan alat titrasi, masukkan larutan Na tiosulfat ke dalam buret, tepatkan miniskus
pada nol ( 0 ).
Pindahlan larutan secara kuantitatif dan hati-hati (jangan menimbulkan gelembung
udara) ke dalam labu Erlenmeyer 500 ml, bilas botol dengan sedikit aquadest,
masukkan air bilasan ke dalam labu Erlenmeyer.
Titrasi sampai warna kuning muda *), tambahkan 2 – 3 ml larutan amylum timbul
warna biru tua.
Lanjutkan titrasi sampai warna biru tua tepat hilang (larutan menjadi bening, jika
didiamkan beberapa saat akan biru kembali !), catat pemakaian Na tiosulfat (ml
titran), masukkan kedalam perhitungan.
Catatan :
*) Jika setelah penambahan asam sulfat larutan berwarna kuning muda, (menandakan
DO kecil), maka larutan langsung ditambah dengan 2 – 3 ml larutan amylum sebelum
titrasi dilakukan, langkah berikutnya sama dengan di atas !
Jika timbul endapan putih, untuk menegaskan bahwa DO = 0, maka lakukan langkah-
langkah berikut :
6. Diamkan sampai endapan mengendap sempurna ( 1 cm di atas dasar labu ).
7. Larutkan endapan dengan menambahkan 2 ml larutan H2SO4 pekat, melalui mulut
botol, bolak-balikkan botol sampai endapan larut.
8. Tambahkan 2 ml larutan amylum, jika tidak timbul warna biru, maka DO = 0, tetapi
jika timbul sedikit warna biru, lakukan titrasi dengan larutan Na tiosulfat sampai
warna biru tepat hilang, catat pemakaian titran, masukkan kedalam perhitungan.
Page | 5
E. DATA PENGAMATAN
F. PERHITUNGAN
Menghitung DO
a .N .80000
Oksigen terlarut (DO),mg/L O2 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙−4
a : ml titran (Na-thiosulfat)
N : normalitas Na-thiosulfat
Menghitung Cs
P = % Volume gas x P
= 21 % X 101,325
= 21,278 Kpa
Page | 6
(P – Pw)
P’ = P x 𝑝
101,325 – 3,17)
= 21,278 x 101,325
= 20,612 Kpa
= 20.612 Pa
(P′ x BMO2)
Cg = 𝑅.𝑇
(20.612 x 32)
= 8,3144 𝑥 298
= 226,216 g/m3
Cs = KD x Cg
= 0,034 x 266,216
= 9,05 g/m3
DOs ≥ D 720 detik
9,05 ≥ 7,42
Menghitung e-k2.t
T 0 120 240 360 480 600 720
DO 6,62 6,71 6,89 6,97 7,10 7,24 7,42
e-k2.t 1 0,96 0,89 0,86 0,80 0,74 0,67
(Cs − Ce)
Rumus e-k2.t = 𝐶𝑠−𝐶0
(9,05− 6,62)
e-k2.t (t=0) = =1
(9,05−6,62)
(9,05− 6,71)
e-k2.t (t=120) = = 0,96
(9,05−6,62)
(9,05− 6,89)
e-k2.t (t=240) = = 0,89
(9,05−6,62)
(9,05− 6,97)
e-k2.t (t=360) = = 0,86
(9,05−6,62)
(9,05− 7,10)
e-k2.t (t=480) = = 0,80
(9,05−6,62)
(9,05− 7,24)
e-k2.t (t=600) = = 0,74
(9,05−6,62)
(9,05− 7,42)
e-k2.t (t=720) = = 0,67
(9,05−6,62)
Page | 7
Grafik
DO 6,62 6,71 6,89 6,97 7,10 7,24 7,42
e-k2.t 1 0,96 0,89 0,86 0,80 0,74 0,67
1.2
0.8
e-k2.t
0.6
0.4
0.2
0
6.4 6.6 6.8 7 7.2 7.4 7.6
DO
Menghitung k2
1
0,4343 k2 = 720
0,001
k2 = 0,4343
k2 = 0,002
G. PEMBAHASAN DATA
Dari percobaanyang kami lakukan, diperoleh data pH awal = 7,13 dan
temperatur awal = 25,3 °C, kemudian lakukan aerasi pada air sampel dengan interval
waktu 0;120;240;360;480;600;720 detik,dari masing-masing sampel yang telah di
aerasi terjadi penurunan dan kenaikan pH, sedangkan suhu relatif sama dengan
sebelum diaerasi. Selanjutnya, dilakukan analisa oksigen terlarut (DO) untuk
menghitung besarnya laju transfer gas. Semakin lama waktu aerasi, maka kadar
oksigen terlarut dalam air menjadi semakin tinggi. Hal tersebut dapat disebabkan ,
selama proses aerasi akan terjadi perpindahan oksigen dari udara ke air. Aerasi
merupakan pengaliran udara ke dalam air untuk menigkatkan kandungan oksigen
dengan memancarkan air atau melewatkan gelembung udara ke dalam air. Alat yang
digunakan untuk Aerasi adalah Aerator . Semakin lama proses aerasi, maka semakin
banyak oksigen dari udara yang akan terdifusi dalam air, sehingga kadar oksigen
terlarut akan bertambah.
Page | 8
H. KESIMPULAN
Dari percobaan aerasi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa semakin
lama aerasi DO yang dihasilkan semakin tinggi, nilai k2 yang didapat adalah 0,002.
I. REFERENSI
www.Academia.edu
https://www.scribd.com/document/337475143/laporan-praktikum-aerasi
https://www.scribd.com/doc/153398717/Aerasi-Dan-Aerator
Page | 9