Anda di halaman 1dari 18

Transfer Gas : Pertukaran gas antara fase air dan fase gas merupakan elemen penting dari banyak

proses lingkungan. Transfer gas juga dapat digunakan untuk menghilangkan bahan kimia volatil
yang tidak diinginkan seperti karbon tetraklorida, tetrakloroetilen, trikloroetilen, kloroform,
bromodiklorometana, dan bromoform dari air (Zander et al., 1989). Teknologi yang telah
dikembangkan untuk meningkatkan transfer gas meliputi: diffusers aerasi, pengupasan udara
menara yang dikemas, dan pengupasan membran.

Konsentrasi saturasi oksigen sebagai fungsi suhu air

Menurut Poppel, 1986, transfer gas sendiri memiliki tujuan untuk :


1. Menambahkan oksigen ke dalam air dengan tujuan untuk dimanfaatkan dalam proses oksidasi
unsur di dalam air, seperti besi, mangan, dan proses biologis secara aerobik;
2. Transfer oksigen diikuti dengan proses desorpsi gas-gas lain dari air (stripping), seperti
pelepasan CO2, H2S, CH4, dan NH3;
3. Memberikan gas yang spesifik, yang disebabkan oleh karena gas yang diinginkan tidak terdapat
di udara atau tidak terlalu banyak terdapat di udara, seperti misalnya penambahan ozone atau Cl2
untuk desinfeksi.
Transfer gas sendiri terjadi secara alami, tetapi dapat pula lebih diintensifkan misalnya melalui
proses aerasi. Dalam bidang teknik lingkungan, terutama pada masalah-asalah yang berkaitan
dengan pemindahan gas ke dalam cairan, memerlukan penambahan oksigen dengan cara aerasi
sehingga diperoleh kondisi aerobik (Suriadi, 2018).
Aerasi merupakan proses perpindahan massa cairan atau gas, yang mana di dalamnya terdapat
difusi di bidang batas tertentu (interfase) karena adanya gaya dorong pada saat kesetimbangan.
Dalam percobaan aerasi biasanya dilakukan secara kontinu dimana diukur konsentrasi gas C1, C2,
C3 ...Cn pada saat t1, t2, t3 ... tn yang berturutan. Dari hasil percobaan tersebut dapat
digambarkan secara grafis dan akan memberikan suatu “Lengkung Aerasi Kumulatif” yang
merupakan integrasi dari lengkung yang menggambarkan persamaan : dw/dt = a – bw.
Gambar 1. Grafik Lengkung Aerasi
Sumber : Teguh,2012

Persamaan untuk C/t diperoleh dengan mengintegrasikan persamaan :

Macam-macam aerasi ada tiga yaitu :

1. Aerasi alami merupakan kontak antara air dan udara yang terjadi
karena pergerakan air secara alami.
Beberapa metode yang cukup populer digunakan untuk meningkatkan
aerasi alami antara lain menggunakan cascade aerator, waterfalls, maupun
cone tray aerator.

2. Aerasi secara difusi, sejumlah udara dialirkan ke dalam air limbah


melalui diffuser. Udara yang masuk ke dalam air limbah nantinya akan
berbentuk gelembung-gelembung (bubbles). Gelembung yang
terbentuk dapat berupa gelembung halus (fine bubbles) atau kasar
(coarse bubbles). Hal ini tergantung dari jenis diffuser yang digunakan.
3. Arasi secara mekanik atau dikenal juga dengan istilah mechanical agitation
menggunakan proses pengadukan dengan suatu alat sehingga memungkinkan
terjadinya kontak antara air dengan udara

Gambar 2. Tabel Kelarutan Oksigen Puncak

Gambar 3. Grafik Kelarutan Oksigen Puncak


Contoh Perbedaan DO sebelum ditambahkan oksigen dan setelah
ditambahkan oksigen dengan metode aerasi untuk melakukan difusi gas dengan
bantuan kompresor udara diperoleh hasil seperti diatas. Grafik diatas
menunjukkan
bahwa semakin besar diameter diffusernya maka proses difusi oksigen juga
semakin efektif. Udara yang dipompakan kompresor dan digelembungkan oleh
diffuser memberikan gaya dorong pada air sehingga akan membentuk pola aliran
sebagai akibat adanya tenaga kinetik. Pola ini menyebabkan sirkulasi air dengan
hambatan terkecil, terjadinya pertukaran air di permukaan dan dalam reaktor
secara terus menerus yang menyebabkan terjadinya konta O2 dengan molekul air
secara merata.

Gambar 4. Skema Mekanisme Transfer Gas

Sumber : Haryanto, dkk (2005)

Pada gambar 4. ditunjukkan profil akan menurun baik untuk tekanan


parsial maupun konsentrasi dari gas (oksigen), pada fase gas maupun fase
cair. Pada saat melewati lapisan film dari gas, tekanan parsial oksigen
berkurang dibanding dengan tekanan pada bulk phase sebagai akibat adanya
tahanan dari lapisan film. Begitu juga dengan konsentrasi oksigen tersebut
juga berkurang pada saat melewati lapisan film liquid sebagai akibat adanya
tahanan dari lapisan film tersebut.

Pada Gambar 6 konsentrasi gas dalam air pada Koefisien transfer gas
k2 adalah parameter yang bergantung waktu t=0 lebih kecil dari konsentrasi
kesetimbangan. Ini pada perangkat. Semakin besar permukaan kontak
berarti bahwa lebih banyak gas yang dapat larut dalam air daripada yang ada
pada waktu t=0. Sebuah transportasi gas bersih dari udara ke air terjadi,
seperti yang ditunjukkan oleh panah pada gambar. Transpor gas bersih
berlanjut hingga waktu t = tak hingga dan konsentrasi gas dalam air sama
dengan konsentrasi kesetimbangan (atau saturasi). Kemudian, transportasi
gas dari air ke udara dan sebaliknya adalah sama. Oleh karena itu, tidak
terjadi transpor gas bersih dan konsentrasi gas di air dan udara tidak
berubah. Dalam hal ini, keseimbangan dinamis daerah antara udara dan air
dan pembaruan luas permukaan ini, semakin baik transfer gas dan semakin
tinggi koefisien transfer gas. Kekuatan pendorong ditentukan oleh jumlah
gas yang dapat dilarutkan secara maksimal dalam volume air, konsentrasi
saturasi cs, dan jumlah gas yang ada dalam volume air ter, konsentrasi cw.
Semakin besar kekuatan pendorong, semakin cepat transfer gas.
Peningkatan konsentrasi oksigen dalam waktu didirikan

Berikut beberapa keguanaan dari adanya aerasi :

1. Penyisihan rasa dan bau

Aerasi mempunyai keterbatasan dalam hal penyisihan rasa dan


bau. Sebagian besar rasa dan bau disebabkan oleh bahan yang sangat
larut dalam air, sehingga aerasi kurang efisien dalam menyisihkan rasa
dan bau ini dibandingkan dengan metoda pengolahan lain, misalnya
oksidasi kiiawi atau adsorpsi.
2. Penyisihan besi dan mangan

Penyisihan besi dan mangan dapat dilakukan dengan proses


oksidasi. Aplikasi aerasi dalam proses ini dapat memberikan cukup
banyak oksigen untuk berlangsungnya reaksi. Proses ini biasanya
digunakan pada air tanah yang kebanyakan mempunyai kandungan
oksigen terlarut yang rendah. Oleh karena itu, aerasi dalam aplikasi ini
akan menghasilkan endapan dan meningkatkan konsentrasi oksigen
terlarut. Mangan sering kali tidak dapat teroksidasi pada pH normal.
Peningkatan pH sampai 8,5 dapat memperbesar oksidasi mangan,
khususnya jika digunakan menara aerator.

3. Penyisihan senyawa organik volatile

Senyawa organik yang bersifat mudah menguap (volatile) dapat


disisihkan dengan cara aerasi.

4. Penyisihan karbondioksida

Karbondioksida dapat cepat dihilangkan dengan cara aerasi.


Karbondioksida mempunyai kelarutan yang rendah dalam air, sehingga
aerasi sangat efisien dalam penyisihannya. Proses ini biasanya diterapkan
pada pelunakan air tanah yang umumnya mempunyai kandungan
karbondioksida yang tinggi. Tingginya konsentrasi karbondioksida dalam
air dapat meningkatkan pemakaian bahan kimia untuk keperluan
pelunakan.

5. Penyisihan hidrogen sulfida

Hidrogen sulfida adalah senyawa utama penyebab rasa dan bau


yang dapat diolah cukup efektif dengan aerasi. Mekanisme
pengolahannya adalah terjadi oksidasi hidrogen sulfida menghasilkan air
dan belerang bebas.

Dalam proses aerasi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi


perpindahan oksigen, diantaranya sebagai berikut (Benefield, 1980):

1. Suhu
Koefisien transfer gas (KLa) meningkat seiring dengan kenaikan
suhu, karena suhu dalam air akan mempengaruhi tingkat difusi,
tegangan permukaan dan kekentalan air. Kemampuan difusi oksigen
meningkat dengan peningkatan suhu, sedang tegangan permukaan dan
kekentalan menurun seiring dengan kenaikan suhu.
2. Kejenuhan Oksigen
Konsentrasi jenuh oksigen (Cs) dalam air tergantung pada suhu
dan tekanan parsial oksigen yang berkontak dengan air. Secara teoritis
konsentrasi oksigen terlarut dalam air pada tekanan 760 mmHg dapat
diketahui melalui Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Konsentrasi Oksigen Terlarut Jenuh pada tekanan 760 mmHg

Suhu DO
23 8,68
24 8,53
Suhu DO
25 8,38
26 8,22
27 8,07
28 7,92
29 7,77
30 7,63
Sumber : Bennefield, 1980

Dan nilai Cs pada tekanan barometrik dapat ditentukan dengan


persamaan berikut (Benefield, 1980) :
𝑃−𝑝
CS= (CS)760
=………………..(3)
760−𝑝

P menyatakan tekanan barometrik dalam mmHg dan p menyatakan


tekanan jenuh uap air pada suhu air yang diaerasi. Tekanan jenuh uap
air pada berbagai suhu disampaikan pada Tabel 2.

3. Karateristik Air
Dalam praktik ada perbedaan nilai KLa untuk air bersih dengan
KLa air limbah yang mengandung materi tersuspensi, surfaktan
(detergen) dalam larutan dan perbedan temperatur. Faktor-faktor ini
juga mempengaruhi nilai Cs.
4. Turbulensi Air
Turbulensi akan menurunkan derajat tahanan liquid – film, laju
perpindahan masa oksigen karena terjadi percepatan laju pergantian
permukaan bidang kontak, yang berakibat pada defisit oksigen (driving-
force, ΔC) tetap terjaga konstan, serta akan meningkatkan nilai
koefisien perpindahan oksigen (KLa).

Tabel 2. Tekanan Uap Air yang Berkontak dengan Udara


Suhu (°C) Tekanan Uap
Jenuh /
(mmHg)
0 4
5 6
10 9
15 12
20 17
25 23
30 31
Sumber: Benefield, 1980

Penjabaran lebih lanjut mengenai peralatan untuk perpindahan massa


dari fase gas ke fase cair atau sebaliknya dapat dibedakan dalam beberapa
jenis sesuai dengan sifat operasinya, yaitu:

(1) Gravitasi / jatuhan

(2) Semprotan

(3) Diffuser

(4) Mekanik
Perbandingan untuk pelaksanaan berbagai macam bentuk aerasi :

Tabel 3. Disain dan Karakteristik Operasi Aerator

Sumber: Qasim et al. (2000)

Aerator gravitasi meliputi pelimpah, terjunan air, cascade, aliran di


atas bidang miring, menara (tray atau packed). Kontak antara air dan udara
terjadi ketika air dijatuhkan dari ketinggian tertentu. Ada beberapa jenis
yaitu, 1. Aerasi jatuhan bertingkat (Cascade Aeration), 2 Aerasi aliran dalam
talang dengan pelimpah, 3. Kombinasi jatuhan dan pengudaraan dengan
aliran berlawanan, 4. Tray aeration.

Rumus umum efisiensi aerasi dengan metoda jatuhan bertingkat


adalah: dimana:

K = koefisien efisiensi

Cs = konsentrasi jenuh oksigen terlarut pada suhu operasi., mg/l


Ce= konsentrasi oksigen setelah aerasi,mg/l

Co = konsentrasi oksigen pada saat awal, mg/l.

Aerator semprot menyemprotkan butiran air ke udara melalui lubang


atau nozzle, baik yang bergerak maupun diam. Berikut adalah persamaan
yang digunakan dalam perhitungan aerator semprot (spray aerator):

dengan:

Q = debit total, m3/detik

Cd = koefisien lubang

n = jumlah lubang

q = debit tiap lubang, m3/detik

a = luas penampang lubang, m2

h = head pada lubang, m

Aerator udara terdifusi melakukan transfer oksigen dari udara


bertekanan yang diinjeksikan ke dalam air. Injeksi udara berlangsung dalam
bak besar melalui difuser berpori berbentuk plat atau tabung. Udara yang
keluar dari difuser biasa berbentuk gelembung udara yang akan
menyebabkan peningkatan turbulensi air. Gelembung yang dihasilkan oleh
difuser diklasifikasikan menjadi finedan coarse bubble. Laju perpindahan
oksigen untuk aerasi dengan injeksi udara (diffused aeration) diformulasikan
(Eckenfelder dan Ford dalam Reynolds,1996):
Aerator mekanik menggunakan alat pengaduk yang digerakkan motor.
Ada beberapa tipe alat pengaduk, yaitu paddle tenggelam, paddle
permukaan, propeller, turbine, dan aerator drafttube. Formulasi laju
perpindahan oksigen untuk aerasi mekanik adalah:

A. Two Film-Theory (Teori Dua-Selaput)

Dari berbagai sejumlah teori transfer masa yang digunakan untuk


menjelaskan mekanisme transfer gas, salah satu teori yang termudah dan sangat
umum digunakan adalah teori dua selaput. Dimana teori ini didasarkan pada
sebuah model fisika dimana kedua selaput tersebut berada atau terletak pada antar
muka gas-cairan. Kedua selaput tersebut memberikan tahanan terhadap lintasan
molekul- molekul gas antara fase masa-cair (bulk-liquid) dan masa-berbentuk gas
(bulk- gaseous). Untuk mentransfer molekul-molekul gas dari fase gas ke fase
cair, gas- gas yang sedikit larut mendapatkan tahanan utama dari selaput cair, gas-
gas yang sangat larut mendapat tahanan utama dari zat yang berbentuk gas, dan
gas-gas yang kelarutannya sedang mendapat tahanan yang signifikan dari kedua
selaput. Sketsa kedua selaput (film) tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah
ini :

Sistem yang digunakan dalam pengolahan air limbah, kecepatan transfer gas secara
umum sebanding dengan konsentrasi yang ada/konsentrasi sebenarnya dan
konsentrasi kesetimbangan gas di dalam arutan. Sebuah persamaan dari hubungan
ini dapat dinyatakan sebagai berikut :

Dimana :

m= kecepatan transfer masa

K koefisien difusi gas

A = area difusi gas

C3 konsentrasi gas jenuh di dalam larutan

C =konsentrasi gas di dalam larutan

Pada kondisi transfer masa berhadapan dengan bidang, r mV dC/dt, persamaan (1)
dapat ditulis sebagai berikut :

Dalam praktek, istilah Kg A/V diganti dengan faktor kesebandingan


(proportionality) yang berhubungan dengan kondisi penyingkapan (exposure)
yangada. Faktor ini didefinisikan sebagai KLa, persamaan (2) dapat ditulis sebagai
berikut :

Dimana :

rc= Perubahan konsentrasi, mg/l.detik

KLa= Koefisien transfer masa keseluruhan-1,

detik Cs= Konsentrasi gas Jenuh di dalam larutan,

mg/L C= Konsentrasi gas di dalam larutan,mg/l


Bentuk terintegrasi persamaan (3) diperoleh dengan mengintegrasikan antara
batas- batas scbagai berikut :

B. Koefisien Transfer Gas

Untuk sejumlah volume air yang diaerasi, aerator dievalusi berdasarkan


jumlah oksigen yang ditransfer per satuan udara yang dimasukan ke dalam air
dengan kondisi (suhu, komposisi kimia yang ada dalam air, kedalaman udara
dimasukan ke dalam air dan lain-lain) sama. Biasanya prosedur untuk
menganalisis meliputi

1. Mengukur kecepatan oksidasi sulfit pada saat larutan natrium sulfit di- aerasi.
Sulfit dengan segera dioksidasi oleh oksigen, dengan demikian untuk analisis,
konsentrasi oksigen di dalam air, C, dalam persamaan (1) adalah nol.

2. Mengukur kecepatan oksigen ditambahkan ke dalam air dengan menganalisis


oksigen secara langsung. Kandungan oksigen dari air biasanya rendah mendckati
nol, terutama pada awal pengujian. Level oksigen dapat diukur pada interval
waktu setelah yang dihasilkan kemudian di plot dan dianalisis dengan
menggunakan persamaan (5) untuk menghitung nilai koefisien transfer oksigen.

3. Dalam sistem Lumpur aktif, nilai Ka dapat ditentukan dengan


mempertimbangkan penggunaan oksigen oleh mikroorganisme. Secara khas,
oksigen dipertahankan pada taraf 1-3 mg/l, dan oksigen yang digunakan oleh
mikroorganisme secepat yang disuplai. Dalam bentuk persamaan dibawah ini :
Dalam kehidupan sehari-hari, sering dijumpai kumpulan data yang
disajikan dalam bentuk tabel sebagai hasil dari pengamatan, pengukuran,
atau dari suatu fungsi. Penyajian data dalam bentuk tabel tentunya sangat
terbatas. Dalam beberapa keperluan data yang dibutuhkan tidak tersedia di
dalam tabel. Tidak tersedianya data tersebut dapat disebabkan oleh
keterbatasan alat ukur yang digunakan atau hilangnya data yang dimaksud.
Untuk itu dibutuhkan teknik untuk memprediksi data yang tidak tersedia
tersebut melalui data-data yang ada. Salah satu teknik untuk memprediksi
data yang tidak tersedia yaitu dengan menggunakan metode interpolasi.

Metode interpolasi adalah suatu teknik untuk menentukan nilai yang


tidak diketahui diantara beberapa nilai yang diketahui. Teknik dasar metode
interpolasi adalah mengkonstuksi fungsi aproksimasi dari data yang
diketahui yakni membuat fungsi aproksimasi bernilai sama dengan fungsi
pada data yang diketahui dan mengaproksimasi data yang tidak diketahui
melalui fungsi aproksimasi atau interpolatornya. Ada berbagai macam
interpolasi di antaranya adalah interpolasi linier, interpolasi newton, dan
interpolasi stirling.

Adapun tujuan dari interpolasi adalah sebagai berikut :

1. Menerapkan metode numerik dalam menyelesaikan persamaan transfer


gas dalam proses percobaan aerasi

2. Menentukan metode interpolasi mana yang paling cocok


untuk menghitung konsentrasi oksigen setiap detik.

Metode dalam interpolasi dalam penyelesaian masalah yaitu :


Metode dalam interpolasi dalam penyelesaian masalah yaitu :

1. Interpolasi Linear, dapat menggunakan persamaan berikut ini :


𝑦1−𝑦0
𝑦=𝑦+ (𝑥 − ).....(Pers. 1)
𝑥
0 𝑥1−𝑥0 0
2. Interpolasi Newton, dapat menggunakan persamaan berikut ini :
𝑦1−𝑦0
𝑦=𝑦 + + (𝑥 − )(𝑥 − 𝑥 ) 𝑦2−2𝑦1+𝑦0..........
𝑥 (Pers. 2)

0 1 2ℎ2
h
0

3. Interpolasi Stirling, dapat menggunakan persamaan berikut ini :


∆𝑦−1 +∆𝑦0 2
𝑢
= 𝑦 + (𝑢 + ∆2 )......(Pers. 3)
0 2 𝑦−1
2
C. Interpolasi Linear

Interpolasi linear dimisalkan kita memiliki 3 buah data dengan dua


buah variabel kita misalkan variabel x dan variabel y . Pada salah satu
data terdapat data yang hilang pada. Agar ketiga data tersebut tetap dapat
digunakan dalam iterasi diperlukan interpolasi untuk “menebak” nilai
dari data yang hilang. Berdasarkan pengukuran yang sebelumnya pernah
dilakukan diketahui bahwa pola data yang terbentuk variabel x dan y
divisualisasikan menggunakan scatterplot adalah pola linier. Berdasarkan
hal tersebut interpolasi dilakukan dengan menggunakan metode linier.

Interpolasi linier adalah metode untuk membuat titik data baru


dalam kumpulan titik data terpisah yang sudah diketahui. Beberapa titik
data asli dapat diinterpolasi untuk menghasilkan fungsi baru dan
sederhana yang akan mendekati data asli. Integrasi nilai baru ini dikenal
sebagai interpolasi. Dengan kata lain, kita juga dapat mengatakan bahwa
interpolant Linear adalah garis lurus yang berada di antara dua titik
koordinat yang dikenali (x0, y0) dan (x1, y1). Dengan formulasi
persamaan sebagai berikut :
𝑦1−𝑦0
𝑦=𝑦+ (𝑥 − 𝑥 )
0 𝑥1−𝑥0 0

Dalam persamaan interpolasi

ini: X = nilai yang

diketahui,

y = nilai tidak diketahui,

x1 dan y1 = koordinat yang berada di bawah nilai x yang

diketahui x2 dan y2 = koordinat yang berada di atas nilai x

A. Studi Kasus
Pada percobaan laboratorium teknik lingkungan, sebuah proses
transfer gas untuk tujuan aerasi dilakukan dalam sebuah tabung. Volume
tabung sebesar 10 liter dan dialiri udara berupa aerator dengan kecepatan
alir 2,5 Liter/menit. Air yang diaerasi merupakan air limbah yang
mengandung surfaktan. Kemudian, air limbah ini dihilangkan kandungan
oksigennya dengan cara mengalirkan gas nitrogen murni sampai
kandungan DO = 0 mg/L. Setelah itu, air limbah surfaktan di aliri udara
dengan menggunakan kompressor dan diukur kandungan DO-nya setiap
5 detik dengan menggunakan DO meter dan Stopwatch. Konsentrasi DO
akan naik sedikit demi sedikit mengikuti persamaan aerasi dalam bentuk
“lengkung aerasi kumulatif”. Berapakah kandungan oksigen setiap satu
detik, jika data percobaan yang terukur setiap empat detik dengan
menggunakan DO meter dan stopwatch tercantum pada tabel 4. Harga –
harga parameter yang diketahui dalam percobaan ini adalah sebagai
berikut.

Anda mungkin juga menyukai