proses lingkungan. Transfer gas juga dapat digunakan untuk menghilangkan bahan kimia volatil
yang tidak diinginkan seperti karbon tetraklorida, tetrakloroetilen, trikloroetilen, kloroform,
bromodiklorometana, dan bromoform dari air (Zander et al., 1989). Teknologi yang telah
dikembangkan untuk meningkatkan transfer gas meliputi: diffusers aerasi, pengupasan udara
menara yang dikemas, dan pengupasan membran.
1. Aerasi alami merupakan kontak antara air dan udara yang terjadi
karena pergerakan air secara alami.
Beberapa metode yang cukup populer digunakan untuk meningkatkan
aerasi alami antara lain menggunakan cascade aerator, waterfalls, maupun
cone tray aerator.
Pada Gambar 6 konsentrasi gas dalam air pada Koefisien transfer gas
k2 adalah parameter yang bergantung waktu t=0 lebih kecil dari konsentrasi
kesetimbangan. Ini pada perangkat. Semakin besar permukaan kontak
berarti bahwa lebih banyak gas yang dapat larut dalam air daripada yang ada
pada waktu t=0. Sebuah transportasi gas bersih dari udara ke air terjadi,
seperti yang ditunjukkan oleh panah pada gambar. Transpor gas bersih
berlanjut hingga waktu t = tak hingga dan konsentrasi gas dalam air sama
dengan konsentrasi kesetimbangan (atau saturasi). Kemudian, transportasi
gas dari air ke udara dan sebaliknya adalah sama. Oleh karena itu, tidak
terjadi transpor gas bersih dan konsentrasi gas di air dan udara tidak
berubah. Dalam hal ini, keseimbangan dinamis daerah antara udara dan air
dan pembaruan luas permukaan ini, semakin baik transfer gas dan semakin
tinggi koefisien transfer gas. Kekuatan pendorong ditentukan oleh jumlah
gas yang dapat dilarutkan secara maksimal dalam volume air, konsentrasi
saturasi cs, dan jumlah gas yang ada dalam volume air ter, konsentrasi cw.
Semakin besar kekuatan pendorong, semakin cepat transfer gas.
Peningkatan konsentrasi oksigen dalam waktu didirikan
4. Penyisihan karbondioksida
1. Suhu
Koefisien transfer gas (KLa) meningkat seiring dengan kenaikan
suhu, karena suhu dalam air akan mempengaruhi tingkat difusi,
tegangan permukaan dan kekentalan air. Kemampuan difusi oksigen
meningkat dengan peningkatan suhu, sedang tegangan permukaan dan
kekentalan menurun seiring dengan kenaikan suhu.
2. Kejenuhan Oksigen
Konsentrasi jenuh oksigen (Cs) dalam air tergantung pada suhu
dan tekanan parsial oksigen yang berkontak dengan air. Secara teoritis
konsentrasi oksigen terlarut dalam air pada tekanan 760 mmHg dapat
diketahui melalui Tabel 1 berikut.
Suhu DO
23 8,68
24 8,53
Suhu DO
25 8,38
26 8,22
27 8,07
28 7,92
29 7,77
30 7,63
Sumber : Bennefield, 1980
3. Karateristik Air
Dalam praktik ada perbedaan nilai KLa untuk air bersih dengan
KLa air limbah yang mengandung materi tersuspensi, surfaktan
(detergen) dalam larutan dan perbedan temperatur. Faktor-faktor ini
juga mempengaruhi nilai Cs.
4. Turbulensi Air
Turbulensi akan menurunkan derajat tahanan liquid – film, laju
perpindahan masa oksigen karena terjadi percepatan laju pergantian
permukaan bidang kontak, yang berakibat pada defisit oksigen (driving-
force, ΔC) tetap terjaga konstan, serta akan meningkatkan nilai
koefisien perpindahan oksigen (KLa).
(2) Semprotan
(3) Diffuser
(4) Mekanik
Perbandingan untuk pelaksanaan berbagai macam bentuk aerasi :
K = koefisien efisiensi
dengan:
Cd = koefisien lubang
n = jumlah lubang
Sistem yang digunakan dalam pengolahan air limbah, kecepatan transfer gas secara
umum sebanding dengan konsentrasi yang ada/konsentrasi sebenarnya dan
konsentrasi kesetimbangan gas di dalam arutan. Sebuah persamaan dari hubungan
ini dapat dinyatakan sebagai berikut :
Dimana :
Pada kondisi transfer masa berhadapan dengan bidang, r mV dC/dt, persamaan (1)
dapat ditulis sebagai berikut :
Dimana :
1. Mengukur kecepatan oksidasi sulfit pada saat larutan natrium sulfit di- aerasi.
Sulfit dengan segera dioksidasi oleh oksigen, dengan demikian untuk analisis,
konsentrasi oksigen di dalam air, C, dalam persamaan (1) adalah nol.
0 1 2ℎ2
h
0
diketahui,
A. Studi Kasus
Pada percobaan laboratorium teknik lingkungan, sebuah proses
transfer gas untuk tujuan aerasi dilakukan dalam sebuah tabung. Volume
tabung sebesar 10 liter dan dialiri udara berupa aerator dengan kecepatan
alir 2,5 Liter/menit. Air yang diaerasi merupakan air limbah yang
mengandung surfaktan. Kemudian, air limbah ini dihilangkan kandungan
oksigennya dengan cara mengalirkan gas nitrogen murni sampai
kandungan DO = 0 mg/L. Setelah itu, air limbah surfaktan di aliri udara
dengan menggunakan kompressor dan diukur kandungan DO-nya setiap
5 detik dengan menggunakan DO meter dan Stopwatch. Konsentrasi DO
akan naik sedikit demi sedikit mengikuti persamaan aerasi dalam bentuk
“lengkung aerasi kumulatif”. Berapakah kandungan oksigen setiap satu
detik, jika data percobaan yang terukur setiap empat detik dengan
menggunakan DO meter dan stopwatch tercantum pada tabel 4. Harga –
harga parameter yang diketahui dalam percobaan ini adalah sebagai
berikut.