PENDAHULUAN
Ditinjau dari asal dan arti katanya, meteorologi berasal dari gabungan dua kata dalam
Bahasa Yunani, yaitu meteoros yang berarti melayang atau ruang atas (atmosfer) dan logos yang
berarti ilmu. Maka, meteorologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari mengenai
fenomena-fenomena atmosfer, termasuk segala proses dinamik, fisika, dan kimia yang terjadi di
dalamnya. Dengan kata lain, meteorologi secara umum dapat diartikan sebagai suatu kajian
dinamika dan termodinamika atmosfer yang mempengaruhi kehidupan manusia.
Sebagai ilmu atmosfer, meteorologi sangat berkaitan erat dengan klimatologi. Perbedaan
dari keduanya terletak pada fokus kajian masing-masing ilmu tersebut. Jika meteorologi lebih
fokus dalam mempelajari cuaca, terutama berkaian dengan pengaruhnya terhadap kegiatan
manusia, kajian dalam klimatologi lebih fokus dalam mempelajari iklim. Cuaca sendiri adalah
kondisi sesaat atmosfer atau variabilitas jangka pendek atmosfer dengan skala waktu menit
hingga bulan. Sedangkan iklim adalah deskripsi statistik kondisi atmosfer jangka panjang yang
merupakaan perataan dalam periode waktu tiga puluh tahun. Lama periode tersebut sudah
menjadi kesepakatan dan ketetapan World Meteorology Organization (WMO).
Meteorologi menjadi penting untuk dipelajari karena kajiannya yang berpengaruh sangat
besar dalam kehidupan manusia. Prediksi cuaca yang dipelajari dalam meteorologi dapat
digunakan untuk mengembangkan suatu sistem peringatan cauca ekstrim, sehingga kerugian-
kerugian yang kemungkinan dialami dapat diminimalisasi. Dalam pertanian, prediksi cuaca
menjadi sangat berguna dalam penentuan waktu tanam dan waktu panen untuk menghindari
cauca jelek yang merusak dan membahayakan ketahanan pangan. Informasi mengenai cuaca juga
menjadi penting untuk bidang transportasi dan pelayanan untuk menghindari terjadinya kerugian
dan kecelakaan. Selain itu, masih banyak lagi kegunaan meteorologi dalam setiap bidang
kehidupan manusia.
Berbicara mengenai cuaca yang menjadi fokus kajian meteorologi tidak akan pernah bisa
lepas dari parameter-parameter meteorologi, seperti temperatur, tekanan, angin, kelembapan,
titik embun, dan lain sebagainya. Untuk itu, beberapa diantara parameter-parameter tersebut akan
dijelaskan dalam pembahasan berikut ini.
1. Temperatur
Terdapat beberapa satuan yang dapat digunakan untuk menyatakan besaran unit
temperatur. Kelvin (K) adalah satuan internasional (SI) untuk temperatur dan biasanya sering
digunakan dalam perhitungan. Derajat Celcius (ºC) dan derajat Fahrenheit (ºF) bukan merupakan
SI unit untuk temperatur tetapi tetap sering digunakan untuk menyatakan besaran temperatur.
Derajat Celcius lazim digunakan utnuk menyatakan temepratur secara umum, sedangkan derajat
Fahrenheit lazin digunakan di Amerika untuk menyatakan besaran temperatur. Selain ketiga
satuan unit tersebut, derajat Reaumur (ºR) juga merupakan salah satu satuan unit yang digunakan
untuk menyatakan besaran temperatur. Persamaan-persamaan konversi antar satuan-satuan unit
tersebut dijabarkan dalam persamaan dan Tabel I.1 di bawah ini.
Dari Ke ºC ºR ºF
ºC
ºR
ºF
2. Tekanan
Satuan Internasional (SI) untuk tekanan adalah Pascal (Pa). Umumnya tekanan atmosfer
dinyatakan dalam satuan hectopascal (hPa) atau sama dengan 100 Pa. Selain itu, tekanan sering
juga dinyatakan dalam satuan non-SI, seperti milibar (mb) yang mempunyai nilai sama dengan
hPa (1 mb = 1 hPa).
Sama halnya dengan temperatur, terdapat perbedaan yang sangat kontras antara gradien
horizontal dengan vertikal utnuk tekanan. Secara umum, gradien vertikal jauh lebih besar
daripada gradien horizontal. Besar nilai gradien vertikal tekanan adalah sekitar 0,14 mb/m dan
besar nilai gradien horizontal tekanan adalah kurang dari 0,1 mb/km (umumnya adalah 0,01
mb/km).
3. Angin
Angin mempunyai dua variabel utama, yaitu arah dan kecepatan. Unit SI untuk kecepatan
angin adalah meter per detik (m/s). Tetapi, kecepatan angin juga biasa dinyatakan dalam
beberapa macam unit satuan lainnya seperti berikut ini:
a. Knots (kt) = mil-laut per jam 1 kt = 0,514 m/s 0,5 m/s
b. Kilometer per jam (kph) 1 kph = 0,278 m/s
c. Mil per jam (mph) 1 mph = 0,447 m/s
Menurut konvensi meteorologi, arah angin menyatakan dari mana angin tersebut datang
dan dinyatakan dalam derajat dari utara. Karena variabilitas angin sangat tinggi, arah angin
biasanya hanya dinyatakan secara umum seperti utaraan (notherly), timuran (easterly), baratan
(westerly), dan sebagainya.
4. Kelembapan
5. Titik Embun
Titik embun adalah temperatur dimana parsel udara dengan kandungan uap air konstan
harus didinginkan pada tekanan tetap untuk menjadi jenuh. Istilah lain yang berkaitan dengan
titik embun adalah depresi titik embun, yaitu perbedaan temperatur parsel udara dengan
temperatur titik embunnya.
II. KOMPOSISI DAN STRUKTUR ATMOSFER
Atmosfer adalah lapisan gas atau campuran gas (udara) yang melingkupi dan terikat pada
bumi karena gaya gravitasi bumi. Diantara campuran gas tersebut, terdapat pula uap air.
Campuran gas tanpa uap air dinamakan dengan udara kering.
Pada 4,6 miliar tahun yang lalu, atmosfer bumi terdiri atas campuran gas hidrogen dan
helium. Gas-gas tersebut merupakan dua gas utama yang ditemukan dalam alam semesta.
Melalui proses pelepasan dan perembesan gas dari dalam bumi, banyak gas-gas lain yang masuk
ke dalam atmosfer bumi, seperti misalnya uap air, karbondioksida, dan nitrogen. Proses ini
berlangsung selama jutaan tahun dan pada akhirnya atmosfer bumi berevolusi menjadi seperti
saat ini yang terdiri dari campuran molekul gas, partikel tersuspensi (padat dan cair), serta
presipitasi yang jatuh.
Ketebalan atmosfer mencapai sekitar 1000 km, tetapi 99% kandungan atmosfer berada
pada 30 km lapisan terbawah dari atmosfer itu sendiri. Figure III.1 berikut menunjukkan
atmosfer Bumi yang dilihat dari pesawat ulang-alik (space shuttle).
1. Komposisi Atmosfer
Secara umum, komposisi atmosfer terbagi menjadi dua golongan, yaitu gas-gas permanen
(permanent gasses) dan gas-gas variabel (permanent gasses). Tabel III.1 memberikan beberapa
contoh gas-gas permanen di atmosfer yang mempunyai massa total sebesar 99,99% dari massa
atmosfer di bumi dan Tabel III.2 memberikan beberapa contoh gas-gas variabel di atmosfer.
Table II.1 Gas-gas Permanen
% Udara Kering
Gas Simbol (Berdasarkan Peran
Volume)
Nitrogen N2 78.08% Proses di biosfer
Oksigen O2 21% Pernapasan
Inert gas (gas yang tidak reakti
Argon Ar 0.9%
terhadap elemen kimia lainnya)
Neon Ne 0.0018
Helium He 0.0005
Hidrogen H2 0.00006
Xenon Xe 0.000009
Gas-gas permanen disebut demikian dikarenakan massa jenisnya yang relatif tetap di
atmosfer dan secara umum tidak terpengaruh oleh perbedaan temporal dan spasial. Sedangkan
gas-gas variabel disebut demikian dikarenakan massa jenisnya yang dapat berubah karena
pengaruh temporal maupun spasial. Seperti misalnya uap air yang massa jenisnya berbeda antara
di siang hari dan malam hari ataupun di daerah gurun dan di daerah tropis.
Keberadaan jumlah uap air di atmosfer sangat beragam, dari mulai nol di daerah gurun
hingga sekitar 4% di daerah tropis. Banyaknya uap air di atmosfer tersebut sangat berhubungan
dengan temperatur udara dan ketersedian air di permukaan bumi. Konsentrasi uap air di atmosfer
berkurang secara cepat terhadap ketinggian dan hampir tidak ada pada ketinggian melebihi 10-12
km diatas permukaan bumi (paling banyak berada pada ketinggian di bawah 5 km). Hal ini
dikarenakan uap air di atmosfer adalah berasal dari proses evapotranspirasi dan diangkat ke atas
oleh turbulensi yang paling efektif di bawah ketinggian 10 km. Evapotranspirasi sendiri adalah
proses gabungan dari evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah proses penguapan yang terjadi
dari lautan, danau, sungai, ataupun badan-badan air lainnya. Sedangkan transpirasi adalah
perpindahan air dari tumbuhan ke dalam atmosfer.
Waktu tinggal uap air di atsmofer adalah sekitar 10 hari dan kemudian meninggalkan
atmosfer melalui proses kondensasi dan menjadi hujan ataupun bentuk presipitasi lainnya. Uap
air ini mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan. Selain menjadi sumber utama dari
semua bentuk presipitasi, uap air juga dapat menyerap radiasi matahari dan radiasi bumi
sehingga berpengaruh besar terhadap temperatur udara.
1.2. Karbondioksida
Jumlah karbondioksida (CO2) di atmosfer adalah sekitar 0,036% dari total massa
atmosfer dengan konsentrasi sekitar 360 ppm. Karbondioksida yang masuk ke atmosfer dapat
melalui sumber alami ataupun sumber buatan. Sumber alami dapat berupa proses respirasi dari
makhluk hidup, baik di daratan maupun lautan, dan juga peluruhan bahan organik. Sedangkan
sumber buatan dapat berupa pembakaran bahan bakar fosil, industri semen, pembakaran hutan,
dan perubahan tata guna lahan. Industri semen dan pembakaran bahan bakar fosil menyumbang
sekitar dua pertiga atau 67% dari sumber buatan tersebut.
Karbondioksida selanjutnya keluar dari atmosfer terutama disebabkan oleh proses
fotosintesis yang mengeluarkan sekitar 30% dari total karbondioksida di dunia setiap tahunnya.
Belakangan ini, karbondioksida banyak menjadi perhatian orang dikarenakan konsentrasinya
yang terus bertambah sekitar 1,8 ppm atau 0,5% setiap tahunnya sejak 1950 seperti yang
ditunjukkan oleh grafik pada Figure 2. Hal ini salah satunya dikarenakan oleh waktu tinggal
karbondioksida di atmosfer yang dapat mencapai 150 tahun.
Karbondioksida, sebagai gas rumah kaca yang utama, menyerap radiasi gelombang
panjang yang dipancarkan oleh bumi sehingga radiasi tersebut tidak dapat lepas keluar angkasa.
Atmosfer yang cukup banyak mengandung karbondioksida berfungsi sebagai rumah kaca yang
akan menaikkan suhu atmosfer dan pada akhirnya nanti dapat menyebabkan perubahan iklim
global.
Figure 2 Grafik Pengamatan Konsentrasi CO2
(Sumber: Intergovernmental Panel on Climate Change - IPCC)
1.3. Ozon
Ozon merupakan gas yang molekulnya terdiri dari tiga atom oksigen. Meskipun
keberadaannya di atmosfer hanya sedikit, ozon merupakan gas yang sangat penting bagi
kehidupan di bumi. Ozon terdapat di seluruh atmosfer bagian bawah, tetapi kebanyakan terdapat
di lapisan statosfer. Lebih tepatnya, ozon terkonsentrasi pada sekitar ketinggian 15 – 35 km dari
permukaan bumi dan paling banyak terdapat di sekitar ketinggian 25 km dari permukaan bumi
(mencapai 15 ppm). Daerah yang menjadi tempat terkonsentrasinya ozon disebut dengan lapisan
ozon atau ozonosfer.
Proses pembentukan ozon dimulai dari terbelahnya molekul oksigen di bawah pengaruh
radiasi ultraviolet menjadi atom oksigen yang kemudian bertumbukan kembali dan bergabung
dengan molekul oksigen lainnya membentuk ozon seperti pada persamaan berikut.
Selama berada di dalam atmosfer, CFC bersifat stabil, tidak terurai, dan dapat bertahan
cukup lama. Akan tetapi, setelah terkena radiasi ultraviolet pada ketinggian lapisan ozon,
molekul CFC akan melepaskan atom klorin yang kemudian atom tersebut mengikat satu atom O
dari molekul O3 sehingga menghasilkan O2. Dengan demikian, terjadilah kerusakan lapisan ozon
seperti yang ditunjukkan oleh Figure 3.
1.4. Metana
Metana juga merupakan salah satu gas di atmosfer yang menjadi sorotan belakangan ini
dikarenakan konsentrasinya yang terus meningkat sekitar 0,01 ppm per tahun dalam beberapa
dekade terakhir seperti yang ditunjukkan oleh Figure 4. Konsentrasi metana pada saat ini adalah
sekitar 1,7 ppm. Metana mempunyai waktu tinggal yang cukup lama di atmosfer, yaitu sekitar 10
tahun. Gas ini masuk ke dalam atmosfer terutama melalui kotoran sapi, tambang batubara, sumur
minyak, pipa gas, dan sawah. Keberadaan gas ini di atmosfer selanjutnya berpengaruh terhadap
absorbsi radiasi termal.
1.5. Aerosol
Aerosol adalah partikel padat kecil yang tersuspensi ataupun partikel cair di dalam udara,
seperti debu, garam laut, garam-garam lainnya, sulfat, dan nitrat. Ukurannya lebih besar daripada
ukuran molekul, tetapi cukup kecil sehingga dapat melayang di udara.
Aerosol yang masuk ke dalam atmosfer dapat berasal dari sumber alami, seperti letusan
gunung berapi, permukaan daratan, dan permukaan lautan, juga dapat berasal dari sumber buatan
manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil dari industri dan asap kendaraan bermotor.
Aerosol juga dapat keluar dari atmosfer dengan beberapa cara. Aerosol yang berukuran besar
akan jatuh ke permukaan bumi karena pengaruh gaya gravitasi. Sedangkan aerosol yang
berukuran kecil akan menjadi inti kondensasi dan terbawa oleh presipitasi yang turun ke
permukaan, misalnya hujan dan salju. Untuk itu, aerosol sangat berperan dalam proses
pembentukan awan. Tetapi, keberadaan aerosol di atmosfer juga dapat menyebabkan terjadinya
urban smog dan badai pasir atau debu yang sangat mengganggu visibilitas.
2. Struktur Atmosfer
2.1. Struktur Atmosfer Berdasarkan Profil Temperatur
Pengukuran suhu atmosfer telah dilakukan dengan berbagai cara dimana masing-
masingnya hanya berlaku untuk dan digunakan untuk suatu lapisan atmosfer. Pengukuran suhu
lapisan atmosfer antara permukaan bumi dan ketinggian 30 km dilakukan dengan menggunakan
radiosonde. Untuk lapisan atasnya yaitu antara 30 – 90 km, pengukuran dilakukan dengan
menggunakan roket. Sedangkan untuk lapisan yang berada di atas 90 km dari permukaan bumi,
pengukuran suhunya dilakukan dengan menggunakan satelit. Hasil dari pengukuran-pengukuran
tersebut adalah beruapa distribusi suhu yang berdasarkan ketinggian seperti yang terlihat pada
Figure 5 berikut.
2.1.1. Troposfer
Lapisan terbawah dari atmosfer disebut dengan troposfer yang mempunyai ketebalan
yang bervariasi terhadap ruang dan waktu, dari mulai sekitar 8 km di daerah kutub hingga 16 km
di daerah ekuator. Sumber panas dari lapisan ini adalah permukaan bumi yang menyerap radiasi
matahari dan kemudian melepaskannya kembali. Pada lapisan ini, suhu berkurang seiring
bertambahnya ketinggian dengan laju penurunan sebesar 6,5 setiap kilometer.
Troposfer mengandung sekitar 80% dari total massa atmosfer serta memuat sebagian
besar uap air dan aerosol. Untuk itu, lapisan ini merupakan lapisan yang memiliki gejala cuaca
atau disebut dengan lapisan pembuat cuaca. Puncak dari troposfer dinamakan dengan tropopause
yang dicirikan dengan adanya invesi suhu, yaitu keadaan dimana suhu atmosfer meningkat
dengan bertambahnya ketinggian.
Gerak atmosfer bagian bawah dipengaruhi oleh keadaan geografis permukaan bumi,
dimana pengaruhnya akan semakin besar jika semakin mendekati permukaan. Diatas 1,5 km dari
permukaan bumi, dapat dikatakan bahwa pengaruh permukaan bumi terhadap gerak atmosfer
sudah tidak ada. Karena itu, lapisan atmosfer diatas 1,5 km disebut dengan atmosfer bebas,
sedangkan lapisan yang berada di bawah 1,5 km disebut dengan lapisan batas atmosfer. Figure 6
di bawah ini menunjukkan profil temperatur lapisan terbawah dari atmosfer sedangkan Figure 7
menunjukkan profil humiditas atau kelembapan dari lapisan troposfer.
2.1.2. Stratosfer
Stratosfer adalah lapisan atmosfer yang berada di atas tropopause hingga ketinggian
sekitar 50 km dari permukaan bumi. Berbeda dengan troposfer, suhu di stratosfer pada umumnya
meningkat dengan bertambahnya ketinggian dan mencapai suhu maksimum, sekitar 270 K, pada
puncaknya yang disebut stratopause. Sumber panas dari kenaikan temperatur pada lapisan ini
berasal dari penyerapan radiasi ultraviolet matahari oleh ozon yang kebanyakan berada pada
lapisan ini.
2.1.3. Mesosfer
Ionosfer, seperti yang ditunjukkan oleh Figure 8, merupakan daerah di atmosfer atas yang
mengalami elektrifikasi sehingga mengandung sejumlah besar konsentrasi ion (partikel
bermuatan) dan elektron bebas. Partikel bermuatan dapat terjadi karena kehilangan elektron
sehingga menghasilkan partikel bermuatan positif ataupun karena mendapatkan elektron
sehingga menghasilkan partikel bermuatan negatif.
Ionosfer mempunyai peran yang sangat penting bagi penjalaran gelombang radio dan
terbagi menjadi beberapa lapisan, yaitu lapisan D, E, dan F. Pada malam hari, lapisan D
perlahan-lahan akan meluruh sehingga gelombang radio dapat menjalar dengan lebih baik.