Anda di halaman 1dari 48

IKLIM DAN PERUBAHAN CUACA

Cuaca dan Iklim - Pengertian, Unsur Pembentuk dan Alat Ukurnya

 Pengertian cuaca dan iklim

Cuaca menentukan baju yang akan kita pakai dan iklim menentukan baju yang akan kita beli. Begitulah
ungkapan masyarakat barat untuk mendeskripsikan pengertian cuaca dan iklim. Pengertian cuaca dan iklim
memang kadang membingungkan dan menyebabkan salah kaprah dalam penerapannya. Secara sederhana
cuaca dan iklim merupakan pernyataan keadaan fisis atmosfer atau properti fisis dari atmosfer. Keadaan fisis
atmosfer yang dimaksud meliputi suhu udara, kelembapan, curah hujan serta arah dan kecepatan angin.
Perbedaan cuaca dan iklim adalah pada skala ruang dan waktunya. Cuaca menyatakan kondisi atmosfer
sesaat, mulai menit, jam hingga hari pada suatu tempat tertentu. Adapun iklim merupakan keadaan
atmosfer dalam periode yang panjang dan dalam wilayah yang luas. Karenanya iklim disebut juga statistik
atau sintesa dari keadaan cuaca. WMO menyatakan periode waktu untuk mendeskripsikan iklim adalah
minimal 30 tahun. Misalnya saat suatu wilayah dinyatakan beriklim tropis, itu adalah sintesa dari data
keadaan atmosfer dalam rentang minimal 30 tahun. Secara praktis informasi cuaca dapat diperoleh seketika
saat dilakukan pengamatan atas kondisi fisis atmosfer. Sebagai contoh misalnya saat kita berkata "hari ini
panas sekali" maka kita sedang berbicara tentang cuaca. Adapun iklim baru dapat diperoleh setelah
pengamatan cuaca dalam jangka waktu tertentu terkumpul. Misalnya "setiap Bulan Juni hujan selalu
berkurang". Kesimpulan ini diperoleh atas catatan empiris selama bertahun-tahun bahwa setiap bulan Juni
memang hujan berkurang. Ini adalah gambaran tentang iklim.

 Persamaan dan Perbedaan Cuaca dan Iklim

1. Persamaan cuaca dan iklim

Persamaan cuaca dan iklim yang paling dasar adalah keduanya merupakan gambaran parameter fisis keadaan
atau kondisi atmosfer, Persamaan cuaca dan iklim juga terletak pada unsur pembentuk yang sama seperti
suhu udara, kelembapan, curah hujan serta arah dan kecepatan angin dan lainnya, Persamaan cuaca dan
iklim yang lain adalah menggunakan peralatan atau alat ukur yang sama seperti termometer, higrometer,
penakar hujan dan anemometer.

2. Perbedaan cuaca dan iklim:

Perbedaan cuaca dan iklim mendasar adalah adalah pada skala waktu terjadinya di mana cuaca singkat dan
sempit sedang skala iklim jangka panjang dan pada wilayah yang luas, Perbedaan cuaca dan iklim dari segi
perolehan datanya, cuaca dapat diperoleh seketika saat dilakukan pengukuran atau pengamatan keadaan
atmosfer. Adapun iklim diperoleh setelah catatan cuaca dalam jangka panjang terkumpul. Perbedaan cuaca
dan iklim dari segi ilmu yang mempelajarinya, llmu tentang cuaca disebut meteorologi sedang ahli tentang
iklim disebut klimatologi. The climate is what you expect; the weather is what you get. Perbedaan cuaca dan
iklim akan lebih mudah kita pahami dalam bentuk pernyataan kalimat yang digunakan untuk menerangkan
kondisi fisis atmosfer tersebut.
Berikut konteks pernyataan kalimat cuaca dan iklim yang sering kita temui sehari-hari.

Contoh pernyataan tentang arti cuaca :

Suhu udara di Jakarta hari ini mencapai 30 °C.

Besok diprakirakan hujan terjadi di Bandung, arah angin dari Selatan dengan kecepatan mencapai 20 km/jam.

Kemarin di Yogyakarta hanya mendung saja.

Telah terjadi cuaca ekstrem dua hari yang lalu.

Contoh pernyataan tentang arti iklim

Suhu udara di Jakarta sepanjang tahun berkisar 30 °C.

Curah hujan di Bandung berkisar 200 - 500 mm pada bulan Maret.

Pola angin di Indonesia umumnya baratan pada bulan Oktober hingga Maret dan timuran pada April hingga
September.

10 tahun terakhir cuaca ekstrem makin sering terjadi. Musim hujan 2018 diprakirakan lebih awal dari
biasanya.

Musim kemarau tahun ini lebih kering dari sebelum-sebelumnya.

Contoh kalimat pernyataan tentang cuaca dan iklim di atas semoga memudahkan kita memahami pengertian
cuaca dan iklim itu sendiri.

Adapun tata cara pencatatan cuaca menjadi data iklim di dunia dapat di baca lebih lengkap pada link di
bawah ini.

Pencatatan data iklim :

Pencatatan Data Iklim di Dunia #1 - Indonesia, Amerika Serikat dan Australia

Pencatatan Data Iklim di Dunia #2 - Belanda, Inggris, Kanada, Swedia dan Afrika Selatan

Pencatatan Data Iklim di Dunia #3 - Resume

Standarisasi penyelenggaran cuaca dan iklim oleh negara-negara di dunia di atur oleh World Meteorological
Organization (WMO) atau Organisasi Meteorologi Dunia.

 Unsur-unsur Cuaca dan Iklim

Unsur-unsur pembentuk cuaca dan iklim terdiri dari setidaknya tujuh unsur. Mengacu pada Aguado dan Burt
(2001) susunan unsur cuaca dan iklim sebagai berikut:

penyinaran matahari, suhu udara, kelembapan udara,penguapan,tekanan udara, arah dan kecepatan angin,

Presipitasi, dalam bentuk cair adalah hujan dan dalam bentuk padat adalah salju.
 Struktur dan Komposisi Atmosfer

Atmosfer adalah lapisan udara yang menyelubungi permukaan bumi. Lapisan ini memiliki peran yang sangat
penting bagi kehidupan di Bumi karena lapisan ini menjadi sumber bagi oksigen, air, CO2, dan sejumlah
nutrisi yang vital bagi banyak organisme hidup. Lapisan ini juga menjadi pelindung organisme hidup dari suhu
ekstrem dan radiasi UV yang berlebih. Diperkirakan atmosfer memiliki massa sekitar 5,15 × 1018 kg.
Meskipun demikian, 99% massa nya berada pada 30 km lapisan terbawah dari atmosfer. Atmosfer menjadi
lebih tipis seiring dengan meningkatnya ketinggian tanpa batas yang pasti yang membatasi antara atmosfer
bumi dan angkasa luar. Garis Kármán yang berada pada ketinggian 100 km dari permukaan sering digunakan
sebagai perbatasan antara atmosfer dan angkasa luar.

Komposisi Atmosfer

Seperti yang kita tahu bahwa atmosfer pada dasarnya adalah sebuah lapisan udara. Udara merupakan
campuran dari berbagai jenis unsur gas. Selain campuran gas, udara di atmosfer juga mengandung komponen
uap air dan aerosol. Komponen-komponen penyusun atmosfer bumi dibagi menjadi 2 bagian, komponen
konstan dan komponen variabel

Komponen konstan

Nitrogen, oksigen, dan argon disebut sebagai komponen konstan karena konsentrasinya yang cenderung
selalu sama dari masa ke masa. Hal ini disebabkan karena pada permukaan bumi tedapat keseimbangan
antara konversi (output) dan produksi (input) dari gas-gas ini.

Komponen Formula Persentase

Nitrogen N2 78.08

Oksigen O2 20.95

Argon Ar 0.93

 Nitrogen

78% atmosfer bumi kita disusun oleh nitrogen. Nitrogen dilepaskan ke udara melalui pembusukan materi
hewan dan tumbuhan. Bersamaan dengan itu juga, nitrogen diikat ke tanah oleh mikroorganisme pengikat
nitrogen. Selain itu, nitrogen juga diserap dari udara oleh plankton kecil di lautan yang mengubahnya menjadi
nutrisi. Nitrogen bersifat relatif inert. Nitrogen terdapat dalam jumlah yang sangat banyak di udara karena
sifatnya yang volatile.

 Oksigen

Oksigen merupakan gas kedua terbanyak yang terkandung di udara. Oksigen dapat bereaksi dengan unsur-
unsur lain di udara dan membentuk senyawa oksida. Oksigen penting bagi proses respirasi hewan dan
tumbuhan. Oksigen terdapat di atmosfer sebagai produk fotosintesis tanaman. Tumbuhan mengambil karbon
dioksida dari udara dan melepaskan oksigen dalam proses fotosintesis.
 Argon

Argon adalah gas inert yang tidak berwarna dan tidak berbau. Argon banyak digunakan karena sifatnya yang
sulit sekali bereaksi dengan unsur lain. Hal ini juga yang menyebabkan banyaknya kandungan argon di udara.

Komponen variabel

Udara di atmosfer kita juga memiliki beberapa komponen variabel. Komponen variabel ini mencakup uap air,
partikel debu, dan ozon. Meskipun hanya terdapat dalam jumlah kecil, komponen-komponen ini dapat
memiliki efek yang signifikan pada kondisi cuaca dan iklim kita. Kandungan komponen-komponen variabel
pada atmosfer terus menerus berubah.

Komponen Formula Persentase

Uap air H2O 0-4

Karbon Dioksida CO2 0.038

– ada kenaikan di
atm.

Metana CH4 0.00017

– ada kenaikan di
atm.

Nitrat Oksida N2O 0.00003

Ozon O3 0.000004

Partikel aerosol 0.000001

 Uap air

Konsentrasi uap air sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain dan dari waktu ke waktu. Pada daerah
tropis kandungannya bisa mencapai 4 persen, sedangkan di daerah arktik yang lebih dingin lebih sedikit dari 1
persen. Hampir seluruh uap air pada atmosfer terdapat pada ketinggian kurang dari 5 km dari permukaan
bumi. Selain itu, uap air adalah gas rumah kaca yang kuat karena sangat menyerap energi radiasi yang keluar
dari Bumi. Sebagai gas rumah kaca, uap air berperan penting dalam menjaga kesetimbangan suhu
perkmukaan bumi.

 Karbon Dioksida

Karbon dioksida merupakan komponen alami pada atmosfer dengan konsentrasi yang sangat kecil, namun
berperan sangat penting. CO2 menempati atmosfer melalui proses respirasi, peluruhan material organik,
erupsi gunung api dan pembakaran alamiah maupun antropogenik. Seiring dengan itu, proses fotosintesis
yang dilakukan tumbuhan menyerap kembali karbon dioksida dari udara. Beberapa abad terakhir ini terdapat
peningkatan yang signifikan dari kandungan karbon dioksida di atmosfer. Pusat pengamatan di Mauna Loa di
Hawaii mencatatkan kenaikan sebesar hampir 30% sejak tahun 1958. Konsentrasi karbon dioksida pada
atmosfer

Sumber: Earth Science, Pearson

 Ozon

Komponen penting pada atmosfer lainnya adalah ozon (O3). Lapisan ozon dapat ditemukan pada stratosfer
bumi. Lapisan ini vital bagi kehidupan karena melindungi makhluk hidup di bumi dari radiasi sinar UV
matahari yang berbahaya.

- Struktur Vertikal Atmosfer

Atmosfer dibagi menjadi beberapa lapisan yang masing-masing memiliki beberapa sifat yang unik.

 Berdasarkan Perubahan Suhu

Troposfer

Troposfer adalah lapisan atmosfer yang paling dekat dengan Bumi. Lapisan ini adalah lapisan dimana
fenomena cuaca terjadi. Sebagian besar uap air atmosfer terkonsentrasi pada lapisan troposfer. Troposfer
memiliki ketebalan sekitar 8-16 km.Temperatur menurun seiring dengan ketinggian pada lapisan troposfer.
Bagian atas troposfer dibatasi oleh lapisan inversi yang disebut Tropopause.

Stratosfer

Lapisan stratosfer terdapat mulai dari puncak troposfer hingga ketinggian sekitar 50 km. Stratosfer
mengandung sebagian besar lapisan ozon yang melindungi bumi dari radiasi sinar UV.

Mesosfer

Pada mesopause, temperatur terus menurun seiring dengan bertambahnya ketinggian dan mencapai suhu
terdingin bumi pada mesopause (-90°C). Pada lapisan inilah meteor terbakar saat memasuki atmosfer bumi.

Termosfer

Merupakan lapisan yang terekspos secara langsung terhadap radiasi Matahari dan karena itu menjadi lapisan
yang mengalami pemanasan secara langsung oleh Matahari. Pada termosfer, udara sangat tipis sehingga
penambahan kecil energi akan menyebabkan peningkatan suhu secara signifikan Termosfer juga mencakup
wilayah atmosfer bumi yang disebut Ionosfer yang juga memungkinkan terbentuknya aurora. International
Space Station (ISS) mengorbit pada lapisan ini.

 Berdasarkan Komposisi Udara


Berdasarkan komposisi udara, atmosfer dibagi menjadi homosfer dan heterosfer. Pada homosfer (0-80 km)
komposisi udara kecuali uap air dan ozon cenderung selalu konstan. Pada heterosfer (>80 km) terdapat
perubahan secara cepat dari komposisi dan kerapatan udara.

Berdasarkan Tekanan

Perubahan tekanan pada atmosfer

Sumber: Earth Science, Pearson

Tekanan pada atmosfer berkurang secara logaritmik seiring dengan naiknya ketinggian dari permukaan bumi.
Di dekat permukaan, perubahan tekanan 1 mb setara dengan perubahan ketinggian ~7 m.

Ionosphere

Ionosfer sejatinya bukan merupakan sebuah lapisan. Ionosfer pada dasarnya adalah daerah pada atmosfer
bagian atas bumi yang mengalami elektrifikasi sehingga mengandung sejumlah besar konsentrasi ion.
Konsentrasi ion yang tinggi pada ionosfer memungkinkan untuk terbentuknya Aurora Borealis dan Aurora
Australis.

Bagian terendah dari ionosfer biasanya terletak pada 60 km dari permukaan bumi dan terus ada hingga
bagian teratas atmosfer. Ionosfer memiliki 3 lapisan, lapisan D, E, dan F. Lapisan D hanya terdapat pada siang
hari dan menyerap gelombang radio AM.
ATMOSFER

Sirkulasi Atmosfer di Indonesia

Hal ini karena sirkulasi atmosfer akan memengaruhi runtutan terbentuknya cuaca dari waktu ke waktu.

Sebelumnya, mengenai atmosfer itu sendiri dapat dibaca selengkapnya pada:

Susunan Atmosfer Bumi Kita

Stabilitas atmosfer, penentu ketebalan awan

Pengertian Sirkulasi Atmosfer

Sirkulasi atmosfer merupakan gerak massa udara di atas permukaan bumi yang membentuk pola tertentu.
Sebagian besar dari gerak tersebut terus menerus terbentuk, berkembang, bergerak dan ada pula yang
meluruh (Neiburger, et. al., 1995).

Menurut Soenarmo (1999), penyebab utama adanya gerakan yang membentuk sirkulasi atmosfer baik
horizontal maupun vertikal adalah:

Ketidakseimbangan panas dan momentum antara lintang tinggi dengan lintang rendah dan antara
permukaan bumi dan atmosfer.

Topografi permukaan bumi.

Distribusi permukaan, darat dan air.

Model Sirkulasi Atmosfer

Beberapa model sirkulasi atmosfer yang dikenal dalam dunia meteorologi adalah sirkulasi atmosfer sel
tunggal dan sirkulasi atmosfer tiga sel.

1. Sirkulasi atmosfer Model sel tunggal

Sirkulasi atmosfer dengan model sel tunggal didasarkan pada asumsi:

Permukaan bumi dianggap sama yang tertutup air sehingga perbedaan panas daratan dan lautan diabaikan.

Matahari dianggap selalu berada di atas ekuator sehingga tidak ada pergantian pola angin.

Bumi dianggap tidak berotasi sehingga faktor utama hanya gradien tekanan.

Model sirkulasi atmosfer dengan sel tunggal dapat diamati pada gambar di bawah ini.

sirkulasi atmosfer sel tunggal

2. Sirkulasi atmosfer Model 3 Sel


Lebih kompleks dari sirkulasi atmosfer model sel tunggal meski memiliki beberapa kemiripan. Pada model
sirkulasi atmosfer ini wilayah ekuator digambarkan kawasan yang selalu kelebihan cahaya matahari. Adapun
sebaliknya wilayah kutub selalu kekurangan cahaya matahari. Sirkulasi atmosfer model 3 Sel ini daerah
tekanan tinggi berada di kutub sedang tekanan rendah di ekuator.

Model sirkulasi atmosfer 3 Sel

Membuat diagram hovmoller anomali OLR dengan ITACS

Sirkulasi Atmosfer di Indonesia

Adapun sirkulasi atmosfer yang berperan dalam pembentukan cuaca dan iklim di Indonesia antara lain
Sirkulasi Monsun Asia-Australia, Sirkulasi Hadley dan Sirkulasi Walker.

1. Sirkulasi Monsun

Monsun merupakan salah satu bentuk dari sirkulasi atmosfer. Monsun adalah daerah tempat arah angin yang
berperan kemudian berbalik arah sedikitnya 120° pada antara bulan Januari dan Juli. Januari adalah puncak
musim dingin di Bumi Bagian Utara (BBU) dan puncak musim panas di Bumi Belahan Selatan (BBS).
Sebaliknya pada Juli adalah puncak musim panas di BBU dan puncak musim dingin di BBS (Prawirowardoyo,
1996). Perbedaan tekanan udara akibat pemanasan yang berbeda menyebabkan pergerakan massa udara
yang membentuk sirkulasi atmosfer. Sifat massa udara yang berasal dari monsun asia umumnya basah dan
tidak stabil karena melewati lautan tropis yang luas dan hangat sehingga menghasilkan sejumlah besar
presipitasi (Soenarmo, 1999).

Sirkulasi atmosfer dalam skala monsun

Gambar 3. Pola Monsun; sumber: www.smhi.se

Monsun yang membentuk sirkulasi atmosfer di Indonesia merupakan bagian monsun Asia Timur dan Asia
Tenggara. Pada periode April – Oktober, kedudukan matahari semu berada di atas wilayah Bumi Bagian
Utara (BBU) sehingga wilayah daratan Asia mengalami pemanasan besar-besaran dan suhu udara menjadi
lebih tinggi. Akibat pemasanan tersebut tekanan udara di BBU menjadi lebih rendah dibanding tekanan
udara di Bumi Bagian Selatan (BBS). Gaya gradien tekanan yang timbul akibat perbedaan suhu ini
menyebabkan aliran udara yang konstan dari wilayah Australia menuju Asia. Dengan demikian terjadilah
angin muson timuran. Karena melewati lautan yang sempit kandungan uap air yang mengalir bersama arus
angin relatif kering. Pada fase inilah terjadi musim kemarau di Indonesia. Sirkulasi atmosfer Indonesia dalam
bentuk monsun pada periode Oktober - April merupakan sistem kebalikan dari periode di atas, di mana aliran
udara justru bergerak menuju wilayah Australia yang merupakan daerah tekanan rendah. Karena melewati
wilayah lautan yang cukup luas aliran udara ini sarat dengan kandungan uap air. Pada saat ini merupakan
periode terjadinya musim penghujan di Indonesia. Angin monsun ini lebih dikenal sebagai angin baratan
karena komponen arah datangnya dari barat.

2. Sirkulasi Hadley
Sirkulasi Hadley terdapat di tiap belahan bumi, merupakan salah satu sel dalam sirkulasi atmosfer. Pada
bagian bawah setiap sel Hadley, udara mengalir menuju khatulistiwa. Aliran udara dari masing-masing
belahan bumi bertemu disuatu pita yang disebut ITCZ (Intertropical Convergence Zone). Di dalam pita ITCZ
tersebut , aliran tersebut kemudian naik ke atas dan menimbulkan perawanan dan hujan. Setelah sampai di
tropopause, udara ini mengalami divergensi menuju kutub. Aliran udara ini akan menjadi dingin karena
pemancaran gelombang pendek, sehingga densitasnya bertambah dan bergerak turun pada sekitar lintang
30°. Pada saat turun udara ini mengalami pemanasan adiabatik dan bergerak menuju permukaan bumi
sebagai udara yang panas dan kering (Prawirowardoyo, 1996).

Sifat Fisis Atmosfer, Uap Air dan Laju Penurunan Suhu Udara di Atmosfer

Proses Fisis Pembentukan Awan dan Hujan di Kawasan Tropis

Di lihat dari komponennya maka sirkulasi Hadley bergerak pada arah utara-selatan sebagai mana terlihat
pada Gambar 1 di atas.

Gerak sirkulasi ini ditandai sebagai angin komponen v atau angin meridional, yang dapat dihitung dengan
persamaan berikut :

di mana :

v = kecepatan angin meridional

ff = kecepatan angin

ddd = arah angin

3. Sirkulasi Walker

Sirkulasi atmosfer dalam bentuk sirkulasi Walker menandai adanya gerak massa udara pada arah zonal barat-
timur. Pemicu gerak ini adalah tekanan udara di sekitar ekuator di atas wilayah Indonesia yang relatif hangat
sehingga densitasnya rendah. Hal ini menyebabkan mengalirnya massa udara dari arah timur dan barat
ekuator yang merupakan lautan dengan densitas udara lebih tinggi. Adanya sirkulasi atmosfer ini
menyebabkan terjadinya proses konvektif di atas Indonesia. Dampaknya menyebabkan pertumbuhan awan
dan hujan yang lebih besar. Sirkulasi walker ini sering dikaitkan dengan aktivitas el nino dan la nina.

Sirkulasi walker sebagai bagian sirkulasi atmosfer

Sirkulasi Walker ditandai sebagai komponen angin u atau angin zonal yang di hitung dengan persamaan
berikut :

di mana:

u = kecepatan angin zonal

ff = kecepatan angin

ddd = arah angin


FRONT
Front adalah wilayah transisi tempat bertemunya dua massa udara yang berbeda sifat fisik dan kekuatannya.
Frontogenesis adalah awal pembentukan front. Frontolisis adalah fase akhir hilang / lenyapnya. Front cuaca
adalah nama yang diberikan pada daerah perbatasan tempat bertemunya dua massa udara.

Ciri-Ciri Front

Sepanjang garis front terjadi angin yang bergerak dari arah yang berlawanan. Perbedaan suhu yang tajam.
Cuaca yang buruk seperti hujan badai selama 2 jam pada front dingin serta hujan gerimis selama 2 hari pada
front panas. Pada awal pembentukan front terjadi kabut. Garis isobar mengalami patahan, dan pada patahan
tersebut terjadi siklon. Pada lokasi dekat front beda suhu T dan Td (titik embun) kecil atau hampir sama.

Klasifikasi Front / Jenis Front

Front Panas (Warm Front), terjadi ketika massa udara panas menggilas seketika udara dingin. Front ini terjadi
seperti proses udara naik di pegunungan. Front panas memiliki massa udara hangat dan kelembaban tinggi,
kecepatan lambat sekitar 10-25 mil/jam, terjadinya hujan gerimis selama 2-3 hari dan terbentuknya awan
cirriform dan stratiform.

Front Dingin (Cold Front), terjadi ketika massa udara dingin mendesak massa udara panas. Bergerak lebih
cepat ketimbang front panas, akibatnya perubahan cuaca yang lebih drastis. Terbentuknya awan
cumulonimbus dan cumulus yang mengakibatkan terjadinya huban besar, kilat dan badai selama 2-3 hari.

Front Campuran (Occluded Front), terjadi apabila massa udara dingin bertemu dengan massa udara panas
sehingga massa udara dingin akan mengambil alih lokasi massa udara panas. Front ini menciptakan campuran
dari udara pada kedua front sehingga kondisi udara relatif stabil.

Front Stasioner, terjadi ketika 2 massa udara baik dingin maupun panas tidak cukup kuat untuk mendorong
front satu sama lain sehingga udara tidak beegerak. Kondisi cuaca di sepanjang front stasioner umumnya
cerah/berawan dengan udara yang jauh lebih dingin disalah satu sisinya, hal ini dikarenakan kedua massa
relatif kering dan tanpa presipitasi. Front ini tidak berlangsung lama apabila salah satu massa udara
mendesak massa lainnya akan berubah menjadi front panas atau front dingin.

Front Siklon (Siklon Frontal) / Siklon Ekstratropis, terjadi karena pertemuan 2 massa udara yang berbeda
kekuatan dan karakter. Terjadi di daerah lintang tinggi sekitar kutub dan lintang sedang. Siklon frontal
merupakan bentuk front yang terjadi dalam keadaan khusus. Depresi frontal dalam tahapan paling
berkembang dapat berupa badai besar yang lebarnya mencapai 1600 km (1000 mil) dan dapat bergerak jauh
ribuan kilometer (mil) membawa cuaca badai.

Dampak Front Terhadap Iklim


Volume udara akan mempengaruhi daerah di bawah permukaan sumbernya.

Massa udara kutub maritim berpengaruh pada kabut, gerimis, cuaca mendung dan cahaya tahan lama hujan.

Front panas membentuk awan cirrus, stratus, nimbostratus yang menyebabkan turun hujan di bawah
permukaan front.

Front stasioner menyebabkan cuaca cerah.

Front dingin menyebabkan terjadinya badai.

Perubahan lapisan udara merupakan pemicu lahirnya tornado.


PENGERTIAN AWAN

Awan adalah kumpulan tetes air atau kristal es yang mengendap di atmosfer. Para ilmuwan sudah pernah
menjelaskan tentang keberadaan awan ini ada sejak tahun 1770an. Adapun pengertian awan menurut para
ilmuwan adalah sebagai berikut. Menurut Lamarck dan Howard, awan adalah kumpulan dari gelembung-
gelembung air.

Menurut von Guericke, awan dibentuk berdasarkan teori gelembung.

Menurut Coulier, tetesan awan dari langit dibentuk oleh debu.

Menurut Aitken, tetesan awan terbentuk dari uap air dengan bantuan partikel debu sebagai penentu
terbentuknya fase beru.

Keberadaan awan di atmosfer sangat berpengaruh pada cuaca dan iklim di Bumi. Contohnya saja, jika di
daerahmu terdapat awan yang berwarna hitam dan pekat, maka kemungkinan besar akan turun hujan di
daerah tersebut. Sebaliknya, jika kamu menjumpai adanya awan berwarna putih bersih dengan jumlah yang
tidak terlalu banyak disertai pemandangan langit yang berwarna biru, maka kemungkinan besar tidak akan
turun hujan di daerah tersebut. Lalu, bagaimana proses pembentukan awan itu?

Proses Pembentukan Awan


Awan tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan melalui serangkaian proses tertentu yang diawali dengan
adanya suhu udara panas di daratan. Suhu udara panas tersebut akan mengakibatkan naiknya uap air. Lalu,
uap air tersebut akan mengembang secara adiabatik karena tekanan udara di atas lebih kecil daripada di
bawah. Saat uap air mencapai ketinggian tertentu yang suhunya lebih rendah, uap air tersebut akan
mengalami pengembunan, sehingga berubah wujud menjadi tetes air. Proses ini dikenal sebagai kondensasi.
Hasil kondensasi uap air inilah yang nantinya terlihat sebagai awan. Semakin banyak tetes air yang
terbentuk, semakin besar ukuran awannya. Jika awan tersebut mendapatkan panas dari Matahari, awan akan
menguap lalu hilang. Sebaliknya, jika tidak mendapatkan panas Matahari (suhunya tetap), turunlah awan
menjadi tetesan air dalam bentuk hujan karena pengaruh gaya gravitasi.

Jenis-Jenis Awan

Berdasarkan ketinggiannya, awan dibagi menjadi empat jenis, yaitu sebagai berikut.

1. Golongan awan rendah, yaitu awan yang ketinggiannya hanya mencapai 2.000 m. Adapun awan yang
termasuk golongan awan rendah adalah sebagai berikut.

Nimbo Stratus adalah awan rendah yang merata dan berukuran tebal. Tak heran jika sinar Matahari sulit
menembus awan ini. Hal itu mengakibatkan terbentuknya warna abu-abu di bagian bawah awan dan
berpotensi menjadi hujan lebat.

Strato Cumulus adalah awan rendah yang bentuknya menyerupai bulu domba atau sisik ikan. Awan ini bisa
dilihat dalam bentuk tiga dimensinya, lho. Hal itu dikarenakan rendahnya ketinggian awan ini.

(low) Stratus adalah awan rendah yang merata dan tidak berbentuk spesifik layaknya awan lain. Jika awan ini
menyentuh tanah, akan terbentuk kabut.

2. Golongan awan menengah, yaitu awan yang berada di ketinggian 2.000 m – 6.000 m. Adapun awan yang
tergolong awan menengah adalah sebagai berikut.

Alto Cumulus adalah awan menengah yang berbentuk gumpalan cukup besar menyerupai sisik ikan atau bulu
domba.

Alto Stratus adalah awan menengah yang merata dan biasanya berwarna abu-abu. Keberadaan awan ini bisa
menjadi indikator akan turunnya hujan di suatu tempat.
3. Golongan awan tinggi, yaitu awan yang memiliki ketinggian di atas 6.000 m. Adapun awan yang
tergolongan awan tinggi adalah sebagai berikut.

Cirrus adalah awan tinggi yang bentuknya seperti bulu ayam dan terkadang juga seperti mata pancing.
Umumnya, awan ini berwarna putih bersih.

Cirro Cumulus adalah awan yang berbentuk gumpalan-gumpalan kecil menyerupai sisik ikan dan berwarna
putih bersih. Gumpalan awan cirro cumulus terlihat lebih kecil daripada alto cumulus karena posisinya lebih
tinggi.

Cirro Stratus adalah awan tinggi yang tidak memiliki bentuk spesifik, melainkan rata menyelimuti atmosfer.
Pada dasarnya, bentuk awan ini hampir sama dengan alto startus, hanya saja berada di posisi yang lebih
tinggi. Jika dilihat pada siang hari, awan ini bisa membuat mata silau.

4. Golongan awan yang membumbung ke atas, yaitu sebagai berikut.

Cumulus Humilis adalah awan yang dibentuk oleh aliran udara vertikal. Jika udara mengalir ke atas, awan
akan terbentuk. Sebaliknya, jika udara mengalir ke bawah, awan akan hilang. Awan ini terlihat di bawah awan
cirro stratus.

Cumulus Congetus adalah fase lanjutan dari awan cumulus humilis. Jika awan cumulus humilis mendapatkan
panas berlebih, maka awan ini akan membumbung ke atas dengan ukuran lebih besar namun belum
melebar, masih berbentuk runcing.

Cumulo Nimbus adalah fase terakhir dari pembentukan awan vertikal. Cumulus congetus yang terus
membumbung ke atas, semakin lama akan semakin melebar dan membesar. Awan inilah yang nantinya
disebut cumulo nimbus. Tak heran jika cumulo nimbus menjadi sarang terjadinya petir, kilat, dan guntur.
Siapa sangka jika keberadaan awan ini cukup ditakuti oleh para pilot, lho. Oleh karena ketebalan dan
ukurannya yang cukup besar, awan ini bisa mengganggu laju dan gerak pesawat. Terlebih saat terjadi petir di
dalamnya.

Faktor yang Memengaruhi Terbentuknya Awan

Adapun faktor yang memengaruhi terbentuknya awan adalah sebagai berikut.

1. Suhu udara

Salah satu faktor yang memengaruhi proses pembentukan awan adalah naiknya suhu udara di daratan. Jika
suhu daratan naik, uap air akan terangkat ke atas lalu akan mengembang secara adiabatik untuk selanjutnya
berubah menjadi awan.

2. Intensitas sinar Matahari

Semakin besar intensitas sinar Matahari yang mengenai Bumi, semakin besar energi kalor yang dihasilkan.
Akibatnya, suhu akan meningkat.
3. Angin

Semakin kencang angin yang berhembus, akan mempercepat proses penguapan. Akibatnya, awan lebih cepat
terbentuk.

4. Kelembapan udara

Udara lembap akan mempercepat proses pembentukan awan. Hal itu karena udara lembap mengandung
banyak uap air.

5. Tekanan udara

Semakin besar perbedaan tekanan di daratan dan di udara, semakin cepat awan terbentuk.

Fungsi Awan

Selain pertanda turunnya hujan, kira-kira awan berfungsi untuk apa saja ya?

1. Penghalang radiasi sinar Matahari

Tanpa adanya awan, mungkin radiasi sinar Matahari terasa sangat menyengat di kulit. Itulah mengapa,
keberadaan awan mampu menghalangi radiasi sinar Matahari secara berlebih.

2. Sumber cadangan air

Tanpa hujan, Bumi akan terasa kering kerontang. Keberadaan hujan merupakan salah satu faktor penting
bagi keberlangsungan hidup makhluk di Bumi.

3. Objek pengamatan untuk prakiraan cuaca

Kira-kira, bagaimana cara BMKG memperkirakan cuaca yang terjadi di suatu tempat? Salah satu objek kajian
BMKG dalam meramalkan cuaca adalah dengan melihat awan, misalnya saja bentuk awan, intensitas awan,
ketinggian awan, dan sebagainya. Data-data yang diperoleh nantinya bisa dijadikan dasar peramalan cuaca di
suatu tempat dan tentunya dilengkapi dengan citra satelit, ya.
BENCANA METEOROLOGI

Bencana meteorologi merupakan bencana yang diakibatkan oleh parameter-parameter (curah


hujan,kelembaban,temperatur,angin) meteorologi. Contoh bencana meteorologi adalah:

 Kekeringan
 Banjir
 Badai :Badai angin,badai petir,badai es,badai salju
 Kebakaran hutan
 El Nino

El Niño (/ɛl ˈniːn.joʊ/; bahasa Spanyol: [el ˈniɲo]) adalah fase hangat dari El Niño–Osilasi Selatan (El Niño–
Southern Oscillation, ENSO) dan dikaitkan dengan sekelompok air laut hangat yang berkembang di pusat dan
timur-tengah Pasifik khatulistiwa (antara kira-kira Garis Penanggalan Internasional dan 120°BB), termasuk
daerah di lepas pantai Pasifik Amerika Selatan. ENSO adalah siklus suhu permukaan laut (sea surface
temperature, SST) hangat dan dingin dari Samudra Pasifik tropis tengah dan timur. El Niño disertai dengan
tekanan udara tinggi di Pasifik barat dan tekanan udara rendah di Pasifik timur. Fase El Niño diketahui terjadi
hampir empat tahun, namun, catatan menunjukkan bahwa siklus tersebut telah berlangsung antara dua dan
tujuh tahun. Selama pengembangan El Niño, curah hujan berkembang antara September-November.[1] Fase
dingin ENSO adalah La Niña, dengan SST di Pasifik timur di bawah rata-rata, dan tekanan udara tinggi di
Pasifik timur dan rendah di Pasifik barat. Siklus ENSO, termasuk El Niño dan La Niña, menyebabkan
perubahan suhu dan curah hujan global.[2][3]
Pola Pasifik normal: Air hangat di barat mendorong konveksi atmosfer yang

dalam. Angin lokal menyebabkan air dingin yang kaya


nutrisi naik di sepanjang pantai Amerika Selatan. (NOAA / PMEL / TAO)

Kondisi El Niño: air hangat dan konveksi atmosfer bergerak ke timur. Pada El Niño yang kuat, termoklin yang
lebih dalam di lepas pantai Amerika Selatan berarti air yang naik hangat dan miskin nutrisi.

Negara-negara berkembang yang bergantung pada pertanian dan perikanannya sendiri, khususnya yang
berbatasan dengan Samudra Pasifik, biasanya paling terpengaruh. Dalam bahasa Spanyol Amerika, istilah El
Niño dengan huruf besar berarti "anak laki-laki". Dalam fase Osilasi ini, air hangat di Pasifik dekat Amerika
Selatan sering kali paling hangat sekitar Natal.[4] Nama asli fase ini, El Niño de Navidad, muncul berabad-
abad yang lalu, ketika para nelayan Peru menamakan fenomena cuaca itu berdasarkan nama Kristus yang
baru lahir.[5][6] La Niña, dipilih sebagai "lawan" dari El Niño, adalah bahasa Spanyol Amerika untuk "si gadis".

 La Nina

La Niña (pengucapan bahasa Spanyol: [la ˈniɲa]) merupakan fase dingin dari El Niño–Osilasi Selatan dan
merupakan kebalikan dari fenomena El Niño. Nama La Niña sendiri berasal dari bahasa Spanyol yang berarti
anak perempuan atau putri. Selain itu, fenomena ini dulu juga disebut sebagai anti El Niño,[1] dan El Viejo
yang berarti si Tua.[2] Selama fenomena La Niña berlangsung, suhu permukaan laut di sepanjang timur dan
tengah Samudera Pasifik yang dekat atau berada di garis khatulistiwa mengalami penurunan sebanyak 3°
hingga 5° C dari suhu normal. Kemunculan fenomena La Niña ini biasanya berlangsung paling tidak lima
bulan. Fenomena ini memiliki dampak yang sangat besar terhadap cuaca bahkan iklim di sebagian besar
wilayah dunia, terutama di wilayah Amerika Utara, bahkan berdampak pada pola musim terjadinya Badai
Atlantik dan Badai Pasifik.
Kondisi perairan tropis Pasifik saat La Niña berlangsung

Latar belakang

Linimasa seluruh episode fenomena La Niña pada periode 1900 hingga 2020.[3][4]

La Niña merupakan pola cuaca yang rumit dan kompleks yang terjadi tiap beberapa tahun sekali, sebagai
akibat dari variasi suhu muka laut di wilayah Samudera Pasifik yang dekat atau berada di garis khatulistiwa.[5]
Fenomena ini terjadi karena hembusan angin yang kuat meniup air hangat permukaan laut dari Amerika
Selatan melewati Pasifik menuju wilayah timur Indonesia.[5] Ketika air yang hangat ini bergerak ke arah
barat, air dingin dari dasar laut naik ke permukaan laut di wilayah perairan Pasifik yang dekat dengan
Amerika Selatan.[5] Oleh karena itu, fenomena ini dianggap sebagai fase dingin dari pola cuaca El Niño–
Osilasi Selatan yang lebih besar, dan merupakan kebalikan dari pola cuaca El Niño.[5]

Fenomena La Niña sudah terjadi selama ratusan tahun dan biasanya secara teratur, selama awal abad ke-17
dan awal abad ke-19.[6] Sejak awal abad ke-20, tercatat bahwa fenomena La Niña berlangsung pada tahun
1903-1904, 1906-07, 1909-1911, 1916-18, 1924-25, 1928-30, 1938-39, 1942-43, 1949–51, 1954–57, 1964-65,
1970–72, 1973–76, 1983–85, 1988–89, 1994–95, 1998–2001, 2005–06, 2007–08, 2008–09, 2010–12, 2016,
2017–18, serta 2020.

Tiap-tiap badan atau organisasi prakiraan cuaca mempunyai ambang batas yang berbeda untuk menentukan
kapan suatu fenomena La Niña terjadi, hal tersebut terjadi karena penyesuaian yang dilakukan oleh masing-
masing badan prakiraan cuaca terhadap minat masing-masing.[7] Contohnya begini, Badan Meteorologi
Australia memperhatikan pergerakan angin pasat, SOI, model cuaca, dan suhu permukaan laut di wilayah
NINO 3 dan 3,4 sebelum menyatakan bahwa fenomena La Niña mulai berlangsung.[8] Akan tetapi, Badan
Meteorologi Jepang menyatakan bahwa fenomena La Niña telah berlangsung ketika rata-rata penyimpangan
suhu muka laut selama lima bulan untuk wilayah NINO.3 lebih dingin dari 0,5 °C (0,90 °F) selama enam bulan
berturut-turut atau lebih.[9]

Dampak La Niña di wilayah Indonesia

Dampak utama dari fenomena La Niña terhadap wilayah Indonesia adalah peningkatan curah hujan di
wilayah tengah dan timur Indonesia sebagai akibat dari menghangatnya suhu muka laut di wilayah perairan
Indonesia. Selain itu, fenomena ini dapat menyebabkan musim hujan yang lebih panjang atau musim
kemarau yang basah di wilayah Indonesia dan peningkatan curah hujan yang signifikan pada saat musim
hujan berlangsung, sehingga bencana hidrometeorologi rawan terjadi di pelbagai wilayah Indonesia.[10][11]

 Longsor
 Tornado
 Angin puyuh,topan,angin puting beliung
 Gelombang dingin
 Gelombang panas
 Angin fohn :Angin gending,angin brubu,angin bohorok,angin kumbang

Bencana tersebut dimasukan kedalam bencana meteorologi karena bencana diatas disebabkan atau
dipengaruhi oleh faktor-faktor meteorologi. Yang menjadi kontraversi adalah kebakaran hutan. Kebakaran
hutan yang terjadi umumnya disebabkan oleh aktivitas manusia yang sengaja membakar hutan untuk
pembukaan lahan.

Dalam kajian ini, kebakaran hutan yang dimasukan ke dalam bencana meteorologi adalah kebakaran hutan
yang disebabkan oleh faktor alam. Kebakaran hutan ini dapat terjadi ketika kekeringan yang sangat kuat,
angin yang bertiup kencang, kelembaban rendah dan dengan adanya gesekan antara dedaunan dan semak
belukar yang sangat kuat menyebabkan terjadilah kebakaran hutan.

Bencana meteorologi diatas dapat menyebabkan kerugian berupa harta,benda dan jiwa manusia. Hal yang
dapat kita lakukan adalah memprediksi peristiwa bencana meteorologi tersebut dan berusaha untuk
mengurangi potensi terjadinya bencana tersebut sebatas yang bisa dilakukan. Mengurangi potensi bencana
meteorologi, contohnya dapat dilakukan terhadap bencana banjir, misalnya membuat sistem drainase yang
baik dan pengelolaan tata lingkungan yang baik. Prediksi bencana meteorologi dilakukan untuk
mempersiapkan kondisi manusia dalam menghadapinya, sehingga ketika terjadi bencana telah siap untuk
menghadapinya.

Gelombang panas merupakan salah satu bencana meteorologi yang sering terjadi di daerah lintang tinggi.
Bencana ini berupa hembusan angin dengan temperatur yang sangat tinggi, hal yang berkebalikan terjadi
saat terjadi gelombang dingin. Dua kondisi tersebut dapat menimbulkan korban jiwa dan menimbulkan
kerugian material lainnya.

PENGERTIAN ANGIN

Angin merupaka aliran udara yang jumlahnya besar disebabkan terjadinya rotasi bumi dan
karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitar bumi. Angin bergerak dari tekanan udara
tinggi ke tekanan udara rendah. Perbedaan tekanan udara yang ada di beberapa tempat
menimbulkan aliran udara. Aliran ini berlangsung dari tempat yang tekanan udaranya tinggi ke
tempat yang tekanan udaranya lebih rendah. Udara yang mengalir inilah yang dinamakan angin.
Besarnya kecepatan angin dapat diukur dengan alat yang disebut anemometer. Kecepatan
angin dapat dibaca pada skala, arah dan kecepatannya pada suatu saat juga dapat diketahui
melalui anemometer dan hasil catatannya disebut dengan anemogram.

Angin bisa terjadi disebabkan beberapa faktor antara lain:

1. Gradien Barometris
2. Gradien barometris yaitu bilangan yang menjadi petunjuk perbedaan tekanan udara dari
2 isober yang berjarak 111 Km. Apabila semakin besar gradien barometrisnya maka
tiupan angin juga semakin cepat.
3. Letak Tempat
4. Tempat yang lebih dekat dengan khatulistiwa maka kecepatan tiupan angin juga lebih
cepat daripada dengan tempat yang jauh dari khatulistiwa.
5. Tinggi Tempat
6. Semakin tinggi tempat maka angin yang bertiup juga akan lebih kencang. Hal ini terjadi
disebabkan terdapat pengaruh gaya gesek yang menjadi penghambat laju udara.
Permukaan bumi pohon, gunung, dan topografi yang tidak rata lainnya akan
memberikan gaya gesekan yang besar maka jika semakin tinggi tempat, maka akan
semakin kecil gaya gesekannya.
7. Waktu
8. Angin seringkali bergerak lebih cepat di sing hari jika dibanding dengan malam hari.

MACAM-MACAM ANGIN

Angin tetap, yaitu angin yang arah berembusnya tetap sepanjang tahun. Angin ini terbagi menjadi dua yaitu:
(1) Angin pasat ialah angin yang bertiup dari daerah subtropik menuju equator (khatulistiwa); dan (2) Angin
antipasat ialah angin yang bertiup dari daerah equator menuju daerah subtropik.

 Angin Muson (Angin Musim)

Angin muson atau angin munsoon atau angin moonsun yaitu angin yang hembusannya secara periodik yakni
minimal 3 bulan dengan masing-masing periode dengan yang lain akan mempunyai pola yang berlawanan
yang berganti arah secara berlawanan disetiap setengah tahunnya. Seringkali di 6 bulan pertama tiupan angin
darat yang kering dan setengah tahun kemudian tiupan angin laut yang basah. Di bulan Oktober sampai April,
matahari di langit Selatan, sehingga benua Australia leibh sering mendapat panas matahari dari benua Asia.
Mengakibatkan di Australia ada pusat tekanan udara rendah atau depresi sedangkan di Asia ada pusat-pusat
tekanan udara tinggi atau kompresi. Keadaan ini membuat arus angin dari benua Asia ke benua Australia.
Pada negara Indonesia adalah angin musim Timur Laut di belahan bumi Utara dan angin musim Barat di
belahan bumi selatan. Oleh sebab itu angin ini melalui Samudra Pasifik dan Samudra HIndia sehingga banyak
mengangkut uap air, sehingga di Indonesia terjadi musim penghujan. Musim penghujan mencakup semua
wilayah di Indonesia, namun saja persebarannya tidak merata, semakin ke timur curahnya semakin berkuang
karena uap air yang terkandung semakin sedikit. Di bulan April sampai Oktober, matahari terletak di langit
utara, sehingga benua Asia lebih panas dari benua Australia. Mengakibatkan di Asia ada pusat-pusat tekanan
udara rendah, sedangkan di Australia ada pusat-pusat tekanan udara yang tinggi yang membuat terjadinya
angin dari Australia mengarah ke Asia. Di Indonesia terjadi angin musim timur di belahan bumi selatan dan
angin musim barat daya di belahan bumi utara. Oleh sebab itu tidak melalui lautan yang luas maka angin
tidak banyak membawa uap air oleh sebab itu di Indonesai terjadi musim kemarau, namun berbeda di pantai
barat sumatera, sulawesi tenggara dan pantai selatan Irian Jaya. Antara kedua musim diatas terdapat musim
pancaroba atau peralihan, yakni musim kemareng yang disebut peralihan dari musim penghujan ke musim
kemarau, dan musim labuh yang adalah peralihan musim kemarau ke musim penghujan.

Terdapat ciri-ciri musim pancaroba antara lain:

Udara panas

Arah angin tidak teratur

Terjadi hujan dengan tiba-tiba dalam waktu singkat dan lebat

Angin muson atau musim, di Indonesia terdapat 2 jenis angin muson, yakni angin muson barat dan angin
muson timur.

Angin Muson Barat / Angin Musim Barat

Angin muson barat berembus dari Benua Asia menuju Benua Australia, yang berembus pada bulan Oktober-
April yang menyebabkan Indonesia mengalami musim hujan. Hal ini terjadi dikarenakan angin melewati
perairan dan samurda yang luas.

Angin Muson Timur / Angin Musim Timur

Sedangkan Angin muson timur berembus dari Benua Asia menuju Benua Asia, yang berembus pada bulan
April-Oktober dan menyebabkan Indonesia mengalami musim kemarau. Angin ini mengandung curah hujan
yang sedikit pada bagian Indonesia Timur disebabkan angin melalui gurun yang luas dan celah-celah yang
sempit menjadikan di bulan Juni, Juli dan Agustus Indonesia mengalami kemarau

 Angin Lokal

Angin lokal, dipengaruhi sifat daratan dan perairan, jumlah pemenasan matahari dan ketinggian suatu
tempat. angin jenis ini terbagi menjadi beberapa macam yaitu: (1) Angin darat dan angin laut; (2) Angin
lembah dan angin gunung.

 Angin Fohn

Angin fohn adalah kelanjutan dari proses terjadinya hujan orografis. Hujan orografis terjadi di salah satu sisi
lereng pegunungan. Pada sisi lereng yang lainnya berkondisikan kering. Jadi, sifat dari angi fohn adalah
menurun, kering dan panas. Nama angin fohn ini berbeda antara daerah yang satu dengan daerah lainnya. Di
Sulawesi Selatan dinamai angin brubu, angin bahorok di Deli Sumatra Utara, angin kumbang di Cirebon Jawa
Barat, angin gending di Pasuruhan dan Probolinggo Jawa Timur dan angin wambrau di Papua. Angin Fohn
disebut juga dengan angin jatuh yang terjadi sesudah terjadinya hujan orografis atau hujan pegunungan
(yakni jenis hujan yang terjadi di kawasan lereng pegunungan, hujan ini asalnya dari gerakan udara yang
membawa uap air yang terhalang oleh pegunungan). Angin fohn gerakannya dari suatu wilayah yang
mempunyai temperatur dan kelangasan yang tidak sama. Angin fohn terjadi disebabkan terdapat gesekan
massa udara yang naik pegunungan yang tingginaya lebih dari 200 meter pada satu sisinya kemudian turun di
sisi lain. Angin Fohn dari puncak gunung sifatnya panas dan kering karena uap air telah dibuang ketika hujan
orografis. Dikarenakan angin fohn sifatnya panas dan kering, sehingga bisa meruksan dan menimbulkan
korban. Jika tumbuhan terkena angin ini maka akan mati dan jika manusia yang terkena angin ini maka daya
tahan tubuhnya akan menurun dan akan lebih mudah terserang penyakit.

 Angin Lembah Dan Angin Gunung

Angin lembah yaitu angin yang tiupannya dari lembah menuju puncak gunung. Angin lembah terjadi di siang
hari. Angin gunung yaitu angin yang tiupannya dari arah puncak gunung menuju arah lembah. Angin gunung
terjadi di malam hari

 Angin Darat

Angin darat atau lan breeze yaitu angin yang tiupannya dari daratan menuju arah lautan. Angin darat terjadi
pada pesisir dan dimalam hari yakni sekitar pukul 20.00 sampai 06.00. Di malam hari daratan akan dingin
sehingga lebih cepat daripada lautan karena kapasitas panas di tanah lebih rendah daripada air,
mengakibatkan perbedaan suhu itu menyebabkan terjadi angin laut lama kelamaan hilang dan sebaliknya
muncul perbedaan tekanan udara yang berlawanan karena tekana udara di atas laut panas menjadi lebih
rendah dibanding daratan. Angin darat digunakan para nelayana untuk berangkat melaut mencari ikan.

 Angin Laut

Angin laut atau sea breeze yaitu angin yang tiupannya dari arah laut menuju darat. Seringkali angin laut
terjadi di siang hari pada pesisir pantai sekitar pukul 09.00 sampai 16.00. Di saat angin laut terjadi air
mempunyai kapasitas panas yang lebih besar dari daratan disebabkan sinar matahari memanasi laut lebih
lambat dari daratan. Akibat konduksi, siang hari suhu udara pada daratan meningkat maka udara diatas
daratan juga meningkat. Tekanan udara di atas daratan lebih rendah karena panas sedangkan tekanan udara
di lautan lebih tinggi karena lebih dingin. Mengakibatkan terjadi gradien tekanan dari lautan yang lebih tingi
menuju daratan yang lebih rendah. Angin ini seringkali digunakan oleh para nelayan untuk pulang menuju
daratan sesudah menangkap ikan di laut.

 Angin Dingin

Angin yang bersifat dingin, jenis-jenis angin ini yaitu: (1) Angin mistral, yang berasal dari pegunungan menuju
ke dataran rendah di pantai. Contoh: angin yang bertiup di pantai laut tengah, yaitu selatan Perancis. (2)
Angin bora, yang bertiup di daerah balkan. Angin ini turun dari dataran tinggi Balkan ke pantai Istria dan
Albania.

 Angin Siklon Dan Angin Antisiklon


Angin siklon dan angin antisiklon, angin siklon yaitu angin yang berhembus menuju tekanan udara yang
minimum, dibelahan bumi utara yang bergerak dengan arah berlawanan jarum jam dan belahan bumi selatan
bergerak dengan searah jarum jam.

Angin antisiklon yaitu angin yang meninggalkan daerah bertekanan maksimum, di belahan bumu utara
bergerak dengan arah searah jarum jam dan di belahan bumi selatan bergerak dengan arah berlawanan
dengan jarum jam. Angin siklon mempunyai kecepatan yang sangat kuat sehingga sifatnya merusak, berbeda
dengan angin antisiklon yang daerahnya berangin antisiklon cerah dan tidak berawan.

PEMBAGIAN IKLIM DI DUNIA

Iklim merupakan gambaran kondisi cuaca yang ada di setiap wilayah tertentu. Kondisi ini dipengaruhi dengan
banyak atau sedikitnya sinar matahari yang menyinari di wilayah tersebut, sehingga sering disebut iklim
matahari.

Pembagian iklim juga ditentukan garis lintang di setiap wilayah. Jika garis lintangnya kecil, sinar matahari
yang diterima justru semakin banyak. Sedangkan wilayah yang memiliki garis lintang besar, maka wilayah
tersebut hanya sedikit menerima cahaya matahari.

Karea perbedaan itu, iklim di dunia terbagi ke dalam empat kategori. Apa saja? Simak penjelasannya berikut
ini.

Iklim Tropis

Iklim tropis ditemukan di daerah yang terletak di garis khatulistiwa. Posisinya antara 23,5 derajat LU - 23,5
derajat LS.

Ilustrasi iklim tropis. Foto: iStock

Daerah yang berada di wilayah iklim tropis hanya memiliki dua musim, hujan dan kemarau. Beberapa contoh
wilayah yang memiliki iklim tropis antara lain, Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia), Asia Selatan (India,
Srilanka), Asia Timur (Hongkong, Taiwan), dan Asia Barat (Arab Saudi, Yaman).

Iklim Subtropis
Iklim subtropis terletak di antara 23,5 derajat LU – 40 derajat LU dan 23,5 derajat LS – 40 derajat LS. Wilayah
di daerah ini biasanya memiliki musim yang lebih beragam dari iklim tropis, yaitu musim dingin, semi, panas,
dan salju. Contoh negara yang beriklim subtropis adalah China, Jepang, Korea Selatan, dan Selandia Baru.

Iklim Sedang

Diketahui, iklim sedang berada di antara garis 40 derajat sampai 60 derajat LU dan LS. Hal ini membuat iklim
sedang memiliki tekanan udara dan arah angin bertiup yang berubah-ubah atau tak menentu, serta sering
terjadi badai secara tiba-tiba.

Beberapa negara yang termasuk iklim sedang kebanyakan di bagian Eropa. Di antaranya adalah Mongolia,
Inggris, Irlandia, Perancis, Jerman, Denmark, Italia, Rumania, Ukraina, dan lain-lain.

Iklim Dingin atau Kutub

Pembagian Iklim di Dunia yang Wajib Diketahui (1)

Ilustrasi kutub utara.

Iklim dingin atau kutub terletak di antara 60,5 derajat LU – 90 derajat LU dan 60,5 derajat LS – 90 derajat LS.
Suhu daerah yang memiliki iklim ini biasanya lebih sejuk meski sedang dalam musim panas.

Beberapa negara yang diketahui beriklim dingin adalah Denmark, Swedia, Norwegia, Finlandia, Rusia bagian
utara, Eslandia, Kanada, dan Alaska.
OSEANOGRAFI

Samudra

Samudra adalah kumpulan air yang sangat banyak, menutupi hampir 71 persen Bumi dan memisahkan
benua. Jutaan tahun yang lalu ketika Bumi mendingin, uap air di atmosfer mengembun membentuk air.
Air yang terbentuk lalu terkumpul di sebuah cekungan yang besar dan dalam.

Terbentuklah samudera. Air yang berada di daratan mengalir ke samudera melalui sungai. Air tersebut
membawa bahan-bahan mineral yang membuat air menjadi asin.Samudera di Bumi memengaruhi iklim
Bumi.Samudera juga menyediakan makanan bagi manusia karena merupakan tempat berbagai
tumbuhan, ikan, dan makhluk hidup lainnya.

Pengertian Samudra Menurut Para Ahli

Menurut Vega

Samudra vega ialah lautam luas dan dalam yang memisahkan berbagai benua di muka bumi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “KBBI”

Samudra menurut KBBI ialah lautan besar atau lautan raksasa.

Proses Terbentuknya Samudra

Proses terbentuknya samudra berhubungan erat dengan proses terbentuknya bumi. Untuk menjelaskan
proses terbentuknya bumi, kita akan menggunakan teori lempeng tektonik. Teori ini terjadi karena sifat
dari lapisan kerak bumi. Seperti yang kita ketahui, lapisan kerak bumi ialah lapisan bumi yang paling luar,
lapisan ini agak padat dan keras. Di bawahnya ada lapisan astenosfer yang kental dan liat. Lapisan yang
lebih dalam dari lapisan bumi tentu memiliki suhu yang lebih tinggi dari pada lapisan diatasnya.

Suhu lapisan yang lebih panas akan pindah ke lapisan yang lebih tinggi. Terjadilah perpindahan panas
secara konveksi sehingga astenosfer bergerak sepertu pergerakan air mendidih, akibatnya lapisan kerak
bumi di atasnya terpecah-pecah dan membentuk lempengan.

Terbentuknya samudra di bumi diperkirakan terjadi sekitar 4,4 miliar tahun yang lalu. Pada saat itu
terjadi perubahan bentuk permukaan bumi akibat letusan gunung berapi. Akibatnya bumi ditutupi oleh
debu-debu vulkanik, debu ini menghalangi sinar matahari masuk ke bumi sehingga uap air yang
menumpuk di atmosfer terkondensasi sehingga terjadilah hujan. Karena berubahnya bentuk permukaan
bumi, maka hujan pun mengisi cekungan-cekungan yang ada di bumi sehingga terbentuklah samudra.

Pada awalnya air samudra sangat asam dengan suhu berkisar 100 derajat celcius, hal ini terjadi karena
kondisi bumi yang sangat panas dan atmosfer bumi yang diselimuti karbon dioksida. Selain itu pada saat
itu juga sering terjadi tsunami akibat jatuhnya asteroid ke bumi. Pasang surut air samudra juga terlalu
cepat terjadi karena jarak bumi yang terlalu dekat dengan bulan.

Seiring berjalannya waktu jumlah karbon dioksida di atsmosfer bumi mulai berkurang karena larut
dalam air samudra dan bereaksi dengan ion karbonat sehingga membentuk kalsium karbonat. Langit
mulai berwarna cerah dan sinar matahari kembali masuk ke bumi. Volume air samudra mulai mengalami
penyusutan. Setelah itu, pelapukan batu terjadi secara terus-menerus dan terbawa ke samudra karena
adanya air hujan, akibatnya air samudra menjadi asin.

Jenis-Jenis Samudra

Berikut ini terdapat beberapa jenis-jenis samudra, terdiri atas:

Samudra Pasifik

Samudra pasifik ialah samudra yang paling luas apabila dibandingkan dengan keempat samudra lainnya.
Luasnya sekitar 179.700.000 km persegi. Samudra pasifik membentang di belahan bumi utara dan
selatan sehingga samudra ini terbagi menjadi dua bagian yaitu samudra pasifik utara dan samudra
pasifik selatan.

Karakteristik Samudra Pasifik

Adapun karakteristik dari samudra pasifik adalah sebagai berikut:

 Dibatasi oleh benua dan kepulauan


 Di sebelah timur dibatasi oleh benua Amerika Utara dan Amerika Selatan
 Di sebelah barat terbentang benua Asia dan benua Australia
 Di sebelah utara berbatasan dengan samudra arktrik
 Di sebelah selatan berbatasan dengan samudra Antartika

Terdapat lebih dari 25.000 kepulauan

Rata-rata kedalaman lautan di samudra pasifik mencapai 4270 meter

Lautan yang termasuk wilayah samudra pasifik ialah laut sulawesi, laut jepang, laut china selatan, laut
sulu, laut tasmanian dan selat malaka.

Samudra pasifik dilalui jalur pegunungan muda sirkum pasifik

Termasuk pusat gempa vulkanik

Samudra Atlantik

Samudra Atlantik adalah samudra terbesar kedua di dunia, meliputi sekitar 1/5 permukaan Bumi. Kata
Atlantik berasal dari mitologi Yunani yang berarti “Laut Atlas”. Samudra ini berbentuk huruf S,
memanjang dari belahan bumi utara ke belahan bumi selatan, terbagi dua oleh garis khatulistiwa
menjadi Atlantik Utara dan Atlantik Selatan. Dibatasi oleh Amerika Utara dan Amerika Selatan di bagian
barat samudera dan Eropa dan Afrika di bagian timur samudra. Samudra Atlantik berhubungan dengan
Samudra Pasifik, di bagian utara bumi melalui Samudra Arktik dan di bagian selatan bumi melalui
Lintasan Drake. Hubungan buatan manusia antara Samudra Atlantik dengan Samudra Pasifik dibuat
melalui Terusan Panama. Batas antara Samudra Atlantik dengan Samudera Hindia di bagian timur,
dibatasi pada garis 20° Bujur Timur. Batas antara Samudra Atlantik dengan Samudra Arktik adalah garis
dari Greenland ke Svalbard di sebelah utara Norwegia. Samudra Atlantik seperti terlihat dari pesisir
barat Irlandia pada hari yang cerah. Mencakupi sekitar 20% permukaan Bumi, Samudra Atlantik berada
di urutan kedua terbesar dalam segi ukurannya setelah Samudra Pasifik. Bersama dengan lautan di
sekitarnya ia mempunyai luas sebesar 106.450.000 km²; jika lautan di sekitarnya tidak dihitung, luasnya
82.362.000 km². Jumlah wilayah yang mengalir ke Samudra Atlantik lebih besar empat kali daripada
Samudra Pasifik maupun Samudra Hindia. Volume Samudra Atlantik dengan lautan sekitarnya adalah
354.700.000 km³ dan tanpanya adalah 323.600.000 km³. Kedalaman rata-rata Samudra Atlantik, dengan
lautan di sekitarnya adalah 3.332 m (10.932 kaki); tanpanya adalah 3.926 m (12.877 kaki). Kedalaman
terbesar, 8.605 m (28.232 kaki), berada di Palung Puerto Riko. Lebar Samudra Atlantik beragam, dari
2.848 km (1.769 mil) di antara Brasil dan Liberia hingga sekitar 4.830 km (3.000 mil) antara Amerika
Serikat dan sebelah utara Afrika.

Samudra Atlantik mempunyai pesisir pantai yang tak beraturan (ireguler) yang dibatasi berbagai teluk
dan lautan, termasuk Laut Karibia, Teluk Meksiko, Teluk St. Lawrence, Laut Mediterania, Laut Hitam,
Laut Utara, Laut Baltik, dan Laut Norwegia-Greenland. Pulau-pulau di Samudra Atlantik termasuk
Svalbard, Greenland, Islandia, Rockall, Britania Raya, Irlandia, Fernando de Noronha, Azores, Kepulauan
Madeira, Kepulauan Canary, Tanjung Verde, Bermuda, Hindia Barat, Ascension, St. Helena, Tristan da
Cunha, Kepulauan Falkland, dan Georgia Selatan dan Kepulauan Sandwich Selatan.
Karakteristik Samudra Atlantik

Adapaun karakteristik dari samudra atlantik adalah sebagai berikut:

 Di sebelah timur, terbentang kawasan Eropa dan benua Afrika


 Di sebelah barat, terbentang kawasan Amerika Utara dan Amerika Selatan
 Terdampar banyak pulau besar dan pulau kecil
 Jumlah aliran yang masuk ke Samudra Atlantik lebih besar dari pada samudra lain
 Rata-rata kedalaman lautan di samudra ini adalah 3332 meter

Samudra Hindia

Samudra Hindia adalah samudra terbesar ketiga di dunia, meliputi hampir 20% permukaan air bumi.
Samudra ini dipisahkan dengan Samudra Atlantik pada 20°timur meridian serta dipisahkan dengan
Samudra Pasifik dengan 147°timur meridian. Luas total samudra ini 68.556 juta km2. Samudra Hindia
meliputi Laut Andaman, Laut Arab, Teluk Bengala, Teluk Perna, Selat Malaka, Teluk Oman, Teluk Aden,
dan Great Australian Bight.

Karakteristik Samudra Hindia

Adapun karakteristik samudra hindia adalah sebagai berikut:

 Kedalaman lautnya sekitar 3690 meter


 Banyak ditemukan lubuk laut atau cekungan
 Pada bagian barat samudra ini, ada pulau Madagaskar
 Di sebelah timurnya ada pulau Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara
 Di sebelah utara ada pulau Srilanka dan Maladewa
 Batas-Batas Samudra Hindia
 Batas-batas Samudra Hindia adalah sebagai berikut.

 Sebelah utara: kawasan Asia Selatan


 Sebelah selatan: Laut Antartika
 Sebelah barat: Jazirah Arab dan Afrika
 Sebelah timur: Semenanjung Malaka, Kepulauan Indonesia dan Australia.

Samudra Arktik

Samudra Arktik, berlokasi di belahan utara bumi dan kebanyakan berada di wilayah Arktik Kutub Utara,
adalah samudra terkecil dan terdangkal di antara lima samudra di dunia. Meskipun Organisasi
Hidrografik Internasional (IHO) menganggapnya sebagai samudra, para ahli samudra menyebutnya Laut
Mediteranian Arktik atau Laut Arktik, mengklasifikasikannya sebagai satu dari Laut Mediteranian yang
tergabung dalam Samudra Atlantik.

Banyak bagian dari samudra Arktik yang tertutup oleh es, baik pada musim dingin atau sepanjang tahun.
Suhu dan kadar garam di samudra Arktik bervariasi tergantung musim tergantung dari es yang
menutupinya sedang mencair atau meleleh; kadar garamnya adalah yang terendah dari rata-rata lima
samudra lainnya, dikarenakan rendahnya penguapan, juga dikarenakan terbatasnya keluarnya air dari
samudra ke daerah sekitarnya dengan masukan air tawar ke samudra dalam jumlah yang besar. Jumlah
es-es yang mencair pada musim panas mencapai 50%.

Geografi

Samudra Arktik mengisi sebuah basin bundar dan memiliki luas sekitar 14.056.000 kilometer persegi,
hanya kurang sedikit dari 1.5 kali luas Amerika Serikat. Panjang garis pantainya adalah 45.389 kilometer.
Hampir dikelilingi oleh daratan sepenuhnya, Samudra Arktik mencakup Tanjung Baffin, Laut Barents,
Laut Beaufort, Laut Chukchi, Laut Siberia Timur, Laut Greenland, Tanjung Hudson, Teluk Hudson, Laut
Kara, Laut Laptev, Laut Putih dan badan-badan air lainnya. Terhubung dengan Samudra Pasifik oleh
Teluk Bering dan ke Samudra Atlantik melalui Laut Greenland dan Laut Labrador. Letak geografisnya
adalah 90°00′ LU 0°00′ BT.

Sebuah palung samudra, Palung Lomonosov, membagi Samudra Arktik yang mengisi basin Kutub Utara
menjadi dua basin: Eurasia, atau Nansen, Basin, (dinamakan setelah Fridtjof Nansen) yang dimana
kedalamannya 4.000 dan 4.500 meter, dan Amerika Utara, atau Hyperborean, Basin, yang
kedalamannya sekitar 4.000 meter.

Bathymetry dari dasar samudra ditandai dengan fault-block ridge (seperti bukit), plains of the abyssal
zone (seperti kawasan berlubang-lubang), laut-laut dalam, dan basin-basin. Rata-rata kedalaman
Samudra Arktik adalah 1.038 meter. Titik terdalamnya terdapat di Basin Eurasia yaitu 5.450 meter.

Samudra Arktik terdiri atas sebuah chokepoint (aliran air yang sempit karena diapit oleh dua daratan)
utama di selatan Laut Chukchi yang menyediakan akses utara ke Samudra Pasifik melalui Teluk Bering
antara Amerika Utara dan Rusia. Samudra Arktik juga menyediakan link (penghubung) laut terpendek
antara barat dan timur Rusia yang ekstrim. Ada beberapa stasiun penelitian terapung di Arktik,
dioperasikan oleh Amerika Serikat dan Rusia.

Masukan air terbesar berasal dari Atlantik melalui jalur Aliran Norwegia, yang kemudian mengalir
sepanjang pantai Eurasia. Air juga masuk dari Pasifik melalui Teluk Bering. Aliran Greenland Timur
membawa sebagian besar air yang keluar. Es menutupi sebgaian besar samudra sepanjang tahun,
menyebabkan suhu yang mendekati beku sepanjang waktu.

Arktik adalah sumber udara dingin yang bergerak ke arah ekuator, bertemu dengan udara hangat di
garis lintang bagian tengah dan menyebabkan hujan dan salju. Kehidupan laut banyak terdapat di
daerah terbuka, khususnya daerah yang lebih dekat dengan air di sebelah selatan. Pelabuhan-pelabuhan
utama di Samudra Arktik adalah (Rusia) Murmansk dan Arkhangelsk, (Canada) Churchill, Manitoba dan
(A.S.)Prudhoe Bay, Alaska.

Iklim

[[Berkas:SeaIce 2002-05 cmp 1979-2000.png|thumb|200px|Berkurangnya es dimusim panas dari tahun


1979-2000 hingga 2002-05.[6] Samudra Arktik memiliki iklim kutub yang ditandai dengan dingin
sepanjang tahun dan sempitnya kisaran suhu tahunan.

Musim dingin ditandai dengan gelap yang berkelanjutan, dingin dan kondisi cuaca yang stabil dan langit
yang cerah; musim panas ditandai dengan sinar matahari yang berkelanjutan, lembab dan berkabut dan
angin-angin puyuh lemah dengan hujan dan salju.

Suhu rata-rata adalah -2° celsius.

Pelabuhan-Pelabuhan Utama

Churchill, Manitoba, Kanada

Inuvik, Kanada

Prudhoe Bay, Alaska, Amerika Serikat

Barrow, Alaska, Amerika Serikat

Pevek, Rusia

Tiksi, Rusia

Dikson, Rusia

Dudinka, Rusia

Murmansk, Rusia

Arkhangelsk, Rusia

Kirkenes, Norwegia

Vardø, Norwegia

Longyearbyen, Spitsbergen, Norwegia

Karakteristik Samudra Arktik

Adapun ciri-ciri samudra arktik ialah sebagai berikut:


 Dikelilingi oleh hampir seluruhnya daratan
 Banyak ditemukan pulau dan kepulauan
 Termasuk samudra yang paling dangkal jika dibandingkan dengan samudra lainnya
 Samudra ini mempunyai lapisan es

Samudra Antartika

Samudra Antarktika atau Lautan Selatan adalah massa air laut yang mengelilingi benua Antartika. Ia
merupakan samudra terbesar keempat dan telah disepakati untuk disebut sebagai samudra oleh
Organisasi Hidrografik Internasional (IHO) pada 2000. Sebelum itu, pandangan umum adalah Samudra
Atlantik, Samudra Hindia dan Samudra Pasifik langsung berbatasan dengan bibir pantai Antartika.

Koordinat geografi

Samudra Selatan 65 00 LS, 0 00 BT (secara nominal), tetapi Samudra Selatan mempunyai beda karakter
unik sebagai massa air laut yang besar yang mengelilingi benua Antartika sepenuhnya; samudra ini
terletak antara 60° lintang selatan sampai bibir pantai benua Antartika, dan melingkupi 360° bujur bumi.

Definisi untuk Samudra Selatan masih belum sama sepenuhnya untuk seluruh dunia. Australia
memberikan definisi Samudra Selatan serupa dengan definisi IHO namun memasukkan juga seluruh
massa air laut yang berada di antara pantai selatan Australia, Tasmania dan Selandia Baru sebagai
Samudra Selatan, bukan sebagai Samudra Hindia.

Data

Luas: 20.327.000 km²

Catatan: termasuk Laut Amundsen, Laut Bellingshausen, sebagian dari Drake Passage, Laut Ross,
sebagian kecil dari Laut Scotia, Laut Weddell, dan massa air laut tributer lainnya

Garis pantai: 17.968 km

Iklim

Temperatur air laut bervariasi antara 10 dan -2°C. Badai siklon berjalan dari arah timur mengelilingi
benua dan sering sekali merupakan badai kuat karena adanya perbedaan temperatur yang nyata antara
dataran es dengan laut terbuka. Wilayah samudra dari lintang 40 LS sampai ke Lingkar Antartika
merupakan wilayah dengan kecepatan angin rata-rata paling kuat dibandingkan tempat manapun di
permukaan bumi.
Pada musim dingin, samudra membeku hingga mencapai 65° LS di sektor Pasifik dan sampai 55° LS di
sektor Atlantik, temperatur permukaan turun hingga di bawah 0 °C. Pada beberapa titik di pantai benua,
masih ditemukan daerah bebas es, hal ini disebabkan adanya angin yang kuat yang terus menerus
berhembus dari dalam benua ke arah samudra.

Dataran

Samudra Selatan dalam, rata-rata kedalaman 4.000 – 5.000 m pada hampir semua penjuru samudra,
hanya sedikit tempat yang mempunyai kedalaman yang dangkal. Dangkalan benua Antartika umumnya
sempit dan lebih dalam (400 – 800 m) dibanding rata-rata kedalaman dangkalan di benua lainnya (133
m).

Selimut es Antartika membesar dari minimum 2,6 juta km² pada bulan Maret mencapai 18,8 juta km²
pada bulan September, berarti luasnya meningkat hampir 7 kali lipat. Arus Sirkumpolar Antartika
(sepanjang 21.000 km) bergerak ke arah timur; merupakan arus samudra terbesar di dunia, mengalirkan
130 juta m³ air per detik, berarti 100 kali lipat seluruh aliran air sungai yang ada di dunia.

Karakteristik Samudra Antarktika

Ciri-cirinya antara lain sebagai berikut:

 Tidak mempunyai batas yang jelas sehingga penamaan wilayahnya digabungkan dengan
samudra lain yang ada di sekitarnya
 Wilayahnya diperkirakan antara bibir pantai benua Antartika hingga batas 60 derajat lintang
selatan mengelilingi seluruh daratan Antartika
 Luasnya sekitar 20.327.000 km persegi
 Samudra ini tertutup lapisan es sepanjang tahunnya.
 Jenis-jenis Gelombang Menurut Penyebabnya : Seiche, Wind Generated Wave, Internal Wave, dan
Storm Surge

Gelombang dapat terjadi karena berbagai sebab alamiah. Berdasarkan faktor yang menyebabkan timbulnya
gelombang dan karakter gelombang yang terjadi, gelombang dapat dibedakan menjadi beberapa macam.
Berikut ini akan diuraikan secara singkat mengenai macam-macam gelombang tersebut.

1. Gelombang karena tiupan angin (wind-generated wave)

Gelombang ini terjadi di permukaan laut karena angin yang bertiup di atas permukaan laut. Bila angin bertiup
melintasi permukaan laut, maka akan terjadi transfer energi dari angin ke laut, dan di bidang antar-mukanya
(interface, permukaan laut) terjadi gelombang. Ada hubungan antara kecepatan angin dengan energi
gelombang, panjang gelombang, tinggi gelombang, dan periode gelombang. Di perairan dalam faktor lain
yang berpengaruh terhadap gelombang adalah konstansi tiupan angin (wind constancy) dan lama tiupan
angin (wind duration). Tabel 1 memperlihatkan hubungan antara kecepatan angin dan panjang fetch dengan
berbagai parameter gelombang.

Jenis-jenis Gelombang Menurut Penyebabnya : Seiche, Wind Generated Wave, Internal Wave, dan Storm
Surge

Gambar 1. Gelombang samudera karena tiupan angin badai. Pada dasarnya badai bertiup melingkar, dan
gelombang sesungguhnya bergerak menjauhi pusat lingkaran angin ke segala arah. Gambar di atas hanya
menggambarkan pembentukan gelombang pada satu arah. Garis putus-putus adalah batas relatif dari sistem
angin. Dikutip dari Ingmanson dan Wallace (1985) dengan modifikasi.

Dari tabel tersebut terlihat bahwa angin dengan kecepatan tertentu dapat menghasilkan gelombang dengan
ketinggian dan periode yang lebih tinggi bila fetch diperpanjang. Selanjutnya, bila bila angin yang bertiup di
atas permukaan laut tidak memenuhi waktu minimum, maka ketinggian dan periode gelombang optimum
tidak akan tercapai.
Tabel 1. Waktu minimum dan kondisi yang diperlukan untuk menghasilkan karakteristik yang optimum
gelombang. Dikutip dari Swan, (1983).

Gambaran mekanisme terjadinya gelombang karena tiupan angin diberikan oleh Ingmanson dan Wallace
(1985) di atas (Gambar 1). Bayangkan suatu permukaan laut yang licin tanpa angin dan tanpa gelombang
sama sekali. Selanjutnya bayangkan angin secara bertahap bertiup menggerakkan permukaan air. Angin yang
bertiup (breeze) dengan kecepatan 0,5 knot dapat menimbulkan riak (ripples, rippel) dipermukaan laut.
Rippel terbentuk sebagai respon permukaan laut atas variasi tekanan angin yang bergerak dipermukaan laut
dan respon atas gaya gesekan yang timbul dari angin terhadap permukaan laut. Rippel menyebabkan makin
banyak bagian permukaan laut yang terbuka terhadap tiupan angin, dan kemudian gesekan dan tekanan
secara bertahap meningkatkan ukuran rippel menjadi gelombang kecil.

Permukan laut menjadi berombak (choppy) dengan gelombang bergerak secara garis besar dalam arah yang
sesuai dengan tiupan angin. Biola kecepatan angin meningkat, maka tinggi gelombang rata-ratapun juga
meningkat. Selanjutnya, lamanya angin bertiup serta panjang lintasan angin (fetch) mempengaruhi ukuran
gelombang. Kemudian, bila tiupan angin berhenti atau gelombang keluar dari sistem tiupan angin (storm
system), maka gelombang berubah menjadi alun (swell). Alun terus bergerak, dan bila mencapai pantai akan
mengalami perubahan dan menjadi gelombang pecah seperti yang telah diuraikan sebelumnya di depan.

2. Gelombang internal (internal wave)

Gelombang ini terjadi di dalam laut, terjadi di antara dua massa air laut yang berbeda densitasnya. Kehadiran
gelombang ini tidak terlihat langsung secara visual di permukaan laut. Kehadirannya dapat diketahui dari
pengamatan secara sistimatis terhadap berbagai parameter air laut – seperti temperatur, salinitas dan
densitas; atau gerakan perlahan dari “slick” di permukaan laut. Slick tersebut dapat tersusun oleh plankton,
sedimen berbutir halus, atau air permukaan laut yang tercemar.

3. Gelombang Badai (storm surge atau storm wave)

Gelombang ini terjadi karena tiupan angin badai. Fenomena gelombang ini umum terjadi di daerah Subtropis
dimana badai sering terjadi. Di daerah pesisir, gelombang ini dapat menyebabkan air laut naik ke daratan,
dan menimbulkan kerusakan.
4. Seiche

Femomena seiche adalah fenomena gelombang stasioner, yaitu gelombang yang tidak memperlihatkan
gerakan maju dari bentuk gelombang yang terjadi. Pada gelombang jenis ini, di tempat-tempat tertentu,
permukaan air akan tetap stasioner sementara permukaan air yang lainnya bergerak naik turun (Gambar 2).
Gelombang ini umumnya terjadi di perairan tertutup, seperti danau; atau perairan semi tertutup, seperti
teluk. Di danau, seiche terjadi karena tiupan angin badai, atau perubahan tekanan udara (atmosfir) yang
cepat. Di daerah teluk, seiche dapat terjadi karena pasang surut atau tsunami.

Di danau, periode dominan dari gelombang seiche dapat dihitung sebagai lebar danau dengan jarak L. Bila
kita memandang tinggi air maksimum sebagai puncak gelombang seiche, maka gelombang harus berjalan
sejauh 2L sebelum puncak berikutnya terlihat. Selanjutnya, karena sebagian besar danau lebih dimensi
lebarnya lebih besar daripada dalamnya, maka seiche merupakan gelombang perairan dangkal yang
merambat dengan kecepatan √(gH). Dengan demikian periode gelombang seiche adalah:

Jenis-jenis Gelombang Menurut Penyebabnya : Seiche, Wind Generated Wave, Internal Wave, dan Storm
Surge

Rumus tersebut dikenal sebagai Formula Merian (Beer, 1997).

Jenis-jenis Gelombang Menurut Penyebabnya : Seiche, Wind Generated Wave, Internal Wave, dan Storm
Surge

Gambar 2. Dua macam pola fenomena seiche. Dari Ingmanson dan Wallace (1973).

5. Gelombang karena longsoran (landslide surge atau landslide wave)

Gelombang jenis ini terjadi karena batuan atau es yang dalam jumlah besar longsor dan masuk ke laut.
 Klasifikasi Gelombang Laut Berdasarkan Periode

gelombang laut berdasarkan periode

Gelombang laut merupakan salah satu sifat fisis yang bisa menggambarkan karakteristik dari suatu perairan.
Gelombang laut terjadi akibat adanya gangguan pada lapisan batas antara perairan dan atmosfer. Umumnya
gelombang dibangkitkan oleh tiupan angin sehingga air di permukaan laut mengalami osilasi atau gerakan
naik-turun. Faktor pembangkit yang beragam serta kondisi perairan yang berbeda-beda membuat gelombang
dapat diklasifikasikan dalam berbagai parameter. Salah satu klasifikasi gelombang laut yang paling intuitif dan
sering digunakan adalah klasifikasi gelombang laut berdasarkan periode gelombang atau berkaitan dengan
panjang gelombangnya.

Klasifikasi gelombang laut berdasarkan periode

Periode pada gelombang merupakan waktu yang dibutuhkan untuk membentuk satu buah gelombang (satu
puncak, satu lembah). Sedangkan panjang gelombang adalah jarak yang ditempuh untuk membentuk satu
gelombang. Berikut adalah klasifikasi gelombang laut berdasarkan periode.

gelombang laut berdasarkan periode

Klasifikasi gelombang laut berdasarkan periode (Holthuijsen, 2007)

Gelombang kapiler

Gelombang kapiler adalah gelombang laut yang memiliki periode paling pendek. Gelombang ini muncul
pertama kali ketika angin mulai berhembus dengan kecepatan sekitar 3 m/detik. Angin tersebut mampu
membangkitkan riak-riak kecil dengan panjang gelombang kurang dari 1,5 cm dan periode gelombangnya
tidak lebih dari 0,1 detik. Pergerakan dari gelombang kapiler ini didominasi oleh gaya tegangan permukaan.
Gelombang gravitasi

Ketika angin terus menerus berhembus, gelombang yang terbentuk akan semakin panjang. Jika panjang
gelombang telah lebih dari 1,5 m dan periodenya lebih besar dari 1 detik, maka tegangan permukaan dapat
diabaikan. Maka dari itu gaya gravitasi menjadi satu-satunya mekanisme pemulihan pada gelombang ini.
Gelombang gravitasi memiliki cakupan periode antara 1 – 25 detik dan panjang gelombang bervariasi antara
900 – 1,5 m. Gelombang gravitasi dibagi menjadi dua yaitu gelombang angin (wind sea/seas) dan gelombang
alun (swell).

Gelombang angin (wind sea/seas)

Dipengaruhi oleh angin lokal, gelombang-gelombang terbentuk dengan beragam periode, fase dan arah
penjalarannya. Hal tersebut membentuk sebuah bidang gelombang yang memiliki pola tidak beraturan.
Gelombang tersebut disebut dengan gelombang angin.

Gelombang alun (swell)

Gelombang alun atau swell merupakan gelombang yang sudah keluar dari bidang gelombang yang
dipengaruhi oleh angin sehingga gelombang akan bergerak lebih cepat daripada angin. Hal tersebut
menyebabkan kecuraman puncak gelombang akan berkurang dan panjang gelombangnya akan bertambah.
Ciri-ciri dari swell adalah gelombangnya yang beraturan dan simetris.

Gelombang infragravitasi (infra-gravity waves)

Gelombang infragravitasi ini merupakan hasil pembangkitan gelombang laut dari angin dan perbedaan
tekanan atmosfer. Periode dari gelombang ini berkisar antara 20 detik hingga 5 menit. Interaksi non linier
antara komponen gelombang mengubah energi yang berkaitan dengan gelombang gravitasi menjadi
subharmonik.

Gelombang periode panjang

Seperti namanya, gelombang periode panjang didefinisikan sebagai gelombang laut yang memiliki periode
lebih dari 5 menit. Faktor pembangkit dari gelombang periode panjang berbeda-beda, yaitu dapat dari
gelombang laut sendiri, gempa bumi atau kondisi meteorologis (atmosfer). Gelombang panjang yang
dibangkitkan oleh kondisi meteorologis adalah seiches dan storm surge, sedangkan yang dibangkitkan oleh
gempa bumi yaitu tsunami.
Pasang Surut

Pasang surut adalah gerakan naik turun permukaan laut akibat gaya gravitasi Bumi, Bulan dan Matahari.
Pasang surut memiliki periode 12 jam (semidiurnal) dan 24 jam (diurnal). Periodenya yang cukup panjang
membuat kita tidak bisa melihat wujud gelombangnya secara langsung. Namun, jika kita melakukan
pengukuran di lapangan selama satu hari, kita akan bisa melihat wujud gelombang dalam grafik hasil
pengukuran muka air laut.

 Pasang Surut Air Laut

Pasang surut air laut merupakan fenomena naik atau turunnya ketinggian permukaan air laut secara berkala.
Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti efek sentrifugal rotasi bumi dan faktor gravitasi benda-
benda langit (matahari, bulan, dsb). Namun secara umum kita dapat membedakkan pasang menjadi dua
yaitu: pasang purnama dan pasang perbani.

Pada pasang purnama, faktor yang paling dominan bekerja adalah gaya gravitasi bulan. Besarnya dua kali
lipat gaya gravitasi yang disebabkan oleh matahari. Hal ini dikarenakan posisi bulan yang lebih dekat dengan
bumi. Gaya gravitasi menyebabkan tarikan air laut ke arah bulan dan matahari sehingga menghasilkan dua
tonjolan keluar (bulge) air laut. Terdapat dua jenis pasang yaitu pasang purnama (spring tide) dan pasang
perbani (neap tide). Berikut merupakan ilustrasi fenomena pasang laut purnama

Terlihat dari gambar fenomena air laut pasang purnama terjadi dua kali dalam sebulan yaitu saat bulan baru
(new moon) dan bulan purnama (full moon). Hal ini terjadi saat matahari, bumi dan bulan berada pada satu
garis lurus. Pada saat ini permukaan air laut pada daerah yang mengalami purnama akan pasang pada titik
tertinggi (titik A dan B), dan daerah yang tidak mengalami purnama akan surut pada titik terendah (titik C dan
D).
Sedangkan pada pasang perbani (neap tide) terjadi saat bumi, bulan dan Matahari membentuk sudut tegak
lurus satu sama lain. Pada saat ini permukaan air laut mengalami pasang naik yang tidak terlalu tinggi (titik A
dan B) dan surut yang tidak terlalu rendah (titik C dan D). Pasang laut perbani ini terjadi pada saat bulan
kuarter pertama dan kuarter ketiga. Berikut merupakan ilustrasi fenomena pasang laut perbani

 Longshore dan rip current

Longshore current adalah arus sejajar pantai yang bergerak menyusuri pantai. Arus ini terbentuk ketika angin
yang berhembus sejajar dengan garis pantai atau membentuk sudut kecil dengan garis pantai.
Rip current adalah arus balik yang terbentuk akibat arus datang tegak lurus garis pantai dan menemui garis
pantai yang melengkung. Arus ini dapat menyeret seseorang yang sedang berenang ke tengah laut. Jika anda
terjebak dalam arus ini usahakan tetap tenang dan jangan berenang melawan arus. Ikuti saja arus tersebut
dan ketika sudah melemah segera berenang ke pinggir pantai dengan jalan memutar.

Rip current biasanya ditandai dengan adanya jeda diantara barisan gelombang pecah. Jadi waspadalah saat
berenang di zona tersebut.

TERBENTUKNYA ARUS TRUBIDIT

Lingkungan dasar laut merupakan daerah dengan perubahan yang konstan dengan sedimen didorong oleh
arus dan gelombang. Tapi pergerakan pasir dan lumpur di dasar laut tidak selalu lambat. Di beberapa lokasi
seperti landas konitnen dan lereng, tanah longsor dapat tercipta mengalirkan jutaan ton sedimen runtuhan
ke dasar laut dalam. Inilah yang dinamakan Arus Turbidit.

Cara termudah untuk menggambarkan arus turbidit di bawah laut adalah dengan membayangkan
gumpalan salju dan es yang jatuh menuruni lereng pegunungan Alpen. Arus turbidit dapat digambarkan
seperti longsoran salju tapi arus di dasar samudera ini terdiri dari akumulasi sedimen.
Ketika longsor dasar laut terbentuk, beberapa sedimen dasar laut terangkut oleh longsoran. Arus sedimen
bergerak menuruni lereng dasar samudera menciptakan suatu cekungan aliran seperti jurang.

Terbentuknya Arus Trubidit

Arus Turbidit

penyebab

Ada banyak peristiwa yang dapat memicu terjadinya arus turbidit. Di sekitar kepulauan Canary, banyak kasus
arus turbidit di masa lampau terjadi karena adanya longsor di sepanjang sisi-sisi pulau. Batuan dan debris
jatuh ke dalam air bersama pasir dan lumpur menuruni landas kontinen menuju dataran abisal.

Pemicu lainnya adalah akitifitas gunung api, gempa bumi dan pelepasan gas dari deposit hidrokarbon di dasar
laut. Bahkan sejenis penumpukan sedimen di tepi pulau dapat memicu arus turbidit.

Arus Turbidit merupakan hasil dari lereng yang tidak stabil oleh adanya gangguan. Baca juga: Ciri dan sebaran
tanah di Indonesia

Apa yang terjadi pada sedimen Turbidit?

Selama arus ini terjadi, didalamnya tidak memiliki energi yang cukup untuk membawa semua sedimen jadi
partikel mulai terlepas dari aliran dan membentuk deposit pasir dan lumpur di dasar laut yang dikenal
sebagai Deposit Turbidit. Deposit ini sangat khas dan sangat berbeda dibandingkan dengan sedimen lumpur
dasar laut.

Saat sedimen turbidit diendapkan, mereka biasanya menunjukkan urutan khas berupa lapisan yang
menunjukkan bagaimana arus turbidit melambat dan kehilangan energi. Dalam urutan sempurna, lapisan
pertama terdiri butiran kasar sementara itu dibawahnya semakin halus.
Arus turbidit dapat mengalir lambat atau cepat. Arus yang bergerak cepat dapat merusak sturktur yang
dibangun di dasar laut seperti kabel komunikasi dasar laut. Ilmuwan saat ini tengah menciptakan miniatur
proses arus turbidit di laboratorium untuk melihat gambaran tentang kekuatan yang dapat memicu
terbentuk arus ini.
PENGARUH LAUT TERHADAP IKLIM DAN GEJALA YANG DITIMBULKAN

Laut merupakan salah satu bentuk permukaan Bumi yang berupa perairan. Lebih dari dua per tiga permukaan
Bumi ini ditutupi oleh samudera dan juga lautan. Oleh karena luasnya yang sedemikian besar, maka banyak
sedikit laut turut andil dalam menentukan iklim di suatu wilayah. Coba kita perhatikan, negara- negara yang
berbentuk kepulauan dengan luas wilayah lautnya lebih besar daripada daratan dengan negara yang tidak
memiliki wilayah laut sama sekali. Tentu iklim kedua negara tersebut berbeda bukan? Negara yang tidak
memiliki wilayah laut tentu akan lebih kering, sementara negara yang memiliki banyak wilayah laut lebih
banyak mendapatkan curah hujan. Maka dari itulah laut akan sangat berpengaruh terhadap iklim di suatu
wilayah.

Selain ilustrasi diatas, kira- kira pengaruh apa lagi ya yang diberikan laut terhadap iklim? Sebenarnya
bagian laut yang banyak memberikan pengaruh terhadap iklim adalah arus laut. Arus laut merupakan
gerakan horizontal atau vertikal dari massa air menuju kestabilan yang terjadi secara terus- menerus. Nah,
kali ini kita akan membahas mengenai apa saja pengaruh arus laut terhadap iklim. Beberapa pengaruh laut
terhadap iklim antara lain sebagai berikut:

Arus laut yang dingin akan menyebabkan penurunan suhu udara di sekitar daratan, sedangkan arus laut
panas akan menaikkan suhu di sekitar daratan. Arus yang mengarah ke wilayah kutub pada umumnya
bersifat lebih panas daripada lingkungan di sekitarnya, sehingga dinamakan arus panas. Sebaliknya, arus yang
menuju ke wilayah equator pada umumnya bersifat lebih dingin daripada lingkungan yang ada di sekitarnya,
sehingga dinamakan arus dingin. Sebagai contoh misalnya Arus Teluk Atlantik Utara mempertahankan suhu
musim dingin di sepanjang pantai di Eropa Barat di atas 0 serajat Celcius. Selain itu pengaruh arus panas
Kuroshiwo pada pantai- pantai yang ada di sekitarnya.

Arus panas pada umumnya mengakibatkan peningkatan curah hujan, karena udara yang berada di atas
lautan banyak membawa uap air. Sebaliknya, arus dingin yang sedikit membawa uap air dan bergerak ke
daerah lebih panas, kelembaban menjadi turun.

Udara yang terbentuk di atas macam- macam arus terkadang dapat bertemu dan sebagian akan
terkondensasi membentuk sebuah kabut.

Nah itulah beberapa pengaruh laut terhadap iklim. Pengaruh iklim ini akan berdampak pada wilayah yang
luas dan bisa saja dialami oleh beberapa negara yang berada di sekitar laut tersebut. Selain beberapa
pengaruh yang telah disebutkan di atas, kaitan laut dengan iklim juga akan menyebabkan suatu fenomena
besar yang kita kenal dengan El Nino dan La Nina. Apa itu El Nino dan La Nina? Mari kita bahas bersama.

a. El Nino, merupakan kejadian dimana suhu laut yang ada di Samudera Pasifik memanas diatas rata-
rata suhu normal.
b. La Nina, merupakan kejadian turunnya suhu air laut di Samudera Pasifik di bawah suhu rata- rata
normal.
c. El Nino dan La Nina merupakan peristiwa global yang terjadi karena beberapa hal. Ada beberapa
penyebab terjadinya El Nino dan La Nina, antara lain sebagai berikut:
Anomali suhu yang mencolok di wilayah perairan Samudera Pasifik

Melemahnya angin pasat di selatan Samudera Pasifik yang menyebabkan pergerakan angin jauh dari normal

Kenaikan daya tampung lapisan atmosfer yang disebabkan oleh pemanasan dari perairan panas yang ada di
bawahnya

Adanya perbedaan arus laut di perairan Samudera Pasifik


GEOGRAFI PEMBANGUNAN

Geografi Pembangunan adalah cabang disiplin ilmu geografi yang mempelajari ataupun mengkaji
keterkaitan antara proses pembangunan suatu wilayah dengan kondisi alam serta penduduk wilayah
tersebut. Geografi pembangunan mempelajari aspek keruangan geografi (alam semesta dengan segala
isinya). Geografi pembangunan diperlukan untuk menyusun rancangan atau perencanaan pembangunan
suatu wilayah. Memperhatikan aspek geografi dalam pembangunan berarti memperhatikan keselarasan
kebijakan mengelola alam dan hubungannya dengan manusia sehingga tidak terjadi kerusakan alam
yang justru merugikan manusia. Lingkungan merupakan salah satu objek kajian utama di geografi Dr.
Luthfi Muta’ali, MT, salah satu ahli Geografi Pembangunan Indonesia.

Cabang geografi ini adalah cabang yang relatif baru. Dikembangkan pada dekade 1980-an oleh para
ilmuwan Eropa, khususnya dari Belanda. Beberapa dekade kemudian disiplin ilmu ini berkembang di
Indonesia. Geografi pembangunan dapat menjelaskan bahwa perencanaan dan pengembangan wilayah
saling berkaitan dengan ilmu-ilmu sosial terutama hal-hal yang berhubungan dengan fenomena sosial
yang terjadi di masyarakat, sehingga sangat bersinggungan dengan konsep-konsep, dan teori-teori sosial
yang ada.[2]

Peranan geografi dimanfaatkan dalam aspek keruangan dalam suatu wilayah dalam menyusun
rancangan dan perencanaan pembangunan wilayah yang bersangkutan seperti dalam tata guna lahan,
geografi dapat melakukan organisasi keruangan (spatial organization). Data geografi membantu
perencanaan dalam menganalisis persentasi pembagian ruang dalam suatu wilayah seperti berapa
persen untuk pemukiman, industri, perkantoran, lahan konservasi, perkebunan, menganalisis daerah
rawan bencana, dan lain-lain. Selain dapat menganalisis persentasi pembagian ruang dalam suatu
wilayah, data geografi juga dapat digunakan untuk menentukan lokasi ideal untuk pembagian ruang
tersebut.[3]

Lingkup Geografi dalam Pembangunan

Definisi pembangunan dalam geografi adalah usaha untuk memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat
yang dilakukan oleh suatu wilayah tertentu yang memperhatikan segala aspek kehidupan masyarakat.[4]
Ada tiga unsur dalam setiap usaha pembangunan yang saling terkait dan saling mendukung
terlaksananya pembangunan, yaitu:

Manusia,

Sumberdaya alam dan energi,

Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan lingkungan.


Setiap tahap pembangunan bertujuan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Untuk
mencapai tujuan tahapan tersebut, pembangunan memiliki prinsip-prinsip berupa keterkaitan ekologi,
keterkaitan budaya, memperhatikan sumberdaya (potensi) daerah atau wilayah, partisipasi masyarakat,
pemerataan (equity), keterpaduan (interdependency), keseimbangan, keserasian, dan efisiensi. Selain
itu, terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pembangunan yaitu:

Pengaruh lingkungan. setiap lingkungan memiliki karakteristik masing-masing khususnya mengenai


potensi dan kelemahannya. Karena itu, memperhatikan lingkungan sangat memiliki andil besar dalam
pembangunan.

Orientasi Pembangunan. Idealnya, pembangunan harus berorientasi ke masa depan, sebab pada
dasarnya pembangunan atau pengembangan wilayah adalah proses dimana lingkungan sebagai
sumberdaya dipersiapkan untuk lebih ditingkatkan pemanfaatannya untuk masa sekarang dan masa
yang akan datang;

Cita-cita masayarakat. Pembangunan atau pengembangan wilayah tidak terlepas dari nilai-nilai
kehidupan masyarakat. Karena itu, setiap upaya pembangunan wilayah idealnya selaras dengan cita-cita
masyarakat dan seimbang dengan keadaan atau kondisi lingkungan.

Ruang lingkup disiplin ilmu geografi dalam pembangunan mencakup kegiatan penelitian perencanaan,
analisis dan evaluasi. Disiplin ilmu geografi berusaha meneliti dan mendeskripsikan seluruh fenomena
geografi, menganalisis dampak, dan mengevaluasi hasil pembangunan. Ruang lingkup geografi terbagi
tiga yaitu:

Distribusi dan hubungan timbal balik antara manusia dengan aspek-aspek keruangan permukiman
penduduk.

Studi perbedaan area (wilayah), berupa hubungan timbal balik antara masyarakat dengan lingkungan
fisiknya.

Analisis wilayah secara spesifik dan kerangka kerja regional.

Pendekatan Pembangunan dalam Kajian Geografi

Dalam menelaah persoalan keruangan, geografi memiliki tiga pendekatan utama yaitu:

Pendekatan Analisis Spasial (keruangan), yaitu pendekatan yang mengkaji persebaran dan penggunaan
ruang.

Pendekatan Analisis Ekologis yaitu pendekatan yang mengkaji konsep ekosistem dan mempelajari
organisme hidup (manusia, hewan dan tumbuhan) serta lingkungan (litosfer, hidrosfer, dan atmosfer).
Pendekatan Analisis Komplek Regional yaitu pendekatan ini adalah gabungan dari pendekatan 1 dan 2.
Pendekatan Analisis Komplek Regional digunakan untuk menelaah fenomena geografis yang memiliki
tingkat kerumitan tinggi karena banyaknya variable multidimensi yang harus diperhatikan seperti
ekonomi, sosial, budaya, politik dan keamanan.

Pendekatan Keruangan

Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang yang menekankan eksistensi ruang sebagai
wadah untuk mengakomodasi kegiatan manusia dalam menjelaskan fenomena geosfer. Pelaksanaan
pendekatan keruangan mengacu pada prinsip-prinsip geografi berupa prinsip persebaran, interelasi dan
deskripsi. Pendekatan keruangan mencakup pendekatan topik, pendekatan aktivitas manusia, dan
pendekatan regional.

Pendekatan topik merupakan pendekatan yang menekankan berbagai topik terhadap gejala dan
masalah pada studi geografi seperti topik-topik bencana alam dan topik-topik kondisi sosial. Pendekatan
aktivitas manusia merupakan pendekatan yang menekankan kegiatan manusia atau kegiatan penduduk
di suatu daerah atau di suatu wilayah yang bersangkutan. Hal-hal yang berkenaan dengan aktivitas
manusia atau penduduk tersebut menjadi sorotan. Pendekatan regional merupakan pendekatan antara
lingkungan dengan aktivitas manusia. Interaksi antara manusia dan lingkungan tentunya berdampak
pada aspek ruang tertentu seperti perubahan lingkungan. Pendekatan regional menekankan dampak
tersebut terhadap keruangan.[7]

Pendekatan Ekologis

Ekologi adalah studi mengenai interaksi antara organisme hidup dengan lingkungannya. Mempelajari
ekologi berarti mempelajari organisme hidup (manusia, hewan, tumbuhan, dan lain-lain) serta
lingkungannya seperti (litosfer, hidrosfer, dan atmosfer). Geografi dan ekologi merupakan dua ilmu yang
berbeda. Prinsip dan konsep yang berlaku pada kedua bidang ilmu tersebut tentu berbeda satu sama
lain. Namun ada kesamaan objek yang saling terkait pada kedua disiplin ilmu ini sehingga keduanya
dapat saling membantu. Karena itu, pendekatan ekologi dapat membantu geografi pembangunan.
Kajian ekologi dalam geografi diarahkan kepada hubungan antara manusia sebagai makhluk hidup
dengan lingkungan alamnya. Kajian ini disebut pendekatan ekologi. Pendekatan ekologi dapat
mengungkapkan masalah hubungan persebaran dan aktivitas manusia dengan lingkungannya, misalnya
pada pendekatan ekologi suatu daerah pemukiman, daerah pertanian, daerah konservasi lahan, daerah
perindustrian, dan sebagainya.[8]

Pendekatan Kompleks Wilayah


Dalam menghadapi permasalahan keruangan di suatu wilayah yang rumit, geografi menggunakan
pendekatan kompleks wilayah. Hal ini disebabkan karena permasalahan yang terjadi sering kali
melibatkan wilayah lain sehingga keterkaitan antar wilayah tidak dapat dihindarkan. Adapun penyebab
wilayah ini memiliki keterkaitan karena adanya perbedaan antara wilayah yang satu dengan wilayah
yang lain. Perbedaan tersebut menciptakan hubungan fungsional antara unit-unit wilayah sehingga
tercipta suatu wilayah, sistem yang sifatnya kompleks dan pengkajiannya membutuhkan pendekatan
yang bervariasi juga. Selain itu, setiap masalah disebabkan lebih dari satu faktor dan biasanya bersifat
kompleks. Oleh karena itu, dibutuhkan analisis yang kompleks untuk mencari solusi secara lebih luas dan
kompleks pula. Pendekatan itu merupakan kombinasi antara pendekatan keruangan dan pendekatan
ekologi. Begitu pula dengan analisisnya, tentu menggabungkan analisis keruangan dan analisis
lingkungan.[9]

2. Kebencanaan dan Manajemen Bencana


3. Sumber Daya dan Manajemen Sumber Daya
4. Geografi Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan
5. Geomorfologi dan Penggunaan Lahan
6. Geografi Pertanian dan Permasalahan Pangan
7. Kependudukan dan Dinamika Penduduk
8. Geografi Kota, Peremajaan Kota, dan Perencanaan Kota
9. Geografi Pembangunan dan Teori Keruangan
10. Pariwisata dan Manajemen Pariwisata
11. Geografi Ekonomi dan Globalisasi
12. Geografi Budaya dan Identitas Regional

Anda mungkin juga menyukai