Anda di halaman 1dari 35

Handout

ATMOSFER

Disusun oleh:

HERU SURATNO, S. Pd.

NIP. 198108042010011009
MATERI

A. Struktur lapisan atmosfer

1. Pengertian atmosfer

Atmosfer secara umum adalah lapisan udara yang

menyelimuti bumi. Lapisan udara yang terkandung dalam

atmosfer mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia.

Selain berperan untuk pernafasan sebagai sumber kehidupan,

atmosfer juga berfungsi sebagai pelindung bumi dari pancaran

energi matahari yang sangat kuat pada siang hari dan mencegah

hilangnya panas pada malam hari. Atmosfer juga melindungi

bumi dari hujan meteor. Atmosfer juga merupakan penghambat

bagi benda-benda angkasa yang bergerak melaluinya sehingga

sebagian meteor yang melalui atmosfer akan menjadi panas dan

hancur sebelum mencapai permukaan bumi.

Lapisan atmosfer merupakan campuran dari gas yang

tidak tampak dan tidak berwarna. Empat gas utama dalam

udara kering meliputi:

Tabel 1. gas utama dalam udara kering

Macam gas Volume %


Nitrogen ) 78,088

Oksigen ) 20,049

Argon (Ar) 0,930


Karbon dioksido ) 0,030

Total keseluruhan 99,097

Kondisi dan manfaat gas dalam atmosfer antara lain:

1. Nitrogen ) jumlahnya paling banyak, meliputi 78 bagian.

Nitrogen tidak langsung bergabung dengan unsur lain,

tetapi merupakan bagian dari senyawa organik.


2. Oksigen ( sangat penting bagi kehidupan, yaitu untuk

mengubah zat makanan menjadi energi hidup

3. Karbon dioksida menyebabkan efek rumah kaca

(green house) transparan terhadap radiasi gelombang

pendek dan menyerap radiasi gelombang panjang. Dengan

demikian kenaikan konsentrasi di dalam atmosfer akan

menyebabkan kenaikan suhu di bumi.

4. Ozon ) adalah gas yang sangat aktif dan merupakan

bentuk lain dari oksigen. Gas ini terdapat pada ketinggian

antara 20 hingga 30 km. Ozon dapat menyerap radiasi ultra

violet yang mempunyai energi besar dan berbahaya bagi

tubuh manusia.

Dalah satu unsur yang penting dalam atmosfer adalah uap

air. Uap air ( O) sangat penting dalam proses cuaca atau iklim,

karena dapat merupah fase (wujud) menjadi fase cair, atau

fase padat melalui kondensasi dan deposisi. Perubahan fase air,

dapat dilukiskan pada gambar 1

Gambar 1. Perubahan fase air

Uap air merupakan senyawa kimia udara dalam jumlah

besar yang tersusun dari dua bagian hidrogen dan satu bagian

oksigen. Uap air yang terdapat di atmosfer merupakan hasil


penguapan dari laut, danau, kolam, sungai dan transpirasi

tanaman.

Atmosfer selalu dikotori oleh debu. Debu adalah istilah

yang dipakai untuk benda yang sangat kecil sehingga tidak

tampak kecuali dengan mikroskop. Jumlah debu berubah-ubah

tergantung pada tempat. Sumber debu beraneka ragam, yaitu

asap, abu vulkanik, pembakaran bahan bakar, kebakaran hutan,

smog dan lainnya. Smog singkatan dari smoge and fog adalah

kabut tebal yang sering dijumpai di daerah industri yang

lembab. Debu dapat menyerap, mementulkan, dan

menghamburkan radiasi matahari. Debu atmosferik dapat

disapu turun ke permukaan bumi oleh curah hujan, tetapi

kemudian atmosfer dapat terisi partikel debu kembali. Debu

atmosfer adalah kotoran yang terdapat di atmosfer.

2. Struktur lapisan atmosfer

a. Troposfer

Gejala cuaca (awan, petir, topan, badai dan hujan)

terjadi di lapisan troposfer. Pada lapisan ini terdapat

penurunan suhu yang terjadi karena sangat sedikitnya

troposfermenyerap radiasi gelombang pendek dari

matahari. Sebaliknya permukaan tanah memberikan

panas pada lapisan troposfer yang terletak diaatasnya,

melalui konduksi, konveksi, kondensasi dan sublimasi yang

dilepaskan oleh uap air atmosfer. Konduksi adalah proses

pemanasan secara merambat. Konveksi adalah proses

pemanasan secara mengalir. Kondensasi adalah proses

pendinginan yang mengubah wujud uap air menjadi air.


Sublimasi adalah proses perubahan wujud es menjadi uap

air

Pertukaran panas banyak terjadi pada troposfer

bawah, karena suhu turun dengan bertambahnya

ketinggian pada situasi meteorologi. Tiap naik 100 meter,

suhunya akan turun 0,5˚-0,6˚c

Udara troposfer atas sangat dingin dengan

demikian lebih berat dibandingkan dengan udara diatas

tropopaus sehingga udara troposfer tidak dapat

menembus tropopause. Ketinggian tropopause lebih

besar dari ekuator daripada di daerah kutub.

Tropopause terletak pada ketinggian 18 km dengan suhu

C, sedangkan di kutub tropopause hanya mencapai

ketinggian 6 km dengan suhu C. tropopause adalah

lapisan udara yang terdapat di antara troposfer dengan

stratosfer.

b. Stratosfer

Lapisan atmosfer diatas tropopause merupakan

lapisan inversi, artinya suhu udara bertambah tinggi

(panas) seiring dengan naiknya ketinggian. Disebut juga

lapisan isothermis. Kenaikan ini disebabkan oleh lapisab

ozonosfer yang menyerap radiasi ultra violet dari

matahari. Bagaian atas stratosfer dibatasi oleh

permukaan diskontinuitas suhu yang disebut

stratopoause. Stratopause terletak pada ketinggian 60

km dengan suhu C.

c. Mesosfer
Lapisan mesosfer ditandai dengan penurunan orde

suhu C setiap 100 meter, karena lapisan ini

mempunyai keseimbangan radiasi yang negatif. Bagian

atas mesosfer dibatasi oleh mesopause yaitu lapisan di

dalam atmosfer yang mempunyai suhu paling rendah,

kira-kira C. ketinggian sekitar 85 km.

d. Termosfer

Lapisan ini terletak pada ketinggian 85 dan 300

km yang ditandai dengan kenaikan suhu dari C

sampai ratusan bahkan ribuan derajat.

Gambar 2. Lapisan Thermosfer


e. Eksosfer

Lapisan ini merupakn lapisan paling luar dari

atmosfer. Pada lapisan ini pengaruh gaya gravitasi kecil.

Meteor yang melintasi bumi, mulai berinteraksi dengan

susunan atmosfer bumi pada lapisan ini.

3. Manfaat lapisan atmosfer

Penyelidikan atmosfer memiliki beberapa kegunaan, antara lain

sebagai berikut.

a. Membuat ramalan cuaca (prakiraan cuaca) jangka pendek

atau jangka panjang. Prakiraan cuaca berperan penting


untuk bidang pertanian, penerbangan, pelayaran, dan

peternakan.

b. Menyelidiki kemungkinan-kemungkinan diadakan hujan

buatan.

c. Mengetahui sebab-sebab gangguan radio, televisi, dan

cara-cara meningkatkan hubungan telekomunikasi

melalui udara.

d. Mengetahui syarat-syarat hidup di lapisan udara bagian

atas.

Tempat menyelidiki kondisi atmosfer disebut stasiun

meteorology atau observatorium meteorologi.

B. Pengukuran Unsur-unsur cuaca

1. Pengertian cuaca

Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di

wilayah tertentu yang relatif sempit dan pada jangka waktu

yang singkat. Cuaca terbentuk dari gabungan unsur cuaca dan

jangka waktu cuaca bisa hanya beberapa jam saja. Misalnya:

pagi hari, siang hari atau sore hari dan keadaanya bisa

berbeda-beda untu setiap tempat serta setiap jamnya.

2. Unsur-unsur cuaca

a. Suhu udara

Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara.

Alat untuk mengukur suhu udara adalah disebut

Thermometer. Biasanya pengukuran dinyatakan dalam skla

Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Suhu udara

tertinggi di muka bumi adalah di daerah tropis (sekitar

ekuator) dan makin ke kutub makin dingin.


Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya

suhu udara suatu daerah adalah:

 Lama penyinaran matahari

 Sudut datang sinar matahari

 Relief permukaan bumi

 Banyak sedikitnya awan

 Perbedaan letak lintang

Suhu udara dapat diukur dengan thermometer. Oada

umumnya thermometer yang digunakan adalah thermometer

maksimum minimum. Sesuai dengan namanya, alat ini terdiri

atas thermometer maksimum dan thermometer minimum.

Termometer lain yang dapat digunakan untuk mengukur

suhu udara adalah thermometer gabungan yang berbent7uk

“U” yang disebut termometer six yang berisi alkohol dan air

raksa

Untuk mengetahui temperatur rata-rata suatu tempat

digunakan rumus:

Tx = To – 0,6 x

Keterangan :

Tx = temperatur rata-rata suatu tempat (x) yang

dicari

To = temperatur suatu tempat yang sudah diketahui

h = tinggi tempat (x)

Contoh :

temperatur permukaan laut = C . kota X tingginya

1500 m (di Indonesia).


Tanya : berapa temperatur rata-rata kota X?

Jawab : Tx = To – 0,6 x

= - 0,6 x

= - 0,6 x 15

= -

b. Kelembaban

Di udara terdapat uap air yang berasal dari

penguapan samudra 9sumber yang utama). Sumber lainnya

berasal dari danau-danau, sungai-sungai, tumbuh-tumbuhan,

dan sebagainya. Makin tinggi suhu udara, makin banyak uap

air yang dapat dikandungnya. Hal ini berarti makin

lembablah udara tersebut. Alat untuk mengukur

kelembaban udara dinamakan hygrometer.

Ada dua macam kelembaban udara:

1) Kelembaban udara absolut, ialah banyaknya uap air yang

terdapat di udara pada suatu tempat. Dinyatakan

dengan banyaknya gram uap air dalam 1 udara.

2) Kelembaban udara relatif, ialah perbandingan jumlah

uap air dalam udara (kelembaban absolut) dengan

jumlah uap air maksimum yang dapat dikandung oleh

udara tersebut dalam suhu yang sama dan dinyatakan

dalam persen (%).


Contoh :

Dalam 1 udara yang suhunya C

terdapat 14 gram uap air (basah absolut = 14

gram), sedangkan uap air maksimum yang dapat

dikandungnya pada suhu C = 20 gram

Jadi kelembaban relatif udara itu = x 100% =

70%

Pengukuran Kelembaban Relatif

Kelembaban relatif dapat diukur dengan

menggunakan higrometer. Alat ini umunya terdiri dari

termometer bola kering dan termometer bola basah.

Disebut termometer bola basah karena higrometer pada

pangkal bola dibungkus kain bersumbu dan jenuh air.

Untuk mengetahui kelembaban relatif pada waktu

tertentu, diperlukan catatan tentang suhu udara dari

termometer bola kering dan termometer bola basah

yang disebut penurunan bola basah (wet belb

depression).

Contoh:

Suhu udara yang terbaca pada termometer bola

kering adalah 26° C, dan bola basah adalah 23° C.

Penurunan bola basah adalah 26 – 23 = 3° C. Dengan

menggunakan tabel kelembapan relatif di bawah ini, maka

diperoleh nilai kelembapan relatif sebesar 75%.


Tabel 2. Tabel Kelembapan Relatif

c. Tekanan udara

Kepadatan udara tidak sepadat tanah dan air, tetapi

udara mempunyai berat dan tekanan. Besar kecilnya udara

diukur dengan barometer. Tekanan udara semakin rendah

apabila semakin tinggi dari pemukaan laut. Satuan tekanan

udara adalah milibar (mb).

Garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat

yang sama tekanan udaranya disebut isobar. Daerah yang

banyak menerima panas matahari, udara akan mengembang

dan naik. Oleh karena itu, daerah tersebut bertekanan

udara rendah. Ditempat lain terdapat tekana udara tinggi

sehinggga terjadilah gerakan udara dari daerah bertekanan

tinggi ke daerah bertekanan udara rendah. Gerakan udara

tersebut dinamakan angin.

Alat pengukur tekanan udara adalah barometer.

Satuan dalam ukuran tekanan udara adalah bar. Satu bar =

1000 milibar (mb). Jenis barometer ada dua yaitu :

Barometer raksa : terdiri atas sebuah bejana kaca

yang berisi air raksa yang ujung atasnya tertutup hingga

hampa udara. Barometer kotak (aneroid): barometer ini


tidqk menggunakan air raksa, dan digunakan sebagai

altimeter.

d. Angin

1) Sifat angin

Angin adalah udara yang bergerak. Ada tiga hal

penting yang menyangkut sifat angin yaitu:

a) Kekuatan angin

Menurut hukum Stevenson, kekuatan angin

berbanding lurus dengan gradient barometriknya.

Gradient baromatrik ialah angka yang menunjukkan

perbedaan tekanan udara dari dua isobar pada tiap

jarak 15 meridian (111 km).

Gradient A – B = 10 : x 1 mb

= 10 x x 1 mb

= 13,875 mb

Gradient P – Q = 10 : x 1 mb

= 10 x x 1 mb

= 7,4 mb
Jadi angin yang bertiup dari A ke B lebih kuat

daripada angin yang bertiup dari P ke Q.

b) Arah angin

Satuan yang digunakan untuk besaran arah

angin biasanya adalah derajat.

1 derajat untuk angin arah dari utara

90 derajat untuk angin arah dari timur

180 derajat untuk angin arah dari selatan

270 derajat untuk angin arah dari barat

Angin menunjukkan dari mana datangnya angin

dan bukan kemana angin itu bergerak.

Menurut hukum buys ballot, udara bergerak

dari daerah yang bertekanan tinggi (maksimum) ke

daerah bertekanan rendah (minimum), di belahan

bumi utara berbelok ke kanan sedangkan di belahan

bumi selatan berbelok ke kiri.

Arah angin dipengaruhi oleh tiga faktor:

 Gradient barometrik

 Rotasi bumi

 Kekuatan yang menahan (rintangan)

Makin besar gradient barometrik, makin besar

pula kekuatannya. Angin yang besar kekuatannya

makin sulit berbelok arah. Rotasi bumi, dengan

bentuk bumi yang bulat menyebabkan pembelokan

arah angin. Pembelokan angin di ekuator sama dengan

0 (nol). Makin ke arah kutub pembelokannya makin

besar. Pembelokan angin yang mencapai

sehinggga sejajar dengan garis isobar disebut angin


geotropik. Hal ini banyak terjadi di daerah beriklim

sedang diatas samudra.

Kekuatan yang menahan dapat membelokkan

arah angin. Sebagai contoh, pada saat melalui gunung,

angin akan berbelok ke arah kiri. Ke kanan atau ke

atas.

c) Kecepatan angin

Atmosfer ikut berotasi dengan bumi. Molekul-

molekul udara mempunyai kecepatan gerak ke arah

timur, sesuai dengan rotasi bumi. Kecepatan gerak

tersebut disebut kecepatan linier. Bentuk bumi yang

bulat ini menyebabkan kecepatan linier makin kecil

jika makin dekat ke arah kutub. Alat yang digunakan

untuk mengukur kecepatan angin disebut

anemometer.

Jenis-jenis angin di Indonesia

a) Angin pasat

Angin yang bertiup dari wilayah subtropics

ke arah khatulistiwa. Terdapat dua jenis angin

pasat, yaitu angin pasat timur laut (bertiup di

belahan bumi utara) dan angin pasat tenggara

(bertiup di belahan bumi selatan).

b) Angin musim

Angin musin terjadi karena adanya

perbedaan tekanan udara antara daratan dengan

angin yang bertiup karena terdapat samudera.


Angin musim berganti arah setiap enam bulan

sekali. Angin musim dibagi menjadi dua;

 Angin musim barat, merupakan angin yang

berhembus dari benua asia (bertekana

maksimum) ke benua Australia (bertekanan

minimum), pada saat itu Indonesia mengalami

musim hujan.

 Angin musim timur, merupakan angin yang

berhembus dari benua Australia (bertekana

maksimum) ke benua asia (bertekanan

minimum), pada saat itu Indonesia ,mengalami

musim kemarau.

c) Angin darat dan angin laut

 Angin darat adalah angin yang bertiup dari

darat ke laut dan terjadi pada malam hari.

Daratan lebih cepat dingin pada malam hari,

sehingga bertekana maksimum dan lautan

bertekana minimum karena suhu panas.

 Angin laut adalah angin yangbertiup dari laut

ke adarat dan terjadi pada siang hari, lautan

lebih cepat dingin pada siang hari sehingga

bertekanan maksimum dan daratan bertekanan

minimum karena suhu panas.

d) Angin fohn

Angin fohn mempunyai sifat panas dan

kering. Karena angin yangbertiup dari arah laut

ke darat membawa uap air yang banyak, tetapi

sampai di darat angin tersebut terhalang oleh

pegunungan dan suhunya berubah menjadi


semakin dingin. Uap air yang dikandungnya

berubah menjadi awan dan hujan. hujan

dijatuhkan pada lereng gunung yang menghadap

laut, setelah itu angin menuju ke puncak

pegunungan dan kembali di balik pegunungan.

Angin yang turun sudah tidak lagi mengandung

uap air karena telah menjadi hujan.pada saat

turun suhunya semakin menjadi panas.

Angin fohn di sumatera utara disebut

dengan angin bahorok, di jawa barat disebut

dengan angin kumbang, di jawa timur disebut

dengan angin gending, di biak, papua disebut

dengan angin wambrau.

e) Angin gunung dan angin lembah

 Angin gunung adalah angin yang berhembus

dari [uncak gunung ke lembah dan biasanya

terjadi pada malam hari.

 Angin lembah adalah, angin yang berhembus

dari arah lembah ke puncak gunung dan biasa

terjadi pada malam hari.

e. Awan

Awan ialah kumpulan titik-titik air/kristal es di

dalam udara yang terjadi karena adanya

kondensasi/sublimasi dari uap air yang terdapat dalam

udara. Awan yang menempel di permukaan bumi disebut

kabut.

Menurut morfologinya (bentuknya):


Berdasarkan morfologinya, awan dibedakan menjadi

tiga jenis, yaitu:

1) Awan Commulus yaitu awan yang bentuknya

bergumpal-gumpal (bunar-bundar) dan dasarnya

horizontal.

2) Awan stratus yaitu awan yang tipis dan tersebar luas

sehingga dapat menutupi langit secara merata. Dalam

arti khusus awan stratus adalah awan yang rendah

dan luas.

3) Awan cirrus yaitu awan yang berdiri sendir yang halus

dan berserat, berbentuk seperti bulu burung. Sering

terdapat kristal es tapi tidak dapat menimbulkan

hujan.

Berdasarkan ketinggiannya, awan dibedakan menjadi

tiga jenis, yaitu:

1) Awan tinggi (lebih dari 6000 m – 9000 m), karena

tingginya selalu terdiri dari kristal-kristal es.

a) Cirrus (Ci) : awan tipis seperti bulu

burung

b) Cirro stratus : awan putih merata

seperti tabir

c) Cirro cumulus : seperti sisik ikan

2) Awan sedang ( 2000 m – 6000 m)

a) Alto Comulus (A – Cu) : awan bergumpal gumpal

tebal

b) Alto stratus : awan berlapis-lapis

tebal

3) Awaan rendah (di bawah 200 m)


a) Strato Comulus (St-Cu) : awan yang tebal luas dan

bergumpal gumpal

b) Stratus : awan merata rendah dan berlapis-

lapis

c) Nimbo stratus : lapisan awan yang luas sebagian

telah merupakan hujan

4) Awan yang terjadi karena udara naik, terdapat pada

ketinggian 500 m – 1500 m

a) Cummulus (Cu) : awan bergumpal-gumpal, dasarnya

rata

b) Comulo Nimbus (Cu-Ni) : awan yang bergumpal-

gumpal luas dan sebagian telah merupakan hujan,

sering terjadi angin ribut.

Gambar 4. Macam-macam awan

f. Curah hujan
Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun

pada suatu daerah dalam waktu tertentu. Alat untuk

mengukur banyaknya curah hujan disebut Rain gauge.

Curah hujan diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan.

Curah hujan yang jatuh di wilayah Indonesia

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1) Bentuk medan/topografi

2) Arah lereng medan

3) Arah angin yang sejajar garis pantai

4) Jarak perjalanan angin di atas medan datar

Hujan ialah peristiwa sampainya air dalam bentuk

cair maupun padat yang dicurahkan dari atmosfer ke

permukaan bumi. Garis pada peta yang menghubungkan

tempat-tempat yang mempunyai curah hujan yang sama

disebut Isohyet

Klasifikasi hujan

 Berdasarkan ukuran butirannya, hujan dibedakan

menjadi:

1) Hujan gerimis/drizzle, diameter butir-butirannya

kurang dari 0,5 mm

2) Hujan salju/snow, terdiri dari kristal-kristal es yang

temperatur udaranya berada di bawah titik beku.

3) Hujan batu es, merupakan curahan batu es yang

turun di dalam cuacapanas dari awan yang

temperaturnya dibawah titik beku

4) Hujan deras/rain, yaitu curahan air yang turun dari

awan yang temperaturnya di atas titik beku dan

diameter butirannya kurang lebih 7 mm


 Berdasarkan proses terjadinya, hujan dibedakan

atas:

1) Hujan frontal

Adalah hujan yang terjadi di daerah front.

Yang disebabkan oleh pertemuan dua massa udara

yang berbeda temperaturnya. Massa udara panas

/lembab bertemu dengan massa udara dingin/padat

sehingga berkondensasi dan terjadilah hujan. Lihat

gambar 11

Gambar 5. Hujan frontal

2) Hujan zenithal

Jenis hujan ini terjadi karena udara naik

disebabkan adanya pemanasan tinggi. Terdapat di

daerah tropis antara LU - LS. Oleh

karena itu disebut juga hujan naik tropis. Arus

konveksi menyebabkan uap air di ekuator naik secara

vertikal sebagai akibat pemanasan air laut secara

terus menerus. Terjadilah kondensasi dan turun

hujan.

Disebut juga hujan zenithal karena pada

umumnya hujan terjadi pada waktu matahari melalui

zenit daerah itu. Semua tempat di daerah tropis itu

mendapat dua kali hujan zenithal dalam satu tahun.

Lihat gambar 12
Gambar 6 hujan zenithal

3) Hujan orografis/hujan naik pegunungan

Terjadi karena udara yang mengandung uap air

dipaksa oleh angin mendaki lereng pegunungan yang

makin ke atas makin dingin sehingga terjadi

kondensasi, terbentuklah awan dan jatuh sebagai

hujan. Hujan yang jatuh pada lereng yang dilaluinya

disebut hujan orografis, sedangkan di lereng

sebelahnya bertiup angin jatuh yang kering dan

disebut daerah bayangan hujan. Lihat gambar 13

Gambar 7. Hujan orografis

C. Klasifikasi tipe Iklim dan pola iklim global

1. Pengertian iklim

Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun

yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama (minimal

30 tahun) dan memiliki wilayah yang luas. Misalnya Indonesia

memiliki iklim tropis dan Negara Negara di Eropa memiliki iklim

subtropis dan iklim dingin.


2. Klasifikasi tipe iklim

a. Iklim matahari

Pembagian iklim berdasarkan pada letak lintang suatu

wilayah di permukaan bumi. Temperatur udara suatu tempat

akan rendah jika letaknya makin jauh dari khatulistiwa.

Pembagian iklimnya adalah sebagai berikut :

Gambar 8. Iklim Matarahri

Iklim matahari disebut juga iklim pasti karena letak garis

lintang sudah pasti tidak berubah-ubah. Iklim matahari

merupakan iklim yang penentuannya berdasarkan banyaknya

sinar matahari yang diterima oleh bumi. Daerah yang paling

banyak mendapatkan sinar panas matahari adalah daerah yang

terletak antara 0°–23,5°LU dan 0°–23,5°LS.

Dengan adanya gerak semu matahari, daerah ini mendapat

panas yang tinggi sepanjang tahun. Daerah yang

letaknya semakin jauh dari katulistiwa mendapatkan panas

matahari yang semakin sedikit. Oleh karena itu, semakin tinggi

garis lintang, daerah tersebut semakin dingin.

b. Iklim koppen

Seorang ahli klimatologi dari Universitas Graz Austria,

Wladimir Koppen (1918) mencoba membuat sistem


penggolongan iklim dunia berdasarkan unsur-unsur cuaca,

meliputi intensitas, curah hujan, suhu, dan kelembapan.

Gambar 9. Iklim koppen

Klasifikasi iklim Koppen menggunakan sistem huruf.

Huruf pertama dalam sistem klasifikasi iklim Koppen terdiri

atas 5 huruf kapital yang menunjukkan karakter suhu atau

curah hujan. Kelima jenis iklim tersebut adalah sebagai berikut.

1) Iklim A (Iklim tropis), ditandai dengan rata-rata suhu

bulan terdingin masih lebih dari 18°C. Adapun rata-rata

kelembapan udara senantiasa tinggi.

2) Iklim B (Iklim arid atau kering), ditandai dengan rata-

rata proses penguapan air selalu tinggi dibandingkan dengan

curah hujan yang jatuh, sehingga tidak ada kelebihan air

tanah dan tidak ada sungai yang mengalir secara permanen.

3) Iklim C (Iklim sedang hangat atau mesothermal),

ditandai dengan rata-rata suhu bulan terdingin adalah di


atas -3°C, namun kurang dari 18°C. Minimal ada satu bulan

yang melebihi rata-rata suhu di atas 10°C. Iklim C ditandai

dengan adanya empat musim (spring, summer, autumn, dan

winter).

4) Iklim D (Iklim salju atau mikrothermal), ditandai dengan

rata-rata suhu bulan terdingin adalah kurang dari –3°C.

5) Iklim E (Iklim es atau salju abadi), ditandai dengan rata-

rata suhu bulan terpanas kurang dari 10°C. Di kawasan iklim

E tidak terdapat musim panas yang jelas.

Huruf kedua menunjukkan tingkat kelembapan,

tingkat kekeringan, atau kebekuan wilayah. Untuk tipe iklim A,

C, dan D huruf keduanya antara lain:

1) huruf f menunjukkan lembap, ditandai dengan curah

hujan cukup setiap bulan dan tidak terdapat musim kering

2) huruf w menandai periode musim kering jatuh pada

musim dingin (winter)

3) huruf s menandai periode musim kering jatuh pada

musim panas (summer)

4) huruf m menunjukkan muson, ditandai dengan adanya

musim kering yang jelas walaupun periodenya pendek.

Khusus untuk tipe iklim B, huruf keduanya adalah:

1) huruf s (steppa atau semi arid), ditandai dengan rata-rata

curah hujan tahunan berkisar antara 380 mm - 760 mm, dan

2) huruf w (gurun atau arid), ditandai dengan rata-rata curah

hujan tahunan kurang dari 250 mm.

Khusus untuk tipe iklim E, huruf keduanya adalah:

1) huruf t artinya tundra


2) huruf f artinya salju abadi (senantiasa tertutup es)

3) huruf h artinya iklim salju pegunungan tinggi.

Kombinasi dari kedua kelompok huruf dalam

sistem penggolongan iklim Koppen adalah sebagai berikut.

1) Af artinya iklim hutan hujan tropis.

2) Aw artinya iklim savana tropis.

3) Am artinya pertengahan antara iklim hutan hujan tropis

dan savana.

4) BS artinya iklim steppa.

5) BW artinya iklim gurun.

6) Cw artinya iklim mesothermal lembap (iklim hujan

sedang) dengan winter yang kering.

7) Cs artinya iklim mesothermal lembap (iklim hujan

sedang) dengan summer yang kering.

8) Cf artinya iklim mesothermal lembap (iklim hujan sedang)

dan lembap sepanjang tahun.

9) Df artinya iklim mikrothermal lembap (iklim hutan salju

dingin) dan lembap sepanjang tahun.

10)Dw artinya iklim mikrothermal lembap (iklim hutan salju

dingin) dengan winter yang kering.

11) ET artinya iklim tundra.

12)EF artinya iklim kutub (senantiasa beku).

13)EH artinya iklim salju pegunungan tinggi.

c. Iklim Schmidt-ferguson

Khusus untuk keperluan dalam bidang pertanian

dan perkebunan, Schmidt dan Ferguson membuat penggolongan

iklim khusus daerah tropis. Dasar pengklasifikasian iklim ini


adalah jumlah curah hujan yang jatuh setiap bulan sehingga

diketahui rata-rata bulan basah, lembap, dan bulan kering.

Bulan kering adalah bulan-bulan yang memiliki tebal

curah hujan kurang dari 60 mm, bulan lembap adalah bulan-

bulan yang memiliki tebal curah hujan antara 60 mm–100 mm.

Bulan basah adalah bulan-bulan yang memiliki tebal curah hujan

lebih dari 100 mm.

Seperti halnya klasifikasi iklim menurut Vladimir Koppen,

sistem klasifikasi penggolongan iklim menurut Schmidt-

Ferguson menggunakan sistem huruf yang didasarkan atas nilai

Q, yaitu  persentase perbandingan rata-rata jumlah bulan

basah dan bulan kering.

Untuk menentukan tipe iklim Schmidt-Ferguson digunakan

rumus sebagai berikut.

Keterangan :

Q = perbandingan bulan kering dan bulan basah (%)

Md =mean (rata-rata) bulan kering, yaitu perbandingan

antara jumlah bulan keringdibagi dengan jumlah tahun

pengamatan

Mw =mean (rata-rata) bulan basah, yaitu perbandingan

antara jumlah bulan basah dibagi dengan jumlah tahun

pengamatan

Ketentuan dari sistem klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson

adalah sebagai berikut.


Tabel 3. Sistem Klasifikasi Iklim Schmidt-Ferguson

d. Iklim oldeman

Iklik oldeman disebut juga zona agroklimat. Iklim ini

didasarkan pada jumlah bulan kering dan jumlah bulan basah

secara berurutan yang dikaitkan dengan bidang pertanian. Iklim

oldeman ini memeberikan arahan untuk bisa menganalisis data

curah hujan di suatu daerah dan dapat mengidentifikasi

kemungkinan jenis tumbuhan yang sesuai untuk daerah

tersebut.

Criteria bulan basah dan bulan keringsesuai oldeman

adalah sebagai berikut:

1) Bulan kering : curah hujan kurang dari 100 mm

2) Bulan lembab : curah hujan 100-200 mm

3) Bulan basah : curah hujan lebih dari 200 mm

e. Iklim junghuhn

Seperti halnya Schmidt dan Ferguson, untuk keperluan

pola pembudidayaan tanaman perkebunan, seperti tanaman teh,

kopi, dan kina, seorang ahli Botani dari Belanda bernama

Junghuhn membuat penggolongan iklim khususnya di negara

Indonesia terutama di Pulau Jawa berdasarkan pada garis


ketinggian. Indikasi tipe iklim adalah jenis tumbuhan yang

cocok hidup pada suatu kawasan. Junghuhn membagi lima

wilayah iklim berdasarkan ketinggian tempat di atas permukaan

laut sebagai berikut ini.

1) Zone Iklim Panas, antara ketinggian 0–700 meter di

atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan di atas

22 °C. Daerah ini sangat cocok untuk ditanami padi, jagung,

tebu, dan kelapa.

2) Zone Iklim Sedang, antara ketinggian 700–1.500 meter

di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan

antara 15 °C–22 °C. Daerah ini sangat cocok untuk ditanami

komoditas perkebunan teh, karet, kopi, dan kina.

3) Zone Iklim Sejuk, antara ketinggian 1.500–2.500 meter

di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan

antara 11 °C–15 °C. Daerah ini sangat cocok untuk ditanami

komoditas hortikultur seperti sayuran, bunga-bungaan, dan

beberapa jenis buah-buahan.

4) Zone Iklim Dingin, antara ketinggian 2.500–4.000 meter di

atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan kurang

dari 11 °C. Tumbuhan yang masih mampu bertahan adalah

lumut dan beberapa jenis rumput.

5) Zone Iklim Salju Tropis, pada ketinggian lebih dari 4.000

meter di atas permukaan laut.

D. Karakteristik iklim di Indonesia dan pengaruhnya terhadap

aktivitas manusia.

DKAT merupakan singkatan dari Daerah Konvergensi Antar-

Tropik, suatu daerah yang suhunya tertinggi dibandingkan dengan


daerah sekitarnya; daerah ini disebut juga equator thermal. Suhu

yang tinggi mengakibatkan penguapan yang banyak sehingga

menyebabkan daerah ini memiliki kelembapan yang tinggi. Hal ini

dapat menimbulkan terjadinya hujan zenith atau hujan konveksi.

Letak DKAT setiap 14 hari dalam pergeserannya dari utara ke

selatan dan sebaliknya selalu dalam daerah doldrum atau daerah

tenang ekuatorial yang terletak antara 0 o LU - 10o LS.

Secara astronomis, Indonesia terletak di daerah ekuatorial

(daerah doldrum) dan secara geografis memungkinkan adanya

penguapan yang besar. Oleh karena itu, pada musim kemarau

kadang-kadang masih banyak hujan. Dengan demikian, tidak ada

batas yang jelas antara musim kemarau dan musim hujan. Sebagai

Negara kepulauan yang memiliki laut yang luas dan suhu yang

tinggi, tingkat penguapan udara di Indonesia sangat banyak

sehingga kelembapan udara tinggi.

Kelembapan udara yang tinggi mengakibatkan curah hujan

yang tinggi. Meskipun demikian, jumlah curah hujan di tiap-tiap

daerah dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:

a) Letak daerah konvergensi antartropik

b) Bentuk medan dan arah lereng medan

c) Arah angin yang sejajar dengan pantai

d) Jarak perjalanan angin di atas medan datar

e) Posisi geografis daerah tersebut.

Rata-rata curah hujan di Indonesia tergolong tinggi, yaitu lebih

dari 2.000 mm/tahun.


Gambar 10. Curah hujan rata-rata bulanan

Provinsi yang paling tinggi curah hujannya adalah Sumatra

Barat, dengan curah hujan rata-rata sekitar 391 mm/bulan.

Provinsi yang paling kering adalah Sulawesi Tengah, dengan curah

hujan rata-rata sekitar 47 mm/bulan.

Angin yang berasal dari daerah perairan menuju ke daratan

pada umumnya dapat menimbulkan hujan. Jika dataran yang

dilewati angin itu lebar dan sifat permukaannya tidak berubah

maka pada kawasan sekitar pantai bisa terjadi hujan, tetapi di

daerah pedalaman tidak terjadi hujan. Kemungkinan hujan akan

turun lagi apabila medannya mulai naik. Sebaliknya, jika uap air

yang dibawa angin dari daerah perairan belum cukup menimbulkan

hujan di kawasan pantai maka di daerah pedalaman kemungkinan

akan terjadi hujan, sedangkan pada daerah yang medannya mulai

naik hujan tidak akan terjadi lagi. Peristiwa ini sering terjadi pada

kawasan Jakarta, Cibinong, dan Bogor. Pada bulan Januari -

Februari hujan turun di Jakarta dan Bogor, sedangkan di Cibinong

cuaca cerah. Sebaliknya, pada bulan April - Mei Jakarta dan Bogor

cerah, tetapi di Cibinong terjadi hujan.

Indonesia mempunyai karakterikstik khusus dari posisinya

sehingga mempunyai karakteristik iklim yang spesifik. Terdapat

tiga jenis iklim di Indonesia.

1. Iklim musim (iklim muson)


Iklim musim sangat diengaruhi oleh angin musiman yang

berubah-ubah setiap periode tertentu. Iklim musim terdiri atas

dua jenis, yaitu dipengaruhi oleh angin musim barat daya (muson

barat) dan angin musim timur laut (muson timur). Angin muson

barat bertiup sekiar bulan oktober hingga april yang basah

sehingga membawa musim penghujan. Angin muson timur bertiup

sekitar bulan april hingga oktober, sifatnya yang kering

mengakinatkan wilayah Indonesia mengalami msim kemarau.

2. Iklim tropis atau iklim tropika (iklim panas)

Wilayah yangberada di sekitar garis khatulistiwa otomatis

akan mengalami iklim tropis yang bersifat panas dan hanya

memiliki dua musim, yaitu musiim kemarau dan musim penghujan

3. Iklim laut

Iklim di Indonesia di pengaruhi oleh iklim laut karena

Indonesia merupakan wilayah kepulauan yang memiliki banyak

wilayah laut dan mengakibatkan penguapan air laut menjadikan

udara lembab dan menyebabkan curah hujan tinggi.

E. Perubahan perubahan iklim global

Menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

(Bappenas), selama abad 20, Indonesia mengalami peningkatan

suhu rata-rata udara di permukaan tanah 0,5 derajat celcius. Jika

dibandingkan periode tahun 1961 hingga 1990, rata-rata suhu di

Indonesia diproyeksikan meningkat 0,8 sampai 1,0 derajat Celcius

antara tahun 2020 hingga 2050.

Kondisi ini merupakan dampak dari perubahan iklim yang

terjadi di Bumi. Selain suhu yang meningkat, berikut merupakan

dampak dari Perubahan Iklim Global:


1) Harga pangan meningkat

Untuk beberapa dekade mendatang, para pakar

memprediksi hasil tanaman pangan mulai dari jagung hingga

gandum, beras hingga kapas, akan menurun hingga 30 persen.

Hasil yang menurun ini berujung pada peningkatan harga

pangan. Sebab, akan ada proses, penyimpanan, dan transportasi

pangan yang membutuhkan air dan energi lebih.

2) Siklus yang tidak sehat

Meningkatnya suhu ditambah dengan populasi global akan

mencuatkan permintaan energi. Ini akhirnya berujung pada

produksi emisi yang menyebabkan perubahan iklim dan,

ironisnya, memicu lebih banyak lagi emisi. Sedangkan curah

hujan, diproyeksikan akan menurun sebanyak 40 persen di

beberapa lokasi.

3) Rusaknya infrastruktur

Perubahan iklim memicu lebih banyak cuaca ekstrem yang

menghasilkan bencana. Seperti yang terjadi di DKI Jakarta

pada Januari hingga Februari 2013. Hujan dalam intensitas

tinggi menyebabkan banjir besar, Kamis (17/1). Ibu Kota

Indonesia ini lumpuh ketika nyaris semua titik jalannya

terendam banjir, termasuk pusat pemerintahan di Jakarta

Pusat. Jalan dan bus transportasi umum yang merupakan

infrastruktur penting bagi warga Jakarta tidak lagi berfungsi.

Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyebut,

15.423 jiwa harus mengungsi. Daerah yang terendam meliputi

720 RT, 309 RW, 73 Kelurahan, dan 31 Kecamatan

4) Berkurangnya sumber air bersih


Membludaknya jumlah penduduk menyebabkan tingginya

permintaan air. Ini menimbulkan penyedotan besar-besaran

terhadap sumber air yang ada. Khusus untuk Jakarta, naiknya

muka air laut dapat membuat batas antara air tanah dan air

laut semakin jauh ke daratan. Sehingga mencemari lebih banyak

sumber air minum

5) Meningkatnya penyakit pernapasan

Perubahan iklim juga menyebabkan polusi udara yang

akhirnya menurunkan fungsi dari paru-paru. Di kota besar

seperti New York City, Amerika Serikat, kasus asma akan

meningkat sebanyak sepuluh persen

6) Bencana hidrologi

Bencana alam, hasil dari perubahan iklim, meningkatkan

badai dan cuaca ekstrem. Hanya beberapa kota di dunia yang

mempunyai sistem penanggulan yang cukup baik untuk bencana-

bencana tersebut

F. Lembaga yang menyediakan dan memanfaatkan data cuaca dan

iklim di Indonesia.

1. BMKG (Badan Meteorologi, klimatologi, geofisik) adalah sebuah

lembaga pemerintah Non-Departemen (LPND) yang dipimpin

sorang kepala badan. BMKG melaksanakan tugas

kepemerintahan di bidang meteorology, Klimatologi, Kualitas

Udara dan Geofisika sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, BMKG

menyelenggarakan fungsinya, diantaranya sebagai berikut:

a. Mengadakan pelayanan data dan informasi dibidang

meteorology, klimatologi, dan geofisika.


b. Menyampaikan informasi kepada instansi dan pihak terkait

serta masyarakat berkenaan perubahan iklim.

c. Menyampaikan informasi dan peringaan dini kepada instansi

dan pihak terkait serta masyarakat berkenaan dengan

bencana karena faktor meteorology, klimatologi dan

geofisika.

d. Mengadakan kerjasama internasional di bidang meteorology,

klimatologi dan geofisika.

e. Mengadakan pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas

administrasi di lingkungan BMKG

2. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional yang selanjutnya

dalam Peraturan Presiden ini disebut dengan LAPAN adalah

lembaga pemerintah non-kementerian yang berada di bawah

dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui menteri yang

membidangi urusan pemerintahan di bidang riset dan teknologi.

Tugas Pokok

LAPAN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di

bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan

dan pemanfaatannya serta penyelenggaraan keantariksaan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 

Fungsi

Dalam mengemban tugas pokok di atas LAPAN

menyelenggarakan fungsi-fungsi :

a. Penyusunan kebijakan nasional di bidang penelitian dan

pengembangan sains antariksa dan atmosfer, teknologi

penerbangan dan antariksa, dan penginderaan jauh serta

pemanfaatannya;
b. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan sains antariksa

dan atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa, dan

penginderaan jauh serta pemanfaatannya;

c. Penyelenggaraan keantariksaan;

d. Pengoordinasian kegiatan fungsional dalam pelaksanaan

tugas LAPAN;

e. Pelaksanaan pembinaan dan pemberian dukungan

administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan

LAPAN;

f. Pelaksanaan kajian kebijakan strategis penerbangan dan

antariksa;

g. Pelaksanaan penjalaran teknologi penerbangan dan

antariksa;

h. Pelaksanaan pengelolaan standardisasi dan sistem informasi

penerbangan dan antariksa;

i. Pengawasan atas pelaksanaan tugas LAPAN; dan

j. Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang

penelitian dan pengembangan sains antariksa dan atmosfer,

teknologi penerbangan dan antariksa, dan penginderaan jauh

serta pemanfaatannya.

Anda mungkin juga menyukai