BAGIAN I – ATMOSFER
Atmosfer merupakan lapisan gas atau campuran gas (udara) yang menyelimuti dan terikat pada
bumi oleh gaya gravitasi. Walaupun terlihat tebal dan tanpa batas, atmosfer sangat tipis bila
dibandingkan dengan kedalaman bumi. 99% dari atmosfer terkonsentrasi dalam rentang ketinggian
35 km dari permukaan bumi. Atmosfer bersifat dapat dimampatkan (kompresibel), sehingga lapisan
di bawah lebih padat dibandingkan lapisan di atasnya.
Ada dua ilmu yang khusus mempelajari tentang aspek-aspek dari atmosfer, yakni meteorologi dan
klimatologi. Meteorologi adalah ilmu yang mempelajari proses fisis dan gejala cuaca yang terjadi di
dalam atmosfer terutama pada lapisan paling bawah (troposfer). Terdapat dua klasifikasi
meteorologi:
Meteorologi sinoptik: tinjauan kondisi atmosfer, meliputi daerah luas pada suatu saat
tertentu. Mencari perkiraan kondisi atmosfer dalam beberapa jam hingga beberapa hari
yang akan datang. Merupakan dasar bagi perkiraan cuaca.
Meteorologi teoretis (dinamis): menerapkan teori dan metode fisika untuk menemukan
keterkaitan matematis-fisis dalam meteorologi dan memformulasikannya dalam bentuk
persamaan fisika-matematis.
Meteorologi fisis: mempelajari megenai proses fisis yang terjadi dalam atmosfer, seperti
radiasi, elektrisitas atmosfer, perubahan fasa air, dan sebagainya.
Klimatologi adalah ilmu yang mencari gambaran dan penjelasan iklim dan faktor penyebabnya,
sehingga klimatologi lebih luas dan studi rentang waktunya lebih besar (pengamatan iklim setiap 30
tahun).
KOMPOSISI ATMOSFER
Secara umum, atmsofer mengandung udara kering, udara basah (uap air dalam ketiga fasenya),
serta aerosol.
[1]
Nitrogen
Masuk ke atmosfer dari peluruhan sisa-sisa hasil pertanian dan letusan gunung berapi. Keluar dari
atmosfer melalui pengikatan nitrogen oleh aktivitas biologis tumbuhan dan makhluk hidup di laut.
Nitrogen akan dibentuk melalui pemecahan NO x oleh petir dan pembakaran temperatur tinggi di
dalam mesin kendaraan bermotor dan pesawat terbang. Konsentrasinya dalam atmosfer seimbang,
dimana masukan (input) dan keluaran (output) nitrogen seimbang.
Oksigen
Jumlahnya konstan di atmosfer. Dihasilkan melalui proses fotosintesis pada tumbuhan, dimana zat
hijau daun menyerap CO2 dan mengubahnya menjadi O2. Oksigen diambil dari atmosfer melalui
pernafasan makhluk hidup dan peluruhan bahan organik.
Ozon
Ozon (O3) terkonsentrasi dalam stratosfer, sekitar 15-35 km, dan tidak stabil karena mudah terurai
menjadi O melalui radiasi. Berfungsi sebagai penyerap utama radiasi UV matahari sehingga tidak
membahayakan makhluk hidup di permukaan bumi.
Karbondioksida
Berasal dari proses pernafasan makhluk hidup, peluruhan bahan organik, serta pembakaran bahan
industri, fosil, pembakaran hutan, dan perubahan tata guna lahan. Keluar dari atmosfer melalui
fotosintesis. CO2 mengabsorpsi radiasi inframerah (IR) yang dipancarkan permukaan bumi sehingga
panasya tidak keluar dari atmosfer. Akibatnya, gas ini berfungsi sebagai gas rumah kaca yang
menjadi temperatur muka bumi tetap hangat.
Uap air
Hanya terkonsentrasi pada troposfer dan memainkan peranan penting disana. Berasal dari
evapotranspirasi dari permukaan bumi dan diangkat ke atas oleh turbulensi. Keluar dari atmosfer
melalui kondensasi dalam bentuk hujan, salju, dan curahan lainnya. Uap air dapat mengabsorpsi
radiasi matahari dan bumi sehingga berperan sebagai pengatur udara.
Aerosol
Aerosol adalah partikel yang berukuran lebih besar dari molekul, namun cukup kecil sehingga dapat
melayang di dalam atmosfer, contohnya adalah debu, garam laut, garam lain, sulfat, nitrat, dll. Debu
berkurang dengan bertambahnya ketinggian, meskipun debu meteorik dapat dijumpai pada lapisan
atmosfer atas. Partikel debu bersifat higroskopis, bertindak sebagai inti kondensasi. Debu dapat
menyerap, memantulkan, dan menghamburkan radiasi.
STRUKTUR ATMOSFER
Umumnya dilihat berdasarkan distribusi temperatur dengan ketinggian, serta fenomena yang terjadi
di dalamnya.
[2]
[3]
BAGIAN II–TEMPERATUR
Suhu atau temperatur adalah derajat panas atau dinginnya suatu benda. Atau, tingkat energi kinetik
rata-rata dari atom atau molekul suatu materi. Sementara itu, panas (heat) adalah energi yang
ditransfer ke dalam atau ke luar dari sebuah objek karena perbedaan suhu antara objek itu dan
lingkungan sekitarnya. Panas berpindah dari tempat sengan suhu tinggi ke rendah. Terdapat dua
jenis panas, yakni panas laten (latent heat) dan panas nyata (sensible heat). Panas laten adalah
energi yang berperan (diserap/dilepaskan) ketika air berperan dalam perubahan fasa (laten:
tersembunyi). Seentara itu, panas nyata adalah panas yang dapat kita rasakan dan ukur, misalnya
panas tubuh. Alat ukur temperatur disebut dengan termometer.
Suhu dinyatakan dalam satuan derajat fahrenheit, kelvin, maupun celcius. Skala Kelvin diakui sebagai
skala internasional dalam perhitungan matematis karena titik ini didasarkan pada nol mutlak, yakni
titik saat gas berhenti melakukan tekanan. Nilainya adalah pada 0 K, sedangkan ketika air mendidik,
skala Kelvin menunjukkan angka 273 K, setara dengan 100oC. Konversi ketiga satuan adalah:
5
𝐶 = (𝐹 − 32)
9
9
𝐹 = 32 + 𝐶
5
𝐾 = 𝐶 + 273
Distribusi suhu udara dapat dinyatakan dalam isoterm, yaitu garis yang menghubungkan tempat
yang mempunyai suhu yang sama. Dalam peta isotermal, efek ketinggian pada umumnnya telah
dihilangkan dengan menurunkan semua suhu ke suhu paras laut (sea level).
[4]
Konduksi
Adalah perpindahan panas melalui benturan suatu elektron atau molekul ke elektron atau molekul
lainnya. Kemampuan benda untuk menyalurkan panas melalui mekanisme ini berbeda-beda,
sehingga terdapat istilah konduktor (penghantar panas yang baik) dan isolator (tidak mempu
menghantar panas dengan baik). Udara adalah penghantar panas yang buruk, akibatnya konduksi
hanya berperan penting antara permukaan bumi dan udara sekitarnya secara singkat ketika
keduanya bersentuhan.
Konveksi
Adalah perpindahan panas melalui pergerakan atau sirkulasi substansi. Kebanyakan transfer panas
dalam atmosfer dan arus samudera terjadi melalui konveksi. Seperti memasak air, udara yang ikut
terpanaskan melalui pemanasan permukaan bumi (radiasi dan konduksi) terpanaskan pula pada
bagian atasnya, serta memanaskan udara di atasnya melalui sebuah sirkulasi. Udara yang panas naik
ke atas, sementara udara yag dingin turun. Parsel udara yang naik dan turun ini disebut sebagai
bahang (thermals). Konveksi tidak hanya terjadi secara vertikal, namun juga horizontal, yang disebut
dengan adveksi.
Radiasi
Adalah mekanisme perpindahan panas tanpa melalui media, namun melalui vakum di ruang
angkasa. Radiasi matahari terjadi melalui gelombang elektomagnetik, yang berkisar dari sinar
gamma, sinar X, UV, gelombang tampak, inframerah (IR: infrared), dan radio. Matahari
memancarkan semua gelombang tersebut, namun dalam jumlah yang berbeda-beda. Sekitar 95%
radiasi matahari yang dikeluarkan terletak pada panjang gelombang 0,1-2,5 μm, antara gelombang
tampak hingga IR.
HUKUM RADIASI
1. Semua objek terus-menerus mengemisikan energi radiasi melalui sebuah cakupan panjang
gelombang. Tidak hanya matahari yang mengemisikan gelombang elektromagnet, namun
benda dingin seperti es juga mengeluarkan energi.
2. Benda yang lebih panas memancarkan panas yang lebih besar dibandingkan benda dingin.
Matari yang memiliki suhu permukaan sekitar 6000 K memancarkan energi 160.000x lebih
besar dibandingkan bumi. Prinsip ini diatur dalam hukum Stefan-Boltzmann:
𝐸 = 𝜎𝑇4
E: laju radiasi yang dipancarkan sebuah objek (W/m 2)
σ: konstanta Stefan-Boltzmann (5,67 x 10 -8 W/m2K4)
T: suhu permukaan (K)
3. Benda yang lebih panas memancarkan energi dalam bentuk radiasi panjang gelombang
pendek dibandingan benda dingin.
4. Objek yang mampu menyerap radiasi secara baik juga pemancar yang baik. Permukaan
bumi dan matahari merupakan radiator yang baik karena efisiensi radiasi dan absorpsinya
mencapai hampir 100%. Sebaliknya, udara di atmosfer merupakan pemancar dan penyerap
yang buruk karena hanya memilih panjang gelombang yang diinginkannya saja, sehingga
disebut sebagai selective absorber and emitters.
[6] Pengaruh besarnya sudut datang sinar matahari terhadap fluks. Dengan asumsi intensitas
radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi adalah tetap, maka ketika sudut datang secara
tegak lurus, panasnya akan lebih intens karena luas area yang dicakupnya kecil. Sebaliknya, ketika
radiasi
matahari datang pada sudut yang lebih kecil, panasnya akan tersebar ke area yang lebih luas,
sehingga panasnya kurang intens.
[7] Prinsip di gambar sebelumnya berlaku pula pada kejadian penyinaran cahaya matahari pada
lintang-lintang tertentu, sesuai dengan kemiringan bumi pada porosnya.
[8], [9] Prinsip serupa juga berlaku untuk fenomena titik puncak matahari pada saat-saat
tertentu (titik balik matahari).
APA YANG TERJADI DENGAN RADIASI MATAHARI YANG SAMPAI ATMOSFER BUMI?
Ketika radiasi matahari sampai ke dalam atmosfer bumi, terdapat tiga mekanisme:
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kesetimbangan panas bumi adalah sebagai berikut: sebanyak 35%
dari radiasi matahari dikembalikan ke ruang angkasa (2% dipantulkan permukaan bumi, 6%
dipantulkan atau dihamburkan atmosfer, 27% dipantulkan awan), sebanyak 14% diserap oleh
atmosfer. Jadi, yang mencapai permukaan bumi hanya 51%, yakni dari 34% radiasi matahari
langsung dan 17% radiasi baur (difus) atau radiasi langit. Bumi menyerap radiasi matahari sebesar
51%, dengan demikian radiasi bumi terdiri atas: 17% hilang ke ruang angkasa dan tidak memanasi
atmosfer, 6% radiasi bumi yang diserap atmosfer (radiasi efektif), 9% diterima atmosfer melalui
turbulensi & konveksi, 19% diterima atmosfer melalui kondensasi dari uap air, saat panas laten
kondensasi dilepaskan.
[11]
Daftar gambar: