(Sugiharyanto)
A. Lapisan Atmosfer
Bumi diselubungi oleh lapisan udara yang terdiri dari berbagai
unsur gas debu dan air. Lapisan udara yang menyelubungi bumi ini
disebut dengan atmosfer. Unsur-unsur gas yang menyusun atmosfer
terutama adalah unsur Nitrogen dan Oksigen. Selain berupa gas-gas di
atmosfer juga terdapat debu dan air (hidrometeor). Jumlah berat seluruh
atmosfer diperkirakan 5,6 x 1014 ton. Setengah dari berat tersebut berada
di bawah ketinggian 6000 m dari permukaan bumi dan kurang lebih 80 %
berada pada lapisan troposfer. Hal ini disebabkan oleh adanya gaya
gravitasi bumi. Adanya gavitasi ini menyebabkan udara yang dekat
dengan permukaan bumi menjadi lebih mampat.
Komposisi dan jumlah gas penyusun atmosfer adalah sebagai
berikut:
Nitrogen N2 78,08
Oksigen O2 20,95
Argon Ar 0,93
Karbon dioksida CO2 0,035
Neon Ne 0,0018
Methan CH4 0,00017
Helium He 0,0005
Hidrogen H2 0,00005
Xenon Xe 0,000009
Ozon O3 0,000004
Sumber: Ahren 1993
3. Mesosfer
Lapisan ini terletak pada ketinggian antara 50-85 km di atas
permukaan bumi. Suhu udara pada lapisan ini semakin ke atas
semakin rendah. Setiap naik 1000 meter suhu udara akan turun 2,5-
3OC dan pada ketinggian 85 km suhu udara mencapai -90 oC. Lapisan
ini berfungsi melindungi bumi dari jatuhan meteor. Di atas mesosfer
terdapat lapisan mesopause yang membatasi dengan lapisan di
atasnya (thermosfer).
4. Thermosfer
Thermosfer terdapat pada ketinggian 85 – 500 km di atas
permukaan bumi. Lapisan ini sering disebut lapisan panas (hot layer).
Suhu udara di bagian paling atas dari lapisan ini dapat mencapai >
1000oC. Lapisan bawah dari thermosfer (85-375 km) disebut dengan
lapisan ionosfer. Pada lapisan ionosfer berfungsi untuk penyebaran
gelombang radio.
5. Eksosfer
Lapisan ini berada pada ketinggian di atas 500 km dari
permukaan bumi. Gerakan molekul-molekul udara di lapisan ini sangat
cepat. Gravitasi bumi mempunyai pengaruh yang kecil terhadap
molekul-molekul udara yang ada, sedangkan pengaruh angkasa luar
semakin kuat.
Gambar 15..
Alat pengukur lama penyinaran matahari
(sumber: http://www.bom.gov.au)
b. Temperatur Udara
Derajat panas dan dingin udara disebut dengan temperatur
udara. Temperatur udara di berbagai tempat tidak sama. Faktor-
faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya temperatur udara
suatu daerah adalah:
1) Sudut datang sinar
Semakin tegak sudut datang sinar matahari maka energi panas
yang diterima semakin besar.
2) Cerah tidaknya cuaca
B
A
Gambar 17. Barometer dan Barograph
(sumber: http://www.island.net dan stuffintheair.com)
d. Angin
Udara yang bergerak disebut dengan angin. Angin terjadi
sebagai akibat dari adanya perbedaan tekanan udara. Udara akan
bergerak dari daerah yang bertekanan maksimum ke daerah
bertekanan minimum. Alat untuk mengukur kecepatan angin adalah
anemometer.
Gambar 19
Angin darat dan angin laut
Gambar 2.0.
Angin Lembah dan Angin Gunung
Pada malam hari udara di puncak gunung lebih dingin
(bertekanan maksimum) dibandingkan dengan daerah lembah.
Akibatnya udara akan bergerak dari puncak gunung ke arah
lembah sehingga disebut dengan angin gunung.
4) Angin lokal
Angin yang terjadi di daerah tertetu saja disebut dengan
angin lokal. Contoh dari angin lokal adalah Angin Fohn. Angin
fohn merupakan angin yang bergerak menuruni lereng yang
mempunyai sifat panas dan kering. Angin fohn sering disebut
dengan angin jatuh atau angin api. Ada 5 angin fohn yang
dikenal di Indonesia yaitu:
a) Angin Gending, terjadi di Pasuruan dan Probolinggo, Jawa
Timur
b) Angin Kumbang, terjadi di Cirebon Jawa Barat dan Tegal
Jawa Tengah
c) Angin Brubu, terjadi di Makasar Sulawesi Selatan
d) Angin Puting Beliung dan angin Bahorok, terjadi di Medan
Sumatra Utara
e) Angin Wambrau terjadi di Biak Papua
c) Awan kumulus
Awan yang berkembang secara vertikal, berbentuk kubah-
kubah menyerupai bunga kol dengan lengkungan bulat
berwarna putih cemerlang jika terkena sinar matahari,
disebut dengan awan kumulus.
d) Awan nimbus
Awan yang berwarna gelap, kelihatan basah dan sering
menyebabkan terjadinya hujan, disebut dengan awan
nimbus.
A Gambar 22. B
Awan Sirus (A) dan Awan stratus (B)
(Sumber:alanbauer.com & mal.sbo.hampton.k12.va.us)
g. Hujan
Peristiwa jatuhnya titik-titik air dari atmosfer ke permukaan
bumi secara alami disebut dengan hujan. Sebelum hujan terjadi,
didahului adanya penguapan yang kemudian mengalami
kondensasi sehingga membentuk awan. Dari awan ini karena
pengaruh angin atau konveksi maka terjadilah hujan. Hujan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut,
1) Berdasarkan bentuknya
a) Hujan air (rain), yaitu hujan yang jatuh dalam bentuk cair.
Kebanyakan bentuk hujan di Indonesia adalah bentuk cair.
b) Hujan salju (snow) yaitu hujan yang jatuh dalam bentuk
salju. Kebanyakan terjadi di daerah yang beriklim sedang..
c) Hujan es (hail stone) yaitu hujan yang jatuh dalam bentuk
es. Kebanyakan terjadi di daerah yang beriklim sedang,
namun demikian di daerah tropis juga sering terjadi
meskipun setelah mencapai permukaan tanah sudah
mencair.
C. Iklim
Keadaan udara rata-rata ( cuaca ) pada wilayah yang relative luas
dan dalam waktu yang relative lama disebut iklim. Data cuaca yang
digunakan untuk menentukan iklim suatu wilayah biasanya selama kurang
lebih 30 tahun. Ilmu yang mempelajari tentang iklim disebut klimatologi.
1. KLasifikasi Iklim
a. Klasifikasi Iklim Matahari ( berdasarkan letak lintang )
Kutub 66 ½ o LU
Sedang
23 ½ o
LU
Tropis
0o
Tropis
23 ½
Sedang o
LS
Kutub 66 ½
o
LS
Gambar 24. Wilayah Iklim Matahari
Contoh : Data Curah hujan yang terjadi di Desa Dieng selama sepuluh
tahun terakhir dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
No Bulan Rata-
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Jumlah
rata
c). Savana ( Aw )
Jumlah hujan pada bulan-bulan basah tidak dapat mengimbangi
kekurangan air hujan pada bulan-bulan kering.Wilayahnya meliputi
Jawa Timur, Madura,Nusa Tenggara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi
Selatan dan Kepulauan Aru
2). Iklim B ( iklim kering/gurun )
Curah hujan lebih kecil dari penguapan
a). Iklim Stepa ( BS )
Daerah setengah kering.Curah hujan antara 380 – 760 mm/th
b). Iklim padang pasir ( Bw )
Daerah kering ( arid ). Curah hujan < 250 mm/th
3). Iklim C ( iklim sedang basah )
Temperatur bulan terdingin antara 3 – 18 ºC
a. Iklim sedang dengan musim panas yang kering ( Cs )
Bulan terkering curah hujan < 30 mm.Jumlah hujan terkering pada
musim panas < sepertiga jumlah hujan bulan terbasah
b. Iklim sedang dengan musim dingin yang kering ( Cw )
Musim panas lembab dan musim dingin kering ( musim dingin
dikatakan kering jika jumlah hujan pada musim dingin < sepersepuluh
jumalh hujan terbasah pada musim panas )
c. Iklim sedang yang lembab ( Cf )
Selalu lembab sepanjang tahun.
d. Iklim D ( iklim dingin )
Suhu udara bulan terdingin < 3 ºC dan bulan terpanas > 10 ºC
Iklim dingin dengan musim dingin yang kering ( Dw )
Iklim dingin tanpa periode siang ( Df )
Koppen membuat klasifikasi iklim A menjadi tiga yaitu, Af, Am, dan
Aw. Tipe Af mempunyai rerata bulan terkering lebih besar dari 60 mm, tipe
iklim Am mempunyai rerata bulan basah dapat mengimbangi kekurangan
air hujan di bulan kering, tipe iklim Aw mempunyai ciri bahwa jumlah curah
hujan pada bulan-bulan basah tidak dapat mengimbangi kekurangan air
hujan pada bulan-bulan kering.
Contoh : lihat data curah hujan tabel di atas
Banyaknya curah hujan tahunan di daerah penelitian adalah
3.058,96 mm dan rata-rata curah hujan pada bulan terkering adalah 61
mm, sehingga apabila angka-angka tersebut dimasukkan ke dalam
grafik tie iklim menurut Koppen daerah penelitian termasuk dalam tipe
iklim Af (Iklim Hujan Tropik), berarti jumlah curah hujan pada bulan
terkering lebih dari 60 mm.
Af
P
60
40
Am
Aw
20
Oldeman membuat klasifikasi iklim atas dasar bulan basah dan bulan
kering yang terjadinya secara berturut-turut. Klasifikasi ini terutama
digunakan untuk kepentingan pertanian, terutama untuk tanaman padi. Oleh
karena itu Oldeman embuat klasifikasi bulan basah dan kering yang nilainya
lbih besar dibandingkan dengan klasifikasi Mohr. Menurut Oldeman bulan
basah memiliki curah hujan > 200 mm, bulan lembab antara 100-200 mm dan
bulan kering < 100 mm.
Oldeman membagi iklim menjadi 5 zone agroklimat, sebagai berikut :
Zone A
A1 : memiliki 10 – 12 bulan basah dan 1 bulan kering
A2 : memiliki 10 – 12 bulan basah dan 2 bulan kering
Zona B
B1 ; memiliki 7 – 9 bulan basah dan 1 bulan kering
B2 : memiliki 7 – 9 bulan basah dan 2 – 3 bulan kering
B3 : memiliki 7 – 9 bulan basah dan 4 - 6 bulan kering
Zona C
C1 : memiliki 5 – 6 bulan basah dan 1 bulan kering
C2 : memiliki 5 – 6 bulan basah dan 2 - 3 bulan kering
C3 : memiliki 5 - 6 bulan basah dan 4 - 6 bulan kering
C4 : memiliki 5 - 6 bulan basah dan 7 bulan kering
Zona D
Zona iklim sedang (700 – 1.500 m) : Kopi, teh, karet dan kina
c. Savana (Aw)
Daerah yang termasuk dalam iklim ini adalah daerah dengan
curah hujan bulan-bulan basah tidak dapat mengimbangi kekurangan
air pada bulan-bulan kering. Oleh karena iu vegetasi yang ada di
daerah ini hanyalah padang rumput atau pohon-pohon yang
mempunyai kebutuhan air sedikit. Di Indonesia wilayah yang
mempunyai tipe iklim Aw meliputi Madura, Nusa Tenggara, sebagian
Sulawesi Selatan, dan Kepulauan Aru.
D. Latihan
Pilihlah satu jawaban yang paling benar!
1. Udara yang menyelubungi bumi disebut…
(A) kabut
(B) geosfer
(C) atmosfer
(D) pedosfer
6. Hujan yang terjadi akibat adanya pertemuan antara massa udara panas
dengan dingin disebut....
(A) hujan konvergen
(B) hujan orografis
(C) hujan konveksi
(D) hujan frontal
Kartasaputra,AG. 1993. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: Rineka Cipta.
Linsley K. 1949. Aplied Hydrology. New York: Mc Graw Hill Book Company.
Sitanala Arsyad. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Penerbit IPB.
Sukardi Wisnubrata. 1986. Azas-Azas Meteorologi Pertanian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Strahler, Arthur. 1986. Physical Geography. New York: John Wiley and Son Inc.
Yusman Hestiyanto. 2005. Geografi 1. Jakarta: Yudhistira.