Anda di halaman 1dari 22

STUDI KASUS PENCEMARAN TANAH AKIBAT LIMBAH

DOMESTIK DI TPA PIYUNGAN BANTUL

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Pencemaran Tanah”

Disusun Oleh :
Dita Putri Purwaningsih (H75219022)
Dosen Pengampu :
Abdul Hakim, M.T

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT yang telah melimpahkansegala rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua,
shalawat serta salam penulis limpahkan kepada junjungan kita baginda Nabi
Muhammad SAW kepada keluarga, sahabat serta kepada seluruh umat.
khususnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Studi Kasus Pencemaran Tanah Akibat Limbah Domestik Di TPA
Piyungan Bantul” ini yang ditujukan untuk memenuhi Mata Kuliah Pencemaran
Tanah.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat
dalam penyusunan makalah yang sudah memberikan dukungan moral serta segala
bimbingan untuk penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penyusun mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk memperbaiki makalah ini.

Surabaya, 4 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
1.3 Tujuan............................................................................................................. 5
1.4 Manfaat........................................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 7
2.1 Pengertian Pencemaran Tanah ....................................................................... 7
2.2 Sumber Pencemaran Tanah ............................................................................ 8
2.3 Komponen Pencemaran Tanah....................................................................... 8
2.4 Proses Pencemaran Tanah .............................................................................. 9
2.5 Dampak Pencemaran Tanah ........................................................................ 10
2.6 Pencegahan Pencemaran Tanah ................................................................... 13
2.7 Penanggulangan Pencemaran Tanah ............................................................ 14
BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan................................................................................................... 16
3.2 Saran ............................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 21

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Keadaan Kondisi di TPA Piyungan .................................................7

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan sumber daya
alamnya. Salah satunya ialah kekayaan tanah yang sangat subur karena
berada di kawasan yang umumnya banyak terdapat gunung-gunung berapi
dimana hal tersebut membuat tanah dapat mengembalikn unsur hara.
Namun seiring berjalannya waktu, kesuburan yang dimiliki oleh Indonesia
banyak melanggar aturan yang berlaku tanpa memperhatikan dampak
jangka panjang yang akan terjadi dimasa depan dari pengolahan tanah
tersebut.

Tak asing lagi permasalahan yang sering terjadi di Indonesia


adalah masalah sampah. Sampah merupakan konsekuensi dari adanya
aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia akan menghasilkan buangan
atau sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat
konsumsi manusia terhadap barang atau material yang kita gunakan sehari-
hari. Demikian juga dengan jenis sampah, sangat bergantung dari jenis
material yang dikonsumsi. Oleh karena itu pengelolaan sampah juga tidak
bisa lepas dari pengelolaan gaya hidup masyarakat. (Kasam, 2011)

Peningkatan jumlah penduduk dan perubahan gaya hidup juga


sangat berpengaruh pada volume sampah yang ditimbulkan. Di kota
Jogjakarta menurut data DKKP pada tahun 2005 produksi dari sampah
kawasan perkotaan sendiri menghasilkan sebanyak 1.700 m 3/hari, namun
yang dapat diangkut ke TPA Piyungan Bantul hanya sekitar 1.300 m 3/hari,
sehingga terjadi penumpukan sampah sebanyak 400 m 3/hari dan tidak
terangkut ke TPS maupun TPA Piyungan. Hal ini menyebabkan lokasi
seperti tanah kosong maupun bantaran sungai terjadi penumpukan sampah
yang kemudian berubah menjadi TPS atau TPA illegal.

TPA Piyungan terletak di kabupaten Bantul. TPA Piyungan


dibangun pada tahun 1994-1996 dan mulai beroprasi sejak tahun 1996
dikelola oleh Pemda DIY dan dimulai pada tahun 2000 yang dikelola oleh

4
Sekretariat Bersama Kartamantul berdasarkan keputusan gubernur No 18
Tahun 2000. Kemudian sejak 1 Januari 2015 TPA Piyungan diambil alih
oleh Balai Pengelolaan Infrastuktur Sanitasi dan Air Minum, dibawah
Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral
sesuai dengan Peraturan Gubernur DIY Nomor 99 Tahun 2014. Mulai
Tahun 2019 Pengelolaan TPA Piyungan dialihkan pada Balai Pengelolaan
Sampah, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan DIY. TPA ini
beralamatkan di RT 04 Dukuh Bendo Ngablak dan RT 05 Dukuh Watu
Gender, Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta.

Dalam pengolahan sampah sendiri TPA Piyungan menggunakan


metode system “Sanitary Landfill”. Sanitary Landfill merupakan system
pengelolaan sampah dengan cara membuang dan menumpuk sampah di
lokasi cekung yang selanjutnya memadatkannya kemudian menimbunnya
dengan tanah. TPA Piyungan juga terdapat kolam pengolahan “Leachate”
atau “Lindi”. Besar kemungkinan bahwa lindi yang dihasilkan dari
degradasi tanah akan bergerak melalui pori-pori tanah yang selanjutnya
akan bercampur dengan air tanah. Hal ini yang akan menyebabkan aliran
air akan terkontaminasi. Selain itu lindi juga dapat menyebabkan
organisme di dalam tanah terganggu.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pencemaran tanah?

2. Apa saja faktor yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran tanah?

3. Bagaimana proses terjadinya pencemaran tanah?

4. Apa saja dampak dari pencemaran tanah terhadap lingkungan serta


kelangsungan makhluk hidup?

5. Apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi pencemaran


tanah?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui bagaimana suatu aktifitas itu bisa mencemari tanah

5
2. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari pencemaran tanah

3. Mengetahui cara mencegah dan menanggulangi pencemaran tanah

1.4 Manfaat

Pembaca mendapat pelajaran tentang bagaimana itu pencemaran tanah, dapat


mengetahui proses pengolahan sampah yang benar serta sebagai sarana dalam
meningkatkan pengetahuan wawasan.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pencemaran Tanah


Pencemaran tanah merupakan keadaan di mana bahan kimia buatan
manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini
biasanya terjadi karena kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri
atau fasilitas komersial, penggunaan pestisida, masuknya air permukaan
tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan, kecelakaan kendaraan
pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah, air limbah dari tempat
penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah
secara tidak memenuhi syarat (Irwansyah, dkk., 2015)

Gambar 2.1 Keadaan kondisi di TPA Piyungan


Sumber : www.google.com
Ketika suatu zat berbahaya atau beracun telah mencemari
permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan masuk ke
dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian akan
terendap sebagai bahan kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah
tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan
serta dapat mencemari air tanah dan udara. Ditinjau dari penyebabnya,
pencemaran tanah, dapat di bagi menjadi dua yaitu, terjadi dengan
sendirinya yang disebabkan alam dan antropogenik atau ulah manusia.
Pencemaran biasanya terjadi karena adanya kebocoran limbah cair
atau bahan kimia industry, fasilitas komersial, penggunaan pestisida,
masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan,
zat kimia atau limbah pabrik, air limbah dari tempat penimbunan sampah
serta limbah industry yang dibuang langsung ke tanah secara tidak
7
memenuhi syarat (Amzana, 2012)
Tanah dikategorikan tercemar memiliki ciri-ciri diantara lainnya
adalah sebagai berikut :
a) Tanah tidak subur
b) pH dibawah 6 (asam) atau pH diatas 8 (basa)
c) Berbau busuk
d) Kering
e) Mengandung logam berat
f) Mengandung sampah anorganik

2.2 Sumber Pencemaran Tanah


Sumber pencemar tanah, karena pencemaran tanah tidak jauh beda
atau bisa dikatakan mempunyai hubungan erat dengan pencemaran udara
dan pencemaran air, maka sumber pencemar udara dan sumber pencemar
air pada umumnya juga merupakan sumber pencemar tanah. Sebagai
contoh gas-gas oksida karbon, oksida nitrogen, oksida belerang yang
menjadi bahan pencemar udara yang larut dalam air hujan dan turun ke
tanah dapat menyebabkan terjadinya hujan asam sehingga menimbulkan
terjadinya pencemaran pada tanah.

2.3 Komponen Bahan Pencemaran Tanah


Komponen-komponen pencemaran tanah terdiri sebagai berikut :
(Irwansyah, dkk., 2015)
1. Limbah domestik
Limbah domestik dapat berasal dari daerah pemukiman penduduk,
perdagangan/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain, kelembagaan
misalnya kantor-kantor pemerintahan dan swasta, dan wisata, dapat
berupa limbah padat dan cair.
2. Limbah industri
Limbah Industri berasal dari sisa-sisa produksi industri. Limbah cair
yang merupakan hasil pengolahan dalam suatu proses produksi,
misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri
kimia lainnya. Tembaga, timbal,perak, khrom, arsen dan boron adalah
zat-zat yang dihasilkan dari proses industri pelapisan logam seperti Hg,

8
Zn, Pb, Cd dapat mencemari tanah. Merupakan zat yang sangat beracun
terhadap mikroorganisme. Jika meresap ke dalam tanah akan
mengakibatkan kematian bagi mikroorganisme yang memiliki fungsi
sangat penting terhadap kesuburan tanah.

3. Limbah pertanian
Limbah pertanian dapat berupa sisa-sisa pupuk sintetik untuk
menyuburkan tanah atau tanaman, misalnya pupuk urea dan pestisida
untuk pemberantas hama tanaman. Penggunaan pupuk yang terus
menerus dalam pertanian akan merusak struktur tanah, yang
menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat ditanami jenis
tanaman tertentu karena hara tanah semakin berkurang. Dan penggunaan
pestisida bukan saja mematikan hama tanaman tetapi juga
mikroorganisme yang berguna di dalam tanah. Padahal kesuburan tanah
tergantung pada jumlah organisme di dalamnya. Selain itu penggunaan
pestisida yang terus menerus akan mengakibatkan hama tanaman kebal
terhadap pestisida.
4. Limbah cair
Limbah cair dapat berupa tinja, deterjen, oli, cat, jika meresap kedalam
tanah akan merusak kandungan air tanah bahkan dapat membunuh
mikro-organisme di dalam tanah tersebut.
5. Limbah padat
Berupa senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan atau
diuraikan oleh mikroorganisme seperti plastik, serat, keramik, kaleng-
kaleng dan bekas bahan bangunan, menyebabkan tanah menjadi kurang
subur. Sampah anorganik tidak terbiodegradasi, yang menyebabkan
lapisan tanah tidak dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus
air sehingga peresapan air dan mineral yang dapat menyuburkan tanah
hilang dan jumlah mikroorganisme di dalam tanah pun akan berkurang
akibatnya tanaman sulit tumbuh bahkan mati karena tidak memperoleh
makanan untuk berkembang.

2.4 Proses Pencemaran Tanah


Timbunan sampah yang berasal dari limbah domestik dapat
9
mengganggu/ mencemari karena: lindi (air sampah), bau dan estetika.
Timbunan sampah juga menutupi permukaan tanah sehingga tanah tidak
bisa dimanfaatkan. Timbunan sampah bisa menghasilkan gas nitrogen dan
asam sulfida, adanya zat mercury, chrom dan arsen pada timbunan sampah
bisa menimbulkan pencemaran tanah / gangguan terhadap bio tanah,
tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur tanah. Limbah lainnya
adalah oksida logam, baik yang terlarut maupun tidak menjadi racun di
permukaan tanah.
2.5 Dampak Pencemaran Tanah
TPA Piyungan Bantul mempunyai dampak yang cukup bisa
dikatakan mengkhawatirkan dan bisa berdampak besar bagi keseimbangan
ekologi serta kesehatan makhluk hidup disekitarnya. Berikut merupakan
beberapa dampak buruk yang terjadi dari pencemaran tanah :
a) Turunnya kesuburan tanah yang berakibat pada menurunnya
produktifitas tanah. Tanah yang telah terkontaminasi susah bahkan
tidak dapat menghasilkan tanaman yang sehat.
b) Tanah akan kehilangan nutrisi alami yang terkandung di dalamnya.
Tanaman juga tidak akan berkembang pada tanah tersebut, yang lebih
lanjut akan mengakibatkan erosi tanah.
c) Gangguan dalam keseimbangan flora dan fauna yang berada di dalam
tanah. Peningkatan salinitas tanah yang akan menyebabkan tanah
tandus.
d) Pada umumnya tanaman tidak dapat tumbuh dan berkembang di
tanah tercemar. Namun, jika beberapa tanaman berhasil tumbuh maka
tanaman ini akan cukup beracun untuk menyebabkan masalah
kesehatan yang serius bagi orang yang dekat atau mengkonsumsinya.
e) Debu beracun adalah efek potensial lain dari pencemaran tanah.
f) Polutan tanah akan membawa perubahan dalam struktur tanah, yang
akan menyebabkan kematian berbagai organisme penting di
dalamnya. Hal ini juga akan mempengaruhi predator yang lebih besar
dan memaksa mereka untuk pindah ke tempat lain setelah mereka
kehilangan pasokan makanannya.
Selain itu juga bisa diperkirakan memberikan resiko

10
terhadap komponen lingkungan antara lain :
a) Tata guna lahan (tanah)
Prakiraan resiko terhadap tata guna lahan yang mungkin terjadi
yaitu resiko berasal dari buangan limbah terutama lindi yang
mencemari air tanah dan air permukaan. Akibat pencemaran
tersebut maka warga merasa tidak nyaman dan pindah dari
lokasi sekitar TPA Piyungan, sehingga terjadi perubahan tata
guna lahan. Di samping itu diprakirakan masyarakat akan
menjual tanahnya karena beranggapan lahannya tidak strategis.
b) Kualitas udara
Prakiraan resiko terhadap udara, yaitu resiko berasal dari bau
gas yang timbul dari proses degradasi sampah yang semakin
lama semakin tidak sedap. Akibat pencemaran tersebut warga
khususnya masyarakat disekitar TPA Piyungan merasa kurang
nyaman akibat terhisapnya bau ke dalam pernafasan. Jenis
resiko yang muncul bersifat negatif. Bobotnya besar karena
pencemaran gas yang timbul jumlahnya besar dan berlangsung
terus menerus serta merupakan gas yang berbahaya.
c) Kualitas air permukaan
Prakiraan resiko terhadap air permukaan yaitu berasal dari
pengolahan limbah cair, yang dibuang ke sungai. Resiko yang
timbul pada flora, fauna, dan manusia, yang memanfaatkan
sungai. Resiko terbesar yang mungkin terjadi adalah matinya
biota air, tumbuhan air, dan hewan air. Resiko yang muncul
bersifat negatif.
d) Kualitas air tanah
Prakiraan resiko terhadap air tanah yaitu berasal dari
pengolahan lindi dan rembesan lindi pada lapisan dasar TPA.
Resiko yang timbul pada manusia, yang memanfaatkan air
tanah untuk keperluan sehari-hari.
e) Flora darat
Prakiraan resiko terhadap flora darat berasal dari pengolahan
limbah cair kemudian kemudian dibuang ke sungai lalu dihisap
11
oleh tumbuhan yang hidup di sekitar sungai. Selain itu
gangguan terhadap flora air adanya gas Methan. Resiko yang
mungkin timbul berupa berkurangnya kemampuan tumbuhan
dalam berfotosintesis sehingga menyebabkan tumbuhan
tersebut mati serta bersifat negatif. Tetapi bobotnya sedang
karena effluen dari IPAL telah mengalami pengenceran air
sungai sehingga konsentrasi pencemar juga menurun.
f) Flora air
Prakiraan resiko terhadap flora air berasal dari pengolahan
limbah cair kemudian kemudian dibuang ke sungai lalu dihisap
oleh tumbuhan yang hidup di sekitar sungai. Selain itu
gangguan terhadap flora air juga dari adanya gas Methan.
Resiko yang mungkin timbul berupa berkurangnya
kemampuan tumbuhan dalam berfotosintesis sehingga
menyebabkan tumbuhan tersebut mati serta bersifat negatif.
Tetapi bobotnya sedang karena efluen dari IPAL telah
mengalami pengenceran air sungai sehingga konsentrasi
pencemar juga menurun.
g) Fauna darat
Prakiraan resiko terhadap fauna darat berasal dari tumpukan
sampah kemudian dimakan. Selain itu gangguan terhadap
fauna darat juga dari adanya gas methan. Resiko yang mungkin
timbul berupa terakumulasinya unsur-unsur berbahaya seperti
logam berat pada hewan yang selalu makan tumpukan
sampah.
h) Fauna air
Prakiraan resiko terhadap fauna air berasal dari limbah cair
yang berasal dari kolam pengolahan ke sungai. Resiko yang
mungkin timbul berupa berkurangnya fauna di dalam air serta
bersifat negatif. Bobotnya sedang karena effluen dari pabrik
tahu telah mengalami pengolahan sehingga konsentrasi
pencemar juga kecil, namun demikian pada kondisi tertentu
IPAL akan mengalami gangguan.

12
i) Tingkat kesehatan masyarakat
Prakiraan resiko terhadap tingkat kesehatan masyarakat berasal
dari buangan pengolahan limbah cair yang masuk ke dalam air
permukaan/sungai, di mana masyarakat sekitar tinggal dan
memanfaatkan sungai. Disamping itu masyarakat juga
mengkonsumsi air tanah yang terkontaminasi lindi yang
meresap melalui lapisan dasar TPA. Resiko yang mungkin
timbul berupa munculnya penyakit kulit, perut, dan sebagainya
serta bersifat negatif. Bobotnya adalah besar karena berkaitan
secara langsung dengan kehipuan manusia.
j) Estetika lingkungan
Prakiraan resiko terhadap estetika lingkungan berasal dari
limbah cair yang dari kolam pengolahan yang masuk ke dalam
air permukaan/sungai, limbah padat yang ditumpuk dan
timbulnya gas yang menimbulkan bau tidak enak. Resiko yang
mungkin terjadi berupa penurunan estetika lingkungan dan
bersifat negatif serta bobotnya besar.

2.6 Pencegahan Pencemaran Tanah


Pada umumnya pencegahan ini pada prinsipnya adalah berusaha
untuk tidak menyebabkan terjadinya pencemaran, misalnya
mencegah/mengurangi terjadinya bahan pencemar, antara lain :

a) Penanganan khusus terhadap limbah domestik yang berjumlah sangat


banyak diperlukan agar tidak mencemari tanah. Pertama sampah
tersebut kita pisahkan ke dalam sampah organik yang dapat diuraikan
oleh mikroorganisme (biodegradable) dan sampah yang tidak dapat
diuraikan oleh mikroorganisme (nonbiodegradable). Akan sangat
baik jika setiap rumah tangga bisa memisahkan sampah atau limbah
atas dua bagian yakni organik dan anorganik dalam dua wadah
berbeda sebelum diangkut ketempat pembuangan akhir.

b) Sampah organik yang terbiodegradasi bisa diolah, misalnya dijadikan


bahan urukan, kemudian kita tutup dengan tanah sehingga terdapat
permukaan tanah yang dapat kita pakai lagi; dibuat kompos; khusus
kotoran hewan dapat dibuat biogas dll sehingga dalam hal ini bukan
13
pencemaran tanah yang terjadi tetapi proses pembusukan organik
yang alami.

c) Sampah anorganik yang tidak dapat diurai oleh mikroorganisme.


Cara penanganan yang terbaik dengan daur ulang. Limbah industri
harus diolah dalam pengolahan limbah, sebelum dibuang kesungai
atau kelaut.

d) Mengurangi penggunaan bahan-bahan yang tidak bisa diuraikan oleh


mikroorganisme (nonbiodegradable). Salah satu contohnya adalah
dengan mengganti plastik sebagai bahan kemasan/pembungkus
dengan bahan yang ramah lingkungan seperti dengan daun pisang
atau daun jati.

2.7 Penanggulangan Pencemaran Tanah


Apabila pencemaran telah terjadi, maka perlu dilakukan penanggulangan
terhadap pencemaran tersebut. Tindakan penanggulangan pada prinsipnya
mengurangi bahan pencemar tanah atau mengolah bahan pencemar atau mendaur
ulang menjadi bahan yang bermanfaat. Tanah dapat berfungsi sebagaimana
mestinya, tanah subur adalah tanah yang dapat ditanami dan terdapat
mikroorganisme yang bermanfaat serta tidak punahnya hewan tanah. Ada
beberapa langkah penangan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh
pencemaran tanah. Diantaranya adalah :

1. Remidiasi

Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang


tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan
ex-situ (atau offsite). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi.
Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan,
venting (injeksi), dan bioremediasi.Pembersihan off-site meliputi
penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang
aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat
pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang
kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut.
Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian
diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh
lebih mahal dan rumit.
14
2. Bioremediasi

Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan


menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan
untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang
kurang beracunatau tidak beracun (karbon dioksida dan air). Kita juga
dapat melakukan penanganan-penanganan seperti:

a) Sampah-sampah organik yang tidak dapat dimusnahkan (berada


dalam jumlah cukup banyak) dan mengganggu kesejahteraan hidup
serta mencemari tanah, agar diolah atau dilakukan daur ulang
menjadi barang-barang lain yang bermanfaat, misal dijadikan
mainan anak-anak, dijadikan bahan bangunan, plastik dan serat
dijadikan kesed atau kertas karton didaur ulang menjadi tissu,
kaca-kaca di daur ulang menjadi vas kembang, plastik di daur
ulang menjadi ember dan masih banyak lagi cara-cara pendaur
ulang sampah.

b) Hujan asam yang menyebabkan pH tanah menjadi tidak sesuai lagi


untuk tanaman, maka tanah perlu ditambah dengan kapur agar pH
asam berkurang.

c) Bekas bahan bangunan (seperti keramik, batu-batu, pasir, kerikil,


batu bata, berangkal) yang dapat menyebabkan tanah menjadi
tidak/kurang subur, dikubur dalam sumur secara berlapis-lapis
yang dapat berfungsi sebagai resapan dan penyaringan air,
sehingga tidak menyebabkan banjir, melainkan tetap berada di
tempat sekitar rumah dan tersaring. Resapan air tersebut bahkan
bisa masuk ke dalam sumur dan dapat digunakan kembali sebagai
air bersih.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut (Irwansyah, dkk., 2015) tentang pengertian pencemaran
tanah merupakan keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan
merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena
kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial,
penggunaan pestisida, masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam
lapisan sub-permukaan, kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat
kimia, atau limbah, air limbah dari tempat penimbunan sampah serta
limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi
syarat.
Tanah dikategorikan tercemar memiliki ciri-ciri diantara lainnya
adalah sebagai berikut :
a) Tanah tidak subur
b) pH dibawah 6 (asam) atau pH diatas 8 (basa)
c) Berbau busuk
d) Kering
e) Mengandung logam berat
f) Mengandung sampah anorganik
Komponen-komponen pencemaran tanah terdiri sebagai berikut :
(Irwansyah, dkk., 2015)
1. Limbah domestik
Limbah domestik dapat berasal dari daerah pemukiman penduduk,
perdagangan/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain, kelembagaan
misalnya kantor-kantor pemerintahan dan swasta, dan wisata, dapat
berupa limbah padat dan cair.
2. Limbah industri
Limbah Industri berasal dari sisa-sisa produksi industri. Limbah cair
yang merupakan hasil pengolahan dalam suatu proses produksi,
misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri
kimia lainnya. Tembaga, timbal,perak, khrom, arsen dan boron adalah
16
zat-zat yang dihasilkan dari proses industri pelapisan logam seperti Hg,
Zn, Pb, Cd dapat mencemari tanah.
3. Limbah pertanian
Limbah pertanian dapat berupa sisa-sisa pupuk sintetik untuk
menyuburkan tanah atau tanaman, misalnya pupuk urea dan pestisida
untuk pemberantas hama tanaman.
4. Limbah cair
Limbah cair dapat berupa tinja, deterjen, oli, cat, jika meresap kedalam
tanah akan merusak kandungan air tanah bahkan dapat membunuh
mikro-organisme di dalam tanah tersebut.
5. Limbah padat
Berupa senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan atau
diuraikan oleh mikroorganisme seperti plastik, serat, keramik, kaleng-
kaleng dan bekas bahan bangunan, menyebabkan tanah menjadi kurang
subur. Sampah anorganik tidak terbiodegradasi, yang menyebabkan
lapisan tanah tidak dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus
air sehingga peresapan air dan mineral yang dapat menyuburkan tanah
hilang dan jumlah mikroorganisme di dalam tanah pun akan berkurang
akibatnya tanaman sulit tumbuh bahkan mati karena tidak memperoleh
makanan untuk berkembang.
TPA Piyungan Bantul mempunyai dampak yang cukup bisa
dikatakan mengkhawatirkan dan bisa berdampak besar bagi keseimbangan
ekologi serta kesehatan makhluk hidup disekitarnya. Berikut merupakan
beberapa dampak buruk yang terjadi dari pencemaran tanah :
a) Turunnya kesuburan tanah yang berakibat pada menurunnya
produktifitas tanah.
b) Tanah akan kehilangan nutrisi alami yang terkandung di dalamnya.
c) Gangguan dalam keseimbangan flora dan fauna yang berada di dalam
tanah.
d) Pada umumnya tanaman tidak dapat tumbuh dan berkembang di
tanah tercemar. Namun, jika beberapa tanaman berhasil tumbuh maka
tanaman ini akan cukup beracun untuk menyebabkan masalah
kesehatan yang serius bagi orang yang dekat atau mengkonsumsinya.
e) Debu beracun adalah efek potensial lain dari pencemaran tanah. 17
f) Polutan tanah akan membawa perubahan dalam struktur tanah, yang
akan menyebabkan kematian berbagai organisme penting di
dalamnya.

Pada umumnya pencegahan ini pada prinsipnya adalah berusaha


untuk tidak menyebabkan terjadinya pencemaran, misalnya
mencegah/mengurangi terjadinya bahan pencemar, antara lain :

a) Penanganan khusus terhadap limbah domestik yang berjumlah sangat


banyak diperlukan agar tidak mencemari tanah. Pertama sampah
tersebut kita pisahkan ke dalam sampah organik yang dapat diuraikan
oleh mikroorganisme (biodegradable) dan sampah yang tidak dapat
diuraikan oleh mikroorganisme (nonbiodegradable). Akan sangat
baik jika setiap rumah tangga bisa memisahkan sampah atau limbah
atas dua bagian yakni organik dan anorganik dalam dua wadah
berbeda sebelum diangkut ketempat pembuangan akhir.

b) Sampah organik yang terbiodegradasi bisa diolah, misalnya dijadikan


bahan urukan, kemudian kita tutup dengan tanah sehingga terdapat
permukaan tanah yang dapat kita pakai lagi; dibuat kompos; khusus
kotoran hewan dapat dibuat biogas dll sehingga dalam hal ini bukan
pencemaran tanah yang terjadi tetapi proses pembusukan organik
yang alami.

c) Sampah anorganik yang tidak dapat diurai oleh mikroorganisme.


Cara penanganan yang terbaik dengan daur ulang. Limbah industri
harus diolah dalam pengolahan limbah, sebelum dibuang kesungai
atau kelaut.

d) Mengurangi penggunaan bahan-bahan yang tidak bisa diuraikan oleh


mikroorganisme (nonbiodegradable). Salah satu contohnya adalah
dengan mengganti plastik sebagai bahan kemasan/pembungkus
dengan bahan yang ramah lingkungan seperti dengan daun pisang
atau daun jati.

18
Apabila pencemaran telah terjadi, maka perlu dilakukan
penanggulangan terhadap pencemaran tersebut. Diantaranya adalah

1. Remidiasi

Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang


tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan
ex-situ (atau offsite). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi.
Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan,
venting (injeksi), dan bioremediasi. Pembersihan off-site meliputi
penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang
aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat
pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang
kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut.
Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian
diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh
lebih mahal dan rumit.

2. Bioremediasi

Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan


menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan
untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang
kurang beracunatau tidak beracun (karbon dioksida dan air). Kita juga
dapat melakukan penanganan-penanganan seperti:

a) Sampah-sampah organik yang tidak dapat dimusnahkan (berada


dalam jumlah cukup banyak) dan mengganggu kesejahteraan hidup
serta mencemari tanah, agar diolah atau dilakukan daur ulang
menjadi barang-barang lain yang bermanfaat, misal dijadikan
mainan anak-anak, dijadikan bahan bangunan, plastik dan serat
dijadikan kesed atau kertas karton didaur ulang menjadi tissu,
kaca-kaca di daur ulang menjadi vas kembang, plastik di daur
ulang menjadi ember dan masih banyak lagi cara-cara pendaur
ulang sampah.

b) Hujan asam yang menyebabkan pH tanah menjadi tidak sesuai lagi


untuk tanaman, maka tanah perlu ditambah dengan kapur agar pH
asam berkurang.
19
c) Bekas bahan bangunan (seperti keramik, batu-batu, pasir, kerikil,
batu bata, berangkal) yang dapat menyebabkan tanah menjadi
tidak/kurang subur, dikubur dalam sumur secara berlapis-lapis
yang dapat berfungsi sebagai resapan dan penyaringan air,
sehingga tidak menyebabkan banjir, melainkan tetap berada di
tempat sekitar rumah dan tersaring. Resapan air tersebut bahkan
bisa masuk ke dalam sumur dan dapat digunakan kembali sebagai
air bersih.

3.2 Saran
Setidaknya terdapat tiga hal yang dapat dilakukan dalam merespon
pencemaran tanah di TPA Piyungan, yaitu :
1) Melakukan upaya-upaya pencegahan seperti memisahkan
sampah atau limbah atas dua bagian yakni organik dan
anorganik dalam dua wadah berbeda sebelum diangkut
ketempat pembuangan akhir untuk meminimalisir
pencemaran tanah akibat limbah anorganik.
2) Melakukan upaya-upaya penanggulangan seperti dengan
metode remediasi dan bioremediasi.
3) Melakukan penelitian lebih mendalam dan berkelanjutan
terutama terkait kandungan unsur-unsur kimia di dalam
tanah

20
DAFTAR PUSTAKA

Arbi, Y., Siregar, R. leonardo, & Tri Padmi Damanhuri. (2018). Kajian Pencemaran Air Tanah
Oleh Lindi Di Sekitar Air Dingin Kota Padang. Sains Dan Teknologi: Jurnal Keilmuan
Dan Aplikasi Teknologi Industri, 18(1), 46–52.
http://ojs.sttind.ac.id/ojs/index.php/Sain/article/view/99/73

Cipta, T. A., Magister, P., Lingkungan, I., & Lampung, P. U. (2014). Pencemaran Akibat
Kegiatan Industri. 1–21.

Hamzah, et al. (2019). Remediasi Tanah Tercemar Logam Berat. UNITRI Press, 1(0341), 105–
112.

Irwansyah, A., & Wicaksono, F. A. (2015). Analisis dampak limbah domestik terhadap
pencemaran tanah.

Juandi, M. (2009). Analisis Pencemaran Air tanah Berdasarkan Metode Geolistrik Studi Kasus
Tempat Pembuagan Akhir Sampah Muara Fajar Kecamatan Rumbai Ground Water
Pollution Analytical Based on Geo-electrical Methods Case on Muara Fajar Landfill
Kecamatan Rumbai. Ilmu Lingkungan Journal of Environmenl Science, 95–104.

Kasam, I. (2011). Analisis Resiko Lingkungan pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah
(Studi Kasus: TPA Piyungan Bantul). Jurnal Sains &Teknologi Lingkungan, 3(1), 19–30.
https://doi.org/10.20885/jstl.vol3.iss1.art2

Mariadi, P. D., & Kurniawan, I. (2020). Analisis Mutu Air Tanah Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) (Studi Kasus TPA Sampah Sukawinatan Palembang). Sainmatika: Jurnal Ilmiah
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, 17(1), 61.
https://doi.org/10.31851/sainmatika.v17i1.2933

Rahmi, A., & Edison, B. (2019). Identifikasi Pengaruh Air Lindi (Leachate) Terhadap Kualitas
Air di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tanjung Belit. Jurnal APTEK, 11(1), 1–6.
A Rahmi, B Edison - jurnal APTEK, 2019 - journal.upp.ac.id

21

Anda mungkin juga menyukai