Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PENGAMATAN TPA PAKUSARI

KIMIA LINGKUNGAN

Kelas : B

Dosen Pembimbing :

Bekti Palupi, S.T., M.Eng.

Kelompok 16

Disusun oleh :

1. Farosatun Nafisah (181910401040)


2. Evi Nadilah Giandita (181910401066)

UNIVERSITAS JEMBER
2019

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur Alhamdulillah marilah senantiasa kita panjatkan atas segala


nikmat yang telah diberikan Allah SWT kepada kita semua. Sehingga kami kelompok
16 bisa menyusun laporan ini dengan lancar. Salam serta sholawat semoga tercurah
kepada Nabiullah Muhammad SAW yang telah membawa dunia ini dari zaman
kegelapan menuju zaman terang-benderang, penuh ilmu dan hikmah. Semoga kita
mendapatkan syafaatnya di hari akhir kelak. Aamiin.

Laporan ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kimia
Lingkungan di Universitas Jember. Dengan tema “Laporan Pengamatan TPA
Pakusari” kami berusaha menyelesaikan tugas ini dan menyajikan yang terbaik.

Di dalamnya memuat pendahuluan, rumusan masalah, pembahasan dan


kesimpulan. Kami menyadari bahwa di dalam laporan ini masih terdapat kekurangan
dan kesalahan. Untuk itulah kami memohon kritik dan saran yang membangun agar
ke depan kami bisa menyajikan laporan yang lebih baik lagi.

Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu maupun Asisten
Dosen mata kuliah Kimia Lingkungan yang telah membimbing kami dalam
penyusunan laporan ini. Akhirnya semoga laporan ini bermanfaat bagi yang
membacanya. Aamiin

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jember, 13 Maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
1.3. Tujuan ......................................................................................................... 3
1.4. Manfaat ....................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 5


2.1. Sampah ........................................................................................................ 5
2.2. Pencemaran dan Dampaknya Terhadap Lingkungan .................................. 6
2.2.1 Pengertian ........................................................................................ 6
2.2.2 Macam-Macam ............................................................................... 6
2.2.3 Bahan Pencemaran .......................................................................... 7
2.2.4 Sumber Pencemaran ........................................................................ 8
2.2.5 Pencemaran Perairan dan Tanah ..................................................... 9
2.2.6 Pencemaran Udara ........................................................................ 10
2.3. Air Lindi .................................................................................................... 11
2.4. TPA Pakusari Jember ................................................................................ 12
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................... 15
3.1. Kondisi TPA Pakusari ............................................................................... 15
3.2. Permasalahan di TPA Pakusari ................................................................. 24
3.3. Solusi yang diterapkan di TPA Pakusari ................................................... 26
3.4. Solusi baru mengatasi permasalahan di TPA Pakusari ............................. 28
BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 31
4.1 Kesimpulan............................................................................................... 31

iii
4.2 Saran ......................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... xxxiii
LAMPIRAN .......................................................................................................... xxxiv

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Volume sampah Kota Jember per minggu pada tahun 2012……………12
Tabel 2.2 Komponen sampah yang terdapat di Kabupaten Jember………………..14
Tabel 3.1 Matrik sederhana dalam bisnis sampah plastik…………..……………...29

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi TPA Pakusari………………………………….…13

vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampah telah menjadi permasalahan serius di Indonesia, terutama kota dengan
tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Pertambahan penduduk yang semakin
pesat dengan segala aktivitasnya berbanding lurus dengan peningkatan jumlah
sampah. Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2011, Indonesia memproduksi sampah
mencapai lebih dari 80.000 ton per hari. Sampah ini dihasilkan dari 380 kota di
Indonesia (Junita, 2013).
Sampah adalah hasil sisa setiap kegiatan ataupun sisa sebuah proses kehidupan
sehari-hari. Setiap hari manusia pasti menghasilkan sampah, baik sampah pabrik
ataupun sampah rumah tangga. Sampah-sampah tersebut akan dikumpulkan dalam
sebuah tempat yang di sebut dengan TPA (Tempat Pembuangan Sampah Akhir).
Sampah adalah semua jenis bahan padat, termasuk cairan dalam container yang
dibuang sebagai bahan buangan yang tidak bermanfaat atau berbagai barang yang
dibuang karena berlebihan (Nikmah, 2015).
Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember tahun 2012 menunjukkan bahwa
Kota Jember memiliki luas wilayah 3.293.339 km2 dengan 31 kecamatan, 247
kelurahan, dan total jumlah penduduk sebanyak 2.800.000 jiwa. Pola konsumsi
masyarakat Kota Jember cenderung meningkat, dapat dilihat dari naiknya kebutuhan
hidup untuk memenuhi kebutuhan makanan, pakaian, dan perumahan. Pola konsumsi
masyarakat yang terus meningkat tersebut akan menghasilkan sampah. Sampah yang
tidak dikelola dengan baik, akan menimbulkan permasalahan, baik permasalahan
lingkungan, sosial, maupun budaya (Junita, 2013).
Pengelolaan sampah di Kota Jember dilakukan oleh Institusi Pengelola
Persampahan Kota bidang kebersihan bersama Dinas PU. Cipta Karya dan Tata
Ruang Kabupaten Jember. Lokasi tempat pembuangan akhir di Kabupaten Jember
dilakukan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang terletak di Desa Kertosari
Kecamatan Pakusari Jember (TPA Pakusari). TPA Pakusari memiliki luas ± 6,8 Ha
dan dioperasionalkan mulai bulan Febuari 1992 (Junita, 2013).

1
Proses penimbunan sampah secara terus-menerus di daerah Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) menghasilkan pencemar berupa air lindi (leachate) sebagai
hasil infiltrasi air hujan yang masuk ke dalam timbunan sampah. Air lindi
mengandung bahan-bahan organik yang membusuk dan bahan-bahan logam berat.
Air lindi merupakan suatu jenis bahan pencemar yang memiliki potensi tinggi untuk
mencemari lingkungan, seperti tercemarnya air permukaan. Air lindi dapat meresap
ke dalam tanah. Peresapan cairan lindi ke dalam tanah akan menyebabkan
pencemaran tanah dan air tanah secara langsung (Junita, 2013).
Pencemaran air dan pencemaran tanah tidak dapat dengan mudah dipisahkan,
karena diantara keduanya saling berkaitan. Pencemaran yang terjadi di perairan juga
mencemari tanah tempat air menggenang ataupun air mengalir tersebut. Sebagian
bahan pencemar akan meresap ke dalam tanah dan mengancam kelangsungan
organisme tanah (Subchan, 2016).
Selain menimbulkan pencemaran tanah dan air tanah, tumpukan- tumpukan
sampah tersebut akan menimbulkan bau dan tempat berkembang biaknya jamur
maupun bakteri. Hidrogen sulfida (H2S) adalah gas yang dihasilkan oleh sampah, bau
ini merupakan suatu gas yang tidak berwarna ,sangat beracun, mudah terbakar dan
memiliki karakteristik bau telur busuk. Nama kimia lain ini adalah dihidrogen sulfida
dan dikenal juga sebutan sebagai gas rawa atau asam sulfida. Gas ini dapat
menyebabkan dampak yang buruk bagi kesehatan. Gas H2S dengan cepat diserap oleh
paru-paru. Pada konsentrasi rendah dapat menyebabkan iritasi mata, hidung atau
kerongkongan, bahkan dapat terjadi kesulitan pernafasan pada penderita asma.
Paparan H2S dengan konsentrasi rendah dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan efek permanen seperti gangguan saluran pernafasan, sakit kepala, dan
batuk kronis. Sebuah penelitan di luar negri menyatakan bahwa paparan ini mampu
mengakibatkan penyakit pernafasan yang sangat fatal, penelitian tersebut dilakukan
untuk menguji efek dari paparan bioaerosols pada kesehatan pernapasan pengumpul
sampah dan pekerja air limbah. Dalam 5 tahun penelitian prospektif kohort dengan
hasil gejala pernapasan, obstruksi penyakit saluran napas efektif dan pengukuran

2
serum paru-spesifik protein. Efek baik pada pekerja yang sehat tidak ditemukan
(Nikmah, 2015).
Dengan demikian, dari paparan diatas melatarbelakangi kami untuk mencari
tahu lebih mendalam terkait kondisi dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang
terletak di Pakusari. TPA Pakusari merupakan Tampat Pembuangan Akhir terbesar di
Kabupaten Jember dan menjadi pusat pengontrol pembuangan sampah di Kabupaten
Jember. Dengan mengetahui kondisi dari TPA Pakusari maka kami mengharapkan
dapat membantu untuk mencipatkan sebuah inovasi terbaru guna mengatasi
permasalah yang berkaitan dengan penumpukan sampah di TPA Pakusari.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi di TPA Pakusari pada saat ini ?
2. Apa saja permasalahan yang sedang dialami pengelola di TPA Pakusari ?
3. Apa saja solusi yang sudah diterapkan oleh pengelola di TPA Pakusari ?
4. Bagaimana solusi kami untuk mengatasi permasalahan di TPA Pakusari yang
belum memperoleh jalan keluar terbaik ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui kondisi di TPA Pakusari pada saa ini.
2. Mengetahui permasalahan yang sedang dialami pengelola di TPA Pakusari.
3. Mengetahui solusi yang sudah diterapkan oleh pengelola di TPA Pakusari.
4. Mengetahui solusi mengatasi permasalahan di TPA Pakusari yang belum
memperoleh jalan keluar terbaik.
1.4 Manfaat
1. Memberikan informasi kepada masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Jember
terkait kondisi di TPA Pakusari.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Jember
mengenai permasalahan yang sedang dialami pengelola di TPA Pakusari
sehingga diharapkan Pemerintah Kabupaten Jember dapat mengambil sebuah
tindakan untuk segera menanganinya.

3
3. Memberikan informasi kepada masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Jember
mengenai solusi yang sudah diterapkan oleh pengelola di TPA Pakusari.
4. Mengajak masyarakat untuk lebih sadar akan pentingnya pengelolaan sampah
di TPA Pakusari dan dapat menciptakan sebuah inovasi bersama dalam rangka
memecahkan permasalah terkait penumpukan sampah yang belum memperoleh
jalan keluar terbaik.

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sampah
Sampah adalah bahan-bahan hasil dari kegiatan masyarakat umum yang tidak
digunakan lagi, yang pada umumnya berupa benda padat, baik yang mudah
membusuk maupun yang tidak mudah membusuk. Aktivitas manusia dalam
memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa yang dianggapnya sudah tidak berguna
lagi sehingga diperlakukannya sebagai barang buangan, yaitu sampah dan limbah
(Junita, 2013). Jenis dan sumber sampah yaitu:
1. Sampah Rumah Tangga
Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga ini dapat terdiri dari
bermacam-macam jenis sampah yaitu:
a. Sampah basah atau sampah yang terdiri dari bahan-bahan organik yang mudah
membusuk yang sebagian besar adalah sisa makanan, potongan hewan, sayuran,
dan lain-lain (Junita, 2013).
b. Sampah kering yaitu sampah yang terdiri dari logam seperti besi tua, kaleng
bekas, dan sampah kering nonlogam misalnya kertas, kayu, dan kaca (Junita,
2013).
c. Sampah lembut misalnya sampah debu yang berasal dari penyapuan lantai rumah,
penggergajian kayu, dan abu yang berasal dari sisa pembakaran kayu (Junita,
2013).
d. Sampah besar atau sampah yang terdiri dari buangan rumah tangga yang besar-
besar seperti meja, kursi, kulkas, televisi, radio, dan peralatan dapur (Junita,
2013).
2. Sampah Komersial
Sampah yang berasal dari kegiatan komersial seperti pasar, pertokoan, rumah
makan, bengkel, kios, dan lain-lain (Junita, 2013).
3. Sampah Bangunan

5
Sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan termasuk pemugaran dan
pembongkaran suatu bangunan seperti semen, kayu, batu bata, genting, dan lain-lain
(Junita, 2013).
4. Sampah Fasilitas Umum
Sampah ini berasal dari pembersihan dan penyapuan jalan, trotoar, taman, dan
fasilitas umum lainnya. Contoh jenis sampah ini yaitu daun, ranting, kertas
pembungkus, plastik, rokok, debu, dan lain-lain (Junita, 2013).
2.2 Pencemaran dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Hidup
2.2.1 Pengertian
Di dalam Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1997 disebutkan pencemaran
lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi atau
komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh
kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai
tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Subchan, 2016).
Dari definisi di atas jelas bahwa, tolok ukur utama suatu lingkungan dikatakan
tercemar adalah dilihat dari fungsinya atau kegunaan lingkungan tersebut. Apabila
suatu lingkungan terintroduksi zat atau energi ataupun makhluk hidup akan tetapi jika
fungsi lingkungan tersebut tidak berubah, maka lingkungan tersebut dikatakan belum
tercemar (Subchan, 2016).
Adapun yang dimaksud dengan lingkungan hidup secara umum dapat diartikan
sebagai segala benda, kondisi atau keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruang
yang kita tempati dan mempengaruhi hal-hal yang hidup, termasuk kehidupan
manusia. Sifat-sifat suatu lingkungan hidup ditentukan oleh banyaknya faktor
diantaranya adalah : (a) jenis dan jumlah masing-masing unsur lingkungan hidup; (b)
hubungan antara unsur-unsur dalam lingkungan hidup; (c) kondisi atau kelakuan
unsur lingkungan hidup; (d) faktor non material seperti : suhu, cahaya, kebisingan,
kelembaban dan lain sebagainya (Subchan, 2016).
2.2.2 Macam-Macam

6
Pencemaran berdasarkan lingkungan yang menjadi sasarannya dibedakan
menjadi pencemaran air, pencemaran tanah dan pencemaran udara (Subchan, 2016).
Berdasarkan unsur-unsur penyebabnya, pencemaran lingkungan dibedakan
menjadi :
1. Pencemaran fisik, seperti : polusi suara, radiasi suhu, penerangan;
2. Pencemaran kimia, seperti : debu, asap, gas, larutan awan, kabut;
3. Pencemaran sosio ekonomi dan kultural, seperti : kemiskinan, kurangnya
kesempatan kerja, gangguan keamanan, ketidakstabilan politik, aliran-aliran
yang bersifat ekstrim.
4. Pencemaran biologis, seperti penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
jasad renik seperti kolera, tifus, demam berdarah dan lain-lain yang derajadnya
sedemikian besar sehingga mengganggu lingkungan (Subchan, 2016).
2.2.3 Bahan Pencemaran
Bahan pencemaran atau polutan adalah sesuatu yang mencampuri medium
murni. Bentuk bahan pencemar dapat berupa bahan pencemar buatan seperti
detergen, pestisida, sampah plastik dan sebagainya serta bahan pencemar natural atau
alami seperti kotoran hewan, bau busuk hewan mati dan lain sebagainya (Subchan,
2016).
Bahan-bahan pencemaran lingkungan dapat digolongkan ke dalam dua hal :
1. Bersifat kualitatif : terdiri unsur-unsur yang terjadi akibat berlangsungnya
persenyawaan yang dibuat secara sintetis, seperti pestisida, deterjen dan lain-
lain (Subchan, 2016).
2. Bersifat kuantitatif : terdiri dari unsur-unsur yang secara alamiah telah terdapat
di dalam alam, tetapi jumlahnya bertambah banyak sehingga menyebabkan
pencemaran lingkungan. Hal ini terjadi akibat bencana alam, perbuatan manusia
dan lain-lain. Sebagai contoh adalah unsur-unsur seperti karbon, nitrogen,
fosfor dan lain sebagainya (Subchan, 2016).
Berbagai bahan pencemar karena meningkat kuantitas dan kualitasnya sehingga
menimbulkan gangguan terhadap ekosistem. Adapun macam-macam bahan pencemar

7
dapat berupa : (a) Sampah buangan domestik, yang secara kuantitas dan kualitas terus
bertambah didorong oleh perilaku konsumtif yang berlebihan. Pembuangan sampah
yang tidak diimbangi oleh sistem penampungan, pengangkutan dan pemusnahannya
justru mendorong pusat-pusat sarang vector; (b) Sampah industri anorganik seperti
larutan asam, alkali, sianida sampai menyangkut berbagai logam berat mau tidak mau
memberikan beban hydrological cycle (siklus hidrolik). Selanjutnya akan
mengganggu ekosistem mikroorganisme tanah; (c) Sampah industri organik, mulai
dari aseton, kresol dan lain-lain juga membawa pengaruh terhadap mekanisme dan
ekosistem biologi tanah; (d) Sampah radioaktif, yang bisa dihasilkan sebagai akses
sampingan dari pusat-pusat pembangkit tenaga maupun akibat penggunaan teknologi
radioaktif untuk berbagai keperluan yang makan luas. Dampak radiasinya sangat
merugikan kehidupan; (e) Sampah khusus pestisida, merupakan sisa yang tanpa
disadari kita tinggalkan karena makan “digemari” tidak hanya dibidang pertanian,
namun pemakaian luas oleh keluarga pada pembasmian bunga tanaman atau
pembasmian hama tanaman atau bunga peliharaan, seperti anggrek dan lain-lain.
Penggunaan terhadap hama nyamuk dan lalat merupakan kejadian sehari-hari dalam
rumah tangga, antara lain jenis Baygon, Morthen, Hit dan sebagainya; (f) Sisa
deterjen, membawa dampak dan kerugian melalui mekanisme siklus hidrologisnya,
karena bahan ini sulit dipisahkan secara alamiah dalam perjalanan siklus tersebut.
Pada suatu ketika bahan sisa ini akan mengkontaminir berbagai sumber air untuk
keperluan umum, seperti sumur, air sungai untuk bahan baku PAM; (g) Sisa minyak
bumi, mulai dari bensin, sampai pelumas maupun cat; (h) Buangan air gelontor, yang
panas membawa dampak termis atau peningkatan suhu terhadap system kehidupan
air; (i) Berbagai macam sampah padat, seperti sampah plastik, kaleng bekas dan
sebagainya; (j) Pembebasan berbagai gas, baik industri, pusat-pusat pembakaran dan
system transportasi; (k) dan lain-lain (Subchan, 2016).
2.2.4 Sumber Pencemaran
Pencemar adalah setiap material atau rangkaian keadaan yang menimbulkan
suatu stress terhadap atau perubahan yang tidak menguntungkan atas suatu organisme

8
individual, populasi, komunitas, atau ekosistem, di bawah keadaan lingkungan
normal (Subchan, 2016).
Sumber pencemar adalah sumber atau tempat dimana suatu bahan pencemar
dihasilkan. Sumber pencemar ini dibedakan menajdi dua yaitu sumber distributif dan
non-distributif (Subchan, 2016).
Sumber distributif, yaitu sumber yang tersebar dimana-mana dalam waktu yang
bersamaa. Contoh di dalam hal ini seperti pestisida dalam pertanian, bahan kimia
untuk rumah tangga, gas buangan mobil (Subchan, 2016).
Sumber non-distributif, yaitu sumber yang terlokalisasi pada suatu tempat
(point source). Misalnya ialah pabrik tempat pembuangan sampah, limbah cair, asap
hasil pembakaran dan gunung berapi (Subchan, 2016).
2.2.5 Pencemaran Perairan dan Tanah
1. Pencemaran Perairan
Air merupakan substansi esensial bagi kehidupan makhluk hidup. Khusus untuk
kebutuhan hidup manusia air dipergunakan untuk berbagai keperluan antara lain,
untuk keperluan rumah tangga, perikanan, peternakan, pertanian, berbagai kegiatan
industri dan sebagainya (Subchan, 2016).
Dalam memenuhi kebutuhan air, manusia selalu memperhatikan kualitas dan
kuantitas air. Kuantitas cukup diperoleh dengan mudah karena adanya siklus
hidrologi, yakni siklus alamiah yang mengatur dan memungkinkan tersedianya air
permukaan dan air tanah. Namun demikian pertumbuhan penduduk dan kegiatan
manusia menyebabkan pencemaran sehingga kualitas air yang baik dan memenuhi
persyaratan tertentu sulit diperoleh (Subchan, 2016).
Air dianggap tercemar apabila substansi atau keadaan yang terdapat padanya
dalam suatu tingkatan, sedemikian sehingga air tersebut tidak dapat digunakan untuk
tujuan tertentu. Pencemaran air yang terutama harus mendapatkan perhatian adalah
pencemaran yang mengakibatkan hilangnya kualitas air terutama bagi penyediaan
konsumsi masyarakat, perlindungan perikanan, pertanian, rekreasi dan bagi
kebutuhan industri (Subchan, 2016).

9
2. Pencemaran Tanah
Sebenarnya antara pencemaran air dan pencemaran tanah tidak dapat dengan
mudah dipisahkan, karena diantara keduanya saling berkaitan. Pencemaran yang
terjadi di perairan juga mencemari mencemari tanah tempat air menggenang ataupun
air mengalir tersebut. Sebagian bahan pencemar akan meresap ke dalam tanah dan
mengancam kelangsungan organisme tanah (Subchan, 2016).
Berbagai jenis bahan pencemar dapat merusak kualitas tanah dari berbagai
aktivitas manusia dalam bentuk berbagai jenis logam dan komponennya, bahan kimia
organik, minyak bekas, ter, pestisida, gas-gas beracun, dan bahan radioaktif, asbestos,
dan lain-lain (Subchan, 2016).
2.2.6 Pencemaran Udara
Secara alamiah udara bebas mengandung unsur-unsur kimia seperti O2, NOx,
SOx dan lain-lain karena adanya peningkatan aktivitas berbagai bidang seperti
transportasi, industri pemukiman dan lain-lain memberikan efek berupa penambahan-
penambahan unsur-unsur kimia dalam udara bebas. Penambahan unsur-unsur kimia
secara berlebihan akan menurunkan kualitas udara bebas, sehingga dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan, baik udara itu sendiri, juga lingkungan daratan
dan perairan (Subchan, 2016).
Karena udara dapat bergerak bebas kemana-mana maka pencemaran udara
umumnya tidak mengenal batas wilayah administratif baik desa, kota maupun negara.
Bahan pencemar yang dikeluarkan dari kota dapat mencemari desa di luar kita atau
kota-kota lain ataupun provinsi lain, bahkan dapat pula mencemari negara lain. Oleh
sebab itu, pencemaran udara memiliki jangkauan yang sangat luas dan menimbulkan
dampak global berupa terancamnya iklim dunia (Subchan, 2016).
Peningkatan industri dunia memang merupakan harapan untuk meningkatkan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dunia. Akan tetapi pemacuan industri tanpa
dibarengi usaha pengendalian dan pencegahan pencemaran udara berarti secara tidak
langsung akan menyengsarakan dan mengancam kehidupan masyarakat dunia
(Subchan, 2016).

10
Sumber pencemaran udara secara umum dapat digolongkan menjadi dua
kelompok besar, yaitu :
1. Sumber Stasioner (sumber titik dan sumber area)
Contoh-contoh yang tergolong dalam sumber ini antara lain : kegiatan rumah
tangga, industri, pembakaran sampah, letusan gunung berapi (Subchan, 2016).
2. Sumber Bergerak, seperti kendaraan angkutan (Subchan, 2016).
Konsentrasi bahan pencemar yang terkandung dalam udara bebas, dipengaruhi
oleh banyak faktor, yaitu konsentrasi dan volume bahan pencemar yang dihasilkan
oleh suatu sumber, sifat khas bahan pencemar, kondisi meterologi, klimatologi,
topografi dan geografi. Oleh karena itu tingkat pencemaran udara itu sangat
bervariasi baik terhadap tempat maupun waktu (Subchan, 2016).
2.3 Air Lindi
Air lindi dapat didefinisikan sebagai cairan yang timbul dari dekomposisi
biologis sampah yang telah membusuk yang mengalami pelarutan akibat masuknya
air eksternal ke dalam timbunan sampah. Air lindi disebabkan oleh terjadinya
presipitasi cairan ke TPA, baik dari resapan air hujan maupun kandungan air pada
sampah itu sendiri. Lindi bersifat toksik karena adanya zat pengotor dalam timbunan
yang mungkin berasal dari buangan limbah industri, debu, lumpur hasil pengolahan
limbah, limbah rumah tangga yang berbahaya, atau dari dekomposisi yang normal
terjadi pada sampah. Apabila tidak segera diatasi, landfill yang dipenuhi air lindi
dapat mencemari lingkungan, terutama air tanah dan air permukaan (Junita, 2013).

Air lindi pada umumnya mengandung senyawa-senyawa organik dan


anorganik. Konsentrasi dari komponen-komponen tersebut dalam air lindi lebih tinggi
daripada konsentrasi dalam air tanah. Selayaknya benda cair, air lindi ini akan
mengalir ke tempat yang lebih rendah dan dapat merembes ke dalam tanah serta
bercampur dengan air tanah, ataupun mengalir di permukaan tanah, dan bermuara
pada aliran air sungai. Sehingga dapat dibayangkan potensi air lindi yang
mengandung senyawa-senyawa organik (hidrokarbon) dan anorganik (logam berat)

11
dengan konsentrasi sekitar lebih tinggi daripada dalam air tanah, masuk dan
mencemari air tanah atau air sungai. Secara langsung, air tanah atau air sungai
tersebut akan tercemar. Sehingga manfaat kedua jenis air tersebut mengalami
pergeseran. Air yang awalnya bisa digunakan untuk keperluan rumah tangga,
akhirnya hanya bisa digunakan untuk pertanian bahkan hanya sebagai penggerak
tenaga listrik (Junita, 2013).
2.4 TPA Pakusari Jember
Di Kota Jember, sampah dikumpulkan dan dibuang ke TPA Pakusari. TPA
Pakusari terletak di Desa Kertosari Kecamatan Pakusari. Tumpukan sampah saat ini
pada tahun 2019 sudah mencapai tinggi ± 20 meter dari dasar di TPA Pakusari. Dulu
TPA Pakusari merupakan gumuk tinggi yang kemudian diambil untuk penumpukan
sampah dan sekarang sudah hampir menjadi gumuk lagi yaitu gumuk sampah. Dulu
TPA Pakusari masih dilakukan pengerukan dikarenakan gumuknya mengandung
pasir dan juga untuk memperbaiki jalan-jalan menuju ke tempat pembuangan sampah.
Hingga sampai saat ini belum pernah terjadi longsor karena adanya sistem kontrol
yang baik yang dilakukan oleh pengelola TPA Pakusari berupa pemadatan terus-
menerus apabila ketinggian sampah sudah mencapai batas maksimal. Volume sampah
Kota Jember per minggu pada tahun 2012 tercantum pada Tabel 2.1 (Junita, 2013).
Tabel 2.1 Volume sampah Kota Jember per minggu pada tahun 2012
Minggu ke- Jumlah
Bulan
1 (m3) 2 (m3) 3 (m3) 4 (m3) Total (m3)
Januari 3733,9 3730,3 3741,3 3769,7 14.966,2
Februari 3767,2 3691,6 3733,5 4284,9 15.477,2
Maret 3775,4 3688,1 3737,5 5339,6 16.520,6
Sumber : Pemerintah Kabupaten Jember Dinas PU. Cipta Karya dan Tata Ruang
(2012).
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pakusari Jember terletak di Desa Kertosari,
Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember dan beroperasi menerima buangan sampah

12
sejak tahun 1992. Keseluruhan luas TPA Pakusari seluas 6,8 Ha namun yang
digunakan untuk tempat pembuangan hanya sekitar 3,8 Ha. Volume kenaikan jumlah
sampah di TPA Pakusari sebesar 165 ton/hari atau setara dengan 700 m3. Pada tahun
2019 sudah dipakai sistem timbangan untuk mengukur berat truk sampah setiap
harinya. Sistem pengelolaan sampah di TPA Pakusari Jember menerapkan sistem
controll landfill, yaitu pengolahan sampah dengan cara sistem berlapis secara
bergantian antara tanah dengan sampah (Junita, 2013).
TPA Pakusari memiliki struktur organisasi yang bertugas sebagai kepala unit,
sekretaris, bendahara, penimbang, dan pemilah. Pada Gambar 2.1 dapat dilihat
struktur organisasi TPA Pakusari.

Kepala Unit

(Totok Muhammad Saleh)

Sekretaris Bendahara

(Andik) (Mustofa)

Penimbang Pemilah

(Buhari) (Hosnan)

Gambar 2.1 Struktur Organisasi TPA Pakusari


Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Jember memiliki lahan TPA
Pakusari seluas 6,8 Ha sejak tahun 1992. Dinas Kebersihan dan Pertamanan berubah
nama menjadi Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Jember
berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Jember No. 24 Tahun 2003 tentang susunan
organisasi dan Tata Kerja pada tahun 2003. DKLH berubah nama menjadi Dinas PU
Cipta Karya dan Tata Ruang yang diatur dalam perda No. 15 tahun 2008 pada tahun
2008 (Pemerintah Kabupaten Jember Dinas PU. Cipta Karya dan Tata Ruang, 2012).

13
Komponen sampah yang terdapat di Kabupaten Jember tercantum dalam Tabel 2.2
(Junita, 2013).
Tabel 2.2 Komponen sampah yang terdapat di Kabupaten Jember
Jenis Sampah Jumlah
A. Sampah Organik
1. Tanah 5,3
2. Pasir 3,8
3. Sisa Makanan 1,8
4. Daun 67,5
5. Kayu 3,5
B. Sampah Nonorganik
1. Plastik 5,5
2. Karet 4,1
3. Besi 1,3
4. Kaca 1,2
5. Kain 1,5
C. Sampah Beracun
1. Baterai 0,5
2. Sampah medis 3
3. Sisa Kemasan Pestisida 1
Sumber : Pemerintah Kabupaten Jember Dinas PU. Cipta Karya dan Tata Ruang
(2012).

14
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Kondisi di TPA Pakusari
TPA Pakusari merupakan TPA terbesar di Kabupaten Jember terletak di Dusun
Lamparan Desa Kertosari Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember, Jawa Timur
68181 yang beroperasi sejak November 1992 berdasarkan SK Bupati No. 253 Tahun
1992, dengan luas lahan TPA Pakusari yaitu 6,8 Ha namun hanya 3,8 Ha dari luas
lahan yang dipergunakan sebagai temapat pembuangan sampah. Awal berdirinya
TPA Pakusari hanya 2,5 Ha pada tahun 1993 diperluas lagi 3,0 Ha menjadi 5,5 Ha,
pada tahun 1998 diperluas lagi 1,3 Ha untuk dalam pengelolaan IPLT yang dijadikan
satu dengan lokasi TPA. TPA Pakusari dibagi menjadi 4 zona dengan luas area 3,5
Ha, Jalan Operasional 1,3 Ha, dan Kantor Gudang 1000 m3. Kabupaten Jember
memiliki 5 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) antara lain TPA Balung, TPA Ambulu,
TPA Kencong, TPA Tanggul, dan TPA Pakusari namun dari kelima TPA tersebut
TPA Pakusari merupakan TPA terbesar se-Kabupaten Jember sedangakan empat TPA
lainnya hanya memiliki luas sekitar 1,5 Ha dan masih dalam pengontrolan dari TPA
Pakusari. Sampah-sampah yang berasal dari TPA Pakusari hanya berasal dari 10
kecamatan di Kabupaten Jember antara lain kecamatan Kaliwates, Sumbersari,
Patrang, Arjasa, Pakusari, Mayang, Silo, Kalisat, Ledokombo, dan Sukowono. Sejak
tahun 2017 TPA Pakusari telah difungsikan sebagai wilayah edukasi dengan tujuan
Pemerintah Kabupaten Jember mengharapkan agar semua warga masyarakat di
Kabupaten Jember dapat mempelajari dan mengembangkan sebuah inovasi untuk
mengelola sampah yang menumpuk sehingga dapat menjadi sesuatu yang tentunya
bernilai guna tinggi. Pengelola TPA Pakusari 100 % berasal dari Pemerintahan
Kabupaten Jember yaitu bagian Dinas Lingkungan Hidup.
Sampah-sampah di TPA Pakusari dipilah secara manual yang dilakukan oleh
pemulung yang merupakan mitra kerja (partner) dari TPA Pakusari, pemulung itu
hasil pendapatannya diambil sendiri tidak berasal dari Dinas Lingkungan Hidup.
Setiap hari Rabu dan Sabtu pemulung menimbang hasil sampah plastik yang
diperolehnya, hal tersebut dikarenakan agar pemulung dapat memperoleh hasil yang

15
lebih banyak dikarenakan 2-3 hari pemulung masih melakukan pemilahan lalu pada
hari ke-4 akan dijual. Penimbangan dilakukan di lokasi pembuangan TPA Pakusari
dimana nanti ada pengepul yang masuk berjumlah 4 orang. Harga dari setiap sampah
berbeda-beda tergantung pada jenisnya dimana harga untuk plastik dan kertas sebesar
Rp.250 sampai dengan Rp.300 sedangkan untuk kaleng dan botol hampir
Rp.2000/kg, tapi jika sudah dipilah lebih lanjut sesuai jenisnya harganya akan lebih
mahal lagi bisa mencapai Rp.4000/kg. Pemulung merupakan mitra kerja dikarenakan
masyarakat masih belum mampu untuk memilah sendiri. Pemulung nantinya akan
mengambil sampah-sampah yang tentunya masih dapat di daur ulang, hal tersebut
dilakukan guna untuk mengurangi tumpukan sampah yang ada. Sampah-sampah
organik di TPA Pakusari saat ini diolah menjadi sebuah pupuk kompos (pupuk
organik) namun hanya dilakukan dalam skala kecil bukan skala besar dikarenakan
saat ini TPA Pakusari hanya menjadi sebuah tempat edukasi kepada masyarakat
Kabupaten Jember maupun masyarakat dari luar kota lainnya. Dahulu, sampah
organik di TPA Pakusari dikelola oleh sebuah perusahaan-perusahaan besar dimana
perusahaan-perusahaan tersebut membeli sampah-sampah organik dalam jumlah yang
besar dengan tujuan untuk produksi dalam skala besar (skala industri) yang tentunya
hal tersebut akan sangat menguntungkan karena terjadi pengurangan jumlah sampah
dalam jumlah yang besar bisa mencapai sekitar satu ton sampah organik yang dibeli
setiap harinya.
Pengolahan sampah-sampah organik di TPA Pakusari menjadi pupuk organik
(pupuk kompos) dilakukan melalui empat tahapan dan membutuhkan waktu sekitar 2
bulan sampai pupuk organik (pupuk kompos) itu benar-benar siap untuk digunakan,
tahapan-tahapannya yaitu :
1. Pemilahan sampah terlebih dahulu dari tumpukan sampah yang menggunung
dilakukan oleh pemulung.
2. Pencacahan sampah-sampah organik yang dilakukan oleh mesin penggiling
hingga tekstur dari sampah organik menjadi lembut, dengan ukuran kecil-kecil,
serta mudah terpisahkan apabila disentuh oleh tangan.

16
3. Masa fermentasi sampah-sampah organik membutuhkan waktu sekitar 4
minggu (1 bulan) dilakukan dengan menambahkan EM4 (Effective
Microorganisms 4) untuk penyerapan dan persediaan unsur hara di dalam
tanah. Bakteri yang terdapat dalam EM4 (Effective Microorganisms 4) tentunya
merupakan bakteri yang bermanfaat bagi tanah maupun tanaman antara lain
bakteri fermentasi mulai dari Genus Lactobacillus, jamur fermentasi,
Actinomycetes bakteri fotosintetik, bakteri pelarut fosfat, dan juga ragi. Namun
selain menggunakan EM4 juga dapat menggunakan penambahan teh dan kopi
dengan jumlah takaran yang sesuai. Hal ini dikarenakan kandungan kopi
sangatlah baik bagi tanaman jenis apapun, dalam kopi terdapat 5 kandungan
yang bermanfaat bagi tanaman yaitu nitrogen, fosfor, kalium (NPK),
karbohidrat, dan mineral. Banyaknya kandungan nitrogen dan fosfor pada
pupuk organik ampas kopi inilah yang dapat membantu tanaman lebih cepat
tumbuh dan subur. Pada ampas teh beradasarkan hasil analisis kimia
menunjukkan bahwa kandungan protein kasar dari ampas teh adalah 26,67%
bermanfaat bagi tanaman. Protein kasar pada jaringan tanaman sangat mudah
mengalami pelapukan. Hasil pelapukan protein kasar tersebut berupa senyawa
Amonuium (NH4) dan Nitrat (NH3) yang merupakan bentuk N yang tersedia
dan mudah diserap oleh tanaman dalam jumlah yang banyak.
4. Setelah masa fermentasi selesai maka langkah selanjutnya yaitu dimasukkan ke
dalam tong untuk dilakukan pengayaan agar pupuk kompos (pupuk organik) siap
digunakan.
TPA Pakusari tidak memproduksi besar-besaran (tidak dijual) tapi jika ada
permintaan maka pihak pengelola TPA Pakusari akan membeirkan pupuk
komposnya, biasanya permintaan berasal dari masyarakat yang bertempat tinggal di
sekitar TPA Pakusari. Dahulu TPA Pakusari memproduksi pupuk kompos (pupuk
organik) dalam skala besar karena tingginya permintaan namun hal itu hanya terjadi
selama 2 tahun saja, setelah itu permintaan terhadap pupuk kompos (pupuk organik)
semakin berkurang setiap tahunnya hingga pada tahun ini Pemerintah Kabupaten

17
Jember menjadikan TPA Pakusari sebagai tempat edukasi untuk memberikan
pengetahuan kepada masyarakat tentang pengelolaan sampah dimana sebagian
sampah-sampah di TPA Pakusari akan diolah menjadi gas methan dalam skala kecil
yang dapat dijadikan sebagai bahan bakar kompor yang digunakan oleh masyarakat di
wilayah sekitar TPA Pakusari. Sedangkan sampah-sampah yang masih menggunung
di TPA Pakusari akan dibiarkan begitu saja terlebih dahulu karena keterbatasan dalam
hal anggaran, banyak alat yang rusak, tenaga kerja yang terbatas, namun jika ada
yang ingin membeli maka akan diberikan guna mengurangi jumlah tumpukan
sampah.
TPA Pakusari memiliki beberapa fasilitas yang ditujukan untuk pengelolaan
sampah diantaranya sumur monitoring, reaktor pemilah, jembatan timbang, alat
pengolah limbah plastik menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM), kompor gas methan,
unit atau gudang pengelolaan sampah organik, sanggar 3R (Reduce, Reuse, Recycle),
bank sampah, mesin pembakar sampah, mesin press sampah plasik dan kertas, dan
kolam. Sumur monitoring yang berfungsi untuk mengontol kadar dan kondisi air
yang ada di TPA Pakusari guna mengamati tingkat pencemarannya. Namun sumur di
TPA Pakusari ternyata sudah tercemar ditandai dengan air yang sudah berwarna
hitam dan hal tersebut telah diteliti oleh Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
sekitar 4 hari melakukan penyelidikan sebagai bahan skripsi, mahasiswa tersebut
tidak hanya melakukan penelitian sumur di TPA Pakusari saja tetapi sumur milik
warga sekitar TPA Pakusari juga dilakukan penelitian.
Reaktor Pemilah berfungsi untuk memilah kandungan air yang berada di pipa-
pipa untuk selanjutnya dilakukan pembuangan kadar air melalui kran karena reactor
pemilah tersebut merupakan alat untuk produksi gas methan. Jika di pipa masih
terdapat kandungan air maka gas methan yang akan difungsikan sebagai bahan bakar
untuk memasak dengan cara menghubungkan ke kompor yang dipakai oleh setiap
warga di sekitar TPA Pakusari itu tidak akan hidup (tidak dapat berfungsi) karena
agar dapat menghasilkan gas methan maka proses yang benar haruslah
menghilangkan kadar air yang terdapat dalam pipa dimana air tersebut tentunya

18
berasal dari air sampah (air lindi). Gas methan yang dihasilkan dari pengolahan
sampah akan menimbulkan bau yang tentunya sangat menyengat. Selain itu bau akan
timbul ketika dilakukan sebuah proses loading (pembalikan sampah) yang bertujuan
untuk memeratakan tumpukan sampah yang menggunung sehingga ketinggian
sampah akan dapat terkontrol dan bau tersebut akan dapat tercium pada jarak 1 km
dari TPA Pakusari serta bau akan menghilang kurang lebih sekitar 2 hari. Jika tidak
melakukan loading (pembalikan sampah) maka tidak akan bau. Namun TPA Pakusari
jarang melakukan loading, dimana loading akan dilakukan jika sampah sudah
menumpuk sampai pada batas maksimal sehingga wajib untuk dilakukan pemadatan
(pemerataan) dan pembalikan (loading) sampah karena TPA Pakusari telah menjadi
wilayah edukasi yang sudah beroperasi sejak tahun 2017 sehingga pihak pengelola
TPA Pakusari berusaha untuk tetap menjaga dan mencegah agar TPA Pakusari tidak
menimbulkan bau yang menyengat karena akan berdampak pada terganggunya
pengunjung yang melakukan kunjungan edukasi ke TPA Pakusari. Oleh karena itu,
untuk menghindari terjadinya loading yang terlalu sering maka pengelola TPA
Pakusari akan langsung melakukan pemerataan setiap kali ada sampah baru yang
masuk.
Jembatan timbang di TPA Pakusari digunakan untuk mengukur beratnya truk
pengangkut sampah yang berasal dari 10 kecamatan setiap harinya, dimana jembatan
timbang ini dioperasikan sejak tahun 2019 dengan satuan berat yang digunakan
adalah ton. Sebelumnya TPA Pakusari melakukan pengukuran secara manual yaitu
dengan hanya mengukur volume dari truk pengangkut sampah tersebut (panjang x
lebar x tinggi) sehingga satuan yang digunakan adalah m3. Jembatan timbang ini
tentunya mempermudah dalam penghitungan sampah yang masuk ke TPA Pakusari
karena tidak perlu membutuhkan waktu yang lama untuk menghitungnya, dapat
menghemat tenaga pekerja TPA Pakusari, serta akan langsung terdata secara otomatis
sehingga data yang diperoleh akan lebih valid atau akurat. Jembatan timbang yang
digunakan di TPA Pakusari tersebut memiliki SOP (Standart Operasional Prosedur)
untuk proses penimbangannya, berikut ini SOP Proses Penimbangan :

19
1. Angkutan sampah masuk ke jembatan timbang secara perlahan-lahan dengan
terlebih dahulu petugas memastikan indikator timbangan berada pada posisi
“0” (nol).
2. Supir angkutan beserta penumpang turun dari angkutan dan pastikan pada saat
penimbangan, tidak ada lagi beban selain muatan angkutan sampah.
3. Petugas timbangan menginput / memasukkan data ke program timbangan
dengan terlebih dahulu menanyakan ke sopir nomor Polisi kendaraan (agar
tidak terjadi kesalahan timbang karena perbedaan No Polisi kendaraan actual
yang di timbang).
4. Petugas melakukan penginputan data (Jelaskan proses penginputan data).
5. Form timbangan kemudian diserahkan kepada supir.
6. Kalau sudah OK angkutan sampah bisa turun dari jembatan timbang.
Alat pengolah limbah plastik menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) berupa
minyak tanah dan solar serta premium, dimana 6 kg limbah plastik yang dimasukkan
akan menghasilkan sebanyak 4 L solar dan 1,5 L premium. Alat ini diletakkan di
Sanggar 3R (Reduce, Reuse, Recycle) guna menjadi sumber edukasi kepada
masyarakat bahwa limbah plastik masih dapat didaur ulang kembali. Proses kerja dari
alat ini adalah sebagai berikut :
1. Limbah plastik bekas seperti gelas dan botol plastik, kantong plastik, dan
semua yang berbahan polimer dimasukkan.
2. Limbah plastik di panaskan di dalam tangki reaktor untuk menghasilkan uap
polimer. Polimer terbentuk dari rantai hidrokarbon yang juga adalah bahan
penyusun minyak.
3. Dua kondensor membedakan titik penguapan. Uap hidrokarbon yang lebih
berat dengan rantai molekul yang panjang tertampung di kondensor 1.
Kondensor 2 menampung uap hidrokarbon ringan dengan rantai molekul yang
lebih pendek.

20
4. Uap yang dihasilkan di kondensor 1 diproses menjadi minyak tanah dan
minyak solar. Uap yang dihasilkan di kondensor 2 diproses menjadi minyak
premium.
5. Uap hidrokarbon diproses menjadi cairan hidrokarbon. Semuanya menempuh
proses “refinery” (pemurnian) yaitu :
a) Mengubah uap menjadi fase cair (diendapkan).
b) Pencucian dari kotoran (dicampur detergen).
c) Penambahan aditif (jika diperlukan).
d) Reduksi kandungan “gum” (dicuci dan disaring).
e) Mengklasifikasikan sesuai panjang rantai hidrokarbon.
f) Memisahkan limbah berupa cairan yang masih diteliti kandungannya.
Kompor gas methan di TPA Pakusari masih dapat berfungsi dengan baik
bahkan dapat digunakan oleh pengelola TPA Pakusari untuk memasak. Gas methan
diperoleh dari pengolahan sampah melalui reaktor pemilah hingga akhirnya dapat
menghasilkan gas methan yang nantinya gas tersebut akan disalurkan ke kompor
untuk selanjutnya dapat menjadi bahan bakar untuk memasak. Kompor gas methan
ini disediakan dengan tujuan untuk menjadi sumber edukasi kepada pengunjung
bahwa sampah ternyata masih bernilai sehingga sebagai masyarakat harus mampu
untuk mengelolanya kembali, seperti yang kita tahu bahwa proses peruraian sampah
membutuhkan waktu yang lama terutama sampah jenis plastik dimana sampah jenis
plastik memerlukan waktu 50-100 tahun untuk terurai, puntung rokok 10 tahun,
kaleng soft drink 80-100 tahun, kardus 5 bulan, kulit jeruk 6 bulan, kulit sepatu 25-40
tahun, kertas 2-5 bulan, baterai 100 tahun, sterofoam tidak dapat diuraikan,
alumunium 80-100 tahun, plastik (bungkus detergen dll) 50-80 tahun, dan kantong
plastik (tas kresek) memerlukan waktu 10-20 tahun untuk hancur.
Unit atau gudang pengelolaan sampah organik merupakan tempat pengolahan
sampah organik hingga menjadi sebuah pupuk kompos (pupuk organik). TPA
Pakusari tidak memproduksi pupuk kompos dalam skala besar karena saat ini tempat
tersebut hanya difungsikan sebagai tempat edukasi saja kepada masyarakat dimana

21
diharapkan masyarakat dapat mengetahui proses pengolahan sampah organik hingga
menjadi sebuah pupuk kompos yang siap digunakan.
Sanggar 3R merupakan fasilitas di TPA Pakusari yang sangat indah, nyaman,
dan dapat dijadikan sebagai spot foto bagi para pengunjung. Dimana tempat ini
memperlihatkan berbagai macam produk pengolahan sampah yang memiliki nilai
lebih (tempat barang bekas yang dimanfaatkan kembali). Produk bekas yang
mengalami proses 3R di TPA Pakusari diantaranya kursi yang dibuat dari ban bekas
berasal dari sampah-sampah bekas di TPA Pakusari, kerajinan lampu yang dibuat dari
botol-botol bekas, hiasan dinding berasal dari botol bekas yang didalamnya berisi
kertas uang rusak atau dapat pula berisi kertas warna-warni, pinggiran tutup dari
minuman gelas juga diolah menjadi tempat piring plastik dimana 1 lusinnya dijual
seharga Rp. 25.000, serta di langit-langit terdapat hiasan caping yang terbuat dari
bambu diperoleh dari bambu-bambu di sekitar TPA Pakusari yang jumlahnya sangat
banyak. Semua barang bekas oleh pengelola TPA Pakusari diolah menjadi sebuah
produk yang menarik dan dapat mempunyai nilai lebih, maka kita harus bisa
memanfaatkan barang-barang bekas menjadi sesuatu yang berguna dan bernilai lebih
guna menunjukkan bahwa sampah itu pada dasarnya masih bernilai. Ide dari
pengolahan barang-barang bekas menjadi sebuah produk atau kerajinan berasal dari
inisiatif pengelola TPA Pakusari dimana mereka bekerja bersama untuk dapat
mengelola TPA Pakusari menjadi semenarik mungkin hanya dengan menggunakan
barang-barang bekas saja.
Eco brick adalah kerajinan botol plastik di TPA Pakusari yang diisi kertas
uang dari Bank Indonesia yang sudah rusak atau cacat, uang yang rusak atau cacat
akan dihancurkan untuk selanjutnya dimanfaatkan kembali menjadi eco brick selain
itu isi dari botol plastik juga bisa diisi oleh plastik-plastik yang berwarna-warni
dimana setelah dimasukkan ke dalam botol langkah selanjutnya adalah dipadatkan
hingga dapat diisi penuh tanpa adanya rongga oleh plastik warna-warni ataupun
kertas uang. Eco brick ini bisa dijadikan sebagai hiasan di taman ataupun di dinding,
eco brick biasanya diterapkan di sekolah-sekolah karena lebih praktis daripada

22
melakukan bank sampah yang masih fokus kepada administrasinya. Di Indonesia
mungkin eco brick sudah diterapkan karena prosesnya sangat mudah dan bahan yang
mudah, perlakukan seperti ini sangat berdampak positif untuk mengurangi jumlah
sampah di Indonesia. Seperti yang kita tahu bahwa Indonesia merupakan
penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia, dimana jumlah sampah plastik
di Indonesia mencapai 64 juta ton setiap tahunnya namun 3,2 juta ton sampah setiap
tahunnya dibuang ke laut sehingga di Indonesia ditemukan sebuah kasus yang sangat
memprihatinkan yaitu bangkai paus sperma dengan panjang 9,5 meter dan lebar 1,85
meter yang terdampar di Wakatobi (Sulawesi Utara) pada tanggal 18 November 2018
dengan perut berisi 5,9 kg sampah plastik. Selain Indonesia terdapat 4 negara lainnya
sebagai penyumbang sampah plastik terbesar di laut yaitu Tiongkok (8,81 juta metrik
ton/tahun), Filipina (1,88 juta metrik ton/tahun), Vietnam (1,83 juta metrik
ton/tahun), dan Sri Lanka (1,59 juta metrik ton/tahun).
Bank Sampah di TPA Pakusari dapat membiasakan masyarakat untuk dapat
mengelola sampah secara tepat. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
mengamanatkan pengelolaan sampah dengan prinsip 3-R (reduce, reuse, recycle).
Pemerintah mengajak masyarakat untuk mengurangi, menggunakan kembali, dan
mendaur ulang sampah. Program bank sampah merupakan suatu sistem pengelolaan
sampah secara kolektif dengan prinsip daur ulang. Metode ini bisa meningkatkan
nilai ekonomis dari sampah kering. Sementara masyarakat yang bertindak sebagai
nasabah bank juga akan mendapat keuntungan. Mereka bisa punya tabungan yang
bisa diambil sesuai kebutuhan. Dengan demikian bank sampah akan memberikan
dampak positif untuk lingkungan dan memperbaiki kondisi ekonomi di satu
komunitas.
Mesin pembakar sampah merupakan mesin yang digunakan untuk
menghancurkan sampah yang tidak dibutuhkan lagi. Biasanya mesin pembakar
sampah digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang ingin memusnahkan sesuatu
berkas penting yang tidak boleh diketahui oleh siapapun jika berkas itu sudah tidak
terpakai lagi karena meskipun berkas sudah tidak terpakai tetapi berkas tersebut

23
sifatnya penting sehingga tidak boleh diketahui oleh siapapun sehingga berkas
tersebut tidak dapat dibuang sembarangan namun sebaiknya dibakar menggunakan
mesin pembakar sampah. Oleh karena itu, mesin pembakaran ini dilakukan untuk
membakar berkas seperti arsip-arsip atau apapun itu yang sifatnya penting dan
rahasia.
Mesin press sampah plastik dan kertas dimana prosesnya yaitu sampah yang
sudah dipilah biasanya dipress yang semula 2 karung menjadi 1 karung. Untuk
memadatkan sampah sehingga volume sampah menjadi berkurang. Sampah yang
dipress jenisnya sampah plastik dan kertas agar lebih minimalis jika dipadatkan.
Kolam di TPA Pakusari memiliki kedalaman 6 meter difungsikan untuk
pengolahan air lindi. Air lindi sampah yang diproses untuk penjernihan, jika sudah
diujikan menggunakan ikan maka akan dialirkan ke irigasi untuk mengairi sawah. Air
lindi sampah dijernihkan beberapa kali dengan menggunakan pemompaan. Setelah
dijernihkan maka langkah terakhir diuji menggunakan ikan. Kalau ikan masih dapat
hidup maka layak untuk dialirkan ke irigasi untuk mengairi sawah. Ikan yang
digunakan untuk pengujian biasanya adalah ikan lele dan ikan nila karena memiliki
kekebalan terhadap kondisi air. Saat musim penghujan, air sampah dipompa ke kolam
agar yang mengalir ke irigasi dalam keadaan bersih kembali, penyaringan air lindi
dilakukan dengan menggunakan pasir berlapis.
3.2 Permasalahan di TPA Pakusari
Permasalahan pertama di TPA Pakusari yaitu jumlah output dan input sampah
sangatlah berbeda dimana di TPA Pakusari jumlah input sampah lebih besar daripada
outputnya. Seperti yang telah diamati bahwa ketinggian sampah di TPA Pakusari saat
ini sudah mencapai 20 meter dari dasar. Meskipun tumpukan sampah di TPA
Pakusari belum pernah longsor dikarenakan adanya sistem kontrol yang baik berupa
pemadatan terus-menerus tetapi kondisi ini merupakan masalah yang harus segera
dicari solusinya agar tidak menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan (baik
pencemaran udara, pencemaran air, dan pencemaran tanah). Jika longsor terjadi
biasanya dikarenakan sampah yang dibuang begitu saja tanpa adanya pemadatan.

24
Permasalahan kedua adalah lokasi TPA Pakusari yang saat ini diperkirakan
sudah tidak cukup lagi untuk menampung tumpukan sampah yang saat ini sudah
mencapai ketinggian 20 meter dari dasar. Pihak pengelola TPA Pakusari sudah
kebingungan mengenai lokasi pemindahan yang tepat jika TPA Pakusari sudah
dikatakan full dan tidak mampu lagi menampung sampah karena jika dipaksakan akan
berpotensi terjadinya longsor. Selain itu kondisi cuaca saat ini (musim penghujan)
mengakibatkan jalan menjadi becek berakibat pihak pengelola TPA Pakusari tidak
bisa masuk untuk memantau tumpukan sampah dimana solusi yang seharusnya
dilakukan pengurukan namun tidak dapat dilakukan dikarenakan banyak alat berat di
TPA Pakusari yang rusak serta anggarannya tidak tersedia sehingga saat ini pengelola
TPA Pakusari masih menggunakan alat berat dari Bina Marga.
Permasalahan ketiga yaitu banyak keluhan dari warga masyarakat yang
bertempat tinggal di TPA Pakusari mengeluh terhadap tumpukan sampah karena
mengeluarkan bau yang menyengat (dapat dikatakan sebagai Pencemaran Udara)
dimana bau tersebut akan tercium jika melakukan loading (pembalikan) selain itu
tumpukan sampah menyebabkan potensi munculnya lalat dan nyamuk. Dengan
banyaknya sampah maka berdampak pada banyaknya lalat dan nyamuk di sekitar
genangan air sampah (air lindi). Tentunya lalat dan nyamuk dapat menyebabkan
timbulnya berbagai macam penyakit seperti Demam Berdarah (DB), Malaria, Diare,
Penyakit Kulit, dan lain sebagainya yang tentunya hal tersebut dapat menjadi
kekhawatiran warga masyarakat sekitar TPA Pakusari.
Permasalahan terakhir yaitu tumpukan sampah yang menggunung di TPA
Pakusari hingga mencapai ketinggian 20 meter dari dasar masih dibiarkan begitu saja
tanpa adanya penanganan lebih lanjut dikarenakan pihak pengelola TPA Pakusari
masih belum tahu langkah selanjutnya yang harus dilakukan untuk mengelola
tumpukan sampah yang sudah sangat tinggi tersebut. Pihak pengelola TPA Pakusari
juga menunggu adanya sebuah inovasi dari warga masyarakat di Kabupaten Jember
khususnya kalangan mahasiswa agar dapat menciptakan sebuah alat yang dapat

25
digunakan untuk mengurangi tumpukan sampah yang menggunung tersebut dengan
melakukan sebuah pengolahan menjadi sesuatu yang bernilai guna tinggi.
3.3 Solusi yang diterapkan di TPA Pakusari
Solusi yang telah diterapkan di TPA Pakusari diantaranya adalah sistem
operasi controllerd landfill yang merupakan sistem pengolahan sampah dengan cara
sistem berlapis secara bergantian antara sampah dengan tanah. Landfill adalah sebuah
area yang menjadi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Secara lebih jelasnya
controlled landfill adalah sistem pembuangan yang lebih berkembang dimana pada
metode ini, sampah yang dating setiap hari diratakan dan dipadatkan dengan alat
berat hingga menjadi sebuah sel, kemudian sampah yang sudah dipadatkan tersebut
dilapisi dengan tanah setiap lima atau seminggu sekali. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi bau, mengurangi perkembangbiakkan lalat, dan mengurangi keluarnya
gas methan. Proses ini juga dapat dikenal dengan proses pembalikan sampah
(loading) yang tentunya menimbulkan bau bahkan dapat tercium hingga jarak 1 km
namun bau tersebut akan hilang secara cepat hanya sekitar 2 hari saja, tetapi karena
TPA Pakusari telah dijadikan sebagai tempat edukasi maka proses pembalikan
sampah jarang dilakukan dikarenakan untuk mencegah timbulnya bau agar
pengunjung tidak merasa terganggu dengan bau tersebut.
Selain itu guna mengurangi tumpukan sampah pengelola TPA Pakusari telah
melakukan pemanfaatan barang bekas menjadi sebuah produk yang menarik dan
produk tersebut dapat dilihat pada sanggar 3R (reduce, reuse, recycle). Dengan
adanya sanggar 3R maka tingkat tumpukan sampah dapat terminimalisir serta dapat
menjadikan TPA Pakusari menjadi tempat edukasi yang menarik bahkan dapat
dijadikan sebagai spot untuk foto. Disamping itu dengan adanya sanggar 3R maka
dapat meningkatkan kreativitas dari pengelola TPA Pakusari untuk terus menciptakan
sebuah produk yang dapat berguna dan bernilai tinggi. Selain sanggar 3R, pihak
pengelola TPA Pakusari telah menyediakan beberapa fasilitas dalam upaya untuk
mengurangi tumpukan sampah agar dapat dimanfaatkan kembali yaitu dengan adanya
fasilitas berupa reaktor pemilah (produksi gas methan), bank sampah (pendaur

26
ulangan sampah), unit pengelolaan sampah organik, alat pengolahan limbah plastik
menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM), kompor gas methan dan fasilitas lain yang
terdapat di TPA Pakusari untuk meminimalisir jumlah tumpukan sampah.
Untuk mengatasi permasalahan terkait munculnya banyak lalat dan nyamuk
akibat genangan air sampah (air lindi) maka pihak pengelola TPA Pakusari
melakukan penyemprotan setiap seminggu 2x. Penyemprotan lalat dilakukan karena
biasanya kondisi hujan saat ini berpotensi lalat mucul semakin banyak yang dapat
berakibat munculnya berbagai macam penyakit. Penyemprotan yang dilakukan
berupa penyemprotan racun yang akan dapat mengurangi jumlah lalat. Waktu
penyemprotan disesuaikan dengan kondisi lalat yang ada pada saat itu, biasanya
dilakukan penyemprotan bisa seminggu 4x jika jumlah lalat yang bermunculan
sangatlah berlebihan. Sedangkan untuk mengatasi agar pengelola TPA Pakusari tidak
terserang penyakit maka dilakukan pengontrolan dari puskesmas setempat untuk
melakukan pemeriksaan. Namun dikarenakan rata-rata warga masyarakat di sekitar
TPA Pakusari merupakan pemulung sehingga tidak ada penyakit serius yang muncul
dimana rata-rata masyarakat hanya menderita penyakit flu. Serta dikarenakan
mayoritas di sekitar TPA Pakusari merupakan pemulung maka tidak ada keluhan
mengenai bau yang timbul akibat tumpukan sampah karena mereka telah terbiasa
dengan bau tersebut.
Solusi terakhir yang telah diterapkan terkait lahan yang diperkirakan sudah
tidak cukup untuk menampung tumpukan sampah lagi, alat-alat berat yang sudah
rusak, dan anggaran yang tidak ada untuk melakukan pengurukan yaitu jika ada
Bupati baru lagi maka pihak pengelola akan berusaha untuk mengajukan perluasan
lahan lagi, memohon untuk perbaikan alat-alat berat, dan memohon pendanaan untuk
pengurukan, tanpa harus menunggu Bupati yang baru sebenarnya pihak pengelola
TPA Pakusari telah mengajukan permohonan terkait perluasan lahan dan sudah
dilakukan sebuah perubahan pada tahun 2013 tetapi ternyata penumpukan sampah
semakin meningkat setiap tahunnya sehingga pihak pengelola TPA Pakusari akan
mengajukan permohonan kembali jika terjadi pergantian Bupati. Sambil menunggu

27
pengajuan permohonan perluasan lagi maka pihak pengelola TPA Pakusari saat ini
sebisa mungkin telah berusaha agar TPA Pakusari masih dapat digunakan untuk
menampung sampah antara lain dengan cara pengolahan sampah organik menjadi
pupuk kompos, pengolahan limbah plastik menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM), dan
melakukan 3R terhadap barang-barang bekas yang dianggap masih dapat digunakan
kembali.
3.4 Solusi baru mengatasi permasalahan di TPA Pakusari
Sumber sampah terbanyak adalah yang berasal dari pemukiman,
komposisinya berupa 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya adalah sampah
anorganik. Sampah organik telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan
kompos, briket serta biogas, tetapi sampah anorganik masih sangat minim
pengelolaannya. Sampah anorganik sangat sulit didegradasi bahkan tidak dapat
didegradasi sama sekali oleh alam, oleh karena itu diperlukan suatu lahan
penumpukan yang sangat luas untuk mengimbangi produksi sampah jenis ini.
Sampah anorganik yang paling banyak dijumpai di masyarakat adalah sampah
plastik. Pada tahun 2008 produksi sampah plastik untuk kemasan mencapai 925.000
ton dan sekitar 80%nya berpotensi menjadi sampah yang berbahaya bagi lingkungan
(Putra dan Yebi, 2010).
Solusi yang kami tawarkan untuk mengatasi permasalahan di TPA Pakusari
terkait dengan tumpukan sampah yang saat telah mencapai ketinggian sekitar 20
meter dari dasar yaitu menerapkan Bisnis Kreasi Sampah Plastik. Bisnis daur ulang
sampah telah berlangsung sejak lama dan merupakan bisnis besar yang dijalankan
secara sistematis. Meskipun menguntungkan tidak semua orang tertarik mendalami
bisnis ini. Untuk menjadi pembisnis daur ulang plastik, seorang perlu membangun
sistem pengumpulan sampah yang baik, menjalin kerja sama dengan pemulung,
memiliki fasilitas pengolahan sampah, serta mengenal pangsa pasar produk daur
ulang plastik yang diproduksinya. Meskipun menggunakan plastik sebagai bahan
baku utama, bisnis kreasi sampah plastik yang kami tawarkan tidak sekompleks

28
bisnis daur ulang plastik yang bercorak industrial dan bisnis ini dapat dilakukan
secara mandir (Putra dan Yebi, 2010).
Sebagai produk kreatif, karya kreasi sampah plastik memiliki nilai komersial
yang menjanjikan. Produk ini memiliki daya jual yang dapat menghasilkan
keuntungan. Secara umum, bisnis ini terbagi dalam dua jenis, yaitu produk dan jasa.
Dalam konteks bisnis kreasi sampah plastik, kedua jenis bisnis tadi dapat dilakukan.
Dari sisi produk, bisnis ini menghasilkan produk-produk yang menjanjikan secara
finansial. Dari sisi jasa, ide usaha dan produk yang dihasilkan ini dapat dikemas
menjadi jasa workshop/pelatihan/seminar yang menguntungkan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 3.1 (Putra dan Yebi, 2010).
Tabel 3.1 Matrik sederhana dalam bisnis sampah plastik
Produk Jasa
Setengah Jadi Siap Jual Workshop Pelatihan Seminar
Bahan Tas, dompet, Membuat tas, Bagaimana Bisnis,
pembuat keranjang, dompet, membuat pemasaran,
produk jadi. tempat pensil, keranjang, business plan dan inovasi
tempat tempat pensil, bisnis kreasi produk
Koran, alas tempat Koran, sampah ramah
kursi, tas alas kursi, tas plastik, lingkungan.
laptop. laptop. pengelolaan Peran
usaha. pemerintah
dalam
mendukung
bisnis ramah
lingkungan.
Workshop bisnis kreasi sampah plastik dapat menjadi ajang transfer materi
yang bisa dikemas dengan sangat entrepeneurship sehingga peserta akan mendapat
pengethauan tentang produksi karya kreatif, tips dan trik bagaimana menjalankan

29
bisnis sampah plastik. Pelatihan produksi kreasi sampah plastik memiliki peluang
bagus di kota-kota besar. Areal ini potensial karena ketersediaan bahan baku
melimpah dan padat penduduk, sementara orang memerlukan pekerjaan/ide bisnis,
baik itu mahasiswa, ibu-ibu PKK, karang taruna, komunitas anak muda kreatif. Bisnis
kreasi sampah plastik dapat menjadi salah satu gerakan pemberdayaan komunitas. Ini
merupakan salah satu kekuatan produk yang dapat dikomunikasikan pada konsumen.
Proses produksi yang dilakukan melibatkan banyak pihak, mulai dari pemulung,
penjahit, tenaga administratif, dan lain-lain. Menjalankan bisnis sampah plastik
berarti menambah lapangan pekerjaan dan membuka kemungkinan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Ada hal yang positif jika konsumen mengetahui
bagaimana dan oleh siapa produk dibuat. Selain sebagai informasi produk, keterangan
ini memberikan informasi kepada konsumen bahwa pembelian yang dilakukannya
ternyata mendatangkan kebaikan bagi pekerja yang terlibat dalam pembuatan produk.
Hal ini dapat meningkatkan nilai jual produk, tetapi hal ini tidak menjadi faktor
utama dalam penjualan karena harus tetap mengutamakan kualitas dari produk yang
dihasilkan (Putra dan Yebi, 2010).

30
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
TPA Pakusari merupakan salah satu TPA terbedar di Kabupaten Jember
dengan luas sebesar 6,8 Ha. TPA Pakusari merupakan TPA yang mengontrol TPA
lainnya yang berada di Kabupaten Jember dimana di Kabupaten Jember terdapat 5
TPA yaitu terletak di Kecamatan Balung, Tanggul, Kencong, dan Ambulu. TPA
Pakusari melayani pembuangan sampah yang berasal dari 10 Kecamatan di
Kabupaten Jember antara lain kecamatan Kaliwates, Sumbersari, Patrang, Arjasa,
Pakusari, Mayang, Silo, Kalisat, Ledokombo, dan Sukowono. Sejak tahun 2017 TPA
Pakusari menjadi sebuah tempat edukasi kepada masyarakat di Kabupaten Jember
untuk bisa memberikan informasi mengenai pengelolaan sampah serta mengajak
masyarakat untuk bersedia menumbuhkan rasa kepedulian terhadap sampah karena
sampah masih mempunyai nilai (berharga) jika masyarakat mampu untuk
mengolahnya.
TPA Pakusari memiliki beberapa fasilitas yang ditujukan untuk pengelolaan
sampah diantaranya sumur monitoring, reaktor pemilah, jembatan timbang, alat
pengolah limbah plastik menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM), kompor gas methan,
unit atau gudang pengelolaan sampah organik, sanggar 3R (Reduce, Reuse, Recycle),
bank sampah, mesin pembakar sampah, mesin press sampah plasik dan kertas, dan
kolam. Semua fasilitas tersebut dibangun guna memberikan edukasi kepada
masyarakat tentang pengelolaan sampah.
Permasalahan pertama di TPA Pakusari yaitu jumlah output dan input sampah
sangatlah berbeda dimana di TPA Pakusari jumlah input sampah lebih besar daripada
outputnya. Permasalahan kedua adalah lokasi TPA Pakusari yang saat ini
diperkirakan sudah tidak cukup lagi untuk menampung tumpukan sampah yang saat
ini sudah mencapai ketinggian 20 meter dari dasar. Permasalahan ketiga yaitu banyak
keluhan dari warga masyarakat yang bertempat tinggal di TPA Pakusari mengeluh
terhadap tumpukan sampah karena mengeluarkan bau yang menyengat (dapat
dikatakan sebagai Pencemaran Udara). Permasalahan terakhir yaitu tumpukan

31
sampah yang menggunung di TPA Pakusari hingga mencapai ketinggian 20 meter
dari dasar masih dibiarkan begitu saja tanpa adanya penanganan lebih lanjut
dikarenakan pihak pengelola TPA Pakusari masih belum tahu langkah selanjutnya
yang harus dilakukan untuk mengelola tumpukan sampah yang sudah sangat tinggi
tersebut
Solusi pertama yang telah diterapkan di TPA Pakusari diantaranya adalah
sistem operasi controllerd landfill yang merupakan sistem pengolahan sampah
dengan cara sistem berlapis secara bergantian antara sampah dengan tanah. Solusi
kedua yaitu melakukan pemanfaatan barang bekas menjadi sebuah produk yang
menarik dan produk tersebut dapat dilihat pada sanggar 3R (reduce, reuse, recycle).
Solusi ketiga untuk mengatasi permasalahan terkait munculnya banyak lalat dan
nyamuk akibat genangan air sampah (air lindi) maka pihak pengelola TPA Pakusari
melakukan penyemprotan setiap seminggu 2x. Solusi terakhir yaitu akan berusaha
untuk mengajukan perluasan lahan lagi, memohon untuk perbaikan alat-alat berat,
dan memohon pendanaan untuk pengurukan.
Solusi yang kami tawarkan untuk mengatasi permasalahan di TPA Pakusari
terkait dengan tumpukan sampah yang saat telah mencapai ketinggian sekitar 20
meter dari dasar yaitu menerapkan Bisnis Kreasi Sampah Plastik. Secara umum,
bisnis ini terbagi dalam dua jenis, yaitu produk dan jasa. Dalam konteks bisnis kreasi
sampah plastik, kedua jenis bisnis tadi dapat dilakukan. Dari sisi produk, bisnis ini
menghasilkan produk-produk yang menjanjikan secara finansial. Dari sisi jasa, ide
usaha dan produk yang dihasilkan ini dapat dikemas menjadi jasa
workshop/pelatihan/seminar yang menguntungkan.
4.2 Saran
Diharapkan masyarakat Kabupaten Jember untuk bisa lebih peduli terhadap
kondisi lingkungan dimana permasalahan utama terkait sampah, karena masih banyak
masyarakat yang membuang sampah semabarang, tidak mampu untuk memilah
sampah sebelum membuang, dan masih belum berusaha untuk memanfaatkan
kembali sampah menjadi sesuatu yang bernilai guna tinggi.

32
DAFTAR PUSTAKA

Junita, L.N. 2013. “Profil Penyebaran Logam Berat di Sekitar TPA Pakusari Jember”.
Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Jember: Jember.
Nikmah, N.Q. 2015. “Hubungan Tingkat Paparan Bau Sampah dengan Tingkat
Keluhan Pernafasan pada Petugas Sampah di TPA Supit Urang Kota Malang”.
Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Malang:
Malang.
Putra, H.P. dan Yebi.Y. (2010). Studi Pemanfaatan Sampah Plastik Menjadi Produk
dan Jasa Kreatif. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan, 2(1), 21-27.
Subchan, W. 2016. Ilmu Pengetahuan Lingkungan. Jember: Jember University Press.
.

xxxiii
LAMPIRAN

Teknik Kimia Angkatan 2018

1. TPA Pakusari

2. Tumpukan Sampah di TPA Pakusari

xxxiv
3. Reaktor Pemilah dan Produksi Gas Methan

4. Kompor Gas Methan

xxxv
5. Sumur Monitoring

6. Unit Pengelolaan Sampah Organik

xxxvi
xxxvii
xxxviii
7. Alat Pengolah Limbah Plastik Menjadi BBM

xxxix
8. Sanggar 3R

xl
xli
xlii
xliii
9. Bank Sampah

xliv
10. Pos Pencatat Sampah

11. Jembatan Timbang

xlv

Anda mungkin juga menyukai