Disusun oleh :
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa penyusun panjatkan atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga tugas ini dapat tersusun hingga tuntas. Tidak lupa
kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak-pihak lain yang telah
memberikan bantuan yang berupa materi ataupun buah pemikiran kepada penyusun.
Laporan tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas TL 3206 – Pengolahan Limbah
Padat. Semoga dapat bermanfaat bagi kami dan khalayak umum serta kami berharap
laporan tugas ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca kedepannya.
Karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan juga pengalaman penyusun, kami yakin
bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki dan mungkin tidak sengaja
tercantum ke dalam laporan tugas ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari sisi pembaca demi kesempurnaan
laporan tugas ini. Segala kesempurnaan hanya milik Tuhan YME, untuk itu penyusun
ucapkan terimakasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
Bab I Pendahuluan
5
timbulan dan komposisi sampah kecamatan dilakukan terhadap semua sumber
sampah yaitu domestik yang dikategorikan menjadi pemukiman high, medium, dan
low income serta non domestik meliputi sampah komersil, institusi, pelayanan kota
(sapuan jalan), dan industri.
6
kegiatan hotel (2 sampel), kegiatan P. Jalan (1 sampel), dan kegiatan industri (6
sampel)
3. Pengambilan sampel dilakukan selama 8 hari berturut-turut berdasarkan SNI 19-
3964- 1994, pengambilan sampel dilakukan untuk untuk mendapatkan data
timbulan, komposisi dan karakteristik sampah rumah tangga dan non rumah
tangga.
7
Bab II Analisa Karakteristik Sampah Kecamatan Tampan
Rata-Rata 0,97
8
Medium Income 0,13
Rata-Rata 0,13
● Kadar volatil
Pengukuran kadar volatil diteliti bertujuan untuk menetukan efektivitas dalam
mereduksi sampah dengan metode pembakaran berteknologi tinggi yaitu
incinerator. Data kadar volatil sampah di kecamatan Tampan di Pekanbaru dapat
dilihat pada tabel II.4
9
Tabel II.4 Kadar volatil sampah
● Kadar air
Pengukuran kadar air diteliti untuk menentukan frekuensi pengumpulan dan
pengangkutan sampah ke TPA. Data kadar air sampah di Kecamatan Tampan di
kota Pekanbaru dapat dilihat pada tabel II.5
10
II.1.3 Karakteristik Biologis
Penentuan karakteristik biologi digunakan untuk menentukan karakteristik sampah
organik di luar plastik, karet dan kulit. Karakteristik biologi meliputi biodegrabilitas
komponen organik, bau dan populasi lalat (Damanhuri dan Tripadmi, 2004).
Biodegrabilitas Komponen Organik
Fraksi biodegrabiolitas dapat ditentukan daru kandungan lignin dari sampah.
Pengukuran biodegrabilitas dipengaruhi oleh pembakaran volatile solid pada
suhu 5500C, jika nilai volatile solid besar maka biodegrabilitas sampah tersebut
kecil.Untuk data mengenai pengukuran biodegrabilitas komponen organik pada
Kecamatan Tampan, penilitian belum dilakukan.
Bau
Bau dapat timbul jika sampah disimpan dalam jangka waktu lama di tempat
pengumpulan, transfer station, dan di landfill. Bau dipengaruhi oleh iklim panas.
Bau terbentuk sebagai hasil dari proses dekomposisi senyawa organik yang
terdapat pada sampah kota secara anaerob. Sebagai contoh, pada kondisi anaerob,
sulfat tereduksi menjadi sulfida (S2-) dimana jika zat ini bereaksi dengan
hidrogen akan membentuk H2S. Untuk data mengenai pengukuran bau di
Kecamatan Tampan ini, penelitian belum dilakukan.
Populasi Lalat
Pada musim panas, perkembangbiakan lalat perlu mendapat perhatian yang
khusus. Lalat dapat berkembang biak pada tempat pengumpulan sampah dalam
waktu kurang dari dua minggu. Untuk data mengenai pengukuran populasi lalat
di Kecamatan Tampang, penilitian belum dilaksanakan.
11
Tampan adalah 0,23 kg/liter. Besar faktor pemadatan untuk sampah non domestik di
Kecamatan Tampan adalah 1,38 liter.
Kadar volatil sampah yang tertinggi adalah bersumber dari pasar dan jalan sebesar
59%. Hal ini terlihat dari jenis sampah yang dihasilkan berupa daun-daunan. Sampah
hotel mengandung sampah organik yang mudah hancur dan menguap, dan yang
terendah bersumber dari sampah rumah makan, yaitu 48%. Kadar volatil
menunjukkan untuk proses dekomposisi yang terjadi pada sampah dan dengan mudah
12
mikroorganisme berkembang, sehingga jenis sampah yang dihasilkan bisa dilakukan
pengolahan pengomposan.
Rata-rata % kadar abu rata-rata sampah tertinggi adalah bersumber dari hotel sebesar
12,6% terlihat jelas dari jenis sampah dan dari sisa pembakaran sampah yang telah
tervolatil sehingga kadar abu yang dihasilkan lebih sedikit, dan yang terendah
bersumber dari sampah sekolah, yaitu 5,9%. Hal ini menunjukkan bahwa sisa zat
anorganik sedikit. apabila dilakukan pengolahan sampah yang bersumber dari jalan
sangat cocok dilakukan pengolahan pengomposan.
13
Gambar II.3Grafik Rekapitulasi Analisis Proximate Kadar Abu Sampah Kota
Pekanbaru
Fixed karbon sampah Kota Pekanbaru mengalami fluktuasi setiap harinya. Rata-rata
% fixed karbon sampah yang tertinggi adalah bersumber dari toko dan pasar sebesar
11,3% hal ini terlihat dari jenis sampah yang dihasilkan dari kegiatan sehari-hari
seperti pecahan kaca dan tekstil sehingga sebagian sampah tidak tervolatil. sedangkan
kadar fixed karbon terendah bersumber dari sekolah, yaitu 8,8%. Jenis sampah yang
bersumber dari toko sebaiknya dilakukan daur ulang dan terlebih dahulu harus
dilakukan pemilahan komponen sampah.
14
Gambar II.4 Grafik rekapitulasi analisis proximate fixed karbon sampah Kota
Pekanbaru
Hasil Identifikasi bakteri sampah organik pasar kota Pekanbaru berupa sayuran (Sawi
dan Kol) dan buahan (Tomat) dapat dilihat pada tabel berikut.
15
Streptococcus
Streptococcus
Streptomyces
Neisseria
Streptococcus
Berdasarkan Tabel II.6 terlihat bahwa pada pasar bawah teridentifikasi Genus
Enterobacter, dan Streptococcus pada pasar pagi arengka Pseudomonas dan
enterobacter, pada pasar Rumbai bakteri genus Bacillus, Streptococcus dan
Streptomyces Sedangkan pada pasar Cik Puan teridentifikasi bakteri genus
Eschericia, Neisseria dan Streptococcus. Pada tabel tersebut juga terlihat bahwa
genus bakteri yang dominan pada sampah organik sawi adalah bakteri genus
Streptococcus
16
Pasar Pagi Streptococcus
Arengka
Berdasarkan Tabel II.7 terlihat bahwa pada pasar bawah teridentifikasi Genus
Enterobacter pada pasar pagi arengka dan pasar Rumbai Streptococcus, Sedangkan
pada pasar Cik Puan teridentifikasi bakteri genus Bacillus. Dari tabel tersebut juga
terlihat bahwa genus yang dominan adalah genus Streptococcus
Eschericia
Streptomyces
Streptococcus
17
Berdasarkan Tabel II.8 terlihat bahwa pada Pasar Bawah teridentifikasi Genus
Proteus dan Escherichia, pada Pasar Pagi Arengka Escherichia, dan Pasar Rumbai
Halobacteirum dan Streptomyces, sedangkan pada pasar Cik Puan teridentifikasi
bakteri genus Klebseilla dan Streptococcus. Dari tabel tersebut juga terlihat bahwa
genus yang dominan adalah genus Eschericia
18
Bab III Kompisisi Sampah Domestik Kecamatan Tampan
19
Dari tabel di atas, komposisi sampah domestik dari kegiatan rumah tangga
(pemukiman) di dominasi oleh sampah makanan baik pada masyarakat dengan
pendapatan rendah, sedang dan tinggi (berada pada rentang 44,64% hingga 56,06%)
dan dilanjutkan dengan sampah plastik (19,75% hingga 20,49%) dan kertas (11,21%
hingga 19,90%). Hal ini mengindikasikan aktivitas utama yang dilakukan pada area
pemukiman adalah konsumsi makanan dilanjutkan dengan pemanfaatan plastik dan
kertas.
Dapat dilihat dari timbulan sampah makanan yang tercipta, terdapat kecenderungan
masyarakat berpendapatan menengah ke atas memiliki pola konsumsi makanan yang
cepat saji, praktis, dan bersifat kering. Sedangkan pada masyarakat berpendapatan
rendah memiliki kecenderungan konsumsi makanan alami yang cenderung berat dan
basah. Adapun timbulan plastik sendiri didominasi dari sisa wadah makan ataupun
kantong belanjaan.
Dari tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa total sampah organik yang timbul dari
area pemukiman Kecamatan Tampan mencapai 93,60% dari total timbulan sampah
yang ada. Adapun persentase sampah anorganik dan lain-lain mencapai 6,40%.
Dengan mengetahui informasi ini, setidaknya sudah dapat memberikan gambaran
awal dalam penanganan timbulan sampah yang baik serta penerapan teknologi untuk
mengolah timbulan sampah.
20
III.2 Komposisi Sampah Domestik Non Rumah Tangga
Menurut Damanhuri, Padmi (2010) menyatakan bahwa sampah dapat dikelompokkan
berdasarkan komposisinya. Misalnya dinyatakan sebagai % berat (biasanya berat
basah) atau % volume (basah) dari kertas, kayu, kulit, karet, plastik, logam, kaca,
kain, makanan, dan lain-lain.
Berdasarkan hasil pengukuran pada jurnal acuan yang didapat, dari masing-masing
sumber penghasil sampah kemudian digabungkan untuk mengetahui komposisi
sampah pada Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru secara keseluruhan. Persentase
kompoisisi rata-rata per hari sampah non pemukiman (non rumah tangga) Kecamatan
Tampan Kota Pekanbaru adalah sampah organik sebesar 60,94 % dan sampah
anorganik sebesar 39,06 %. Perbandingan komposisi sampah non pemukiman (rumah
tangga) di daerah ini dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel III.2Komposisi sampah Kecamatan Tampan non-rumah tangga
Plastik 18,98 2
Tekstil 5,72 7
Besi 1,26 10
Rubber 0,82 11
Kaca 0,04 12
Styrofoam 1,37 9
Rambut 0,004 13
Lainnya 10,86 4
21
Ampas tebu 5,83 6
Daun-daunan 13,91 5
Kertas 17,12 3
22
Bab IV Keterolahan Sampah Domestik Kecamatan Tampan
23
nitrogen dan sumber Karbohidrat yang terdapat di dalamnya (C/N-resio) = 10 : 1.
Untuk proses pengomposa nilai optimum adalah 25 : 1, sedangkan maksimum 10
:1
d. Kadar air bahan tergantung kepada bentuk dan jen is bahan, misalnya, kadar air
optimum di dalam pengomposan bernilai antara 50 – 70, terutama selama proses
fasa pertama. Kadang-kadang dalam keadaan tertentu, kadar air bahan bisa
bernilai sampai 85%, misalnya pada jerami.
Tempat pengomposan tergantung kondisi serta luas lahan (pekarangan rumah) yang
dapat disiapkan untuk pembuatan kompos. (Wied, 2004). Dengan demikian, bentuk
tempat pengomposan dapat bermacam-macam, antara lain :
1. Berbentuk lubang dengan ukuran 100 x 75 x 50 cm atau 2,5 x 1 x 1 m (panjang,
lebar, dan tinggi), bisa lebih, bisa juga kurang, tergantung kepada lahan yang
dapat digunakan sebagai tempat pembuatan kompos, serta bahan baku yang akan
dibuat atau diproses. Bentuk lubang mudah dibuat . Selain itu, setiap bahan baku
yang akan dimasukkan hanya tinggal dijatuhkan ke dalamnya. Namun, kejelekan
dari tempat berbentuk lubang ini ialah kalau musim hujan akan tergenang air
sehingga proses pengomposan akan terhambat. Tambahan pula, bahan sukar
untuk dicampurkan sampai merata.
2. Berbentuk bak, baik dengan dinding yang terbuat dar i batu bata (tembok), dari
bambu, dari kayu ataupun dari bahan-bahan lainnya. Kebaikan dari tempat ini
ialah mudah untuk mencampurkan bahan, tidak tergenang air di musim hujan.
Adapun kejelekannya, memerlukan biaya yang cukup mahal untuk membuat
dinding.
3. Pada permukaan tanah saja, artinya timbunan bahan baku langsung ditempatkan
pada permukaan tanah tanpa lubang atau dinding. Dengan cara ini pencampuran
bahan baku agar rata mudah dilakukan. Selain itu, tidak tergenang air, tetapi
sangat mudah diganggu oleh binatang, misalnya ayam, atau binatang lain, seperti
tikus dan celurut yang senan g berdiam pada timbunan sampah.
24
IV.2 Keterolahan Sampah Domestik Non Organik
Sampah anorganik adalah sampah yang berasal bukan dari makhluk hidup. sampah
anorganik memerlukan waktu yang lama atau bahkan tidak dapat terdegradasi secara
alami. Beberapa sampah anorganik diantaranya styrofoam, plastik, kaleng, dan bahan
gelas atau beling. Salah satu pemanfaatan sampah anorganik adalah dengan cara
proses daur ulang (recycle). Daur ulang merupakan upaya untuk mengolah barang
atau benda yang sudah tidak dipakai agar dapat dipakai kembali. Beberapa limbah
anorganik yang dapat dimanfaatkan melalui proses daur ulang, misalnya plastik,
gelas, logam, dan kertas.
4. Sampah plastik
Sampah plastik biasanya digunakan sebagai pembungkus barang. Plastik juga
digunakan sebagai perabotan rumah tangga seperti ember, piring, gelas, dan lain
sebagainya. Keunggulan barang-barang yang terbuat dari plastik yaitu tidak
berkarat dan tahan lama. Banyaknya pemanfaatan plastik berdampak pada
banyaknya sampah plastik. Padahal untuk hancur secara alami jika dikubur
dalam tanah memerlukan waktu yang sangat lama. Karena itu, upaya yang dapat
dilakukan adalah memanfaatkan limbah plastik untuk didaur ulang menjadi
barang yang sama fungsinya dengan fungsi semula maupun digunakan untuk
fungsi yang berbeda. Misalnya ember plastik bekas dapat didaur ulang dan hasil
daur ulangnya setelah dihancurkan dapat berupa ember kembali atau dibuat
produk lain seperti sendok plastik, tempat sampah, atau pot bunga. Plastik dari
bekas makanan ringan atau sabun deterjen dapat didaur ulang menjdai kerajinan
misalnya kantong, dompet, tas laptop, tas belanja, sandal, atau payung. Botol
bekas minuman bisa dimanfaatkan untuk membuat mainan anakanak. Sedotan
minuman dapat dibuat bunga-bungaan, asbak, pot, bingkai foto, taplak meja,
hiasan dinding atau hiasan lainnya.
5. Sampah logam
Sampah dari bahan logam seperti besi, kaleng, alumunium, timah, dan lain
sebagainya dapat dengan mudah ditemukan di lingkungan sekitar kita. Sampah
25
dari bahan kaleng biasanya yang paling banyak kita temukan dan yang paling
mudah kita manfaatkan menjadi barang lain yang bermanfaat. Sampah dari bahan
kaleng dapat dijadikan berbagai jenis barang kerajinan yang bermanfaat.
Berbagai produk yang dapat dihasilkan dari limbah kaleng di antaranya tempat
sampah, vas bunga, gantungan kunci, celengan, gif box dll.
6. Sampah Gelas atau Kaca
Sampah gelas atau kaca yang sudah pecah dapat didaur ulang menjadi barang-
barang sama seperti barang semula atau menjadi barang lainseperti botol yang
baru, vas bunga, cindera mata, atau hiasan-hiasan lainnya yang mempunyai nilai
artistik dan ekonomis.
7. Sampah kertas
Sampah dari kertas dapat didaur ulang baik secara langsung ataupun tak
langsung. Secara langsung artinya kertas tersebut langsung dibuat kerajinan atau
barang yang berguna lainnya. Sedangkan secara tak langsung artinya kertas
tersebut dapat dilebur terlebih dahulu menjadi kertas bubur, kemudian dibuat
berbagai kerajinan. Hasil daur ulang kertas banyak sekali ragamnya seperti kotak
hiasan, sampul buku, bingkai photo, tempat pinsil, dan lain sebagainya
26
Bab V Penutup
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Komposisi sampah organik dan non organik baik dari sumber domestik maupun
non domestik dapat dilihat pada tabel 3.1 dan tabel 3.2.
2. Karakteristik fisika (faktor pemadatan dan berat jenis), kimia (proximate
analysis), dan bilogi sampah rumah tangga maupun non rumah tangga di
Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru dapat dilihat pada bagian 2 dimana tiap
sumber memiliki karakteristik masing-masing.
V.2 Saran
Saran yang dapat diberikan penulis adalah diadakannya studi atau kajian lebih lanjut
terutama mengenai karakteristik sampah biologis di Kecamatan Tampan, Kota
Pekanbaru. Selain itu analisis lanjutan mengenai beberapa karakteristik kimiawi
sampah juga dirasa perlu
27
DAFTAR PUSTAKA
28