Anda di halaman 1dari 63

PROPOSAL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU

MEMBUANG SAMPAH DI LAUT PADA MASYARAKAT

NEGERI SULI

KABUPATEN MALUKU TENGAH

OLEH :

JAVED B.K. SOGALREY

NIM. P.1911132

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PASAPUA AMBON

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SULI

2022

1
ii

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL.................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
DAFTAR TABEL.......................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................5
C. Tujuan Penelitian.......................................................................5
1. Tujuan Khusus.....................................................................5
2. Tujuan Umum.......................................................................5
D. Manfaat Penelitian.....................................................................6
1. Manfaat Teoritis....................................................................6
2. Manfaat Aplikatif...................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Umum Tentang Sampah.............................................8
B. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan....................................20
C. Tinjauan Umum Tentang Tingkat Pendidikan...........................26
D. Tinjauan Umum tentang Ketersediaan Sarana
Prasarana……………….............................................................29

BAB III DEFINISI OPERASIONAL


A. Kerangka Konsep.....................................................................40
B. Hipotesis...................................................................................41
C. Definisi Operasional. ................................................................42

ii
iii

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN


A. Desain Penelitian.......................................................................43
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................43
C. Populasi.....................................................................................43
D. Sampel dan Teknik Sampel.......................................................44
E. Instrumen Penelitian..................................................................44
F. Prosedur Pegolahan Data……………………............................46
G. Analisis Data..............................................................................47
H. Etika Penelitian..........................................................................47
I. Alur Penelitian............................................................................48

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
iv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi Operasional.................................................................42

iv
v

DAFTAR GAMBAR

Tabel 3.1 kerangka Konsep Penelitian......................................................40

Tabel 4.2 Alur Penelitian...........................................................................49

v
vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 : Surat Pengambilan Data Awal

Lampiran 3 : Lembaran Konsul

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sampah secara umum dikenal dengan hal-hal yang sudah
tidak dinginkan kembali atau sudah tidak mempunyai nilai, dimana
sebagian besar sampah tersebut merupakan suatu buangan yang
tidak terpakai dan berisiko terhadap kesehatan lingkungan dan
masyarakat wilayah sekitar. Pada dasarnya sampah adalah
sesuatu yang sengaja dibuang atau terbuang dari berbagai hasil
kegiatan manusia dan proses alam (Rohim, 2020).

Sampah termasuk salah satu masalah tersendiri karena bisa


mengakibatkan pencemaran lingkungan terhadap air, pencemaran
udara, pencemaran tanah, lingkungan menjadi kotor dan tidak
sehat, selain itu juga sampah yang menumpuk bisa menimbulkan
bau yang tidak enak serta merusak keindahan alam (Rato & Dkk,
2020).

Pewadahan sampah merupakan tahap awal mengelola


sampah dengan cara menempatkan sampah-sampah pada tempat
pewadahan yang ada agar sampah tidak berserakan, mencemari
lingkungan sekitar, mengganggu kesehatan masyarakat, serta
dengan tujuan menjaga kebersihan dan estetika lingkungan
(Riduan, 2021).

Laporan World Bank dengan judul “What a Waste: A Global


Review of Solid Waste Management”, kenaikan jumlah sampah
padat sebanyak 70% sampai tahun 2025 dari 1,3 miliar ton per
tahun menjadi 2,2 ton per tahun. Dengan jumlah penduduk
sebanyak 237 juta orang, ini menjadikan Indonesia sebagai negara
terbanyak ke empat di dunia. Jumlah sampah yang di produksi
mencapai 130.000 ton per hari, ini dikarenakan jumlah penduduk
yang selalu bertambah. Penduduk Indonesia dengan sanitasi buruk
yaitu 72.500.000 jiwa, dengan 240 kota yang bermasalah dengan
pengelolaan sampah (Balitbang Kemenkes RI, 3013)

Menurut Jambeck et al., (2015) Indonesia berada di


peringkat kedua dunia pembuang sampah plastik ke laut dengan
laju 0,52 kg sampah/orang/hari. Peningkatan sampah di Indonesia
mencapai 38 juta ton/tahun dan 30% dari sampah tersebut adalah
plastik (Hendiarti, 2018)

Tantangan persoalan sampah di Indonesia merupakan


persoalan yang masih sangat besar. Menurut Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan. Nurbaya (2020), jumlah timbulan sampah
dalam setahun sekitar 67,8 juta ton, dan akan terus bertambah
seiring pertumbuhan jumlah penduduk. Selain berdampak secara
fisik terhadap lingkungan dalam pengelolaan sampah yang tidak
baik dapat mempengaruhi kondisi jumlah mikroplastik di pesisir dan
laut yang mempengaruhi kualitas biota laut yang memakan
mikroplastik tersebut. Pada akhirnya juga berpengaruh terhadap
kondis kesehatan manusia (Jambeck et al., 2015). Asal sampah
tersebut, kurang dari 20% berasal dari sumber berbasis laut seperti
perikanan dan kapal penangkap ikan sedangkan 80% sisanya
berasal dari sumber berbasis darat (Gesamp, 2015).

Menurut Jambeck et al., (2015) Indonesia merupakan


negara terbesar kedua di dunia dalam tingkat pencemaran laut oleh
sampah setelah China. Kawasan pesisir dan laut merupakan
lingkungan perairan yang mudah terpengaruh dengan adanya
buangan limbah dari darat. Bahan pencemar yang berasal dari
berbagai kegiatan industri, pertanian, rumah tangga di daratan
akhirnya menimbulkan dampak negatif bukan saja pada sungai,
tetapi juga pesisir dan lautan (Cordova, 2017).

Sebagai pusat dari kegiatan perikanan Kota Ambon


seharusnya kawasan perairan Teluk Ambon harus dapat
diperhatikan dengan baik oleh pemerintah maupun masyarakat
akan tetapi yang terjadi saat ini kawasan perairan Teluk Ambon
mengalami perubahan lingkungan yang menyebakan perairan
Teluk Ambon sudah tidak dapat difungsikan secara maksimal
seperti dulu lagi. Tingginya tingkat produksi sampah yang
dihasilkan masyarakat tidak sejalan dengan kebiasaan masyarakat
yang membuang sampah tidak pada tempatnya, kebiasaan
masyarakat Kota Ambon adalah membuang sampah langsung
melalui sungai maupun laut serta pesisir yang berada di Kota
Ambon. Peningkatan jumlah sampah yang masuk ke dalam
perairan Teluk Ambon setiap tahunnya membuat Sampah di
perairan Teluk Ambon tidak hanya mengambang dan berserakan di
pesisir perairan Teluk Ambon, akan tetapi sampah-sampah
tersebut telah menumpuk di dasar laut perairan Teluk Ambon
(Tuhumury & Kaliky, 2019).

Hasil penelitian sebelumnya oleh Yudistira (2013) yang


menyatakan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara
lokasi pemukiman dengan kebiasaan membuang sampah.
Pengawasan yang di maksud dalam penelitian ini adalah suatu
bentuk pengarahan kepada masyarakat dengan tujuan agar tidak
membuang sampah di laut. Serta memberikan informasi kepada
masyarakat tentang bahaya membuang sampah di laut.

Hasil penelitian laiinya oleh Anggun Khairati (2014), tentang


Perilaku Warga Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga di Zona Pesisir Kota Parepere. Kota Pare-pare terutama di
Kelurahan Ujung Sabang masih banyak masyarakat yang belum
memanfaatkan fasilitas tempat pembuangan sampah yang telah
disediakan, bahkan masih banyak masyarakat yang membuang
sampah langsung ke laut atau ke parit-parit.

Dari data awal yang didapat peneliti dari pemerintah Negeri


Ameth, jumlah tempat sampah sebanyak 12 (TPS), 4
muhabet/wilayah di antaranya muhabet/wilayah Serikat Kampung
Pake dengn jumlah keluarga 100 lebih dan jumlah jiwa 300 lebih.

Untuk itu, berdasarkan uraian latar belakang diatas maka


peneliti tertarik meneliti tentang Perilaku Membuang Sampah di
Laut Pada Masyarakat Negeri Ameth, Kecamatan Nusalaut,
Kabupaten Maluku Tengah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Faktor-faktor apa saja yang
berhubungan dengan perilaku membuang sampah di laut pada
masyarakat Negeri Ameth, Kecamatan Nusalaut, Kabupaten
Maluku Tengah”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan
perilaku membuang sampah di laut pada masyarakat Negeri
Ameth, Kecamatan Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan tentang pembuangan
sampah di laut pada masyarakat Negeri Ameth, Kecamatan
Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah.
b. Untuk mengetahu tingkat pendidikan masyarakat Negeri
Ameth, Kecamatan Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah.
c. Untuk mengetahui ketersediaan sarana prasarana
pembuangan sampah di Negeri Ameth, Kecamatan
Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah.
d. Untuk menganalisa hubungan pengetahuan dengan perilaku
membuang sampah di laut pada masyarakat Negeri Ameth,
Kecamatan Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah
e. Untuk menganalisa hubungan tingkat pendidikan dengan
perilaku membuang sampah di laut pada masyarakat Negeri
Ameth, Kecamatan Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah
f. Untuk menganalisa hubungan ketersediaan sarana
prasarana dengan perilaku membuang sampah di laut pada
masyarakat Negeri Ameth, Kecamatan Nusalaut, Kabupaten
Maluku Tengah

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi masyarakat dapat memberikan pengetahuan tentang
bahaya dampak buruk membuang sampah di laut.
b. Bagi peneliti dapat memberikan pengalaman baru dalam
melakukan penelitian ini dan dapat mengaitkan fenomena
yang ada.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Sampah

1. Defenisi

Menurut definisi World Health Organization (WHO) “sampah

adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak

disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari

kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya” (Ariani et

al., 2021).

2. Jenis-jenis Sampah

Sampah rumah tangga berdasarkan sumbernya, terdiri dari

dua jenis yaitu (Hasibuan, Malayu, 2016):

a. Sampah Organik

Sampah organik merupakan segala limbah yang

mengandung unsur Karbon (C) seperti kotoran hewan dan

manusia, air seni (urine), sisa makanan, kertas, kardus,

karton, air cucian, minyak goreng bekas dan lain-lain.

Limbah tersebut ada yang mempunyai daya racun yang


tinggi, misalnya sisa obat, baterai bekas, dan air aki. limbah

tersebut tergolong sebagai bahan berbahaya dan beracun,

sedangkan limbah air cucian, limbah kamar mandi, dapat

mengandung bibit-bibit penyakit atau pencemar biologis

seperti bakteri, jamur, virus, dan sebagainya. Namun secara

teknis sebagian orang mendefinisikan limbah organik

sebagai limbah yang hanya berasal dari mahluk hidup

(alami) dan sifatnya mudah busuk.

b. Limbah Anorganik

Limbah organik merupakan jenis sampah yang tidak

mengandung unsur karbon, seperti logam, kaca dan pupuk

anorganik (pupuk yang mengandung unsur nitrogen dan

fospor). Dalam hal ini bahan organik seperti plastik, karet,

kertas, juga dikelompokan sebagai limbah anorganik.

Bahan-bahan tersebut sulit terurai oleh mikroorganisme

sebab unsur karbonnya membentuk rantai kimia yang

kompleks dan panjang.

3. Dampak Sampah

Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan

dampak yang buruk bagi lingkungan dan manusia. Sampah

yang dihasilkan dari rumah tangga maupun perindustrian

diharapkan dapat dikelola dengan baik untuk dapat

meningkatkan kualitas kehidupan. Namun, kenyataanya seiring


berjalannya waktu sampah yang dihasilkan menyebabkan

dampak negatif yang tidak sedikit. Limbah rumah tangga dapat

mempengaruhi kualitas air bahkan tercemar. Air yang tercemar

akan menghasilkan bau yang tidak sedap dan tidak dapat di

gunakan lagi untuk keperluan rumah tangga ataupun sebagai

penunjang kehidupan manusia yang akan menimbulkan

dampak sosial yang sangat luas dan akan memakan waktu

lama untuk memulihkannya. Dampak sampah bagi kesehatan

dapat menyebabkan dan menimbulkan penyakit, seperti

penyakit diare, kudis, kurap dan tipus. Dengan demikian perlu

adanya perhatian penuh terhadap pengelolaan sampah agar

tidak menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan dan

kesehatan (Hasibuan, 2016).

4. Pengolahan Sampah

Menurut Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008

pengelolaan sampah didefinisikan sebagai kegiatan yang

sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi

pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah

bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan

kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber

daya.

Setiap tahapan pengelolaan sampah memiliki karakteristik

yang berbeda seperti adanya pengumpulan sampah komunal,


penyapuan jalan, dan pelayanan kebersihan pada fasilitas

publik termasuk barang publik. Selain itu, ada pula

pengumpulan dan pengangkutan sampah langsung dari

sumber, baik rumah tangga atau perusahaan, sampai ke tempat

pemrosesan akhir. Oleh karena itu, pengelolaan sampah bukan

hanya tanggung jawab pemerintah tetapi pihak swasta juga bisa

berperan dalam pengelolaan sampah, khususnya di perkotaan

(Triwibowo & Alin, 2015).

Pengelolaan sampah secara umum terbagi atas 2 tipe

pengelolaan yaitu pengelolaan sampah setempat (individu) dan

pengelolaan sampah terpusat yang biasa diterapkan pada suatu

lingkungan permukiman atau kota. Pengelolaan sampah

setempat merupakan penanganan yang dilaksanakan sendiri

oleh masyarakat (penghasil sampah). Sedangkan pengelolaan

secara terpusat, khususnya dalam teknis operasional,

merupakan suatu proses atau kegiatan penanganan sampah

yang terkoodinir. Jika yang sistem penanganan terpusat yang

diterapkan, maka pelaksanaannya mutlak diperlukan adanya

suatu institusi yang menangani langsung pengelolaan

persampahan. Institusi tersebut memegang peranan yang

sangat penting seperti, status, struktur organisasi, fungsi,

tanggung jawab dan wewenang serta koordinasi vertikal

maupun horizontal dari badan pengelola (Usman, 2016).


Sistem pengelolaan sampah perkotaan dilihat sebagai

komponen subsistem yang saling mendukung, saling

berinteraksi, dan saling berhubungan satu sama lain. Kinerja

pengelolaan sampah dapat diukur dengan membandingkan

kinerja nyata dengan hasil atau sasaran yang diharapkan,

disamping itu kinerja juga sangat terkait dengan tingkat efisiensi

dan efektifitas. Kinerja pengelolaan sampah merupakan

perbandingan antara hasil nyata dengan sasaran yang ingin

dicapai dalam sistem pengelolaan sampah yang meliputi aspek

teknis, kelembagaan, pembiayaan, hukum dan peran serta

masyarakat. Untuk melakukan penilaian kinerja dalam

pengelolaan sampah sangat terkait dengan kualitas pelayanan

serta kepuasan yang dinikmati oleh masyarakat (Triani, 2017).

Pengelolaan sampah meliputi :

a. Pengumpulan

Pengumpulan sampah merupakan cara atau proses

pengambilan sampah mulai dari tempat pewadahan atau

penampungan sampah dari sumber timbulan sampah

sampai ke tempat pengumpulan sementara atau

sekaligus ke TPA (Istiqamah, 2020). Sistem

pengumpulan terdiri dari dua cara yaitu secara langsung

dan tidak langsung. Pengumpulan secara langsung (door

to door) merupakan pengumpulan yang dilakukan oleh


petugas atau mitra dengan mendatangi tiap-tiap rumah

tangga kemudian dikumpulkan di Tempat Penampungan

Sementara (TPS) ataupun ke TPA. Pengumpulan secara

tidak langsung (komunal) merupakan pengumpulan yang

dilakukan sendiri oleh masing-masing rumah tangga atau

sarana pengumpul ke tempat yang sudah disediakan

pada suatu daerah (Yusriani dkk, 2015).

b. Pengangkutan

Pengangkutan sampah merupakan kegiatan

operasional yang dimulai dari titik pengumpulan terakhir

dari suatu siklus pengumpulan sampai ke TPA pada

pengumpulan dengan pola individual langsung, atau dari

tempat pemindahan, TPS sampai ke tempat pengolahan

atau pembuangan akhir (Istiqamah, 2020).

Pengangkutan sampah merupakan bagian dari

pengelolaan sampah yang memiliki biaya terbesar dari

serangkaian tahapan pengelolaan sampah. Biaya

pengangkutan sampah bisa mencapai 60% dari total

biaya pengelolaan sampah atau berkisar antara 50 - 70%

dari total biaya pengelolaan sampah, sehingga

pengelolaan sampah sangat dipengaruhi efisiensi

pengangkutan sampah (Triwibowo & Alin, 2015).

c. Pemrosesan Akhir
Pemrosesan akhir sampah merupakan tempat

dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam

pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber

pengumpulan, pemindahan atu pengangkutan,

pengolahan dan pembuangan (Istiqamah,2020).

Berdasarkan Teknik Operasional Pengelolaan Limbah

Padat terdiri dari:

1) Pewadahan

Pewadahan adalah aktivitas menampung

sampah sementara dalam suatu wadah individual

dan komunal di tempat sumber limbah padat.

Dengan demikian, pewadahan sampah sesuai

dengan jenis sampah terpilah, terdiri dari :

a) Sampah organik, seperti daun, sisa

sayuran, kulit buah lunak, sisa makanan

menggunakan wadah berwarna gelap.

b) Sampah anorganik, seperti gelas, plastik,

logam, dan lainnya menggunakan wadah

berwarna terang.

c) Sampah berbahaya dan beracun

menggunakan wadah berwarna merah dan

diberi lambang khusus.


Pola pewadahan sampah dapat dibagi dalam

individual dan komunal. Pewadahan dimulai

dengan pemilahan baik untuk pewadahan

individual maupun komunal sesuai dengan

pengelompokan pengelolaan sampah.

Lokasi penempatan wadah individual

ditempatkan di halaman muka, halaman belakang

untuk sumber sampah dari hotel restoran.

Sedangkan Wadah komunal ditempatkan sedekat

mungkin dengan sumber sampah, tidak

mengganggu pemakai jalan atau sarana umum

lainnya, di luar jalur lalu lintas, pada suatu lokasi

yang mudah untuk pengoperasiannya, di ujung

gang kecil, di sekitar taman dan pusat keramaian

(untuk wadah sampah pejalan kaki), untuk pejalan

kaki minimal 100 m, dan Jarak antar wadah

sampah.

2) Pengumpulan

Pengumpulan adalah aktivitas penanganan

yang tidak hanya mengumpulkan sampah dari

wadah individual dan/atau komunal, melainkan

juga mengangkutnya ke tempat tertentu, baik

pengangkutan langsung maupun tidak langsung.


Terdapat beberapa hal penting pola pengumpulan

sampah yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu

sebagai berikut :

a) Pengumpulan sampah harus

memperhatikan:

(1) Keseimbangan pembebanan tugas.

(2) Optimasi penggunaan alat, waktu dan

petugas.

(3) Minimal jarak operasi.

b) Faktor-faktor yang memepengaruhi pola

pengumpulan sampah :

(1) Jumlah sampah terangkut.

(2) Jumlah penduduk.

(3) Luas daerah operasi.

(4) Kepadatan penduduk dan tingkat

penyebaran rumah.

(5) Panjang dan lebar jalan.

(6) Kondisi sarana penghubung (jalan,

gang).

(7) Jarak titik pengumpul dengan lokasi.

c) Jenis atau pola pengumpulan sampah

dapat dibagi menjadi :

(1) Individual langsung.


(2) Individual tidak langsung.

(3) Komunal langsung.

(4) Komunal tidak langsung.

(5) Penyapuan jalan dan taman.

Adapun pola pengumpulan sampah terdiri

atas :

a) Pola individual langsung oleh truk

pengangkut menuju ke pengolahan:

(1) Bila kondisi topografi bergelombang

(rata-rata > 5%), hanya alat pengumpul

mesin yang dapat beroperasi, sedang

alat pengumpul non-mesin akan sulit

beroperasi.

(2) Kondisi jalan cukup lebar dan operasi

tidak mengganggu pemakai jalan

lainnya.

(3) Kondisi dan jumlah alat memadai.

(4) Jumlah timbunan sampah > 0,3 m3 /hari.

(5) Biasanya daerah layanan adalah

pertokoan, kawasan permukiman yang

tersusun rapi, daerah elite dan jalan

protokol.
b) Pola individual tidak langsung, dengan

menggunakan pengumpul sejenis gerobak

sampah, dapat diterapkan bila :

(1) Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia.

Lahan ini dapat difungsikan sebagai

tempat pemrosesan sampah skala

kawasan.

(2) Kondisi topografi relatif datar (rata-rata <

5%), dapat digunakan alat pengumpul

non-mesin (gerobal, becak).

(3) Alat pengumpul masih dapat

menjangkau secara langsung.

(4) Lebar jalan atau gang cukup lebar untuk

dapat dilalui alat pengumpul tanpa

mengganggu pemakai jalan lainnya.

(5) Terdapat organisasi pengelola

pengimpul sampah, dengan sistem

pengendaliannya.

c) Pola komunal langsung oleh truk

pengangkut dilakukan, bila :

(1) Alat angkut terbatas.

(2) Kemampuan pengendalian personil dan

peralatan relatif rendah.


(3) Alat pengumpul sulit menjangkau

sumber-sumber sampah individual

(kondisi daerah berbukit, gang/jalan

sempit).

(4) Wadah komunal ditempatkan sesuai

dengan kebutuhan dan di lokasi yang

mudah dijangkau oleh alat pengangkut

(truk).

(5) Permukiman tidak teratur.

d) Pola komunal tidak langsung, dengan

persyaratan sebagai berikut :

(1) Peran serta masyarakat tinggi.

(2) Wadah komunal ditempatkan sesuai

dengan kebutuhan dan di lokasi yang

mudah dijangkau alat pengumpul.

(3) Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia.

Lahan ini dapat difungsikan sebagai

tempat pemrosesan sampah skala

kawasan.

(4) Bagi kondisi topografi yag relatif datar

(rata-rata < 5%), dapat digunakan alat

pengumpul non mesin (gerobak, becak)

dan bagi kondisi topografi >5% dapat


digunakan cara lain seperti pikulan,

kontainer kecil beroda dan karung.

(5) Lebar jalan atau gang dapat dilalui alat

pengumpul tanpa mengganggu pemakai

jalan lainnya.

(6) Harus ada organisasi pengelola

pengumpul sampah.

e) Pola penyapuan jalan, dengan persyaratan

sebagai berikut :

(1) Juru sapu harus mengetahui cara

penyapuan untuk setiap daerah

pelayanan (diperkeras, tanah, lapangan

rumput, dan lain-lain).

(2) Penanganan penyapuan jalan untuk

setiap daerah berbeda tergantung pada

fungsi dan nilai daerah yang dilayani.

(3) Pengumpulan sampah hasil penyapuan

jalan diangkut ke lokasi pemindahan

untuk kemudian diangkut ke pemrosesan

akhir.

(4) Pengendalian personel dan peralatan

harus baik.
B. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

1. Defenisi

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari

pengalamannya yang berasal dari berbagai macam sumber

seperti media, poster, kerabat dekat, media masa, media

elektronik, buku petunjuk, petugas dan sebagainya.

Pengetahuan dapat membentuk keyakinan tertentu, sehingga

seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinan tersebut (Istiari

2013).

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini dihasilkan

setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu

yang ingin diketahui. Penginderaan ini terjadi melalui panca

indera manusia yaitu indera pendengaran, penciuman,

penglihatan, raba, dan rasa. Tetapi sebagian besar

pengetahuan yang diperoleh manusia yaitu melalui pendidikan,

pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain, media

massa maupun lingkungan (Retnaningsih, 2016).

2. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan yaitu:

a. Usia

Usia berpengaruh terhadap pola pikir dan daya

tangkap seorang individu. Seiring bertambahnya usia


maka semakin berkembang pula pola pikir dan daya

tangkap seseorang sehingga pengetahuan yang

diperoleh semakin baik.

b. Pendidikan

Pendidikan sangat berkaitan erat dengan

pengetahuan, dimana seseorang yang berpendidikan

tinggi diharapkan orang tersebut semakin luas

pengetahuannya. Akan tetapi, perlu ditekankan bahwa

seseorang yang berpendidikan rendah tidak mutlak

memiliki pengetahuan yang rendah pula. Untuk

menambah pengetahuan, tidak harus diperoleh dari

pendidikan formal, tetapi dapat juga diperoleh melalui

pendidikan nonformal.

c. Informasi/media massa

Informasi yang didapatkan baik melalui pendidikan

formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh

jangka pendek (immediate impact) sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan. Teknologi yag semakin berkembang di

zaman sekarang akan menyediakan berbagai macam


media massa yang dapat berpengaruh terhadap

pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.

d. Sosial, budaya, dan ekonomi

Kebiasaan maupun tradisi yang dilakukan oleh orang-

orang tanpa melalui penalaran, apakah yang mereka

lakukan baik atau buruk. Sehingga seseorang akan

bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan

apapun. Status ekonomi seseorang dapat juga

menentukan tersedianya suatu fasilitas yang dibutuhkan

untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi

ini juga berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang.

e. Pengalaman

Pengalaman adalah salah satu sumber pengetahuan

atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan.

f. Lingkungan

Lingkungan merupakan segala sesuatu yang berada

disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis maupun

sosial. Lingkungan mempengaruhi proses masuknya

pengetahuan terhadap seseorang yang berada dalam

lingkungan tersebut (Retnaningsih, 2016).

3. Tingkat–Tingkat Pengetahuan
Secara garis besar terdapat 6 tingkatan pengetahuan, yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali materi

yang sudah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan yang

dimiliki pada tahap ini sebatas mengingat kembali (recall)

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima, sehingga tingkatan

pengetahuan di tahap ini merupakan tingkatan

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu atau 7 memahami tentang

apa yang telah dipelajari antara lain menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan

sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan suatu objek dengan benar. Orang yang

telah mengerti tentang pelajaran yang telah diberikan

dapat menjelaskan, menyimpulkan dan

menginterpretasikan objek yang telah dipelajarinya

tersebut.

c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

mengaplikasikan atau menerapkan materi yang telah

dipelajari sebelumnya pada situasi kondisi yang nyata

atau sebenarnya.

d. Analisis (analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan menjabarkan

objek atau materi ke dalam komponen-komponen yang

berkaitan satu sama lain, tetapi masih dalam satu

struktur organisasi dan masih berkaitan satu sama lain.

Kemampuan analisis yang dimiliki seperti dapat

menggambarkan, memisahkan dan mengelompokkan,

membedakan atau membandingkan.

e. Sintesis (synthesis)

Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini adalah

kemampuan seseorang dalam mengaitkan berbagai

unsur pengetahuan yang ada menjadi suatu pola baru

yang lebih menyeluruh. Kemampuan yang dimiliki seperti

dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat

meringkaskan, dapat menyesuaikan dan lain-lain.

f. Evaluasi (evaluation)

Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini berupa

kemampuan untuk melakukan penilaian atau justifikasi


terhadap suatu objek atau materi. Evaluasi dapat

digambarkan sebagai proses merencanakan,

memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat

diperlukan untuk membuat alternative keputusan

(Retnaningsih, 2016).

4. Pengukuran Pengetahuan

Untuk mengukur pengetahuan, dapat dilakukan melalui

wawancara atau angket yang menanyakan mengenai isi materi

yang akan diukur dari subjek atau responden ke dalam

pengetahuan yang ingin diukur dan disesuaikan dengan

tingkatannya, jenis pertanyaan yang dapat digunakan untuk

mengukur pengetahuan terbagi menjadi 2 macam yaitu:

a. Pertanyaan subjektif

Pertanyaan subjektif meggunakan jenis pertanyaan

essay digunakan dengan penilaian yang melibatkan

faktor subjektif dari peniai, sehingga hasil dari nilai akan

berbeda-beda dari setiap penilai dari waktu ke waktu.

b. Pertanyaan Objektif

Pertanyaan objektif memiliki berbagai jenis

pertanyaan seperti pilihan ganda, benar salah, serta

pertanyaan menjodohkan dapat dinilai secara pas oleh

penilai (Safirah, 2018).


C. Tinjauan Umum Tentang Tingkat Pendidikan

1. Defenisi

Tingkatan Pendidikan menurut Lestari dalam Wirawan

(2016), Merupakan suatu kegiatan seseorang dalam

mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk tingkah

lakunya, baik untuk kehidupan masa yang akan datang dimana

melalui organisasi tertentu ataupun tidak teroganisasi.

Feni dalam Kosilah & Septian (2020), Pendidikan

merupakan bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh

orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai

kedewasaan nya dengan tujuan agar anak cukup cakap

melaksanakan tugas hidup nya sendiri tidak dengan bantuan

orang lain.

2. Indikator Tingkat Pendidikan

Indikator tingkat pendidikan menurut Lestari dalam Edy

Wirawan (2016:3), yaitu :

a. Pendidikan Formal

Indikator nya berupa pendidikan terakhir yang ditamatkan

oleh setiap pekerja yang meliputi Sekolah Dasar,

Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas

dan perguruan tinggi.

b. Pendidikan Informal
Indikator nya berupa sikap dan kepribadian yang

dibentuk dari keluarga dan lingkungan.

3. Fungsi dari Tingkat Pendidikan

Komaruddin dalam Widiansyah (2017), berpendapat bahwa

pendidikan memberikan sumbangan yang berarti dalam

kenaikan tingkat kehidupan,kualitas manusia dan pendapatan

nasional, terutama dalam hal-hal berikut:

a. Proses belajar mengajar menjamin masyarakat yang

terbuka (yaitu masyarakat yang senantiasa bersedia

untuk mempertimbangkan gagasangagasan dan

harapan-harapan baru serta menerima sikap dan proses

baru tanpa harus mengorbankan dirinya).

b. Sistem pendidikan menyiapkan landasan yang tepat

bagai pembangunan dan hasil-hasil rises (jaminan

melekat untuk pertumbuhan masyarakat modern yang

berkesinambungan). Investasi pendidikan dapat

mempertahankan keutuhan dan secara konstan

menambah persediaan pengetahuan dan penemuan

metode serta teknik baru yang berkelanjutan.

c. Apabila dalam setiap sektor ekonomi kita dapatkan

segala faktor yang dibutuhkan masyarakat kecuali tenaga

kerja yang terampil, maka investasi dalam sektor

pendidikan akan menaikkan pendapatan perkapita dalam


sektor tersebut, kecuali bila struktur sosial yang hidup

dalam masyarakat tersebut tidak menguntungkan.

d. Sistem pendidikan menciptakan dan mempertahankan

penawaran keterampilan manusia di pasar tenaga kerja

yang luwes. Selain itu juga mampu mengakomodasi dan

beradaptasi dalam hubungannya dengan perubahan

kebutuhan akan tenaga kerja dan masyarakat teknologi

modern yang sedang berubah.

D. Tinjauan Umum Tentang Ketersediaan Sarana Prasarana

1. Defenisi

Prasarana menurut Jayadinata (1992 dalam

Juliawan,2015:5) prasarana merupakan suatu faktor potensial

yang sangat penting dalam menentukan arah dan masa depan

perkembangan suatu wilayah, karena pembangunan tidak akan

sukses dan berjalandengan baik tanpa dukungan prasarana

yang memadai, prasarana kota merupakan fasilitas umum yang

menjadi penunjang utama terselenggaranya suatu proses atau

kegiatan dalam kota yang pada akhirnya akan menentukan

perkembangan kota. Dengan demikian prasarana kota

merupakan fasilitas umum yang menjadi penunjang utama

terselenggaranya suatu proses atau kegiatan dalam kota, yang

padxa akhirnya akan menentukanperkembangan kota.


Prasarana lingkungan merupakan kelengkapan dasar fisik

lingkungan yang memungkinkan lingkungan dapat berfungsi

sebagaimana mestinya, lebih jelasnya prasarana lingkungan

atau sarana yang utama bagi berfungsinya suatu lingkungan

permukiman adalah jaringan jalan untuk mobilitas orang dan

angkutan barang, mencegah perambatan kebakaran serta untuk

menciptakan ruang dan bangunan yang teratur, jaringan air

bersih, jaringan saluran pembuangan air limbah dan tempat

pembuangan sampah untuk kesehatan lingkungan, serta

jaringan saluran air hujan untuk pematusan (drainase) dan

pencegah banjir setempat.

Fungsi prasarana adalah untuk melayani dan mendorong

terwujudnya lingkungan permukiman dan lingkungan usaha

yang optimal sesuai dengan fungsinya, upaya memperbaiki

lingkungan membutuhkan keseimbangan antar tingkat

kebutuhan masyarakat (Diwiryo,1996 dalam Juliawan, 2015:6).

Dari pengertian tersebut dapat disederhanakan bahwa

prasarana merupakan kerangka dasar dari suatu sistem,

kerangka dasar tersebut menjadi fasilitas umum dan

pelengkapan dasar fisik yang memungkinkan lingkungan untuk

berfungsi sebagaimana mestinya, serta menjadi penentu

keberhasilan daru suatu perkembangan kota.


2. Komponen prasarana

a. Jalan adalah jaringan jalan memiliki fungsi utama yaitu

menghubungkan berbagai pusat jasa distribusi. Namun

secara ekonomi jalan dapat didefinsikan sebagai pusat jasa

distribusi tersebut merupakan titik tumpu tumbuh dan

berkembangnya kawasan perkotaan yang berperan

melayani wilayah sekitarnya, saling terkait satu dengan

lainnya dalam satu hubungan hirarki tertentu. Fungsi jalan

sesuai jangkauan pelayanannya membentuk fungsi arteri,

kolektor, lokal, sedangkam secara administrasi yaitu jalan

nasional, propinsi dan kabupaten. Sedangkan peran

dominan secara ekonomi adalah mendukung pelayanan

pusat-pusat produksi/industri, pertanian, pertambangan,

kehutanan dan pariwisata.

Jalan sebagai bagian prasarana transportasi yang

mempunyai peran penting dalam bidang ekonomi, sosial

budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan

keamanan, serta digunakan untuk sebesar- besar

kemakmuran rakyat. Jalan sesuai dengan peruntukannya

terdiri atas jalan umum dan jalan khusus, jalan umum

dikelompokan (menurut sistem, fungsi, status dan kelas),

sedangkan jalan khusus bukan diperuntukan bagi lalu lintas


umum dalam rangka distribusi barang dan jasa yang

dibutuhkan.

1) sistem jaringan jalan yaitu:

a) Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem

jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi

barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah

di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua

simpul jasa distribusi yang berwujud pusatpusat

kegiatan.

b) Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem

jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi

barang dan jasa untuk masyarakat didalam kawasan

perkotaan.

2) Jaringan jalan yaitu :

a) Jaringan jalan primer menghubungkan kota-kota

besar maupun kecil, desa-desa dan pedalaman.

b) Jaringan jalan sekunder terdiri atas jalan-jalan dalam

kota dan desa kecuali jalan kota yang diklasifikasikan

sebagai ruas jalan primer.

3) Fungsi jalan yaitu:

a) Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi

melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak


jauh, kecepatan ratarata tinggi, dan jumlah jalan

masuk dibatasi secara berdaya guna.

b) Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi

melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan

ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata

sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

c) Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi

melayani angkutan setempat dengan ciri perjlananan

jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah

jalan masuk tidak dibatasi.

d) lingkungan merupakan jalan umum yang befungsi

melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan

jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

4) Status Jalan yaitu:

a) Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan

kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang

menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan

strategis nasional, serta jalan tol.

b) Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem

jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota

provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar

ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.


c) Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem

jaringan jalan primer yang tidak termaksud pada jalan

nasional dan jalan provinsi, yang menghubungkan

ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar

ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan

kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal, serta jalan

umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam

wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.

d) Jalan Kota merupakan jalan umum dalam sistem

jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antar

pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat

pelayanan dengan persil, menghubungkan antar

persil, serta menghubungkan antar pusat permukiman

yang berada di dalam kota.

e) Jalan Desa merupakan jalan umum yang

menghubungkan kawasan dan/atau antar

permukiman didalam desa, serta jalan lingkungan.

5) Kelas Jalan untuk pengaturan penggunaan jalan dan

kelancaran lalu lintas, jalan dibagi dalam beberapa kelas

jalan. Pembagian kelas jalan diatur sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang lalu

lintas dan angkutan jalan. Pengaturan kelas jalan

berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan


dikelompokan atas jalan bebas hambatan, jalan raya,

ajaln sedang dan jalan kecil.

6) Bagian bagian jalan yaitu:

a) Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran

tepi jalan, dan ambang pengamannya.

b) Ruang milik jalan meliputi ruang manfaat jalan dan

sejalur tanah tertentu diluar ruang manfaat jalan.

c) Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu

diluar ruang milik jalan yang ada di bawah

pengawasan penyelenggaraan jalan.

7) Bagian bagian jalan yaitu:

a) Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran

tepi jalan, dan ambang pengamannya.

b) Ruang milik jalan meliputi ruang manfaat jalan dan

sejalur tanah tertentu diluar ruang manfaat jalan.

c) Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu

diluar ruang milik jalan yang ada di bawah

pengawasan penyelenggaraan jalan.

8) Untuk keperluan pengaturan, penggunaan serta

kebutuhan lalu lintas dan angkuatan, jalan dibagi dalam

lima jelas yaitu:

a) Kelas Jalan I merupakan jalan arteri yang dapat dilalui

kendaraan bermotor termaksud muatan dengan


ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran

panjang tidak melebihi 18.000 milimeter dan muatan

sumbu terberat yang dijinkan lebih besar dari 10 ton.

b) Jalan Kelas II merupakan jalan arteri yang dapat

dilalui kendaraan bermotor termaksud muatan dengan

ukuran lebar tidak melebihi 2.500 melimeter, ukuran

panjang tidak melebihi 18.000 milimeter dan muatan

sumbu terberat yang diizinkan 10 ton.

c) Jalan Kelas III A merupakan jalan arteri kolektor yang

dapat dilalui kendaraan bermotor termaksud muatan

dengan ukuran lebar tidak melebihi dari 2.500

milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000

milimeter dan muatan sumbu terberat yang diizinkan

8 ton.

d) Jalan Kelas III B merupakan jalan kolektor yang dapat

dilalui kendaraan bermotor termaksud muatan dengan

ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter dan

mauatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.

e) Jalan Kelas III C merupakan jalan lokal yang dapat

dilalui kendaraan bermotor termaksud muatan dengan

ukuran tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang

tidak melebihi 9.000 milimeter dan muatan sumbu

terberat yang diizinkan 8 ton.


b. Air bersih adalah air yang memnuhi persyaratan kesehatan

untuk kebutuhan minum, masak, mandi dan energi. Air

sebagai salah satu faktor essensial bagi kehidupan sangat

dibutuhkan salam kriteria sebagai air bersih. Air bersih

adalah air yang layak digunakan untuk keperluan keluarga

atau rumah tangga karena telah memenuhi syarat. Air bersih

merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk memenuhi

standar kehidupan manusia secara sehat. Ketersediaan air

yang terjangkau dan berkelanjutan menjadi bagian

terpenting bagi setiap individu baik yang tinggal di perkotaan

maupun di perdesaan. Air dapat dikatakan air bersih apabila

memenuhi kriteria:

Jernih/tidak berwarna, Tidak berbau, Tidak berasa,

Temperaturnya normal, Tidak mengandung zat padatan, dan

Tidak mengandung bahan organic.

1) Sumber Air Bersih:

a) Air hujan

b) Air permukaan

c) Air tanah

c. Persampahan adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia

dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Adapun

prasarana pembuangan sampah yaitu mulai dari

pembuangan sampah pada tempat yang telah disediakan


sampai pengumpulan ditempat pembuangan sementara

yang ada pada lingkungan tersebut.

d. Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan

hidup bersih dengan maksud mencegah bersentuhan

langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya

lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan

meningkatkan kesehatan manusia.

e. Listrik/energi adalah rangkaian fenomena fisika yang

berhubungan dengan kehadiran aliran muatan listrik. Listrik

telah menimbulkan berbagai macam efek yang telah umum

diketahui, seperti petir, listrik statis, dan arus listrik.

f. Telekomunikasi adalah teknik pengiriman atau penyampaian

informasi, dari suatu tempat ke tempat lainnya.

3. Tujuan Penyediaan Prasarana

Penyediaan prasarana bertujuan untuk mendukung

kegiatan-kegiatan publik agar dapat berjalan dengan sesuai

rencana. Prasarana bertujuan agar ruang-ruang yang

diperuntukan bagi kegiatan publik dapat berfungsi dengan baik.

Penyediaan prasarana juga bertujuan agar kegiatan sosial dan

ekonomi masyarakat dapat tertampung dengan baik.

Pengembangan wilayah dan kota terkenal dengan tersediannya

prasarana dasar dan fasilitas lingkungan (PSD) yang memadai

merupakan stimulus bagi bergulirnya kegiatan investasi


pemanfaatan ruang. Regulasi-regulasi perlu dilakukan untuk

menyusun struktural ruang sesuai dengan yang direncanakan

karena melibatkan berbagai sektor terkait disalamnya.

Penyediaan prasarana perkotaan bukan sekedar pemenuhan

kebutuhan dasar saja, tetapi juga untuk terselenggaranya fungsi

kota dalam konteks perkotaan. Dengan demikian infrastruktur

perkotaan selain berperan sebagai stimulus, juga berperan

sebagai alat pengendalian pemanfaatan ruang perkotaan.

Ketersediaan prasarana berbagai jaringan yang menyatukan

berbagai wilayah secara nasional dan ketersediaan prasarana

wilayah pada kawasan-kawasan perbatasan mendukung aspek

persatuan dan kesatuan. Prasarana berperan vital sebagai

penggerak roda ekonomi nasional dan mengentas kemiskinan,

melayani masyarakat dalam mengartikulasikan kehidupan

sosialnya dan membentuk kesatuan wilayah. Serta prasarana

juga dapat meningkatkan pelayanan dasar bagi masyarakat

mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan kehidupan

sosial budaya masyarakat serta meningkatkan peran serta

swasta dan masyarakat. Prasarana juga dapat memudahkan

kerja sama pertukaran barang antar wilayah dan dapat

memberikan akses yang merata terhadap fungsi pelayanan dari

pusat-pusat wilayah.

4. Manfaat Prasarana
Berikut ini bebrapa manfaat dari pengadaan prasarana atau

infrastruktur terhadap suatu wilayah:

a. Membantu menambah daya dukung lingkungan, atau

mengurangi beban lingkungan

b. Melestarikan alam lingkungan

c. Mendukung kegiatan

d. Meningkatkan interaksi sosial, ekonomi, kebudayaan

e. Mengurangi jarak dan waktu, memudahkan, meringankan

pembiayaan

f. Merepresentasikan kemampuan suatu wilayah.


BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFENIS


OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini yang terdiri

dari variable indenpenden yaitu pengetahuan, tingkat pendidikan,

dan ketersedian sarana prasarana variable dependen yaitu

membuang sampah yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Variabel indenpenden variabel dependen

Pengetahuan

Perilaku
Tingkat Pendidikan Membuang
Sampah

Ketersediaan Sarana
Prasarana

Gambar 3.1 kerangka konsep penilitian

Keterangan :

: variabel indenpenden

: variabel dependen

: penghubung antara variabel yang diteliti

39
40

B. Hipotesis

Hipotesis Null (Ho) :

1. Tidak ada hubungan pengetahuan dengan perilaku membuang

sampah di laut pada masyarakat Negeri Suli

2. Tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku

membuang sampah di laut pada masyarakat Negeri Suli

3. Tidak ada hubungan ketersediaan sarana prasarana dengan

perilaku membuang sampah di laut pada masyarakat Negeri Suli

Hipotesis alternatif (Ha) :

1. Ada hubungan pengetahuan dengan perilaku membuang

sampah di laut pada masyarakat Negeri Suli

2. Ada hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku membuang

sampa di laut pada masyarakat Negeri Suli

3. Ada hubungan ketersediaan sarana prasarana dengan perilaku

membuang sampah di lat pada masyarakat Negeri Suli

C. Defensi Operasional
41

No Variabel Defenisi Alat ukur Hasil ukur skala

Variabel Indenpenden

1 Pengetahuan Segala sesuatu yang Kuesioner Tinggi= jika skor Ordinal


diketahui dan
responden > nilai
dimengerti responden
median,
terkait defenisi, jenis,
cara pengolahan serta
Rendah= jika skor
dampak sampah
terhadap kesehatan responden ≤ nilai

maupun lingkungan median.

2 Tingkat pendidikan Pendidikan formal Kuesioner Tinggi= jika tingkat Nomina


terakhir yang telah
pendidikan
ditempuh oleh
responden > SMA
responden

Rendah= jika

tingkat pendidikan

responden ≤ SMA

3 Ketersediaan sarana Adanya sarana Kuesioner Memadai= jika skor Nominal

prasarana untuk responden > nilai

membuang sampah median,

yang dimiliki respinden


Kurang Memadai=

jika skor responden

≤ nilai median.

Variabel Dependen

1 Perilaku membuang Aksi responden dalam Kuesioner Baik= jika skor Ordinal
responden > nilai
sampah membuang sampah
median,
tiap hari
42

Kurang= jika skor


responden ≤ nilai
median
42

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitan

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah desain Survey Analitik dengan rancangan cross sectional.

Pendekatan cross sectional digunakan dalam penelitian ini sebab

merupakan rancangan penelitian yang pengukurannya atau

pengamatannya dilakukan pada saat bersamaan atau sekali waktu

(Notoatmodjo, 2012).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di muhabet/wilayah Serikat Kampung

Pake Negeri Suli, Kabupaten Maluku Tengah

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan bulan Agustus 2022

C. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan sumber daya yang

diperlukan dalam suatu penelitian. Penentuan sumber data dalam

42
43

suatu penelitian sangat penting dan memerlukan keakuratan hasil

penelitian (Suryono,2013). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh kepala keluarga di muhabet/wilayah Serikat Kampung

Pake Negeri Suli yang berjumlah 97 kepala keluarga.

D. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh kepala

keluarga di muhabet Kampung Pake Negeri Suli yang

berjumlah 93 kepala keluarga.

2. Teknik Pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan teknik Total Sampling, yang berarti seluruh

populasi dijadikan sebagai sampel penilitian.

E. Instrument Penelitian

Instrument penelitian adalah suatu alat atau fasilitas yang

digunakan peneliti untuk mengumpulkan data agar lebih mudah

dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan

sistematis (Arikunto, 2013). Instrumen dan penelitian ini

menggunakan lembaran kuesioner.


44

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, tingkat pendidikan,

dan sarana prasarana dangan perilaku membuang sampah di laut

pada masyarakat Negeri Suli dalam bentuk kuesioner dengan:

1. Variabel dependen

Perilaku membuang sampah di laut memakai 10

pertanyaan dengan pilihan jawaban (YA) atau (TIDAK)

skor jawaban YA=1 dan skor jawaban TIDAK=0. Hasil

Baik= jika skor responden > nilai median, Kurang= jika

skor responden ≤ nilai median.

2. Variabel independen

a) Pengetahuan

Variabel Pengetahuan memakai 10 pertanyaan dengan

pilihan jawaban (BENAR) atau (SALAH) skor jawaban

BENAR=1 dan skor jawaban SALAH=0. Hasil Tinggi=

jika skor responden > nilai median, Rendah= jika skor

responden ≤ nilai median.

b) Tingkat pendidikan

Variabel tingkat pendidikan dilihat dari jenjang

pendidikan terakhir responden. Hasil Tinggi= jika skor

responden > SMA, Rendah= jika skor responden ≤ SMA.

c) Ketersediaan sarana prasarana

Variabel ketersediaan sarana prasarana memakai 10

pertanyaan dengan pilihan jawaban (BENAR) atau


45

(SALAH) skor jawaban BENAR=1 dan skor jawaban

SALAH=0. Hasil Memadai= jika skor responden > nilai

median, Kurang Memadai= jika skor responden ≤ nilai

median.

F. Prosedur Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan kemudian diolah dengan langkah-

langkah berikut :

1. Editing data yaitu memeriksa kembali kebenaran pengisisan

data

2. Coding data yaitu pemberian kode pada setiap alternatif

jawaban untuk memudahkan pengolahan data.

3. Entri / prosesing adalah melakukan pemasukan data yang

sudah diberi kode terlebih dahulu kedalam computer.

4. Tabulation data yaitu data di olah dan dilaksanakan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi.

5. Cleaning adalah melakukan pencegahan kembali data masuk.

Kegiatan ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah ada

kesalahan dalam memasukan data.


46

G. Analisis Data

Setelah data dikumpulkan kemudian dilakukan analisis data dan

interpretasi data dengan menggunakan metode statistik yaitu

menggunakan metode computer dengan program SPSS. Analisis

data terbagi 2 yaitu :

1. Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran setiap

variablenya. Pada penelitian ini analisis univariat digunakan

untuk mengukur karakteristik responden berdasarkan umur,

jenis kelamin, pengetahuan, tingkat pendidikan, dan

ketersediaan sarana prasarana.

2. Analisis bivariat.

Penelitian ini menggunakan analisis bivariat untuk melihat

hubungan antara variabel independent dan dependen yaitu

faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku membuang

sampah di laut pada masyarakat Negeri Ameth, Kecamatan

Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah. Proses analisis bivariat

ini menggunakan uji chi-square.

H. Etika Penelitian

Menurut Nursalam (2013) sebagai pertimbangan etik,

peneliti menyakinkan bahwa hak-hak responden terlindungi,

dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :


47

1. Inform Concent (lembar persetujuan)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan

diteliti.Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang

dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan

sesudah pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti,

maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan

tersebut, jika responden menolak untuk diteliti, maka peneliti

tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.

2. Anonimity (tanpa nama)

Hal ini untuk menjaga kerahasiaan responden. Peneliti tidak

akan mencantumkan nama responden pada lembar

pengumpulan data, cukup dengan memberikan kode dan inisial

nama pada masing-masing lembar tersebut.

3. Confidentiallity (kerahasian)

Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari responden selama

penelitian akan menjamin kerahasiaannya oleh peneliti.

Penyajian data hasil penelitian hanya disajikan atau dilaporkan

sebagai hasil riset.


48

I. Alur Penelitian

bagan alur penelitian dapat digambarkan pada skema dibawa ini :

Pengumpulan data awal di Negeri Suli

Membuang sampah dilaut pada masyarakat negeri Suli

Teknik Sampel
Menggunakan teknik Total Sampling

Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner

Variabel Independen Variabel Dependen


1. Pengetahuan Perilaku Membuang
2. Tingkat Sampah
Pendidikan
3. Ketersediaan
Sarana Prasarana

Pengolahan dan Analisa data Univarial


dan Bivariat (uji chi-square)

Penyajian hasil berupa distribusi frekuensi

Gambar 4.2 Alur Penelitian


DAFTAR PUSTAKA

Anggun Khairati Perilaku Warga Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah

Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Ujung Sabbang Kota

Parepare. Skrispsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Parepare; 2014 (Diakses 1 April 2018)

Ariani, Dorothea Wahyu. 2021. Manajemen Kualitas (Edisi Ke-II).

Universitas Terbuka. Tangerang Selatan

Balitbang Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:

Balitbang Kemenkes RI. 2013.

Cordova, M. R. (2017). Pencemaran Plastik Di Laut. OSEANA, 42(3), 21–

30.

Diwiryo, Ruslan, 1996, Panel Nasional Ahli Pembangunan Prasarana :

Pembangunan prasarana perkotaan di Indonesia. Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum.

Gesamp. (2015). fate and effects of microplastics in the marine

environment: a global assessment.

Hasibuan, Malayu. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:

Penerbit Bumi Aksara.

Hendiarti, N. 2018. Combating Marine Plastic Debris in Indonesia.

Dipresentasikan pada Science to Enable and Empower Asia

Pacific for SDGs (Jakarta, 30 Juli 2018).


Istiari. (2008). Kesehatan Remaja : Problem dan Solusinya. Jakarta :

Salemba Medika

Jayadinata, Johara T, & Juliawan (Ed). 2015. Pembangunan Desa

dalam Perencanaan. Bandung: ITB

Kosilah & Septian (2020) “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe

Assure DalamMeningkatkan Hasil Belajar Siswa”, Jurnal

Inovasi Penelitian, Vol 1 no 6 November 2020

Natoadmodjo, (2015). Hubungan Pendidikan

Pengetahuan :Jakarta :Rineka Cipta.

Rato, D., & Dkk. (2020). Ekspresi Kebudayaan Dan Keadilan Dalam

Memperjuangkan Hak Atas Lingkungan Bagi Masyarakat Adat.

Media Sains Indonesia.

Retnaningsih, Ragil. (2016). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang

Alat Pelindung Telinga Dengan Penggunaannya Pada Pekerja

di PT. X. Jurnal Industrial Hygiene and Occupational Health, 69-

70.

Riduan, A. (2021). Penanganan dan Pengelolaan Sampah (Studi

Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Di Kabupaten

Bnajar, Kalimantan Selatan). Bintang Pustaka Madani.

Rohim, M. (2020). Teknologi Tepat Guna Pengolahan Sampah. CV.

PENERBIT QIARA MEDIA.

Triwibowo, Danang dan Alin Halimatussadiah. 2016. Aplikasi Model

Optimasi untuk Meningkatkan Efisiensi Pengangkutan Sampah


di Kota Cilegon. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia,

Vol. 16, No. 1, Hal. 59-80

Suryano. (2013), Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam

Bidang Kesehatan. Yogyakarta:Nuha Medika

Tuhumury, N. C., & Kaliky, I. (2019). Identification of Coastal Debris at

Rumah Tiga Village Ambon City. TRITON: Jurnal Manajemen

Sumberdaya Perairan, 15(1), 30–39.

Yusriani, Y. dan M.S. Elviwirda. 2015. Kajian pemanfaatan limbah jerami

sebagai pakan ternak sapi di Provinsi Aceh. Jurnal Peternak

Indo. Adityawarman, A.C., Salundik, dan C. Lucia. 2015.

Pengolahan limbah ternak sapi secara sederhana di Desa

Pattalassang Kabupaten Sinjai

Yudistira. H. 2013. Pola Perilaku Membuang Sampah Masyarakat

Kampong Sangir Kelurahan Titiwungen Selatan Di Daerah

Aliran Sungai Sario. Vol. 8, no.2. Diakses tanggal 15 Februari

2018.
KUESIONER

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEMBUANG


SAMPAH DI LAUT PADA MASYARAKAT Suli, , KABUPATEN
MALUKU TENGAH

KARAKTERISTIK RESPONDEN

No. Responden :

Nama :

Umur :

JK :

Pendidikan Terakhir :

A. KUESIONER PENGETAHUAN

PETUNJUK PENGISIAN

Berilah tanda centang (√) pada pilihan jawaban yang menurut

kamu sesuai

NO Pertanyaan Benar Salah

1 Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak


dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang
yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
dengan sendirinya.
2 Sampah ada dua jenis yaiu, sampah organik dan non
organik.

3 Sampah plastik, kaca, logam, karet, kain, dan B3 adalah


bahan berbahaya dan beracun.

4 Membuang sampah di laut dapat merusak alam

5 Pengelolahan sampah terbagi 2 yaitu, pengelolaan


sampah rumah tangga (berasal dari kegiatan sehari-hari
dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja) dan kedua
yaitu pengelolaan sampah spesifik (mengandung bahan
berbahaya dan beracun).

6 Persyaratan tempat sampah adalah terpisah antara


sampah organik dan anorganik

7 Membuang sampah di laut dapat mencemari lautan

8 Membuang sampah di laut dapat menyebabkan ikan,


terumbuk karang, dan biota laut lainnya mati.

9 Salah satu penyebab bencana alam terjadi karena


sampah yang dibuang sambarangan (di laut)

10 Sampah yang dibuang di laut dapat menimbulkan


berbagai penyakit
B. KUESIONER KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA

PETUNJUK PENGISIAN

Berilah tanda centang (√ ) pada pilihan jawaban yang menurut

kamu sesuai.

NO Pertanyaan Benar Salah

1 Terdapat tempat pembuangan sampah sementara


(TPS) di Desa

2 Terdapat tempat pembuangan sampah akhir (TPA)


di Desa

3 Memiliki wadah yang dipersiapkan untuk tempat


sampah sementara di dalam rumah

4 Ada petugas kebershian di Desa

5 Petugas kebershian mengangkut sampah dari


rumah ke rumah

6 Petugas kebersihan mengangkut sampah dari TPS


ke TPA

7 Apakah tempat sampah di rumah tersebut dapat


menampung semua sampah yang dihasilkan setiap
harinya

8 Apakah tersedia tempat sampah di kamar mandi,


dapur, dll.
9 Apakah di Desa terdapat tempat sampah memadai

10 Petugas kebersihan Desa pengumpul sampah


maksimal sekali dalam tiga hari

C. KUESIONER PERILAKU MEMBUANG SAMPAH DI LAUT

PETUNJUK PENGISIAN

Berilah tanda centang (√) pada pilihan jawaban yang menurut

kamu sesuai.

NO Pertanyaan Ya Tidak

1 Saya membuang sampah di laut.

2 Saya memilah sampah sebelum dibuang.

3 Ketika dalam perjalanan saya memiliki sampah, saya


menyimpan sampah dan dibuang di tempat sampah

4 Saya akan memungut sampah yang saya temui di jalan.

5 Sampah yang dikumpilkan di rumah dibuang di tempat


penampungan sementara (TPS)

6 Sampah di rumah dipilah sebelum dibuang ke TPS.

7 Saya menegur orang yang membuang sampah di laut.

8 Saya selalu menjaga kebersihan laut.

9 Saya menyiapkan tempat sampah di rumah.

10 Saya membuang sampah yang ada di rumah ke TPS


setiap hari

Anda mungkin juga menyukai