PROPOSAL PENELITIAN
OLEH
Diajukan Oleh:
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui:
Ketua Program Studi Ilmu Administasi Bisnis
ii
DAFTAR ISI
COVER SAMPUL............................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL PENELITIAN................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah............................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................8
2.1. Penelitian Terdahulu...........................................................................................8
2.2. Penelitian Terdahulu.........................................................................................10
2.2.1. Manajemen Produksi................................................................................10
2.2.2. Konsep Produksi.......................................................................................12
2.2.3. Pengendalian Produksi..............................................................................14
2.2.4. Fungsi Pengendalian.................................................................................16
2.2.5. Tujuan Pengendalian.................................................................................17
2.2.6. Jenis-Jenis Pengendalian Produksi...........................................................19
2.2.7. Mutu..........................................................................................................21
2.2.8. Dimensi Mutu Produk...............................................................................28
2.2.9. Proses Produksi.........................................................................................30
2.2.10. Pengawasan Mutu Proses Produksi..........................................................31
2.2.11. Faktor-Faktor Penentu Mutu Produk........................................................33
2.2.12. Cara Atau Proses Pembuatan....................................................................36
2.2.13. Kegagalan Produk.....................................................................................36
2.2.14. Alat Bantu Pengendalian Mutu.................................................................37
2.3 Kerangka Berpikir.............................................................................................42
BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................................45
3.1 Pendekatan penelitian.......................................................................................45
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................................45
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...................................................45
3.4 Jenis dan Sumber Data......................................................................................47
iii
3.4.1. Jenis Data..................................................................................................47
3.4.2. Sumber Data..............................................................................................47
3.5 Teknik Pengumpulan Data................................................................................47
3.6 Teknik Analisis Data........................................................................................48
3.7 Organisasi Penelitian........................................................................................49
3.8 Biaya Penelitian................................................................................................50
3.9 Jadwal Penelitian..............................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................53
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Produksi Sarung dan Selendang Pada Rumah Tenun
NTT Ina Ndao Kupang Tahun 2016-2020.....................................................................4
Tabel 1.2 Jumlah Produk Cacat Pada Rumah Tenun NTT Ina Ndao Kupang
Tahun 2016-2020............................................................................................................5
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu.......................................................................................8
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian............................................................................................52
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
2
Pengendalian mutu menurut Teori Edwards Deming, mengemukakan
bahwa proses industri harus di pandang sebagai suatu perbaikan mutu secara
terus-menerus, yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide untuk
menghasilkan suatu produk, pengembangan produk, proses produksi, sampai
dengan distribusi ke pelanggan seterusnya berdasarkan informasi sebagai
umpan-balik yang dikumpulkan dari pengguna produk (pelanggan)
dikembangkan ide-ide untuk menciptakan produk baru atau meningkatkan mutu
produk lama beserta proses produksi yang ada saati ini (Gasperz, 2005:9).
Perhatian pada mutu memberikan dampak positif kepada bisnis melalui dua cara
yaitu dampak terhadap biaya-biaya produksi dan dampak terhadap pendapatan
(Gasperz, 2005:3). Dampak terhadap biaya produksi terjadi melalui proses
pembuatan produk yang memiliki derajat konfirmasi yang tinggi terhadap
standar-standar sehingga bebas dari tingkat kerusakan yang mungkin terjadi.
Dampak terhadap peningkatan pendapatan terjadi melalui peningkatan penjualan
atas produk yang bermutu tinggi.
Proses produksi yang memperhatikan mutu akan menghasilkan produk
yang bebas dari kecacatan. Hal ini dapat menghindarkan adanya pemborosan
sehingga biaya produksi perunit dapat ditekan dan harga produk dapat menjadi
kompetitif. Salah satu tujuan perusahaan adalah meningkatkan laba terutama
dari kegiatan operasinya. Oleh karena itu, manajer perusahaan dalam mengambil
keputusan-keputusan ditunjukkan untuk meningkatkan laba.
Pengawasan mutu produk pada Rumah Tenun Ina Ndao dilakukan sejak
pengadaan bahan baku sampai dengan proses produksi/penenunan berlangsung,
agar kualitas suatu produk yang diinginkan dapat dicapai dan apabila terjadi
kesalahan dapat segera diperbaiki. Proses produksi yang dilaksanakan di Rumah
Tenun Ina Ndao kadangkala terjadi hambatan, seperti adanya cacat produk yang
dihasilkan sehingga tidak dapat dijual. Hal ini terjadi dikarenakan adanya
penyimpangan dari berbagai faktor produksi seperti bahan baku yang digunakan,
tenaga kerja dan kinerja alat yang digunakan dalam proses produksi. Adapun
data produksi dan produk cacat tenun pada Rumah Tenun Ina Ndao (2018-2020)
dapat dilihat pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2.
3
Tabel 1.1
Data Produksi Sarung dan Selendang Pada Rumah Tenun NTT Ina Ndao Kupang
Tahun 2016-2020
Jenis Produk Tahun Jumlah Produksi Harga/Lembar
2016 80
2017 100 Rp. 500.000
Sarung 2018 120
2019 150 Rp. 6.000.000/Lembar
2020 180
2016 80
2017 100 Rp. 90.000
Selendang 2018 117
2019 143 Rp. 600.000/Lembar
2020 151
Sumber Rumah Tenun NTT Ina Ndao Kupang, 2021
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa pada tahun 2016 Rumah Tenun Ina Ndao
memproduksi sarung sebanyak 80 lembar, tahun 2017 sebanyak 100 lembar,
tahun 2018 sebanyak 120 lembar, tahun 2019 sebanyak 150 lembar, dan pada
tahun 2020 sebanyak 180 lembar dengan harga jual berkisar antara Rp. 500.000
sampai dengan Rp. 6.000.000/Lembar. Sedangkan produk selendang yang di
produksi pada tahun 2016 sebanyak 80 lembar, tahun 2017 sebanyak 100
lembar, tahun 2018 sebanyak 117 lembar, tahun 2019 sebanyak 143 lembar, dan
tahun 2020 sebanyak 151 lembar dengan harga jual berkisar antara Rp. 90.000
sampai dengan Rp. 600.000 per lembarnya . Hal ini membuktikan bahwa
produksi sarung dan selendang pada Rumah Tenun NTT Ina Ndao mengalami
peningkatan di setiap tahunnya.
4
Tabel 1.2
Jumlah Produk Cacat Pada Rumah Tenun NTT Ina Ndao Kupang
Tahun 2016-2020
Jumlah Produk
Tahun Jenis Kecacatan Produk Total
Sarung Selendang
Warna benang/kain tidak sesuai 4 3 7
2016 Kotoran pada benang/kain 3 3 6
Corak/motif meleset 3 2 5
Warna benang/kain tidak sesuai 3 2 5
2017 Kotoran pada benang/kain 2 2 4
Corak/motif meleset 2 1 3
Warna benang/kain tidak sesuai 2 1 3
2018 Kotoran pada benang/kain 1 2 3
Corak/motif meleset 2 1 3
Warna benang/kain tidak sesuai 1 1 2
2019 Kotoran pada benang/kain 3 2 5
Corak/motif meleset 2 1 3
Warna benang/kain tidak sesuai 1 1 2
2020 Kotoran pada benang/kain 1 - 1
Corak/motif meleset - - -
Sumber : Rumah Tenun NTT Ina Ndao Kupang Tahun 2021
Dari tabel 1.2 dapat diketahui bahwa terdapat banyak jumlah produk cacat
dalam proses produksi sarung dan selendang pada Rumah Tenun NTT Ina Ndao selama
lima tahun terakhir seperti warna benang/kain tidak sesuai, kotoran pada benang/kain,
proses pengawasan mutu produk yang belum maksimal dan juga standar operasional
Hani (1992:3), mengatakan bahwa dengan hasil evaluasi tersebut akan dapat
digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam melakukan perencanaan pengawasan
mutu. Dengan demikian perlu dilakukannya pengawasan mutu produk sehingga dapat
mengurangi tingkat kerusakan produk sehingga dapat mengurangi tingkat kerusakan
produk yang dihasilkan, sehingga Rumah Tenun Ikat Ina Ndao dapat terus
meningkatkan reputasinya dengan memberikan konsistensi terhadap standar mutu
5
produk yang telah ditetapkan sehingga kepuasan konsumen dan harga jual produk
semakin meningkat.
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa masih adanya produk selendang
maupun sarung yang mengalami cacat produk sebagaimana pada tabel 1.2, sedangkan
kualitas mutu tenun yang baik merupakan suatu hal mutlak yang menjadi pertimbangan
konsumen, dan untuk menghasilkan suatu tenun yang berkualitas sangat diperlukan
adanya pengawasan kualitas produksi yang dilakukan. Menurut Sudarsono dan Edilius
(2002:105), bahwa pengawasan produksi berfungsi agar dapat diperoleh hasil berupa
barang dan jasa yang berkualitas dalam jangka waktu yang sesuai dengan rencana yang
telah ditentukan. Dengan demikian peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ilmiah
dengan judul “Pengawasan Mutu Pada Rumah Tenun Ikat NTT Ina Ndao di Kota
Kupang”
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
14
produk terhadap suatu standar dan mengambil tindakan perbaikan bila
diperlukan.
Hani Handoko (1995:335), pengendalian adalah proses untuk menjamin
semua tujuan organisasi perusahaan dapat tercapai.
Syamsi (2005:65) pengendalian adalah fungsi manajemen yang
mengusahakan agar pekerjaan atau kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana,
intruksi, pedoman, patokan, pengaturan atau hasil yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Fess (2005:226) pengendalian atau kontrol merupakan seluruh kegiatan
utnuk mengarahkan operasi mereka, melindungi aktivitas dan mencegah
penyalagunaan sistem dalam perusahaan.
15
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli maka dapat diambil
kesimpulan bahwa pengendalian adalah kegiatan yang dilakukan untuk memantau
aktivitas dan memastikan seluruhnya berjalan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan sebelumnya
17
Menurut Yamit (1996) ada beberapa tujuan dalam pengendalian mutu,
yaitu:
1) Untuk menekan atau mengurangi volume kesalahan dan perbaikan
2) Untuk menjaga atau menaikkan mutu sesuai standar
3) Untuk mengurangi keluhan atau perolehan konsumen
4) Memungkinkan pengkelasan output
5) Untuk menaati peraturan
6) Untuk menaikkan atau menjaga image
Satria (2006) menjelaskan bahwa pengawasan mutu digunakan untuk
memperbaiki kegagalan atau penyimpangan yang tidak diinginkan dan juga
untuk menjamin tercapainya tujuan serta terlaksananya rencana yang telah
digariskan. Penyimpangan yang terjadi itu sendiri merupakan bahan
pertimbangan dalam penyusunan rencana pada masa yang akan datang.
Sofyan Assauri (2008:299), tujuan pengendalian mutu adalah sebagai
berikut:
1) Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar mutu yang
ditetapkan
2) Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin
3) Mengusahakan agar biaya desain produk dan proses dengan
menggunakan mutu produk tertentu dengan menjadi sekecil
mungkin
4) Mengusahakan agar biaya produksi dapat menajdi serendah mungkin
Mutu produk yang dihasilkan dapat berjalan dengan baik dan hasilnya
sesuai standar yang ditetapkan.
Sedangkan menurut Handoko (2000) tujuan pengendalian mutu adalah
sebagai berikut :
1) Mengurangi kesalahan dan meningkatkan motif
2) Megilhami kerja tim yang lebih baik
3) Mendorong ketertiban dalam tugas
4) Meningkatkan motivasi para karyawan
5) Menciptakan kemampuan memecahkan masalah
18
6) Menimbulkan sikap-sikap mencegah masalah
7) Memperbaiki komunikasi dan mengembangkan hubungan antara
manajer dan karyawan
8) Mengembangkan kesadaran akan keamanan yang tinggi
9) Memajukan karyawan dan mengembangkan kepemimpinan
10) Mendorong penghematan biaya
20
Menurut Philip B. Crosby mutu adalah confermance to requirement
yaitu, sesuai dengan yang diisyaratkan. Suatu produk memiliki mutu apabila
sesuai dengan yang standar atau kriteria mutu yang telah ditentukan, standar
mutu tersebut meliputi bahan baku proses produksi dan produksi jadi.
Menurut Juran V. Daniel Hunt (1993:32), mutu produk adalah
penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan
pelanggan. Mutu keadaan suatu produk yang menunjukkan tingkat kemampuan
produk tersebut didalam menjalankan fungsinya untuk memenuhi kebutuhan
konsumen.
Menurut Edwards Deming (1982:176), mutu adalah kesesuain dengan
kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan yang bermutu adalah perusahaan
yang menguasasi pangsa pasar karena hasil produksinya sesuai dengan
kebutuhan konsumen, sehingga menimbulkan kepuasan konsumen. Jika
konsumen merasa puas, maka mereka akan setia membeli produk perusahaan
tersebut baik berupa barang maupun jasa.
Menurut Figenbaum (1992:6), mutu adalah kepuasan pelanggan
sepenuhnya. Suatu produk dianggap bermutu apabila dapat memberikan
kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan harapan konsumen
atas produk yang dihasilkan perusahaan.
Menurut Taguchi (1987), mutu adalah loss to society, yang maksudnya
adalah apabila terjadi penyimpangan dari target, hal ini merupakan fungsi
berkurangnya mutu. Pada sisi lain, berkurangnya mutu tersebut akan
menimbulkan biaya manajemen.
Menurut Kotler (2005:57), mutu adalah keseluruhan sifat suatu produk
atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan
kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.
Menurut Gravi dan Davis mutu adalah suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, tenaga kerja, proses dan tugas serta lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Perubahan mutu produk
tersebut memerlukan peningkatan atau perubahan ketrampilan tenaga kerja,
proses produksi, dan tugas serta perubahan lingkungan perusahaan agar produk
dapat memenuhi dan melebihi harapan konsumen.
21
Melalui pengertian dan teori ini dapat diketahui bahwa suatu barang atau
jasa dinilai bermutu apabila memenuhi ekspetasi konsumen akan nilai produk
yang diberikan kepada konsumen tersebut. Artinya, mutu merupakan salah satu
faktor yang menentukan suatu faktor yang menentukan penilaian kepuasan
konsumen.
Menurut Nomi Preffer dan Anna Coote (1993), mutu adalah konsep yang
licin. Alasan yang paling mungkin dalam memahami karakter mutu yang
membingungkan tersebut adalah bahwa ia merupakan gagasan yang dinamis,
berkaitan dengan sudut pandang dan kepentingan pengguna istilah yang
berbeda-beda. Perbedaan terjadi disebabkan mutu dapat digunakan sebagai suatu
konsep yang secara bersama-sama. Mutu dalam pengertian absolute
beranggapan bahwa mutu merupakan suatu keindahan, kebenaran, kemewahan,
dan suatu idealis yang tidak dapat ditawar. Sedangkan mutu dalam pengertian
relatif memandang bahwa mutu bukan atribut produk atau layanan, melainkan
sesuatu yang dianggap berasal dari produk atau layanan.
Menurut Edward dan Sallis (1993), mutu mengandung dua aspek yaitu
pertama adalah menyesuaikan diri dengan spesifikasi, kedua memenuhi
kebutuhan pelanggan. Mutu bagi produsen dapat diperoleh melalui produk atau
layanan yang memenuhi spesifikasi awal secara konsisten dalam sebuah sistem
yang biasa dikenal dengan sistem jaminan mutu. Sedangkan mutu bagi
pelanggan adalah sesuatu yang memuaskan dan melampui keinginan dan
kebutuhan pelanggan. Jadi mutu tidak kalah pentingnya adalah kemampuannya
untuk memenuhi kepuasan pelanggan.
Menurut Gasperz (2005:4), menyatakan bahwa mutu adalah segala
sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting
the needs of costomers).
Prawirosentono Suyadi (2007:320), pengertian mutu suatu produk adalah
“Keadaan fisik, fungsi, sifat, dan kegunaan suatu barang yang dapat memberi
kepuasan konsumen secara fisik maupun psikologis, sesuai dengan nilai uang
yang dikeluarkan”.
Crosby dalam Tjiptono dan Diana (2003:55), menyatakan bahwa mutu
adalah conformance to Requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan dan
22
distandarkan. Suatu produk memiliki mutu apabila sesuai dengan standar mutu
yang telah ditentukan. Standar mutu tersebut meliputi, bahan baku, proses
produksi, dan produk jadi.
Ilham Fahmi (2016:46), mengemukakan bahwa mutu adalah suatu usaha
yang dilakukan secara serius dengan tujuan agar tercapainya suatu nilai yang
mampu memberi kepuasan secara maksimal kepada pemakainya.
Hendy Tannady (2015:1), mutu merupakan salah satu komponen yang
dapat menjadi modal dan alat yang tangguh bagi organisasi manapun agar dapat
bertahan dan bahkan menjadi kompetisi pada era kapanpun.
Ginting (2007:3), mengemukakan bahwa mutu adalah suatu ciri, derajat,
jenis, pangkat, standar atau penilaian yang membedakan dari suatu hal ke hal
yang lainnya.
Sunardi dan Primastiwi (2015:116), dalam bukunya yang dikemukakan
oleh Elbert dan Grifin, The American Society of Quality mendefiniskan mutu
sebagai kombinasi dari karekteristik-karakteristik barang atau jasa yang
memiliki kemampuan untuk memuaskan kebutuhan.
Purnomo (2005:162), Mutu adalah aktivitas pengendalian untuk
mengukur ciri-ciri mutu produk, membandingkan dengan spesifikasi atau
pesyaratan dan menggambar tindakan penyehatan yang sesuai apabila ada
perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dan yang standar.
Menurut Juran (1992), mutu produk dapat disimpulkan sebagai
kecocokan penggunaan produk, artinya produk dan layanan harus melakukan
apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pelanggan. Ada empat dimensi mutu
kualitas meliputi :
1. Desain, yaitu kekhasan produk atau layanan
2. Kesesuaian, yaitu kecocokan antara desain yang diinginkan dengan
produk yang diberikan
3. Ketersediaan, yaitu menekankan pada aspek rehabilitas, ketahanan, dan
masa berlaku
4. Keamanan, yaitu keterbatasan pengguna dari resiko produk yang
berbahaya.
Adapun definisi-definisi mutu yang dapat dirumuskan antara lain :
23
1. Mutu merupakan kesesuaian produk atau layanan dengan spesifikasi
yang telah ditetapkan.
2. Mutu merupakan kemampuan produk atau layanan dalam memenuhi
melampau kebutuhan pelanggan.
3. Mutu mencangkup produk, tenaga kerja, proses, dan lingkungan.
4. Mutu merupakan suatu yang bersifat global dan dinamis serta
berkembang sesuai dengan tren yang ada didalam masyarakat.
Selain ditentukan oleh pelanggan, mutu juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor yakni:
1. Pasar, ialah jumlah produk baru dan berkualitas lebih baik yang
ditawarkan di pasar akan terus berkembang dalam laju eksplosif. Ruang
lingkup pasar akan menjadi lebih luas dengan menyediakan berbagai
produk yang lebih baik dan secara fungsional lebih terspesialisai.
2. Uang, tingkat persaingan yang semakin meningkat di bidang seiring
fluktuasi ekonomi dunia akan menurunkan margin laba.
3. Manajemen, dulu kala pertanggung jawaban atas mutu produk sangat
tergantung pada mandor dan teknisi, namun saat ini pertanggung jawaban
ini telah beralih kepada manajemen yang disesuaikan dengan bidangnya.
4. Manusia, dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan
penciptaan bidang baru dapat menciptakan permintaan yang tinggi akan
tenaga kerja yang berpengetahuan khusus. Hal ini dengan permintaan
akan tenaga ahki untuk bersama dalam merencanakan, menciptakan serta
menjalankan sistem yang dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
5. Motivasi, salah satu hal dapat memotivasi pekerjaan saat ini adalah
memberikan tambahan uang untuk memperkuat mereka dalam mencapai
tujuan.
6. Bahan, biasanya akan membuat spesifikasi dan keberagaman bahan uang
yang bertujuan untuk menurunkan biaya produksi namun tetap
memenuhi standar mutu yang telah ditentukan
7. Mesin, upaya dalam menurunkan biaya dan vokume produksi dalam
rangka memuaskan konsumen pada persaingan pasar yang ketat telah
24
mendorong penggunaan mesin canggih untuk memproduksi produk yang
bermutu.
8. Metode informasi modern, perubahan teknologi yang begitu cepat hal ini
membuat kita mendapatkan informasi yang lebih bermanfaat, akurat,
tepat, dan dapat dijadikan sebagi landasan keputusan bisnis di masa
depan.
9. Persyaratan proses produksi, dengan semakin meningkatnya kerumitan
dan syarat mutu yang lebih tinggi membuat keamanan produk menajdi
penting. Oleh sebab itu dibutuhkan perhatian yang konstan untuk
meyakinkan bahwa tidak ada faktor yang diketahi atau tidak.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, mutu adalah standar yang harus
dicapai oleh seseorang, kelompok atau lembaha organisasi mengenai mutu
SDM, mutu cara kerja, serta barang dan jasa yang dihasilkan. Mutu juga
mempunyai arti yaitu memuaskan kepada yang dilayani baik secara internal
maupun eksternal yaitu dengan memenuhi kebutuhan dan tuntutan pelanggan
atau masyarakat. Pelayanan yang bermutu adalah pelayanan yang telah
memenuhi standar dan dilakukan secara maksimal yang harus dicapai oleh suatu
organisasi atau instansi.
Pengertian mutu dapat diartikan kedalam tujuh point yang meliputi
kesesuaian dan kecocokan yang diharapkan oleh masyarakat serta selalu
melakukan perbaikan apabila masyarakat merasa kurang puas akan pelayanan
yang diberikan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan masyarakat dari
awal dan melakukan sesuatu dengan benar. Berdasarkan berbagai penjelasan,
maka mutu dapat dimaknai sebagai kinerja profesional, yang orientasinya
terhadap pemenuhan dan kebutuhan masyarakat akan hak dasar berupa
pelayanan.
1. Konsekuensi Dari Mutu yang Buruk
Pentingnya bagi manajemen untuk mengenali berbagai cara di mana
mutu dari produk atau jasa sebuah perusahaan dapat mempengaruhi
organisasi dan untuk mempertimbangkan hal-hal ini dalam mengembangkan
dan menjalankan program jaminan mutu. Sejumlah area utama yang
terpengaruh oleh mutu adalah :
25
1) Kerugian bisnis
2) Liabilitas
3) Produktivitas
4) Biaya
Desain yang buruk atau produk atau jasa yang cacat dapat
mengakibatkan kerugian bisnis. Kegagalan untuk memberikan perhatian
yang memadai mutu dapat merusak reputasi sebuah organisasi yang
berorientasi dan mengakibatkan penurunan pangsa pasar, atau dapat
menimbulkan kritik dan atau kontrol terhadap agensi pemerintah organisasi.
Konsekuensi yang berpotensi mengahancurkan hingga
mempengaruhi keuntungan adalah reaksi konsumen yang menerima produk
atau jasa yang cacat (William J. Stevenson dan Sum Chee Choung,
2015:14).
2. Keuntungan Dari Mutu Yang Baik
Organisasi bisnis dengan mutu baik dan unggul biasanya
mendapatkan keuntungan dengan berbagai cara : reputasi yang tinggi untuk
mutu, kemampuan untuk menetapkan harga premium, pangsa pasar yang
lebih besar, loyalitas pelanggan yang lebih tinggi, biaya libialitas yang lebih
rendah, masalah produksi atau jasa yang lebih sedikit dari pelanggan, biaya
produksi yang lebih rendah, dan laba yang lebih tinggi (William J.
Stevenson dan Sum Chee Choung,2015 : 15-16).
3. Tanggung Jawab Terhadap Mutu
Memang benar bahwa semua anggota organisasi mempunyai
sejumlah tanggung jawab pada mutu, tetapi bagian-bagian tertentu dari
organisasi merupakan area-area kunci tanggung jawab.
1) Manajemen puncak. Manajemen puncak mempunyai tanggung jawab
utama terhadap mutu. Sembari menetapkan startegi mutu,
manajemen puncak harus mengadakan program untuk memperbaiki
mutu ; memandu, mengarahkan, dan memotivasi manajer dan
pekerja; dan memberikan contoh dengan terlibat dalam inisiatif mutu.
2) Desain. Produk dan jasa bermutu di mulai dengan desain. Hal ini
meliputi tidak hanya fitur-fitur dari produk dan jasa tersebut, tetapi
26
juga meliputi perhatian pada proses yang diperlukan untuk
menghasilkan produk dan jasa tersebut yang diperlukan untuk
mengantar layanan tersebut kepada pelanggan.
3) Pengadaan. Departemen pengadaan mempunyai tanggung jawab
untuk mendapatkan barang dan jasa yang tidak lebih rendah dari
mutu barang dan jasa organisasi.
4) Produk/operasi. Produksi/operasi mempunyai tanggung jawab untuk
memastikan bahwa proses menghasilkan produk dan jasa sesuai
dengan spesifikasi desain.
5) Jaminan mutu. Jaminan mutu bertanggung jawab untuk
mengumpulkan dan menganalisis data pada masalah dan bekerja
sama denga operasi untuk memecahkan masalah.
6) Pengemasan dan pengiriman. Departemen ini harus memastikan
bahwa barang tidak rusak dalam pemindahan, kemasan diberi label
dengan jelas, intruksi diikutsertakan, semua bagian dimasukkan, dan
pengiriman terjadi secara tepat waktu.
7) Pemasaran dan penjualan. Departemen ini mempunyai tanggung
jawab untuk menentukan kebutuhan pelanggan dan
mengkomunikasikannya dengan area yang berkepentingan dalam
organisasi.
8) Layanan pelanggan. Layanan pelanggan seringkali merupakan
departemen pertama yang mengetahui adanya masalah.
29
Menurut Yamit (2011:123), proses produksi pada hakekatnya adalah
proses pengubahan dari bahan atau komponen menjadi produk lain yang
mempunyai nilai tinggi atau proses terjadi penambahan nilai suatu barang.
Menurut Assauri (2008:105-106), proses produksi dapat dibedakan atas
dua jenis yakni :
1. Proses produksi yang terus menerus, adalah proses produksi yang
dipersiapkan untuk memproduksi produk dalam jangka waktu yang
lama/panjang, tanpa mengalami perubahan untuk jenis produk yang
sama.
2. Proses produksi yang terputus-putus, adalah proses produksi yang
menggunakan waktu yang pendek dalam persiapan peralatan untuk
perubahan yang cepat guna menghadapi variasi produk yang beraganti-
ganti.
Proses Intermediate dalam kenyataan kedua macam proses produksi
diatas tidak sepenunya berlaku. Biasanya merupakan campuran dari keduanya.
Hal ini disebabkan macam barang yang dikerjakan memang berbeda, tetapi
macamnya tidak telalu banyak dan jumlah barang setiap macam agak banyak.
Proses produksi uang memiliki unsur dan ada pula unsur intermittenya, proses
semacam ini biasanya disebut sebagai proses intermediate atau campuran.
Menurut Arman Hakim Nasution (2003:1), proses produksi adalah
metode dan teknik yang digunakan dalam mengelola bahan baku menjadi
produk. Menurut Render dan Heizer (2009), proses produksi adalah penciptaan
barang dan jasa.
Menurut Gitosudarmo (2002:23), proses produksi merupakan interaksi
antara bahandasar, bahan-bahan pembantu, tenaga kerja dan mesin-mesin serta
alat perlengkapan yang dipergunakan.
Menurut Indriyo Gitosudarmono (2002:2), proses produksi adalah
merupakan interkasi antara bahan dasar, bahan-bahan pembantu, tenaga kerja.
Menurut Teguh Baroto (2002:13), proses produksi adalah aktifitas
bagaimana membuat produk jadi dari bahan baku yang melibatkan mesin,
energi, pengetahuan teknis,dll. Proses produksi merupakan tindakan nyata,ini
30
terdiri atas beberapa subproses produksi, misalkan proses pengolahan bahan
baku menjadi komponen, proses perakitan menjadi produk jadi.
Menurut Subagyo (2000:8), proses produksi atau operasi adalah proses
perubahan masukan menjadi keluaran. Berdasarkan definisi diatas dapat
diketahui bahwa untuk menghasilkan barang dan jasa perlu melibatkan tenaga
kerja, pengetahuan teknis, bahan baku dan peralatan.
Menurut Agus Ahyari (2002), proses produksi adalah suatu cara, metode
ataupun teknik menambah kegunaan suatu barang dan jasa dengan
menggunakan faktor produksi yang ada.
Dari pengertian di atas maka dapat dikatakan bahwa proses produksi
adalah suatu tugas atau aktivitas dikatakan memiliki nilai tambah apabila
penambahan beberapa input pada tugas akan memberikan nilai tambah pada
produk (barang atau jasa).
32
2.2.11. Faktor-Faktor Penentu Mutu Produk
Mutu suatu barang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor (Feigenbaum
2000:7) yakni:
1. Bahan baku
Reksohadiprodjo dan Gitosudarmo (2000:199), mengemukakan
bahwa dalam bahan dasar merupakan satu faktor produksi yang sangat
penting dimana kekurangan bahan dasar yang tersedia dapat berakibat
pada terhentinya proses produksi karena habisnya bahan untuk diproses.
Usaha untuk menyediakan bahan dasar yang cukup untuk proses
produksi tentu saja harus ditempuh dengan melaksanakan pembelian
bahan dasar itu selama proses produksi itu berjalan.
Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003:8), bahan baku (Raw
Material) adalah bahan mentah yang belum diolah, yang akan diolah
menjadi barang jadi, sebagai suatu hasil utama dari suatu perusahaan
yang bersangkutan.
Assauri (2004:240-241), menyatakan bahwa bahan baku
merupakan barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses
produksi, barang dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun
dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi
perusahaan pabrik yang menggunakannya. Bahan baku diperlukan oleh
pabrik untuk diolah, yang setelah mengalami beberapa proses diharapkan
menjadi barang jadi. Mulyadi (2007:275), mengatakan bahwa bahan
baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari produk
jadi.
2. Tenaga kerja
Sumber daya manusia adalah unsur utama yang memungkinkan
terjadinya proses penambahan nilai. Kemampuan untuk melakukan suatu
tugas merupakan keahlian, pengalaman dan potensi kreativitas yang
dimiliki sehingga dapat memperoleh suatu hasil. Menurut Suparmoko
(2002:51), tenaga kerja adalah penduduk pada usia kerja antara 15-64
tahun. Penduduk pada usia ini dapat digolongkan atas dua angkatan
33
kerja, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja
adalah penduduk yang belum kerja namun siap bekerja atau sedang
mencari pekerjaan pada tingkatan upah yang berlaku.
Sedangkan penduduk yang sedang bekerja adalah mereka yang
melaksanakan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk
memperoleh penghasilan baik bekerja penuh atau tidak penuh. Jadi,
tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang penting guna
menghasilakn produk baik barang maupun jasa.
3. Mesin dan Peralatan
Mesin dan peralatan sangat membantu manusia dalam melakukan
proses produksi suatu barang, sehingga barang-barang dapat dihasilkan
dalam waktu yang lebih pendek, jumlah yang lebih banyak dan mutu
yang lebih baik. Menurut Assauri (2004), mesin adalah suatu peralatan
yang digerakan dengan kekuatan atau tenaga yang diperguanakan untuk
membantu manusia dalam mengerjakan produk atau bagian-bagian
produk tertentu. Pada prinsipnya mesin-mesin ini dapat dibedakan atas
dua macam yaitu :
1) Mesin-mesin yang bersifat umum atau serba guna (General Purpose
Machines), adalah suatu mesin yang dibuat untuk mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan tertentu untuk berbagai jenis barang atau
produk.
2) Mesin-mesin yang bersifat khusus (Specials Purpose Machines),
adalah mesin-mesin yang direncanakan dan dibuat untuk
mengerjakan satu atau beberapa jenis kegiatan yang sama.
4. Modal
Biaya/modal pada hakekatnya adalah suatu nilai yang telah
dikorbankan untuk menghasilkan atau memproduksi suatu produk yang
diinginkan suatu peusahaan, sehingga semakin besar pula biaya yang
dibutuhkan. Menurut Bambang Riyanto
(http://dilihatya.com//1181/pengertian-modal-menurut-para-ahli),
modal adalah hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih
lanjut. Dalam perkembanganya kemudian modal ditekankan pada nilai,
34
daya beli atau kekuasaan memakai atau menggunakan yang terkandung
dalam barang-barang modal. Biaya adalah pengorbanan sumber
ekonomi yang diukur dengan uang yang telah terjadi atau kemungkinan
akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu (Mulyadi,2007).
Secara umum, tujuan pengawasan mutu produksi dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1) Perusahaan dapat memproduksi barang yang bermutu sesuai standnar
perusahaan dan dapat diterima oleh konsumen.
2) Pelaksanaan kegiatan produksi berjalan tepat waktu dan tepat guna
dalam pemanfaatan sumber daya yang ada.
3) Kegiatan produksi harus berjalan secara ekonomis, artinya bahwa
dengan adanya pengawasan maka penyimpangan dan pemborosan
dalam mencapai mutu produksi yang tidak diinginkan dapat dihindari.
4) Mengurangi keluhan dan penolakan konsumen sehingga image dari
perusahaan dapat terjaga bahkan terus meningkat.
35
2) Proses produksi terputus-putus adalah proses produksi yang tidak
terus menerus atau operasi sering terhenti. Proses produksi ini
dilakukan berdasarkan pesanan yang sesuai dengan keputusan
pemesan.
2. Segi teknik
1) Proses ekstraktif : suatu proses pengambilan langsung dari alam
seperti kayu, perikanan dan pertambangan
2) Proses analisis : proses pemisahan bahan baku seperti minyak
mentah menjadi minyak bersih
3) Proses pengubahan : proses perubahan bentuk misalnya alat-alat
rumah tangga,dll.
4) Proses sintesis : proses mencampur dengan unsur-unsur lain,
misalnya bahan-bahan kimiawi.
38
Pengawasan mutu secara statistik dengan menggunakan SQC (statistical
Quality Control), mempunyai 7 (tujuh) alat statistik utama yang dapat digunakan
sebagai alat bantu, antara lain :
1. Check Sheets ( Lembar Periksa )
check Sheets atau Lembar Periksa merupakan tools yang sering di pakai
dalam industri Manufakturing untuk pengambilan data di proses produksi
yang kemudian diolah menjadi informasi dan hasil yang bermanfaat
dalam pengambilan keputusan.
2. Pareto Diagram
Pareto adalah grafik batang yang menunjukkan masalah berdasarkan
urutan banyaknya jumlah kejadian. Urutannya mulai dari jumlah
permasalahan yang paling banyak terjadi hingga pada permasalahan yang
frekuensi terjadinya paling sedikit. Dalam grafik, di tunjukkan dengan
batang grafik tertinggi (paling kiri) hingga grafik (paling kanan).
3. Histogram
Histogram merupakan tampilan bentuk grafis untuk menunjukkan
distribusi data secara visual atau seberapa sering suatu nilai yang berbeda
itu terjadi dalam suatu kumpulan data. Manfaat dari penggunaan
Histogram adalah untuk memberikan informasi mengenai variasi dalam
proses dan membantu manajemen dalam membuat keputusan dalam
upaya peningkatan proses yang berkesinambungan.
4. Control Chart ( Peta Kendali )
Control Chart ( Peta Kendali ) merupakan salah satu dari alat QC 7 tools
yang berbentuk grafik dan di pergunakan untuk memonitor/memantau
stabilitas dari suatu proses serta mempelajari perubahan proses dari
waktu ke waktu. Control chart ini memiliki Upper Line (garis atas) untuk
Upper Control Limit (Batas Kontrol Tertinggi), Lower Line ( Garis
bawah) untuk Lower Control Limit ( Batas Control terendah) dan Central
Line ( Garis tengah) untuk Rata-rata (Average).
5. Scatter Diagram (Diagram Tebar)
39
Scatter Diagram adalah alat yang berfungsi untuk melakukan pengujian
terhadap seberapa kuatnya hubungan antara 2 variabel serta menentukan
jenis hubungannya. Hubungan tersebut dapat berupa hubungan positif,
hubungan negatif ataupun tidak ada hubungan sama sekali. Bentuk dari
Scatter Diagram adalah gambaran garfis yang terdiri dari sekumpulan
titik-titik dari nilai sepasang variabel (Variabel X dan Variabel Y).
Dalam bahasa indonesia di sebut juga dengan diagram tebar.
6. Stratifikasi
Yang dimaksud dengan stratifikasi dalam manajemen mutu adalah
pembagian dan pengelompokkan data ke kategori-kategori yang lebih
kecil dan mempunyai karakteristik yang sama. Tujuan penggunaan
stratifikasi ini adalah untuk mengidentifikasikan faktor-faktor penyebab
suatu permasalahan.
7. Diagram Fishbone
Diagram Fishbone adalah suatu pendekatan yang memungkinkan
dilakukan suatu analisis lebih terperinci dalam menemukan penyebab-
penyebab suatu masalah, ketidaksesuaian, dan kesenjangan yang ada.
Diagram ini dapat digunakan dalam situasi dimana :
1) Terdapat pertemuan diskusi dengan menggunakan brainstroming
untuk mengidentifikasi mengapa suatu masalah yang terjadi.
2) Diperlukan analisis lebih terperinci terhadap suatu masalah.
3) Terdapat kesulitan untuk memisahkan penyebab dari akibat.
Secara umum diagram fishbone adalah sebuah gambaran grafis yang
menampilkan data mengenai faktor penyebab dari kegagalan atau
ketidaksesuaian, hingga menganalisa ke sub paling dalam dari faktor
penyebab timbulnya masalah. Bentuk analisa pada diagram fishbone
adalah berupa data yang secara dominan dikumpulkan dengan cara
subjektif dengan menggunakan data kuantitatif dan kualitatif. (Hendry
Tanndy, 2015:36).
1. Faktor-faktor penyebab utama ini dapat dikelompokkan dalam :
40
1) Material/bahan baku
2) Machine/mesin
3) Man/tenaga kerja
4) Method/metode
2. Adapun kegunaan dari diagram fishbone adalah :
1) Membantu mengidentifikasi akar penyebab masalah.
2) Menganalisa kondisi yang sebenarnya bertujuan untuk
memperbaiki peningkatan mutu.
3) Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah.
4) Membantu dalam pencarian fakta lebih lanjut.
5) Mengurangi kondisi-kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian
produk dengan keluhan konsumen.
6) Menentukan standarisasi dari operasi yang sedang berjalan atau
yang akan dilaksanakan.
7) Sarana pengambilan keputusan dalam menentukan pelatihan
tenaga kerja.
8) Merencanakan tindakan perbaikan.
3. Langkah-langkah dalam membuat diagram fishbone adalah sebagai
berikut :
1) Mengidentifikasi masalah utama.
2) Menempatkan masalah utama tersebut disebelah kanan diagram.
3) Mengidektifikasi penyebab minor dan meletakannya pada
diagram utama.
4) Mengidentifikasi penyebab minor dan meletakannya pada
penyebab mayor.
5) Diagram selesai, kemudian dilakukan evaluasi untuk menentukan
penyebab sesungguhnya.
Adapun diagram fishbone (William J. Stevenson dan Choung (2015)
disajikan pada gambar 2.1
Akibat
Penyebab Tenaga Kerja/Orang Mesin
42
sehingga menghasilkan usulan/rekomendasi perbaikan mutu produksi di masa
datang.
43
Gambar 2.2 Skema Kerangka Berpikir
Pengendalian Mutu
Input
Proses
Output
Produk Cacat
Produk Baik
Diagram Fishbone
Usaha Perbaikan
44
BAB III
METODE PENELITIAN
research). Dengan cara mencari data secara langsung untuk melihat objek
penelitian. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui mutu produk dan
Penelitian ini dilakukan pada Rumah Tenun NTT Ina Ndao yang
lokasi ini, yakni mudah memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian.
Adapun yang menjadi objek penelitian adalah Pengawasan Mutu produk Sarung
2. Waktu Penelitian
Jangka waktu penelitian ini adalah dua bulan terhitung setelah seminar
45
2. Definisi Operasional
1) Pengendalian Mutu adalah suatu kegiatan yang harus dilakukan pada
setiap kegiatan produksi agar Rumah Tenun Ina Ndao dengan standar
perusahaan dapat menghasilkan Tenunan yang berkualitas baik serta
dapat meningkatkan selera konsumen.
Indikator : Mutu Produk
2) Bahan Baku yaitu benang sebagai bahan utama yang digunakan oleh
Rumah Tenun Ina Ndao dalam memproduksi tenunan.
Indikator : Jumlah Benang
3) Tenaga Kerja adalah karyawan pada usaha Rumah Tenun Ina Ndao yang
melaksanakan kegiatan memproduksi tenunan.
Indikator : Jumlah Tenaga Kerja (orang)
4) Alat tenun merupakan peralatan yang digunakan dalam memproduksi
Tenun pada usaha Rumah Tenun Ina Ndao Kupang.
Indikator : Jenis Alat Tenun (unit)
5) Standar Mutu adalah ketetapan mutu yang disyaratkan pada suatu
kegiatan proses produksi sarung dan selendang Tenun seperti yang
berwarna sedikit pucat (meskipun jenis warna terang), tidak mudah pudar,
tidak mudah sobek, dan tetap mempertahankan keaslian ciri khas sarung
dan selendang tenun pada Rumah Ina Ndao serta makna dari setiap motif.
Indikator : Standar Mutu Produk Sarung dan Selendang Tenun
6) Proses produksi adalah seluruh rangkaian kegiatan perusahaan untuk
mengubah bahan baku menjadi barang jadi yaitu Tenunan
Indikator : Cara dan Metode yang digunakan
7) Output adalah suatu hasil akhir berupa barang jadi yang dalam hal ini
adalah tenun yang baik dan layak untuk di pasarkan.
Indikator : Produk Tenun Sarung dan Selendang
8) Produk cacat adalah produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar
dalam proses produksi.
Indikator : Jumlah
47
Setelah diketahui masalah utama yang paling dominan, maka dilakukan
analisis faktor kecacatan produk dengan menggunakan diagram fishbone,
sehingga dapat menganalisa faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab
kecacatan atau produk. Kegunaan dari diagram Fishbone yakni :
1. Membantu mengidentifikasi akar penyebab masalah
2. Menganalisis kondisi yang sebenarnya yang bertujuan untuk
memperbaiki peningkatan mutu
3. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah
4. Membantu dalam pencairan fakta lebih lanjut
5. Mengurangi kondisi-kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian produk
dengan keluhan konsumen
6. Menentukan strandarisasi dari operasi yang sedang berjalan atau yang
akan dilaksanakan
7. Sarana pengambilan keputusan dalam menentukan pelatihan tenaga kerja
8. Merencanakan tindakan perbaikan
Adapun langkah-langkah dalam membuat diagram fishbone yakni :
1. Mengidentifikasi masalah utama
2. Menempatkan masalah utama tersebut disebelah kanan diagram
3. Mengidentifikasi penyebab minor dan meletakkannya pada diagram
utama
4. Mengidentifikasi penyebab minor dan meletakkannya pada penyebab
mayor
5. Diagram selesai, kemudian dilakukan evaluasi untuk menentukan
penyebab sesungguhnya
48
Gambar 3.1 Diagram Tulang Ikan (Diagram Fishbone)
Akibat
49
3.8 Biaya Penelitian
Pada penelitian yang saya lakukan dengan judul Pengawasan Mutu
Produk Sarung dan Selendang Tenun yang di lakukan pada Rumah Tenun Ntt
Ina Ndao Kota Kupang, dengan rincian biaya penelitian sebagai berikut :
1. Biaya seminar proposal : Rp. 100.000
2. Biaya transportasi ke tempat penelitian : Rp. 100.000
3. Biaya foto copy dan print bahan penelitian : Rp. 300.000
4. Biaya konsumsi dan lain-lain : Rp. 400.000
Jumlah : Rp. 900.000
50
3.9 Jadwal Penelitian
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
2. Penyusunan Proposal
3. Seminar Proposal
4. Revisi Proposal
5. Pelaksanaan Penelitian
7. Seminar Hasil
8. Revisi Hasil
9. Ujian Skripsi
51
DAFTAR PUSTAKA
52
Gaspersz, Vincent, 2001. Total Quality Management, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Gitosudarmo, Indriyo. 2002. Manajemen Keuangan Edisi 4. Yogyakarta: BPFE.
--------------------------. 2000. Manajemen Pemasaran. Edisi II, BPFE, Yogyakarta.
Handoko T. Hani. 2000.Manajemen Personaliadan Sumberdaya Manusia. edisi II,
Cetakan Keempat Belas, Penerbit BPFE, Yogyakarta
----------------------.1993. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi
Kedua. BPFE, Yogyakarta.
Heizer Jay, Render Barry. 2005. Operations Management. Jakarta: Salemba Empat.
Heizer, Jay dan Barry Render .2009. Manajemen Operasi Buku 1 Edisi 9. Jakarta:
Salemba Empat.
----------------------------------.2011. Manajemen Operasi. Edisi Sembilan. Buku Dua.
Diterjemahkan Oleh Chriswan Sungkono. Jakarta: Salemba Empat.
Herjanto, Eddy. 2003. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Terbaru. Grasindo.
--------------------. 2008. Manajemen Operasi Edisi Ketiga, Jakarta: Grasindo.
Hidayat, M.A. 2007, Teknik Analisa Data, Penerbit Salemba Medika.
Horngern,Charles T. George Foster danSrikant M Datar ,2000, “Cost Accounting A
Managerial Emphasis”, tenth Edition, New Jersey: Pretice-Hall Inc.
Hunt, Daniel V. 1993. Managing for Quality. Illionis: Business one Irwin Homewood.
Illie,G., dan Ciocoiu, C.N. 2010 Application of Fishbone Diagram to Determine The
Risk of an event with Multiple Causes, Volume 2
(online),http://mrp.ase.ro/no21/fl.pdf,Management Research and Pratice.
Jay Heizer, Barry Render. 2004.”Operation Management”. Prentice Hall, New Jersey.
Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran, Edisi 11 jilid 1 dan 2 Pemasaran, Jakarta:
PT. Indeks, Jakarta.
Magfuri. 1987. Manajemen Produksi. Jakarta : Rineka Cipta.
Milller. R. L dan R. E. Meiners, 2000, “Teori Mikro Ekonomi Intermediate” Edisi
Ketiga. PT. Raja Grafindo Perkasa, Jakarta.
Nasution, Arman Hakim, 2003. Perencanaan dan Pengendalian Produksi Edisi
Pertama Cetakan Ke-dua. Surabaya: Guna Widya.
Nasution, M. N. 2005. Manajemen Mutu Terpadu: Total Quality Management. Edisi
Kedua, Ghalia Indonesia, Bogor.
53
Nenometa. 2008, Analisis Penggunaan Faktor-Faktor Produksi pada Tenun Ikat
Kelompok Mekar Sari di Kabupaten TTS. Skripsi Jurusan Adm Bisnis, FISIP,
Universitas Nusa Cendana, Kupang.
Pani. 2014. Pengendalian Mutu Produk Sofa dengan Pendekatan Bahan Baku dan Proses
Produksi Pada CV Bumi Cendana Kota Kupang. Skripsi Jurusan Adm. Bisnis,
FISIP, Universitas Nusa Cendana, Kupang.
Prawirosentono, Suyadi (2007) Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu Abad
21: Jakarta: Bumi Aksara.
Reksohadiprodjo, S. 1982. Kebujaksanaan Perusahaan (Business Policy) Konsep Dasar
Studi Kasus. BPFE. Yogyakarta.
-----------------------. 2000.Kasus Manajemen perusahaan. Yogyakarta. BPFE.
-----------------------. 2008. Manajemen Produksi Edisi Edisi 4, Yogyakarta BPFE.
-----------------------. 1998, “Manajemen Koperasi Edisi 5”, Yogyakarta : BPFE.
Reksohadiprojo, Gito Sudarmo, 1993, Manajemen Produksi. Yogyakarta : BPFE-UGM.
Reksohadiprojo, S., dan Indriyo Gitosudarmo. 1999. Manajemen Produksi. Yogyakarta:
BPFE UGM.
Rochatama, 2009. Analisis Pengendalian Kualitas Produk Kain Catton dan Rayon di
Departemen Printing-Dyeing pada PT. Kusumahadi Santosa. Suarakarta.
Universitas Sebelas Maret.
Simbolon, Maringan Masry. 2004. Dasar-dasar Administrasi dan Manajemen. Penerbit
Ghalia Indonesia: Jakarta.
Sinambela, Lijan Poltak. Dkk. 2010. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta: Bumi
Aksara.
Suardi, Rudi. 2003. Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000 : Penerapannya Untuk
Mencapai TQM. Jakarta: PPM.
Subagyo, Drs. Pangestu. 2000. Manajemen Operasi. Edisi pertama. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta.
Sudarman, Ari. 1999, Teori Ekonomi Mikro, Jilid I, BPFE, UGM, Yogyakarta.
Sudarsono dan Edilius. (2002). Manajemen Koperasi Indonesia. Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta.
Sugiyono, 2014, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta
54
Sujamto, 1986, Beberapa Pengertian Dibidang Pengawasan, Jakarta: ghalia indah.
Sule dan Saefullah, 2005. Pengantar Manajemen, Jakarta. Prenada Media Jakarta.
Suyadi, Prawirosentono. 2009. Manajeme Produktivitas. Jakarta: PT. Bumi Angkasa.
Taguchi, G, (1987), System of Experimental Design, (Vol.1-2), UNIPUB/Kraus
International Publication, N.Y: White Plains.
Terry, R. George. 2006. “Management Pengawasan Kualitas Terpadu, suatu
Pengantar”, penerbit: Bumi Aksara
Tjiptono, Fandy & Anastasia Diana. 2003. Total Quality Management. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Tjiptono, Fandy. 2003. Total Quality Service. Yogyakarta: Andi Offset.
------------------. 2008. Strategi Pemasaran. Edisi 3. ANDI: Yogyakarta.
Yamit, Zulian. 2002. “Manajemen Kualitas Produk dan Jasa”, Penerbit
Ekonesia,Yogyakarta.
----------------. 2011. Manajemen Produksi & Operasi (Edisi Pertama). Yogyakarta:
Ekonisia.
55
KUISIONER PENELITIAN
Yth. Bapak/ibu, saudara/saudari, ketua Rumah Tenun NTT Ina Ndao Kota
Kupang. Saya Audrey Zefanya Nalle, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Nusa Cendana, yang sedang menyusun
proposal sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Bisnis.
Dengan judul “Pengendalian Mutu Pada Rumah Tenun Ikat NTT Ina Ndao Di Kota
Kupang”
Oleh karena itu saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari untuk dapat
mengisi kuisioner berikut dengan sejujur-jujurnya untuk keperluan penelitian. Mohon
bantuan dan kerjasamanya dalam pengisian kuisioner, saya mengucapkan terima kasih.
I. IDENTITAS RESPONDEN
1) Nama Responden :
2) Umur Responden :
3) Jenis Kelamin :
4) Tingkat Pendidikan :
5) Jabatan :
III. PERTANYAAN
1) Apa saja jenis produk tenun yang dihasilkan oleh perusahaan?
Jawab :
2) Apa saja bahan baku yang digunakan dalam proses produksi tenun?
Jawab :
56
3) Apakah tenaga kerja yang dipekerjakan diberi pelatihan untuk meningkatkan
ketrampilan dalam menenun?
Jawab :
6) Berapa jumlah hari kerja yang efektif yang diberlakukan perusahaan untuk
memproduksi tenun?
Jawab :
7) Berapa jumlah tenun yang dihasilkan perusahaan dalam kurun waktu satu
tahun?
Jawab :
9) Jenis kecacatan seperti apa yang paling dominan pada produk sarung dan
selendang?
Jawab :
10) Bagaimana penanganan atas produk cacat yang terjadi selama proses
produksi?
Jawab :
11) Apa saja penyebab cacat produk yang di alami Rumah Tenun Ina Ndao
kupang?
57
Jawab :
12) Apakah pada tiap tahapan proses pembuatan tenun dilakukan pengawasan?
Jawab :
14) Berapa waktu yang diperlukan perusahaan untuk menghasilkan satu tembar
produk tenun?
Jawab :
58