Anda di halaman 1dari 8

Nama : M Rezky Azfana Yassin

NIM : 19323186

Konflik Antara Tiongkok dengan Taiwan

Latar Belakang

Kawasan Asia Timur merupakan salah satu kawasan yang cukup rentan dalam
terjadinya konflik antar negara. Hal ini dikarenakan kawasan Asia Timur didominasi oleh
negara - negara besar yang memiliki peranan penting baik dalam kawasan itu sendiri maupun
dalam dunia internasional. Salah satu konflik yang terjadi pada kawasan Asia Timur ini
adalah konflik yang terjadi antara Tiongkok dan Taiwan. Konflik ini bukan merupakan
konflik baru karena sudah berlangsung sejak tahun 1945 dan masih berlanjut hingga saat ini,
bahkan Taiwan merasa semakin terancam belakangan ini karena China yang menyampaikan
bahwa tetap akan mengklaim Taiwan menjadi bagiannya dan tidak segan untuk
menggunakan kekuatan militernya yang sangat besar tersebut.

Menjadi hal yang menarik untuk diketahui mengenai bagaimana asal mula terjadinya
konflik antara Tiongkok dengan Taiwan ini, melihat konflik yang terjadi ini berlangsung
dengan waktu puluhan tahun tanpa ada akhir yang pasti dari konflik ini. Konflik ini pada
dasarnya diawali oleh Partai Komunis China yang pada waktu itu melakukan perubahan pada
sistem yang ada disana, dari monarki menjadi republik serta mengambil alih negara Tiongkok
pada waktu itu. Partai lainnya yang beraliran nasionalis merasa bahwa apa yang terjadi ini
sudah tidak sesuai dengan tujuan dan visi misi mereka sehingga Chiang Kai-shek, pemimpin
partai nasionalis tersebut akhirnya membentuk negaranya sendiri dan ingin lepas sebagai
negara bagian Tiongkok (Suhadmiko, 2010:105).

Tiongkok yang masih memegang erat prinsip 'One China Policy' atau prinsip 'Satu
China' ini tidak setuju dengan apa yang dilakukan oleh Taiwan dengan memisahkan diri dari
Tiongkok dan membentuk sebuah negara baru sehingga Tiongkok kerap memberikan
ancaman - ancaman baik secara politik maupun militer pada Taiwan agar Taiwan mau
menyerahkan dirinya kembali dan menjadi bagian dari Tiongkok lagi. Hal ini dilakukan
Tiongkok karena Tiongkok sadar bahwa baik dari segi ekonomi maupun militer, Taiwan
kalah jauh dengan Tiongkok. Maka dari itu Tiongkok dapat dengan mudah menggertak
Taiwan yang masih memaksa untuk memisahkan diri dari Tiongkok. Namun hal ini terjadi
diluar perkiraan Tiongkok dimana pada kenyataannya Taiwan mendapatkan dukungan dari
salah satu negara besar lainnya, yaitu Amerika Serikat.

Bantuan yang diberikan oleh Amerika Serikat kepada Taiwan berupa suplai peralatan
militer dalam jumlah yang besar bagi Taiwan. Hal ini dilakukan oleh Amerika Serikat karena
Amerika Serikat menyadari kekuatan Taiwan yang sangat kerdil dalam bidang militer jika
dibandingkan dengan Tiongkok dengan segala persiapan militernya yang sudah jauh lebih
matang. Amerika Serikat sendiri banyak membantu Taiwan untuk hal - hal lainnya diluar
suplai perlatan militer, seperti misalnya menjadi salah satunya seperti yang disampaikan oleh
Ramadhani (2018:2) bahwa Amerika Serikat menjadi salah satu negara yang melindungi
Taiwan pada saat reunifikasi dimana Taiwan tidak diakui sebagai negara yang berdeka dan
berdaulat secara internasional (Moka et al., 2015).

Bukannya mempercepat penyelesaian konflik yang terjadi antara Tiongkok dan


Taiwan, bantuan dari Amerika Serikat kepada Taiwan justru memperkeruh konflik antara dua
wilayah ini dimana Tiongkok melakukan kritik pedasa kepada Amerika karena merasa bahwa
Amerika tidak menghargai dan menghormati prinsip negaranya, yaitu One China Policy
dengan memberikan bantuan dan dukungan bagi Taiwan untuk memisahkan diri dari
Tiongkok (Dessthania,2016). Suastha (2017) juga menyampaikan bahwa Tiongkok tidak
menutup kemungkinan untuk menggunakan kekuatan militernya untuk menggagalkan
keinginan Taiwan untuk memerdekakan dirinya dari Tiongkok. Militer Tiongkok yang sangat
besar dan kuat menjadi salah satu hal yang menjadi tameng bagi Tiongkok apabila ada suatu
hal yang terjadi yang mengancam kedaulatan Tiongkok karena kekuatan militer Tiongkok ini
menjadi bagian penting dari strategi nasional untuk menjaga kedaulatan nasional, integrasi
teritorial, dan mencegah perlawanan musuh yang menganggu kepentingan nasional, seperti
salah satunya adalah keinginan Taiwan untuk memerdekakan diri.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan diatas, maka rumusan masalah
yang akan diambil adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan dari pendekatan geopolitik dari konflik Tiongkok-Taiwan


ini?

2. Apa peran Amerika Serikat dalam konflik Tiongkok-Taiwan ini?


Kerangka Teori

Tinjauan Pustaka

Pengertian Konflik

Menurut Soerjono Soekanto (2006:91) konflik adalah sebuah perbedaan yang terjadi
antar individu atau kelompok sosial karena adanya berbagai perbedaan seperti perbedaan
kepentingan atau perbedaan tujuan yang berakhir dengan melakukan penentangkan terhadap
lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan. Sedangkan menurut Webster (Pruitt dan
Rubin, 2009:9), konflik adalah sebuah perkelahian, peperangan, atau perjuangan berupa
konfrontasi fisik antar pihak yang terlibat. Pruitt dan Rubin juga mendefinisikan konflik
sebagai suatu hal yang terjadi karena adanya perbedaan persepsi terhadap suatu kepentngan
(percceived devergence of interest), atau terjadinya konflik akibta tidak menemui titik temu
yang sepaham antar pihak yang terlibat. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) konflik berarti percekcokan atau pertentangan dalam bentuk pertentangan ide
maupun fisik antar pihak yang bersebrangan. Berdasarkan berbagai pengertian yang sudah
dijabarkan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian dari konflik adalah suatu
hal yang terjadi akibat adanya perbedaan kepentingan dan tujuan antar pihak - pihak yang
bersebrangan sehingga akhirnya menyebabkan suatu kondisi yang melibatkan pertentangan
(Kusuma, 2013).
Pengertian Geopolitik

Geopolitik pada umumnya merujuk pada sebuah hubungan yang ada antara politik
dan teritori baik dalam skala lokal maupun internasional (Ajian, n.d.). sedangkan secara
spesifik geopolitik menjadi salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis
dengan tujuan untuk memahami, menjeaskan, serta memperkirakan perilaku politik
internasional dalam lingkup geografinya. Variabel geografi ini umumnya akan mengarah
kepada hal - hal yang berhubungan dengan lingkup geografi itu sendiri seperti misalnya ikim
wilayah, sumber daya, perkembangan teknologi, topografi wilayah, dan hal lainnya terkait
geografi wilayah yang bersangkutan. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa geopolitik ini
merupakan suatu pendekatan yang dapat dikunakan untuk praktik analisis suatu kasus yang
melibatkan kekuatan plitik pada suatu wilayah tertentu.

Tiongkok

Tiongkok atau China merupakan negara yang tadinya bergabung dengan Taiwan
menjadi satu kesatuan. Namun setelah Taiwan memtuskan untuk berpisah dan mendirikan
negaranya sendiri akhirnya Tiongkok yang merupakan negara induknya mengusahakan untuk
menarik Taiwan kembali menjadi negara bagiannya. Presiden China mengatakan bahwa
Taiwan harus kembali menyjadi bagian dari Tiongkok dan China akan mengusahakan
berbagai cara untuk hal itu, tidak terkecuali dengan menggunakan kekuatan militer mereka
untuk memaksa Taiwan kembali bersatu dengan Tiongkok. Selain itu dalam konflik ini
Presiden China juga mengatakan pada masyarakat Taiwan bahwa kemerdekaan yang mereka
inginkan hanya akan membawa kesulitan bagi mereka sendiri dengan keputusan dan
keinganan tersebut. Tiongkok juga mengatakan bahwa dunia internasional hanya bisa
melakukan hubungan diplomatik dengan Tiongkok atau Taiwan, bukan dengan keduanya.
Dengan kekuatan ekonomi, militer, dan politik yang lebih kuat dibandingkan Taiwan,
Tiongkok sudah berhasil memutuskan hubungan diplomatik berbagai negara internasional
lainnya dengan Taiwan.

Taiwan

Taiwan merupakan sebuah negara yang awalnya merupakan negara bagian dari
Tiongkok, namun memisahkan diri dan menjadi sebuah negara nasionalis yang dipimpin oleh
Presiden dalam pemerintahan negaranya. Namun Taiwan belum diakui secara resmi oleh
Tiongkok, karena Tiongkok merasa bahwa Taiwan masih merupakan negara bagiannya.
Penarikan diri yang dilakukan oleh Taiwan dari Tiongkok disebabkan karena kalahnya
golongan nasionalis oleh golongan komunis pada waktu itu sehingga partai nasionalis beserta
dengan pengikutnya pergi ke pulau lain dan memisahkan diri dari Tiongkok (Yulianto, 2005).
Keputusan Taiwan ini tidak bisa diterima oleh Tiongkok karena Tiongkok merasa bahwa
China memiliki satu prinsip yang mendasari kehidupan politik mereka yaitu 'One China
Policy' dimana pada prinsip tersebut kesatuan China merupakan hal yang utama sehingga
tidak ada wilayah atau negara bagian yang bisa memerdekakan diri. Maka dari itu status
kemerdekaan Taiwan sebagai negara yang bebas belum mendapatkan kepastian karena
Tiongkok sampai saat ini masih mengusahakan berbagai cara untuk mengembalikan Taiwan
sebagai negara bagiannya.

Pembahasan

Pendekatan Geopolitik terhadap Konflik Tiongkok dan Taiwan

Konflik yang terjadi antara Tiongkok dan Taiwan yang sudah berlangsung lama ini
menyebabkan banyak hal yang terjadi diantara dua negara ini. Taiwan yang hingga saat ini
masih menjalankan negaranya dengan penuh kecemasan akibat masih dihantui oleh Tiongkok
yang masih terus memaksa Taiwan untuk kembali bergabung dengan Tiongkok. Ditambah
lagi akhir - akhir ini Tiongkok yang sudah merasa kehabisan cara untuk membuat Taiwan
menyerah dan kembali bersatu dengan Tiongkok ini pada akhirnya mulai menyusun sebuah
strategi geopolitik dimana Tiongkok mengatakan bahwa ia akan melakukan serangan militer
kepada Taiwan apabila Taiwan masih berikeras untuk memerdekakan diri. Hal ini membuat
situasi Taiwan terdesak sehingga sulit bagi Taiwan untuk menentukan masa depan negaranya,
namun rakyat Taiwan tetap memperjuangkan kemerdekaan negara mereka dengan melakukan
berbagai demo terhadap Tiongkok agar mau melepaskan mereka. Tiongkok yang sadar akan
kekuatan militer, ekonomi, dan politik yang ia miliki tidak gentar untuk terus mendesak
Taiwan agar kembali bergabung sebagai negara bagiannya.

Tiongkok mengatakan bahwa hal ini dilakukan untuk tujuan bersama, yaitu untuk
kepentingan bersama yaitu untuk keutuhan negara itu sendiri. Tiongkok merasa dengan tetap
bersatu maka China akan mengalami kebangkitan yang luar biasa, tetapi jika Taiwan tetap
lepas dari Tiongkok maka akan terjadi kekacauan, terutama bagi Tiongkok. Prinsip 'One
China Policy' menjadi salah satu poin yang dijadikan dasar oleh Tiongkok untuk tetap
memperjuangkan pemersatuan pulai Taiwan tersebut. Hal ini menjadi sulit untuk diselesaikan
karena adanya sangutan dengan identitas dan kedaulatan dari kedua negara tersebut. Maka
dari itu salah satu strategi yang dilakukan oleh Tiongkok untuk mengatasi permasalahan ini
adalah dengan menggunakan strategi geopolitik karena kedua negara ini masih dalam
kawasan geografis yang sama sehingga mudah bagi Tiongkok yang memiliki kekuasaan dan
kekuatan dalam segala bidang lebih besar dibandingan Taiwan untuk terus mendesak Taiwan
(Oliver, 2013).

Hal lainnya yang dilakukan oleh Tiongkok terhadap Taiwan adalah dengan merebut
sekutu yang berpihak pada Taiwan dengan mendukung kemrdekaan negara tersebut, hingga
saat ini Taiwan hanya memiliki satu sekutu di Afrika, Swaziland dan 6 dari 18 sekutu
diplomatik Taiwan perlahan akan dialihkan oleh Tiongkok dengan tawaran bantuan keuangan
dari Tiongkok. Tiongkok yakin untuk menarik Taiwan kembali setelah puluhan tahun
melakukan tarik-ulur terhadap status Taiwan karena Tiongkok melihat bahwa Taiwan
semakin mendapatkan dukungan penuh dari Amerika Serikat, yang mana Amerika Serikat
merupakan musuh besar bagi Tiongkok dalam hubungan diplomatiknya.

Peran Amerika Serikat dalam Konflik Tiongkok dan Taiwan

Amerika Serikat menjadi salah satu negara yang memihak pada Taiwan. Negara
adidaya ini memberikan dukungan pada Taiwan dalam bentuk suplai peralatan militer dari
Amerika Serikat kepada Taiwan karena Amerika Serikat tahu bahwa Taiwan kalah jauh
dalam urusan militer dengan kekuatan militer Tiongkok. Amerika Serikat juga menjadi salah
satu negara yang selalu membela dan mendukung kemerdekaan Taiwan dalam berbagai
forum internasional. Hal ini kemudian tidak disambut baik oleh Tiongkok karena merasa
bahwa Amerika Serikat tidak memahami politik yang ada di kawasan mereka dan merasa
bahwa Amerika Serikat tidak berhak untuk memberikan campur tangannya terhadap konflik
'saudara' ini.

Tiongkok memberikan kritik kepada Amerika Serikat dan mengatakan bahwa


Amerika Serikat tidak menghormati prinsip politik di kawasan tersebut. Namun hal ini
seakan diacuhkan oleh Amerika Serikat yang dibuktikan dengan penandatanganan Donald
Trump sebagai Presiden Amerika Serikat terhadap Undang-Undang Perjalanan Taiwan yang
mana dengan itu memungkinkan pejabat tinggi untuk bertemu rekan - rekan mereka di
Taiwan atau sebaliknya. Selain itu Amerika Serikat juga mengirim Wakil Asisten Mentri
Luar Negeri Amerika Serikat untuk mengurus Asia Timur dan Pasifik ke Taipei beberapa
hari setelah penandatanganan tersebut.
Kesimpulan

Berdasarkan penjabaran diatas, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa
konflik yang terjadi antara Tiongkok dan Taiwan ini masih belum menemukan titik terang
dari akhir konflik ini. Secara keseluruhan bahkan konflik yang terjadi ini belum selesai justru
semakin memanas dengan semakin gencarnya dukungan Amerika Serikat terhadap Taiwan
yang membuat Tiongkok juga semakin gencar dalam mendesak Taiwan agar mau melakukan
reunifikasi dengan dataran China. Konflik yang lebih besar bukan suatu hal yang tidak
mungkin untuk terjadi dengan melihat kedua pihak yang bersikeras untuk mencapai tujuan
mereka masing - masing. Tiongkok dengan kekuatan politik dan militer serta ekonominya
yang luar biasa dengan Taiwan yang didukung oleh negara adidaya, Amerika Serikat.

Tiongkok semakin mempersiapkan strategi geopolitiknya dengan mempersiapkan


dengan matang berbagai kekuatan militernya yang akan diarahkan pada Taiwan karena
Tiongkok yang dapat dikatakan sudah cukup frustasi sekaligus merasa tertekan dengan
pergerakan Taiwan yang seolah tak gentar dengan berbagai ancaman yang sudah pernah
diberikan oleh Tiongkok kepada Taiwan. Tidak hanya itu, Taiwan melalui Menteri Luar
Negerinya, Wu, mengatakan bahwa Taiwan pun akan mempersiapkan diri apabila Tiongkok
benar melakukan penyerangan terhadap Taiwan dan meminta dunia internasional untuk
terlibat dalam konflik ini. Dengan persiapan yang dilakukan oleh kedua pihak ini, maka
bukan suatu hal yang megejutkan lagi apabila betul terjadi peperangan antara Taiwan dengan
Tiongkok.

Referensi

Ajian, T. E. D. A. N. K. (n.d.). G Eopolitik :

Kusuma, N. &. (2013). Konflik, Faktor Terjadinya Konflik. Journal of Chemical Information
and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Moka, S., Pande, M., Rani, M., Gakhar, R., Sharma, M. M., Rani, J., Bhaskarwar, A. N.,
Autelitano, F., Giuliani, F., Qureshi, M. N., Ghosh, S., Shiying, L., Wingtat, H., Zhen,
L., Harvey, J., Kendall, A., Saboori, A., Sonar, S. S., Kategaonkar, A. H., … Ding, G. K.
C. (2015). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関
する共分散構造分析 Title. Construction and Building Materials, 4(1), 1–8.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17289255%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.jclepro.
2011.10.008%0Ahttp://www.uwaba.or.tz/National_Road_Safety_Policy_September_20
09.pdf
%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.resconrec.2011.03.010%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.p
ecs.20

Oliver, J. (2013). Politik Luar Negara China yang Agresif Atas Dasar Geopolitik dan
Kapabilitas Kekuatan Nasional dalam Konflik Laut China Selatan. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Yulianto, N. R. (2005). Hubungan China-Taiwan. 1–6.

Website
Richards, E. (2018, Mei 29). Bagaimana Upaya Baru China untuk Menghapus Taiwan? Retrieved
Desember 21, 2020, from Matamata Politik: https://www.matamatapolitik.com/bagaimana-upaya-
baru-china-untuk-menghapus-taiwan/

Xi Jinping: Taiwan 'harus dan akan' bergabung, dan 'Cina punya hak gunakan kekuatan'. (2019,
Januari 2). Retrieved Desember 21, 2020, from BBC Indonesia:
https://www.bbc.com/indonesia/majalah-43194545

Anda mungkin juga menyukai