Anda di halaman 1dari 8

Nama : Muhammad Faiq Arifin

NIM : 43122003
Prodi : Hubungan Internasionall
Tugas : Diplomasi

Konflik Antara Negara China dan Taiwan

1. Latar Belakang
Konflik antara China dan Taiwan menjadi salah satu isu geopolitik yang paling kompleks
dan bergejolak di Asia Timur. Sejarah panjang hubungan antara kedua wilayah ini telah ditandai
ketegangan politik, perbedaan ideologi, dan persaingan militer. Di balik konflik ini, peran
Amerika Serikat turut berpengaruh secara signifikan. Berikut ini latar belakang konflik China
dan Taiwan serta kepentingan Amerika Serikat yang terlibat di belakangnya.
Latar Belakang Konflik China dan Taiwan Pada tahun 1949, setelah berlangsungnya
Perang Saudara China, Partai Komunis China di bawah kepemimpinan Mao Zedong berhasil
mengalahkan penguasa Nasionalis Kuomintang, yang dipimpin Chiang Kai-shek. Akibatnya,
pemerintahan Kuomintang melarikan diri ke pulau Taiwan dan mendirikan Republik China di
sana. Sejak saat itu, China dan Taiwan mengalami perpecahan politik yang menyebabkan
timbulnya konflik. China menganggap Taiwan sebagai bagian tak terpisahkan dari wilayahnya
yang harus kembali diintegrasikan ke dalam Republik Rakyat China. Namun Taiwan berpegang
pada klaim kedaulatannya sebagai negara merdeka dengan identitas nasional tersendiri.
Persoalan ini mengakibatkan ketegangan dan mengganggu stabilitas di kawasan tersebut selama
beberapa dekade.
Awal Mula Konflik China dan Taiwan
Pada tahun 1925, Sun Yat-sen meninggal dunia. Posisi pemimpin KMT pun diganti oleh
Chiang Kai-shek. Chiang Kai-shek ini merupakan salah satu faktor yang nantinya memunculkan
konflik China dan Taiwan. Nah, Chiang Kai-shek ini adalah pendukung kuat pemerintahan
nasionalis di Tiongkok. Chiang Kai-shek juga melihat komunisme sebagai ancaman terhadap
stabilitas politik dan otoritas nasionalis yang sedang coba dibangun. Konflik antara China dan
Taiwan memiliki akar sejarah yang kompleks, yang bermula dari Perang Saudara Tiongkok
(1927-1950) dan berlanjut hingga hari ini.
Beberapa poin latar belakang yang signifikan meliputi:

 Kedaulatan dan Klaim Wilayah


PRC menganggap Taiwan sebagai bagian tak terpisahkan dari wilayahnya dan
mengadopsi kebijakan "Satu Tiongkok," yang menyatakan bahwa Taiwan harus menyatukan diri
dengan daratan Tiongkok. Sementara itu, ROC di Taiwan mempertahankan kedaulatannya secara
de facto dan menolak klaim PRC.
 Ketegangan Ideologis
Konflik juga mencerminkan perbedaan ideologis antara pemerintahan komunis PRC dan
pemerintahan nasionalis ROC. Keduanya memiliki pandangan yang berbeda mengenai bentuk
pemerintahan yang seharusnya diterapkan di seluruh Tiongkok.

 Status Internasional Taiwan


Taiwan tidak diakui sebagai negara berdaulat secara umum di tingkat internasional
karena klaim "Satu Tiongkok" PRC. Meskipun memiliki kedaulatan de facto, Taiwan tidak
menjadi anggota PBB dan memiliki keterbatasan dalam partisipasi internasional.

 Kontrol atas Selat Taiwan


Selat Taiwan menjadi isu strategis, dan kontrol atas wilayah ini memiliki dampak
signifikan terhadap keamanan regional. Ketegangan militer, termasuk latihan militer oleh PRC di
dekat Taiwan, menjadi bagian dari dinamika konflik.

 Ekspedisi ke Utara
KMT berencana untuk melakukan Ekspedisi Utara (Northern Expedition). Ekspedisi ini
dilakukan pada tahun 1926 dan dibantu oleh PKC. Ekspedisi Utara ini bertujuan untuk
menyatukan China yang saat itu masih terpecah-pecah dan dikuasai oleh sejumlah warlord yang
beroperasi secara otonom. Nah, seiring berjalannya waktu, hubungan antara KMT dan PKT
semakin memburuk. Akhirnya, Chiang Kai-shek memanfaatkan ekspedisi ini untuk
menghilangkan pengaruh PKT dalam KMT.
Pada saat yang bersamaan, pemerintah Wuhan yang mendukung PKT mencabut
kewenangan Chiang Kai-shek dalam urusan luar negeri dan keuangan. Chiang memandang ini
sebagai ancaman terhadap otoritasnya. Akhirnya, ada tahun 1927, Chiang dan faksi konservatif
dalam KMT memutuskan untuk menindak keras PKT dan elemen-elemen sayap kiri dalam
KMT. Ratusan anggota PKT di Shanghai ditangkap dan dieksekusi.
Peristiwa ini merupakan puncak dari perpecahan antara KMT dan PKT dan menyebabkan
konflik bersenjata di antara kedua partai itu. Peristiwa ini juga mengakhiri aliansi antara KMT
dan PKC. Titik ini lah yang akhirnya memengaruhi dinamika politik dan membuat konflik China
dan Taiwan selama beberapa dekade mendatang.

 Perang Saudara Berlanjut


Kekalahan Jepang pada Perang Dunia II, membuat daerah-daerah jajahannya lepas,
termasuk China. Sayangnya, dengan kepergian Jepang, berakhir pula masa persatuan antara
KMT dan PRC. Konflik kembali berlanjut pada 10 Agustus 1949, tepat sehari setelah jatuhnya
bom atom di Nagasaki. Akhirnya, Partai Komunis Cina, memenangkan perang tersebut. Setelah
kemenangan ini, Mao Zedong memproklamasikan berdirinya Republik Rakyat Tiongkok pada
tanggal 1 Oktober 1949 di Beijing.
Pendirian negara Republik Rakyat China ini juga didukung oleh PBB. Pada tahun 1971,
resolusi PBB No. 2758 mengakui PRC sebagai perwakilan sah dari Tiongkok dalam PBB.
Setelah kalah dalam perang, Chiang Kai-shek dan pemerintahan KMT melarikan diri ke pulau
Taiwan.
Mereka mendirikan pemerintahan Republik China di Taiwan dan menjadi tempat
pemerintahan KMT yang eksklusif. Nah, dengan resolusi PBB No. 2758 tadi, Taiwan pun belum
diakui sebagai negara atau entitas yang berdaulat oleh PBB. Meskipun begitu, Taiwan punya
hubungan diplomatik dan perdagangan dengan banyak negara di seluruh dunia. Taiwan juga
punya kemerdekaan de facto dengan pemerintahan sendiri, sistem politik, militer, dan kontrol
atas wilayahnya sendiri. Nah, meskipun Taiwan sudah merdeka secara de facto, konflik China
dan Taiwan masih berlangsung.

 Kepentingan Amerika Serikat di Balik Konflik


Kepentingan Geostrategis Amerika Serikat memiliki kepentingan geostrategis di kawasan
Asia Timur, dan konflik antara China dan Taiwan memainkan peran penting dalam dinamika
kekuatan regional. Taiwan terletak di jalur maritim penting dan merupakan tempat strategis
untuk angkatan laut AS. Melalui dukungan terhadap Taiwan, Amerika Serikat dapat memperkuat
posisinya dan mempengaruhi stabilitas regional.
Aliansi Militer dengan Taiwan Sebagai tanggapan terhadap ancaman dari Republik
Rakyat China, Amerika Serikat memberikan dukungan militer kepada Taiwan berdasarkan
Undang-Undang Hubungan Taiwan tahun 1979. Undang-undang ini mengamanatkan dukungan
militer AS kepada Taiwan dan menyatakan ancaman atau penggunaan kekerasan terhadap pulau
tersebut akan dianggap sebagai "masalah serius" oleh AS.
Kontrol atas Perdagangan dan Sumber Daya Kawasan sekitar Taiwan kaya akan sumber
daya alam dan merupakan jalur perdagangan penting. Amerika Serikat memiliki kepentingan
ekonomi untuk memastikan kestabilan akses terhadap sumber daya tersebut dan
mempertahankan jalur perdagangan yang penting bagi ekonomi global.
Demokrasi dan Nilai-nilai Universal Konflik China dan Taiwan juga mencerminkan
perbedaan dalam sistem pemerintahan dan nilai-nilai politik. Taiwan merupakan negara
demokrasi yang kuat dan menunjukkan bagaimana bentuk pemerintahan berbasis demokrasi
dapat berhasil dalam budaya China. Amerika Serikat, yang mendukung dan menganut nilai-nilai
demokrasi, secara moral mendukung Taiwan dalam upaya mempertahankan identitas dan
kedaulatannya sebagai negara merdeka.
Konflik China dan Taiwan telah lama menjadi sumber ketegangan di kawasan Asia
Timur. Kepentingan Amerika Serikat dalam konflik ini mencakup aspek geostrategis, dukungan
militer terhadap Taiwan, kontrol atas perdagangan dan sumber daya, serta dukungan terhadap
nilai-nilai demokrasi. Peran Amerika Serikat dalam konflik ini telah memberikan dampak besar
pada dinamika kekuatan di wilayah tersebut dan tetap menjadi isu yang menarik perhatian
global.
Latar belakang ini menciptakan ketegangan yang kompleks antara China dan Taiwan,
dengan isu-isu ideologis, kedaulatan, dan strategis terus menjadi sumber konflik di kawasan
tersebut.
2. Analisis Diplomasi yang Dilakukan
Penyelesaian Konflik China dan Taiwan
Untuk menyelesaikan konflik China dan Taiwan, seorang reformis PRC bernama Deng
Xiaoping menawarkan konsep “one country, two system” pada tahun 1980. Konsep ini
dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah Hong Kong dan Macau yang telah dikembalikan
oleh Britania Raya dan Portugal kembali ke kedaulatan PRC.
Konsep “one country, two systems” ini berhasil diterapkan di Hong Kong pada tahun
1997 dan di Macau pada tahun 1999. Kedua wilayah ini mempertahankan sistem hukum, mata
uang, dan otonomi administratif mereka sendiri, dengan pengawasan PRC di beberapa bidang
tertentu. Selain itu, tahun 1981, politisi PRC yang bernama Ye Jianying mengajukan proposal
sembilan poin untuk kembali menyatukan PRC dan Taiwan secara damai. Ia juga mengatakan,
Taiwan akan jadi sebuah wilayah dengan memiliki administrasi khusus dan pemerintah PRC
tidak akan campur tangan dalam urusan lokal Taiwan. Namun, seluruh konsep ini ditolak oleh
Taiwan. KMT tetap memegang prinsip “one China, better system” sebagai KMT pemegang
kekuasaan tertinggi. Nah, hingga saat ini konflik China dan Taiwan ini masih belum menemukan
titik terang.
Diplomasi antara China dan Taiwan memiliki sejarah yang kompleks. Meskipun
keduanya tidak memiliki hubungan diplomatik resmi, beberapa langkah diplomasi telah diambil
untuk meredakan ketegangan. Dialog antara kedua pihak terjadi pada periode tertentu, termasuk
melalui jalur semiresmi atau lewat pihak ketiga. Beberapa langkah melibatkan isu ekonomi,
seperti perjanjian perdagangan, yang diharapkan dapat memperbaiki hubungan bilateral.
Meskipun demikian, ketegangan tetap tinggi, dan isu-isu sensitif seperti kedaulatan dan status
politik Taiwan terus menjadi penghalang utama dalam mencapai kesepakatan lebih lanjut:
1) Diplomasi Ekonomi
Kedua belah pihak terlibat dalam dialog ekonomi dan perjanjian perdagangan untuk
meningkatkan hubungan dan kerjasama ekonomi. Tujuannya adalah menciptakan saling
ketergantungan yang dapat meredam ketegangan politik.
2) Diplomasi Track II (Diplomasi Non-Pemerintah)
Melibatkan pertemuan dan dialog antara tokoh-tokoh non-pemerintah, seperti akademisi,
pebisnis, atau aktivis masyarakat sipil. Hal ini dapat menciptakan lingkungan yang lebih santai
untuk diskusi dan membangun pemahaman yang lebih baik antara kedua pihak.
3) Diplomasi Regional dan Multilateral
Partisipasi dalam forum-forum regional atau internasional, seperti ASEAN atau PBB, di
mana China dan Taiwan dapat berinteraksi dan bekerja sama secara tidak langsung.
Keikutsertaan dalam forum multilateral dapat menciptakan peluang untuk dialog dan kerjasama.
4) Diplomasi Kepentingan Bersama
Fokus pada isu-isu di mana kedua pihak memiliki kepentingan bersama, seperti
kerjasama dalam bidang kesehatan, lingkungan, atau keamanan regional. Hal ini bertujuan
menciptakan titik temu untuk meningkatkan hubungan. Diplomasi regional dan upaya dari
komunitas internasional juga dapat memainkan peran dalam mencari solusi damai bagi konflik
ini, meskipun tantangan besar tetap ada dalam menyelesaikan perbedaan mendasar di antara
kedua pihak.

3. Efektivitas Diplomasi Antara China dan Taiwan


Meskipun terdapat upaya diplomasi antara China dan Taiwan, namun hingga saat ini,
konflik tersebut belum sepenuhnya mereda. Langkah-langkah seperti dialog ekonomi dan
perjanjian perdagangan dapat menciptakan periode stabilitas sementara, namun isu-isu
fundamental seperti kedaulatan dan status politik Taiwan tetap menjadi penghalang besar.
Tingginya kompleksitas sejarah dan ketegangan ideologis membuat penyelesaian konflik
ini sulit dicapai secara langsung. Meskipun diplomasi terus dilakukan, hasilnya belum mencapai
kesepakatan jangka panjang yang mengakhiri konflik secara substansial. Situasi ini terus menjadi
fokus perhatian regional dan internasional, dengan harapan adanya peningkatan dialog dan
pemecahan konflik di masa depan.

4. Strategi Diplomasi Antara China dan Taiwan


Beberapa contoh strategi diplomasi antara China dan Taiwan yang telah
diimplementasikan atau dapat diusulkan melibatkan berbagai pendekatan, termasuk:

 Dialog Kesehatan dan Lingkungan:


Mendorong dialog dan kerjasama dalam mengatasi isu-isu global seperti kesehatan dan
lingkungan untuk menciptakan iklim kerjasama yang positif.
 Partisipasi dalam Forum Multilateral
Mendorong partisipasi Taiwan dalam forum-forum multilateral atau regional yang tidak
memerlukan pengakuan kedaulatan penuh, memungkinkan Taiwan berkontribusi secara lebih
luas.
 Kerjasama Sosial dan Budaya
Meningkatkan kerjasama dalam bidang sosial dan budaya, seperti pendidikan, seni, dan
budaya populer, untuk menciptakan jembatan antara masyarakat di China dan Taiwan.
 Pengelolaan Sengketa dengan Bijak
Mengadopsi pendekatan yang bijak dalam menangani sengketa wilayah atau klaim
kedaulatan, dengan berfokus pada dialog dan solusi damai.
 Promosi Pemahaman Publik
Melakukan upaya untuk meningkatkan pemahaman publik di kedua pihak tentang perspektif
dan kepentingan masing-masing, mengurangi ketidakpercayaan dan ketegangan di antara
masyarakat.
Implementasi strategi-strategi ini memerlukan kerja sama dan komitmen dari kedua pihak,
serta kemauan untuk mencari solusi damai untuk konflik mereka. Sementara langkah-langkah ini
tidak akan mengatasi isu-isu pokok secara permanen, mereka dapat memberikan landasan untuk
membangun kepercayaan dan menciptakan iklim yang lebih kondusif untuk meredakan konflik
sesaat.
Kesimpulan
Berdasarkan sejarahnya, konflik China dan Taiwan nggak dimulai dari permasalahan
geografis. Konflik China dan Taiwan berawal dari perbedaan ideologi dari kedua partai. KMT
menganggap bahwa mereka merupakan China yang sesungguhnya dan berdaulat dengan paham
nasionalismenya. Di sisi lain, China (PRC) menyatakan, bahwa mereka adalah Pemerintah China
secara resmi dengan paham sosialisme yang dianggap sesuai dengan karakter masyarakat negara
itu. Usaha penyelesaian konflik China dan Taiwan telah dilakukan, dengan dikeluarkannya
konsep “one country, two system”. Namun, usulan ini mendapatkan penolakan dari Taiwan.

Saran
Referensi

“China-Taiwan Tension”, The Jakarta Post, 11 Agustus 2022, hal. 4.


“Konflik China-Taiwan, Perdagangan dan Perjalanan Terganggu”, cnnindonesia,com., 5 Agustus
2022, https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/konflik-china-taiwan-perdagangan-dan-
perjalanan-terganggu, diakses 15 Agustus 2022.
Maizland, Lindsay. 2022. “why China-Taiwan Relations Are So Tense”, cfr.org., 3 Agustus
2022, https://www.cfr.org/backgrounder/china-taiwan-relations-tension-us-policy-biden,
diakses 15 Agustus 2022.
“Membendung Bara dari Utara, Pertaruhan bagi Indonesia”, Kompas, 15 Agustus 2022, hal 4.
“Milestones in relations between the U.S., China and Taiwan”, reuters.com., 2 Agustus 2022,
https://www.reuters.com/word/milestones-relations-between-us-china-taiwan/,
“Taiwan Masih Dominasi Industri Semikonduktor Dunia”, suaramerdeka.com., 28 April 2022,
https://suaramerdeka.com/tech/taiwan-masih-dominasi-industri-semikonduktor-dunia,
“Taiwan Will Always Defends Its Sovereignty”, wsj.com., 9 Agustus 2022,
https://www.wsj.com/articles/taiwan-china-pelosi-ambassador-blockade-, diaskses 15
Agustus 2022.

Anda mungkin juga menyukai