Anda di halaman 1dari 10

29 Aliansi : Jurnal Politik, Keamanan dan Hubungan Internasional

Nomor eISSN : 2829-1794 Volume 2 No. 1, April 2023 Hal : 29-38

IMPLIKASI RIVALITAS AMERIKA SERIKAT – REPUBLIK RAKYAT CHINA


TERHADAP POSISI KEDAULATAN INDONESIA
(Studi Kasus pada Dinamika Konflik Klaim Wilayah Laut Cina Selatan)

Rendy Adiwilaga1, Prasta Kusumah2, Mustabsyirotul Ummah Mustofa3


1
Program Studi Ilmu Pemerintahan, FISIP, Universitas Bale Bandung
2
Program Studi Ilmu Pemerintahan, FISIP, Universitas Padjadjaran
3
Departemen Ilmu Politik, FISIP, Universitas Padjadjaran

Email: rendyadiwilaga@gmail.com1; prastaobet88@gmail.com2; mustabsyirotul.ummah@unpad.ac.id3

Submitted: 17-01-2023; Accepted: 27-03-2023: Published : 28-03-2023

ABSTRAK

Pasca usainya perang dingin dan runtuhnya Uni Soviet, Amerika Serikat sebagai kekuatan tunggal yang
tersisa diramalkan menjadi satu-satunya kekuatan yang mendominasi kekuatan politik dan ekonomi global
selama beberapa dekade setelahnya. Namun, internalisasi dan konsolidasi matang RRC sejak dekade 1970-
an nyatanya pelan-pelan mematahkan asumsi AS sebagai adidaya tunggal. Perlahan bahkan China
menggeser AS sebagai poros utama ekonomi dunia seiring dinamika politik internal AS yang kurang begitu
stabil selama beberapa dasawarsa terakhir. Kedua negara tersebut bahkan dalam beberapa kesempatan
secara terbuka memperlihatkan ketegangan akibat gesekan-gesekan diplomatik dan perebutan hegemoni di
wilayah-wilayah konflik. Salah satu hotspot yang juga menjadi arena pertarungan kedua negara ini ialah
klaim wilayah Laut Cina Selatan. Laut Cina Selatan menjadi “komoditi” strategis karena banyak
menyimpan cadangan mineral besar serta sumber kekayaan laut yang melimpah, sehingga klaim wilayah
banyak melibatkan negara-negara sekitar seperti halnya China, Vietnam, Thailand, dan beberapa wilayah
satelit termasuk di dalamnya Indonesia. Indonesia sebagai salah satu wilayah yang menjadi Choke Point
dua samudera besar yakni Hindia dan Pasifik juga menjadi salah satu negara yang terdampak akibat
memanasnya ketegangan dua negara tersebut. Pada akhirnya, proxy war di berbagai bidang menjadi
implikasi yang paling berdampak jika konflik dua negara besar tersebut terus memanjang selama beberapa
tahun ke depan.
Kata Kunci: Implikasi, Rivalitas AS-Cina, Kedaulatan Indonesia, Klaim Wilayah

ABSTRACT

After the end of the cold war and the collapse of the Soviet Union, the United States as the sole remaining
power was predicted to be the only power that dominated global political and economic power for decades
afterwards. However, the internalization and consolidation of the PRC since the 1970s in fact slowly broke
the assumption of the US as the sole superpower. Slowly, China has even shifted the US as the main axis of
the world economy as the US internal political dynamics have been less stable over the past few decades.
The two countries have even on several occasions openly shown tensions due to diplomatic friction and the
struggle for hegemony in conflict areas. One hotspot that has also become an arena for the two countries
to fight is the South China Sea claim. The South China Sea has become a strategic "commodity" because it
holds large mineral reserves and abundant marine resources so many territorial Indonesia as one of the
regions that are the Choke Point of two large oceans, namely the Indian and Pacific, is also one of the
countries affected by the heating up of tensions between the two countries. At the end, proxy war becomes
the most impactful implication in all aspects if the conflict between the two major countries continues to
extend over the next few years.
Keywords: Implications, US-China Rivalry, Indonesian Sovereignty, Territorial Claims

Doi:10.24198/aliansi.v2i1.44641
30
Nomor eISSN : 2829-1794 Volume 2 No. 1, April 2023 Hal : 29-38

PENDAHULUAN Area), menyusul kemudian kerjasama


perdagangan bebas lainnya dengan Uni
Perang Dingin sejatinya menjadi turning Eropa, Australia, termasuk di dalamnya
point bagi Amerika Serikat dalam rangka Amerika Serikat. Implikasinya, dalam
menegaskan posisinya pada pergaulan periode 2015-2017, Cina tumbuh menjadi
internasional sebagai negara hegemonik yang salah satu aktor utama yang paling
paling dominan di abad modern. Keruntuhan Uni menentukan dalam aliran investasi global.
Soviet pasca kepemimpinan Mikhail Gorbachev Jelas ini merupakan preseden buruk bagi
di penghujung millenium, semakin menegaskan eksistensi AS sebagai negara adidaya.
posisi tersebut. Sehingga sarjana-sarjana Hubungan antara AS dan Cina mulai
terkemuka termasuk di dalamnya Francis memanas. Konfrontasi dari masing-masing
Fukuyama, percaya diri berpendapat bahwa pemimpin serta aksi nyata dalam gesekan
Amerika Serikat merupakan “the last man” dalam ekonomi, jelas berimbas pada konstelasi
peradaban akhir manusia. ekonomi dunia secara keseluruhan. Perang
Namun, pelan tetapi pasti, China dingin jilid II bahkan mulai disuarakan oleh
memulai konsolidasi terstrukturnya pada berbagai pakar. Namun perlu diketahui, Cina
pertengahan tahun 1970. Konsolidasi tersebut saat ini jauh lebih kuat ketimbang Uni Soviet
dimulai dari masa kepemimpinan Den Xiaoping yang pada saat mencapai peak level
(1978-1989). Xiaoping menjalankan kebijakan ekonominya di masa perang dingin, PDB
satu negara dua sistem (Yi Guo Liangce), dimana nya hanya sebesar 40% PDB Amerika
sistem kapitalis di bidang ekonomi, Serikat (Nainggolan, 2013). Cina saat ini,
berdampingan dengan sistem politik sosialis. Per jauh melampaui persentase tersebut dan
Maret 1984, Deng Xiaoping memanfaatkan UKM bahkan mulai mendekati Raihan PDB
(usaha kecil menengah) serta bisnis swasta daerah Amerika Serikat, setelah berhasil
untuk menopang perekonomian Cina, yang melangkahi PDB Jepang di posisi ketiga
kemudian dikenal dengan Township and Village dunia.
Enterprises (TVEs). Township and Village Melonjaknya prestasi Cina pada
Enterprises merupakan program yang diusung dekade sebelumnya, diikuti oleh penurunan
Deng Xiaoping dengan melibatkan daerah bahkan produktifitas AS di bidang ekonomi. Pada
pedesaan sebagai tulang punggung ekonomi. tahun 2016, AS mengalami krisis keuangan
Peran dari pemerintah adalah mendukung serta yang sangat besar akibat hutang AS tahun
membiayai dengan cara pemberian pinjaman 2015 yang mencapai US$ 62 Triliun
kepada pelaku bisnis. Sebagai bukti pemerintah (855.000 Triliun dalam kurs rupiah) dimana
Cina mendukung program TVEs, maka setiap hutang tersebut jatuh tempo pada tahun
tahunnya diberikan pelatihan kepada 200.000 2016. Sayangnya, 80% utang AS diberikan
pemuda desa berupa satu atau dua teknik yang oleh Cina, yang juga mengalami
dapat diterapkan di daerahnya, Tidak berhenti perlambatan pertumbuhan ekonomi
sampai di situ, pemerintah Cina juga bekerja sama (Syahrin, 2018). Konsekuensinya, Cina
dengan lembaga riset baik di tingkat pusat menarik pinjamannya dari AS. Dengan
maupun daerah untuk terus mengembangkan kondisi yang ada saat ini bukan tidak
teknologi yang kemudian akan dipakai di mungkin Amerika Serikat kemudian
pedesaan ataupun oleh industri rumahan. berusaha memperluas dan meningkatkan
(Mantolas, 2016). Seiring perkembangannya, kembali kegiatan ekonominya hampir di
Cina sebagai sebuah negara berhasil semua kawasan.
membuktikan kepada dunia bahwa kompromi Persaingan tersebut terus mengakar
ideologi mampu melontarkan Cina masuk pada dan menyulut beberapa peristiwa strategis
deretan negara-negara dengan perkembangan dunia setelahnya. Selain persaingan dagang,
ekonomi dunia yang mumpuni. terdapat beberapa peristiwa yang mendasari
Perlahan pula, Cina mulai aktif di World konflik kedua negara tersebut. Mulai dari
Trade Organization (WTO) pada tahun 2001, pandemi covid-19 dimana Trump
menyusul manuvernya di Asia Tenggara pada menyebutnya sebagai “virus Cina” dan
tahun 2004 dengan menggandeng ASEAN untuk menganggap RRC tidak transparan,
membentuk CAFTA (China Asean Free Trade kemudian demonstrasi pro-demokrasi di
Implikasi Rivalitas Amerika Serikat – Republik Rakyat China Terhadap Posisi Kedaulatan Indonesia
(Studi Kasus pada Dinamika Konflik Klaim Wilayah Laut Cina Selatan)
(Rendy Adiwilaga, Prasta Kusumah, Mustabsyirotul Ummah Mustofa)
31 Nomor eISSN : 2829-1794 Volume 2 No. 1, April 2023 Hal : 29-38

Hongkong, Permasalahan Uyghur, Nuklir Korea pelatihan militer, dan lain-lain yang dapat
Utara, konflik Huawei dengan otoritas AS, dan memastikan perang terus berjalan.
terakhir yang juga masih memanas ialah konflik Sementara kekuasaan kadang-kadang
multilateral di wilayah Laut Cina Selatan. digunakan pemerintah sebagai proksi, aktor
Laut Cina Selatan kemudian menjadi non-negara kekerasan, dan tentara bayaran,
studi kasus yang menarik. Pasalnya, konflik pihak ketiga lainnya yang lebih sering
teritorial tersebut banyak melibatkan beberapa digunakan. (Nurdin, Angga Rachmat: 2015)
negara seperti Cina, Vietnam, Taiwan, Filipina, Dalam konsep in-out groups dan
Malaysia, Brunei Darussalam, dan Indonesia. rivalitas terdapat hipotesis tentang kohesi
Yang menarik, terdapat beberapa negara dalam dan sentralisasi. “The cohesion hypothesis
aspek tertentu sebelumnya saling menguatkan posits that external state threats increase
hubungan diplomatik seperti halnya Vietnam political cohesion within a domestic population.
dengan Cina, pada prosesnya kemudian The centralization hypothesis speculates that
menyeberang ke AS perlahan akibat konflik Laut external threats facilitate state centralization,
Cina Selatan. Di sisi lain, beberapa negara asia thereby expanding government capacities”.
tenggara seperti Malaysia dan Thailand yang Ancaman territorial eksternal membuat
sebelumnya memiliki hubungan erat dengan publik menjadi kurang toleran terhadap
Amerika Serikat, akibat memanasnya kondisi nonkonformis grup dan juga memfasilitasi
politik internal dan kepentingan perdagangan, negara menjadi sentralistik dengan alasan
pada prosesnya kemudian juga membuka diri memperisapkan menghadapi dampak dan
terhadap Cina. Tak terkecuali dengan Indonesia, ancaman dari rivalitas territorial (Bak,
yang dalam beberapa tahun terakhir mulai Chavez, and Rider, 2020).
condong ke arah Cina terutama dalam hal Asumsi teoritik tersebut bisa
kebijakan ekonomi dalam negeri yang melibatkan dipahami dalam konteks Indonesia dalam
kerjasama bilateral. Seperti disebutkan oleh Hart menghadapi rivalitas AS-China karena
and McRae (2015), “Indonesia’s relationship with Indonesia menerapkan politik bebas aktif
China has been subject to sharp shifts, and while dalam kebijakan luar negerinya. Meski
Indonesia seeks to benefit from closer economic demikiran, rivalitas dua negara adidaya
relations with an economically rising China, the rise tersebut pasti memiliki implikasi terhadap
also underscores a persistent wariness in Indonesia kedaulatan bangsa baik dalam skala kecil
that is likely to remain a limiting factor in the bilateral maupun skala besar. Tulisan ini mencoba
relationship”. menganalisa, sekaligus berusaha melakukan
Sementara itu, menurut Hart and McRae upaya forecasting, tentang sejauh mana
(2015), Indonesia juga masih menjalin hubungan implikasi yang ditimbulkan bagi kedaulatan
baik dengan pemerintah Amerika Serikat dan NKRI bertolak dari konflik dua negara besar
berencana mengembangkan hubungan bilateral tersebut.
diantara keduanya, seperti dijelaskan berikut:
“Since independence, Indonesia has maintained a METODE
relatively cooperative and mutually supportive
relationship with the United States. The current
Penelitian ini menggunakan metode
security partnership is limited by Indonesia’s current
operating and strategic capacities, and a desire to kualitatif dengan pendekatan riset studi
maintain a diverse range of cooperative literatur dengan menelaah berbagai sumber
relationships”. literatur mulai dari jurnal, textbook, hingga
Kondisi tersebut membuat Indonesia dokumen-dokumen publikasi lainnya terkait
terjebak dalam posisi proxy war. Perang proxy pembahasan konflik laut Cina Selatan,
sendiri merupakan perang antar negara atau aktor historisitas Cina dan Amerika Serikat, data
non-negara (seperti kelompok pemberontak atau aktual mengenai pertumbuhan ekonomi dan
terror), yang terjadi karena dorongan atau sosial kedua negara, serta sumber primer dan
mewakili pihak lain yang tidak terlibat langsung sekunder pendukung lainnya.
di pertempuran. Pihak lain tersebut harus
memiliki hubungan yang erat dan lama dengan
pihak yang bertikai baik dalam bentuk pendanaan,

Implikasi Rivalitas Amerika Serikat – Republik Rakyat China Terhadap Posisi Kedaulatan Indonesia
(Studi Kasus pada Dinamika Konflik Klaim Wilayah Laut Cina Selatan)
(Rendy Adiwilaga, Prasta Kusumah, Mustabsyirotul Ummah Mustofa)
32
Nomor eISSN : 2829-1794 Volume 2 No. 1, April 2023 Hal : 29-38

HASIL DAN PEMBAHASAN oleh aturan internasional maupun


kesepakatan aliansi-aliansi (Yuliantoro,
Menakar Kedalaman Konflik AS-China 2016). Berangkat dari hal tersebutlah
Rivalitas dua negara adidaya, mengacu kemudian, strategi terbaru AS dalam
pada fakta historis, memperlihatkan bahwa National Security Strategy (NSS) mulai
fenomena tersebut meninggalkan dampak menyatakan secara terbuka bahwa Cina
ketidakstabilan geopolitik global. Sebut saja merupakan penjegal, penghalang, dan
kebangkitan Jerman pada akhir abad ke 19 pasca penantang kedigdayaan AS. Secara khusus,
manuver Otto van Bismarck hingga NSS mengklaim bahwa Cina berusaha
kepemimpinan fasisme Adolf Hitler dimana menggeser pengaruh AS, khususnya di
rivalitas nya dengan AS menghasilkan perang kawasan Asia-Pasifik. Kebijakan ini
besar selama dua gelombang. Teakhir, AS juga memutus pendekatan soft power yang
bersitegang dengan Uni Soviet dalam perang sebelumnya dilakukan oleh Barack Obama.
dingin. Persaingan pengaruh kapitalisme- Tarik menarik kepentingan perlahan
demokrasi dan komunisme bahkan masih menjadi sumber potensi konflik yang dapat
menyisakan sisa-sisa dampak pada kontestasi meledak kapanpun. Maka dari itu, tidak lah
politik kontemporer. berlebihan ketika para pakar menganggap
Kebangkitan Cina pada akhir tahun 1970an bahwa Laut Cina Selatan merupakan medan
hingga tahun 2000 seakan tidak memberikan perang masa depan.
napas sama sekali bagi Amerika Serikat untuk
duduk nyaman sebagai raja utama dan terakhir di Laut Cina Selatan: Pivot Point Rivalitas
kontestasi politik ekonomi global. Tidak ada AS-Cina
pengecualian bagi kebangkitan Cina, kebangkitan Laut China Selatan dalam dekade ini
Cina juga disinyalir akan menyulut gejolak menjadi salah satu zona panas dunia. Klaim
geopolitik kawasan (Layne, 2008). RRC atas garis Dash-9 yang menurut mereka
Terdapat fenomena kontradiktif dalam adalah batas resmi dari wilayahnya menyulut
hubungan AS dan Cina yang sejatinya konflik perbatasan dengan beberapa Negara
membedakannya dengan konflik AS dan Uni ASEAN yang memiliki kepentingan yang
Soviet. Saat friksi dengan Uni Soviet, AS secara sama di wilayah tersebut. Garish Dash-9
terbuka memperlihatkan perbedaan kepentingan adalah peta buatan Cina yang mengklaim
yang sangat menonjol bahkan hingga aspek sebagian besar wilayah Laut Cina Selatan.
ideologis. Namun dalam kasus dengan Cina, AS Partai Komunis yang mengambil alih
dan Cina memiliki hubungan diplomatik resmi kekuasaan di Tiongkok pada tahun 1949,
berlandaskan kepercayaan dan sikaps saling kemudian membuat sembilan garis putus-
menghormati (Bendini, 2016). Di sisi lain, AS putus (nine dash lines) di seputar kawasan
menganggap Cina sebagai mitra strategis dalam Laut Cina Selatan di peta resminya pada
ekonomi khususnya perdagangan, namun dari 1953. Sembilan garis putus-putus itu
aspek keamanan, AS menganggap Cina meliputi wilayah-wilayah yang
merupakan perusak di area -yang selama ini AS disengketakan dengan negara lain. Seperti,
anggap sebagai- pribadi, yakni kawasan asia- kepulauan Spratly dan Paracel yang
pasifik. Sejauh ini, Beijing belum secara terbuka disengketakan oleh Vietnam, kemudian
mengumumkan negasi nya terhadap AS. Beijing Scarborough Reef yang disengketakan
sendiri menjalankan strategi “safety play” namun dengan Filipina. (Tempo, 2016). Cina
tetap perlahan mengikis kekuatan AS di berbagai mengklaim bahwa Laut Cina Selatan
negara berkembang dunia. merupakan wilayah yang sudah tidak bisa
Seiring munculnya slogan “Make America Great ditawar kepemilikannya mengacu kepada
Again” dan “America First” yang diusung oleh pertimbangan historis. Bagi mereka, Cina
mantan presiden AS, Donald Trump, hal tersebut telah menguasai dan memanfaatkan pulau-
menandakan adanya upaya AS untuk pulau yang ada di Laut Cina Selatan sejak
mendapatkan (kembali) penghormatan dengan masa Kaisar Wu dan Dinasti Han berkuasa
mewujudkan dominasi total atas semua negara. pada abad 2 SM, dimana pemanfaatan
Untuk itu, AS mengkonsolidasikan pembangunan wilayah tersebut dieksplorasi untuk
kekuatan politik internasional yang tidak dibatasi kepentingan militer, ekonomi, serta
Implikasi Rivalitas Amerika Serikat – Republik Rakyat China Terhadap Posisi Kedaulatan Indonesia
(Studi Kasus pada Dinamika Konflik Klaim Wilayah Laut Cina Selatan)
(Rendy Adiwilaga, Prasta Kusumah, Mustabsyirotul Ummah Mustofa)
33 Nomor eISSN : 2829-1794 Volume 2 No. 1, April 2023 Hal : 29-38

pengembangan ilmu pengetahuan (Dam, 2010). Cina pasca keterbukaannya kerap dikritik
Saat ini, Laut China Selatan secara oleh Barat. Ditambah, Cina merupakan mitra
geografis menjadi salah satu jalur pelayaran dagang potensial negara-negara ASEAN
penting yang menghubungkan wilayah Pasifik pasca CAFTA.
dengan wilayah di barat (India, Timur Tengah, Disisi lain, selain mendapat
Afrika) dan juga selatan (Indonesia dan pertentangan dari Negara-negara ASEAN
Australia). Selain merupakan jalur pelayaran yang memiliki kepentingan di Laut China
penting, komoditas sumberdaya alam yang Selatan, klaim RRC atas Garis Dash-9 ini
terkandung di wilayah Laut China Selatan juga juga mendapat tentangan dari Negara-negara
merupakan salah satu komoditas penting kenapa barat yang memiliki kepentingan di wilayah
penguasaan wilayah tersebut diperebutkan oleh Pasifik. Amerika Serikat juga bahkan terlibat
banyak Negara. Laut China Selatan sendiri dalam gesekan tersebut. AS dengan
diprediksi memiliki kandungan cadangan minyak sekutunya merespon klaim RRC ini dengan
sekitar 17,7 Miliar ton dan juga cadangan gas melakukan patroli bersama Negara sahabat
alam sekitar 900 Triliun kubik (Angkasa, 2013). di wilayah Laut China Selatan dengan misi
Senada dengan data di atas, Cina bertajuk #FreeAndOpenIndoPacific dengan
mengklaim melalui risetnya bahwa di dalam Laut tujuan menjaga kebebasan bernavigasi di
Cina Selatan, terdapat cadangan minyak lebih dari kawasan Laut China Selatan.
213 miliar barel, atau dengan kata lain sebesar 10 Mau tidak mau, AS sejatinya perlu
kali lipat cadangan mintak milik Amerika Serikat. memilih di antara dua pilihan dilematis,
Pun halnya Energy Information Administration yakni fokus pada kepentingan domestik atau
(EIA) menginformasikan bahwa cadangan fokus pada keunggulan militer di Kawasan
terbesar tersebut selain minyak mentah, juga tersebut. Gesekan dengan Cina di Laut Cina
terdapat gas alam yang kuantitasnya sama dengan Selatan jelas menjadi tidak terelakkan karena
cadangan minyak milik Qatar dengan perhitungan Cina mengedepankan kepentingan
sebesar 900 kaki kubik. (Roza, Nainggolan, & nasionalnya, yakni klaim territorial Laut
Muhammad, 2013). Cina Selatan (juga timur). Pada akhirnya, AS
Dengan cadangan mineral sebanyak itu, juga terseret karena kepentingan nasional
wilayah Laut China Selatan, khususnya daerah Cina menabrak batas-batas maritim negara
kepulauan Spratly menjadi tempat cadangan aliansi AS di Kawasan Asia Tenggara. Di
minyak terbesar keempat dunia. Belum lagi sisi lain, Cina berupaya menciptakan
sumber daya kelautan lainnya seperti ikan dan kekuatan Angkatan laut yang mampu
juga potensi wisata bahari yang menggiurkan, menyaingi Angkatan Laut AS dan negara
membuat wilayah ini kini menjadi ajang rebutan aliansinya. Kontrol atas wilayah maritime
negara-negara yang memiliki kepentingan disana. yang diperebutkan ini juga pada akhirnya
Seiring dengan godaan sumber potensi menyebabkan peningkatan ketegangan
tersebut, ekskalasi konflik di hampir 20 terakhir dengan AS (Bendini, 2016).
juga mengalami kenaikan walaupun konflik Laut Beberapa kali Cina telah
Cina Selatan masih masuk pada kategori rendah menunjukkan psy war guna mengendalikan
dari aspek potensi konflik. Hal tersebut dapat Laut Cina Selatan dengan melakukan
dilihat dari peristiwa-peristiwa gesekan terbuka di reklamasi atau pembangunan pulau
perairan hingga di arbitrase internasional. Saling buatanserta pembangunan pangkalan militer
cegat kapal patroli. Cina kemudian mengajukan baru di wilayah tersebut. Cina melihat nilai
peta nine dash lines kepada PBB pada tahun 2009, strategis wilayah Laut Cina Selatan sebagai
namun ditentang oleh Filipina, Malaysia, hingga sarana untuk mencegah strategi
Indonesia. Per tahun 2016, Pengadilan Tetap pengepungan AS. Klaim ini dapat
Arbitrase (PCA) di Den Haag memutuskan bahwa menimbulkan berbagai ketegangan tidak
Cina tidak memiliki hak sejarah terhadap Laut hanya dengan AS tetapi juga akan
Cina Selatan. Namun selepas Duterte memimpin membahayakan hubungan Cina dengan
Filipina, protes tersebut melunak. Hal tersebut negara tetangganya. Klaim teritorial ini
juga diikuti oleh negara-negara tetangga. menyiratkan adanya tabrakan kepentingan
Thailand bahkan lebih membuka diri terhadap langsung dengan beberapa sekutu terdekat
Implikasi Rivalitas Amerika Serikat – Republik Rakyat China Terhadap Posisi Kedaulatan Indonesia
(Studi Kasus pada Dinamika Konflik Klaim Wilayah Laut Cina Selatan)
(Rendy Adiwilaga, Prasta Kusumah, Mustabsyirotul Ummah Mustofa)
34
Nomor eISSN : 2829-1794 Volume 2 No. 1, April 2023 Hal : 29-38

AS di kawasan, seperti Jepang, Filipina, dan dari pelaksanaan kewajiban Indonesia


Korea Selatan (Bendini, 2016). sebagai Negara kepulauan untuk menjamin
Laut Cina Selatan dan Timur kini menjadi keamanan dan keselamatan pelayaran bagi
flashpoint kawasan yang telah menyebabkan seluruh umat manusa diwilayah perairan
hubungan antara Cina dan beberapa negara Asia territorialnya. Disamping memiliki ALKI,
Tenggara semakin menegangkan, khususnya perairan Indonesia juga memiliki banyak
Filipina, Jepang, Vietnam, Malaysia, Brunei dan selat di dalam wilayah lautnya. Dari sekian
Indonesia. Kontestasi keamanan dan hukum yang banyak selat, bisa jadi selat Malaka, selat
terus berlanjut serta keterlibatan pihak ketiga Lombok, selat Makasar dan selat Sunda yang
menjadikan Laut Cina Selatan menjadi kawasan menjadi salah satu “Hot Zone” perairan
‘konflik masa depan' (Yang & Li, 2016). Indonesia karena dibeberapa selat ini banyak
sekali kapal, baik kapal niaga maupun kapal
Implikasi Ketegangan Kawasan Laut Cina perang dari berbagai Negara yang sering ikut
Selatan terhadap Kedaulatan Indonesia melintas. Apalagi di selat Malaka, selat
Pertentangan Antara dua kubu antara tersebut sudah dicap sebagai salah satu jalur
RRC dan juga Negara-negara yang kontra dengan pelayaran yang sangat penting di dunia,
kebijakan Nine Dash Line China, termasuk sama pentingnya seperti terusan Suez dan
Amerika ini menjadi concern terhadap masalah Panama. Selat Malaka membentuk jalur
pertahanan Indonesia. Indonesia secara langsung pelayaran terusan Antara Samudera Hindia
memiliki perbatasan dengan kawasan Laut China dan Samudera Pasifik serta menghubungkan
Selatan. Selain memiliki kepentingan dengan wilayah ASEAN, Pasifik Timur, India, dan
Laut China Selatan, posisi Indonesia yang Timur Tengah.
strategis karena menjadi “Choke Point” Antara Karena padatnya lalu lintas
kawasan Pasifik dengan kawasan Samudra Hindia pelayaran dan penerbangan asing yang
menjadikan Indonesia sebagai suatu Negara melintas di kawasan Indonesia, khususnya
penting dimana kawasan lautnya menjadi akses Indonesia bagian barat seperti di wilayah
strategis penghubung kedua samudera tersebut. selat Malaka dan ALKI-1, wilayah ini
Indonesia sendiri membuka tiga buah memiliki potensi tingkat ancaman yang
jalur lintas pelayaran yang dinamakan dengan cukup tinggi. Apalagi setelah semakin
ALKI. ALKI atau Alur Laut Kepulauan Indonesia memanasnya kawasan Laut Cina Selatan,
merupakan alur laut yang ditetapkan sebagai alur frekuensi kapal dan pesawat terbang militer
untuk pelaksanaan Hak Lintas Alur Laut Negara asing seperti Amerika Serikat dan
Kepulauan berdasarkan konvensi hukum laut RRC sering melintas dikawasan ini.
internasional (UNCLOS). Penetapan ALKI Beberapa waktu lalu malah sempat dua
sendiri sudah diatur oleh pemerintah melalui PP Kapal Induk Amerika, USS Nimitz (CNV-
Nomor 37 Tahun 2002, dengan titik-titik 68) dan USS Theodore Roosevelt (CVN-71)
koordinat ALKI yang tercantum dalam peraturan sempat melintas dikawasan perairan
pemerintah tersebut. (Kurnia, 2017) Indonesia. Kapal-kapal survey dari angkatan
Indonesia telah menetapkan tiga ALKI laut RRC juga diketahui pernah beberapa
yang menghubungkan Samudra Hindia di bagian kali sempat ikut melintas di wilayah ALKI-
Selatan dengan Samudera Pasifik dan Laut China 1.
Selatan dibagian Utara. ALKI-1 menghubungkan Kemudian, di wilayah Pasifik Timur
Laut China Selatan dan Samudera Hindia yang khususnya Laut Cina Selatan, Amerika
melintasi beberapa wilayah perairan yaitu Selat Serikat mengoperasikan satu Armada
Sunda, Selat Karimata, hingga Laut Natuna. Tempur Angkatan Laut mereka, US 7th Fleet
ALKI-2 menghubungkan Samudera Pasifik dan yang bermarkas di Jepang. Sedangkan dari
Hindia dengan melintasi Selat Lombok, Laut pihak RRC, mereka juga mengoperasikan
Jawa, Selat Makasar, Hingga Laut Sulawesi. Armada Selatan mereka yang kini sudah
Sedangkan ALKI-3 menghubungkan Samudera diperkuat oleh salah satu kapal induk terbaru
Pasifik dan Hindia dengan melintasi Laut Sawu, mereka, Shandong (17) yang beroperasi di
Laut Arafuru, Laut Banda, dan Laut Seram Laut China Selatan. Angkatan Laut RRC
(Kurnia, Aan: 2017: 53-54). memang sudah mengoperasikan dua unit
Penetapan ALKI ini merupakan bentuk kapal Induk mereka, Liaoning (16), dan
Implikasi Rivalitas Amerika Serikat – Republik Rakyat China Terhadap Posisi Kedaulatan Indonesia
(Studi Kasus pada Dinamika Konflik Klaim Wilayah Laut Cina Selatan)
(Rendy Adiwilaga, Prasta Kusumah, Mustabsyirotul Ummah Mustofa)
35 Nomor eISSN : 2829-1794 Volume 2 No. 1, April 2023 Hal : 29-38

Shandong (17). Mereka juga sedang menunggu Ancaman pengaruh tersebut bisa
kehadiran kapal induk ketiga mereka yang terus berkembang menjadi sebuah ancaman
diprediksi akan segera uji laut beberapa waktu perang proxy apabila situasi di kawasan Laut
lagi. China Selatan semakin memanas. Ancaman
Menghadapi ancaman ini, Amerika perang proxy bukan semata prediksi, namun
Serikat berencana untuk mengaktifkan kembali memang nyata adanya. Di Timur Tengah
satu Armada Laut mereka, US 1st Fleet yang misalnya, terjadi perang proxy di beberapa
rencananya akan beroperasi di wilayah antara Negara paska terjadinya peristiwa Arab
Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Karena Spring. Di Suriah, konflik kepentingan
itu kekuatan US 1st Fleet ini kemungkinkan besar Antara pemerintah Bashar Al-Assad dengan
akan ditempatkan Singapura, apalagi Changi sekutunya Rusia, melawan kelompok oposisi
Naval Port memiliki fasilitas yang FSA yang didukung oleh Turki dan kekuatan
memungkinkan untuk menampung kapal-kapal Barat lainnya seperti Amerika dan Perancis.
besar Amerika Serikat termasuk kapal induk Kemelut konflik di Timur Tengah juga
mereka. (Khan, 2021). menjadi semakin “runyam” ketika kelompok
Meningkatnya persaingan militer Antara ekstrimis, seperti ISIS ikut terjun kedalam
Amerika Serikat dan RRC juga menimbulkan konflik di Timur Tengah.
pola ancaman baru terhadap sistem pertahanan Melihat realitas tersebut, ancaman
Indonesia. Indonesia yang merupakan salah satu proxy war memang menghantui berbagai
negara dikawasan ASEAN yang memiliki Negara. Apalagi di Negara dengan letak dan
perbatasan langsung dengan Laut China Selatan, sumberdaya nya yang strategis seperti
ditambah lagi Indonesia yang merupakan Negara Indonesia. Bila salah langkah, Indonesia bisa
netral menjadi Negara yang berada dipusaran terjebak diantara proxy war antara dua
konflik Antara kedua Negara tersebut. Netralitas kepentingan besar yang bermain dalam
ini membuat kedua Negara besar tersebut terus kasus konflik di Laut Cina Selatan, Antara
berusaha menanamkan pengaruh yang luas di Amerika dan RRC. Apalagi kedua Negara
Indonesia. RRC dengan kekuatan ekonominya sudah mulai menanamkan “investasi” nya di
terus menawarkan bantuan investasi keuangan Indonesia. Selain di Indonesia, Amerika
kepada Indonesia. Di sisi lain Amerika dengan Serikat sendiri malah lebih agresif dengan
kekuatan industri militernya yang kuat menjalin banyak kerjasama militer dengan
menawarkan bantuan kerja sama militer dengan Negara lainnya di ASEAN yang telah
memberikan penawaran akuisisi terhadap menjadi sekutunya seperti Singapura dan
peralatan tempur canggih terbaru dari Amerika Filipina. Lebih dalam lagi, Amerika Serikat
Serikat seperti, F-15EX Strike Eagle, F-16V sendiri malah menjalin hubungan yang
Viper, hingga pesawat tiltrotor MV-22 Osprey. semakin mesra dengan mantan musuhnya
Masing-masing Negara yang yakni Vietnam. Wacana tersebut semakin
memberikan bantuan ini memiliki efek tersendiri. mengemuka paska rencana kunjungan wakil
Dalam perspektif Geopolitik dan Geostrategi, ada presiden AS, Kemala Harris, ke Singapura
beberapa hal yang perlu dicermati. Kondisi dan Vietnam dengan agenda khusus
Indonesia yang memiliki posisi strategis dalam pembahasan perihal keamana global,
konflik Laut China Selatan dan kekayaan sumber tanggap covid-19, perubahan iklim, dan
daya alam yang terkandung dalam perut bumi ibu promosi aturan yang dirumuskan untuk
pertiwi ini menjadikan Indonesia target incaran diimplementasikan dunia internasional.
banyak Negara untuk menanamkan pengaruhnya Bahkan, menguat pula wacana bahwa
disini. Amerika Serikat dan RRC sudah sendiri kunjungan kenegaraan Harris ditujukan
melakukan investasi-investasi mereka di untuk menggalang dukungan internasional
Indonesia dengan cara nya masing-masing. dalam rangka menangkal pengaruh Cina
Datangnya banyak pengaruh asing ini menjadi hal yang semakin besar (Sekarwati, 2021).
yang harus dicermati oleh pemerintah dalam Banyaknya Negara ASEAN yang
menentukan kebijakan strategis guna memiliki keterikatan dengan Negara-negara
mempertankan kadaulatan Indonesia sebagai barat yang dinilai memiliki musuh bersama
salah satu Negara netral di kawasan Asia-Pasifik. secara politis geografis, yaitu RRC,
Implikasi Rivalitas Amerika Serikat – Republik Rakyat China Terhadap Posisi Kedaulatan Indonesia
(Studi Kasus pada Dinamika Konflik Klaim Wilayah Laut Cina Selatan)
(Rendy Adiwilaga, Prasta Kusumah, Mustabsyirotul Ummah Mustofa)
36
Nomor eISSN : 2829-1794 Volume 2 No. 1, April 2023 Hal : 29-38

menjadikan RRC juga mencari mitra strategis destabilasi politik yang lebih besar di
yang bisa mendukungnya ketika kelak terjadi Jakarta. Kehilangan wilayah Papua akan
konflik terbuka di kawasan Laut China Selatan. memicu kejadian tahun 1999 terulang
Berbeda dengan Negara ASEAN lainnya seperti kembali ketika presiden BJ Habibie harus
Singapura, Malaysia, dan Filipina, Indonesia turun dari jabatannya setelah kehilangan
merupakan salah satu Negara netral yang tidak wilayah Timor Leste. Hilangnya Papua juga
memiliki perjanjian aliansi pertahanan dengan disinyalir akan menghidupkan lagi asa
Negara barat, seperti Amerika Serikat. Karena merdeka dari beberapa wilayah yang rawan
netralitas inilah Indonesia menjadi salah satu terjadinya gerakan separatisme seperti di
Negara yang berpontensi menjadi mitra RRC ini, Maluku Selatan dan juga Aceh.
mengingat posisi Indonesia yang strategis, Ancaman proxy juga tidak datang
ditambah Indonesia merupakan Negara yang dari daratan Papua. Bila terjadi perang proxy
memiliki hubungan ekonomi yang kuat dengan di Indonesia, ancaman juga bisa tercipta dari
RRC. RRC sendiri telah menanamkan banyak beberapa Ormas Keagamaan yang menjadi
investasi mereka di Indonesia, seperti contoh oposan pemerintah. Bahkan, beberapa waktu
proyek pembangunan kereta cepat Bandung – lalu pernah terjadi kasus dimana ada staff
Jakarta yang berada dibawah naungan PT KCIC. kedutaan besar Jerman, yang dicurigai
Harmonisnya hubungan Antara RRC dan sebagai agen intelijen Jerman, BND,
Indonesia sendiri menjadi sorotan Negara Barat terpantau sedang mengunjungi sebuah
termasuk Amerika Serikat. Amerika Serikat markas besar Ormas Keagamaan di daerah
sendiri memiliki kepentingan ekonomi yang Petamburan, Jakarta. Issue politik konflik
sangat besar di Indonesia, termasuk pengelolaan Antara agama dan komunis bisa saja
tambah yang dilakukan oleh PT Freeport di dimainkan kembali apabila perang proxy di
Papua. Issue Papua ini juga menjadi salah satu Indonesia ingin dilakukan. Apalagi, RRC
ancaman, dimana proxy war di Indonesia bisa saja merupakan salah satu simbol Negara dengan
meledak disana. Dalam menanggapi ekspansi ideologi Komunis yang masih tersisa di
pengaruh RRC yang makin bergerak ke Selatan, Dunia saat ini. Investasi dalam bentuk
Amerika Serikat sendiri melakukan langkah apapun oleh pemerintah RRC, akan
antisipasi untuk melindungi kepentingannya di ditanggapi oleh simpatisan organisasi
Indonesia, khususnya di Papua. Sebagai contoh, keagaaman tersebut sebagai salah satu
mereka mendirikan pangkalan Marinir baru di bentuk dukungan pemerintah Indonesia
wilayah Darwin, Australia Utara yang memiliki kepada ideologi komunisme.
jarak sangat dekat dengan pulau Papua. Satu
brigade tempur marinir Amerika berkekuatan SIMPULAN
tempur sekitar 2500 pasukan telah ditempatkan di
pangkalan udara Darwin sejak tahun 2012 silam. Implikasi dari rivalitas AS-Cina
Selain mengirimkan Marinir ke Australia, terhadap Kedaulatan Indonesia harus
Negara Barat juga memainkan taktik politis nya mendapat perhatian secara serius. Proxy war
yang bisa menjadi kartu ancaman bagi terciptanya merupakan ancaman nyata dan paling
proxy war di Indonesia. Sebagai contoh lagi, hegemonik sebagai implikasi dari konflik
aktivis Organisasi Papua Merdeka, banyak yang dingin dua negara besar seperti AS dan Cina.
mendapat suaka di negara-negara sekutu Amerika Maka dari itu, pemerintah Indonesia harus
Serikat seperti Inggris dan Australia. Mereka bisa memainkan perannya dengan baik agar
memainkan banyak peran politis dikancah netralitas Indonesia bisa tetap terjaga dan
Internasional yang mengkampanyekan bahwa ada terhindar dari ancaman perang Proxy ini. Si
“penjajahan” yang dilakukan oleh bangsa Vis Pacem Parabellum, Indonesia harus siap
Indonesia ditanah Papua. Ini merupakan ancaman berperang apabila ingin damai. Siap perang
serius bagi keutuhan NKRI, karena bila Negara- disini dimaksudkan adalah, Indonesia harus
negara barat mendukung secara aktif para aktivis memiliki kekuatan militer yang kuat dan
OPM tersebut, Papua sendiri bisa dilanda dapat mendukung aktivitas diplomasi
destabilasi yang sangat hebat. Impilkasinya paling Indonesia dikancah Internasional yang bisa
berat adalah Indonesia bisa kehilangan wilayah menjaga netralitas Negara ini dan terhindar
Papua, dimana kehilangan ini akan memicu dari ancaman perang proxy.
Implikasi Rivalitas Amerika Serikat – Republik Rakyat China Terhadap Posisi Kedaulatan Indonesia
(Studi Kasus pada Dinamika Konflik Klaim Wilayah Laut Cina Selatan)
(Rendy Adiwilaga, Prasta Kusumah, Mustabsyirotul Ummah Mustofa)
37 Nomor eISSN : 2829-1794 Volume 2 No. 1, April 2023 Hal : 29-38

Indonesia juga harus mempunyai penguasanya, termasuk di Indonesia dan


semacam "buku putih" pertahanan yang realible banyak Negara berkembang lainnya terjadi
dan juga berbasis ancaman real-time. Sejauh ini, karena sebagian disebabkan oleh kegagalan
walau sudah ada acuan untuk memenuhi penguasanya membaca tuntutan perubahan
kebutuhan kebijakan minimum essensial force issue politik yang terjadi di lingkup eksternal
terhadap kekuatan TNI sebagai garda terdepan dan internal Negaranya.
pertahanan Indonesia, namun seiring bergantinya
rezim dan menteri pertahanan kebijakan DAFTAR PUSTAKA
pengembangan sistem pertahanan sering tidak
diestafetkan kepada suksesor selanjutnya. Hal ini Bak, Daehee. Chavez, Kerry. and Rider,
juga menjadi lampu kuning terhadap fokus Toby. 2020. Domestic Political
pembangunan pertahanan Indonesia, apalagi Consequences of International Rivalry.
ditengah kancah pertarungan "perang dingin" Journal of Conflict Resolution 2020,
antara Amerika dengen Republik Rakyat China, Vol. 64(4) 703-728 ª The Author(s)
diisi juga dengan pengembangan tekonologi 2019. Article reuse guidelines:
pertahanan yang semakin maju. Berkembangnya sagepub.com/journals- permissions.
teknologi persenjataan, khususnya perkembangan DOI: 10.1177/0022002719876349
teknologi militer antara Amerika dan China dapat journals.sagepub.com/home/jcr
menyebabkan apa yang dinamakan Revolution of Bendini, Roberto. 2016. United States -
Military Affair (RMA). RMA ini sendiri nantinya China Relations: A Complex Balance
berimplikasi terhadap revolusi taktik dan strategi Between Cooperation and
pertahanan sebuah negara. Confrontation. Directorate General for
Apalagi kedua negara ini dinilai sedang External Policies Policy Department,
agresif dalam melakukan riset teknologi European Union.
pertahanan. Sebagai contoh, pemerintah China Dam, Syamsumar. 2010. Politik Kelautan.
mengklaim bahwa industri pertahanannya sudah Jakarta: Bumi Aksara.
mampu membuat pesawat tempur dengan Hakim, Chappy. 2011. Pertahanan
teknologi siluman yang diklasifikasikan sebagai Indonesia: Angkatan Perang Negara
penempur generasi ke-5, yang diberi kode J-20 Kepulauan. Red & White Publishing.
Mighty Dragon dan J-31 Gyrfalcon. Amerika Hamilton-Hart, Natasha and McRae, Dave.
Serikat sendiri sebagai negara yang terlebih 2015. INDONESIA: BALANCING
dahulu memiliki teknologi ini dengan pesawat THE UNITED STATES AND CHINA,
tempur F-22 Raptor dan kini diteruskan oleh F-35 AIMING FOR INDEPENDENCE.
Lightning II yang juga dieksport ke beberapa United States Studies Centre. The
negara sahabat menjadikan teknologi pesawat University of Sydney
siluman kini tidak lagi dimonopoli oleh Amerika Khan, Wajahat. 2021. Resurrecting 1st
Serikat saja, namun negara lain juga bisa dan Fleet: US Navy explores Indian Ocean
sudah memiliki teknologi ini dalam sistem options. Diakses di
pertahanan negaranya. Perkembangan teknologi https://asia.nikkei.com/Politics/Internat
yang semakin canggih, khususnya dibidang ional-relations/Indo-
pertahanan ini lah yang harus diantisipasi oleh Pacific/Resurrecting-1st-Fleet-US-
pemerintah Indonesia dalam menghadapi Navy-explores-Indian-Ocean-options
ancaman terjadinya konflik di wilayah Laut China pada 12 Juli 2021
Selatan dan juga perang proxy yang menjadi Kurnia, Aan. 2017. Between Threats &
ancaman nyata dalam sistem pertahanan Opportunites: Di Antara Ancaman &
Indonesia. Peluang; Petroenergy.
Indonesia harus bisa mengejar Layne, Christopher. 2008. China’s
ketertinggalannya dibidang pertahanan, baik dari Challenge to US Hegemony. Current
kualitas maupun kuantitas sistem pertahanannya History. Januari.
karena pola ancaman terus berkembang dan Mantolas, Sammy. 2016. “Cina dan Ramalan
semakin nyata. Sejarah mencatat, destabilisasi Bonaparte”. Diakses di
sebuah Negara termasuk pelengseran rezim https://tirto.id/cina-dan-ramalan-
Implikasi Rivalitas Amerika Serikat – Republik Rakyat China Terhadap Posisi Kedaulatan Indonesia
(Studi Kasus pada Dinamika Konflik Klaim Wilayah Laut Cina Selatan)
(Rendy Adiwilaga, Prasta Kusumah, Mustabsyirotul Ummah Mustofa)
38
Nomor eISSN : 2829-1794 Volume 2 No. 1, April 2023 Hal : 29-38

bonaparte-bJ6m. pada 12 Juli 2021.


Nurdin, Angga Rachmat. 2015. Keamanan
Global: Transformasi Isu Keamanan Pasca
Perang Dingin. Bandung: Alfabeta
Purwanto, Wawan H. 2011. TNI & Tata Dunia
Baru Sistem Pertahanan. CMB Press
Majalah Angkasa. 2013. “Kekuatan Laut Di Asia
Pasifik”. Jakarta: Kompas Gramedia
Majalah Angkasa. 2014. “Lomba Senjata Di Asia
Pasifik”. Jakarta: Kompas Gramedia
Nainggolan, Poltak Partogi. 2013. Konflik Laut
China Selatan dan Implikasinya terhadap
Kawasan. Jakarta: P3DI Setjen DPR RI dan
Azza Grafika.
Nurdin, Angga Rachmat. 2015. Keamanan
Global: Transformasi Isu Keamanan Pasca
Perang Dingin.
Roza, R, Nainggolan, P. & Muhammad S.V.
2013. Konflik Laut China Selatan dan
Implikasinya terhadap Kawasan. Jakarta:
Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan
Informasi (P3DI) DPR.
Sekarwati, Suci. 2021. “Alasan Kunjungan
Kemala Harris ke Vietnam”. Diakses di
https://dunia.tempo.co/read/1489344/alasan-
kunjungan-kerja-kamala-harris-ke-
vietnam/full&view=ok pada 1 Agustus 2021
Syahrin, M. Najeri. China Versus Amerika
Serikat: Interpretasi Rivalitas Keamanan
Negara Adidaya Di Kawasan Asia Pasifik.
Global & Strategis, Th. 12, No. 1, Januari -
Juni 2018
Yuliantoro, Nur Rachmat. Et al. 2016. “Pemilihan
Presiden Tahun 2016 dan Politik Luar
Negeri Amerika Serikat”. Jurnal
Hubungan Internasional, 5 (2):193-209

Implikasi Rivalitas Amerika Serikat – Republik Rakyat China Terhadap Posisi Kedaulatan Indonesia
(Studi Kasus pada Dinamika Konflik Klaim Wilayah Laut Cina Selatan)
(Rendy Adiwilaga, Prasta Kusumah, Mustabsyirotul Ummah Mustofa)

Anda mungkin juga menyukai