ABSTRAK
Pasca usainya perang dingin dan runtuhnya Uni Soviet, Amerika Serikat sebagai kekuatan tunggal yang
tersisa diramalkan menjadi satu-satunya kekuatan yang mendominasi kekuatan politik dan ekonomi global
selama beberapa dekade setelahnya. Namun, internalisasi dan konsolidasi matang RRC sejak dekade 1970-
an nyatanya pelan-pelan mematahkan asumsi AS sebagai adidaya tunggal. Perlahan bahkan China
menggeser AS sebagai poros utama ekonomi dunia seiring dinamika politik internal AS yang kurang begitu
stabil selama beberapa dasawarsa terakhir. Kedua negara tersebut bahkan dalam beberapa kesempatan
secara terbuka memperlihatkan ketegangan akibat gesekan-gesekan diplomatik dan perebutan hegemoni di
wilayah-wilayah konflik. Salah satu hotspot yang juga menjadi arena pertarungan kedua negara ini ialah
klaim wilayah Laut Cina Selatan. Laut Cina Selatan menjadi “komoditi” strategis karena banyak
menyimpan cadangan mineral besar serta sumber kekayaan laut yang melimpah, sehingga klaim wilayah
banyak melibatkan negara-negara sekitar seperti halnya China, Vietnam, Thailand, dan beberapa wilayah
satelit termasuk di dalamnya Indonesia. Indonesia sebagai salah satu wilayah yang menjadi Choke Point
dua samudera besar yakni Hindia dan Pasifik juga menjadi salah satu negara yang terdampak akibat
memanasnya ketegangan dua negara tersebut. Pada akhirnya, proxy war di berbagai bidang menjadi
implikasi yang paling berdampak jika konflik dua negara besar tersebut terus memanjang selama beberapa
tahun ke depan.
Kata Kunci: Implikasi, Rivalitas AS-Cina, Kedaulatan Indonesia, Klaim Wilayah
ABSTRACT
After the end of the cold war and the collapse of the Soviet Union, the United States as the sole remaining
power was predicted to be the only power that dominated global political and economic power for decades
afterwards. However, the internalization and consolidation of the PRC since the 1970s in fact slowly broke
the assumption of the US as the sole superpower. Slowly, China has even shifted the US as the main axis of
the world economy as the US internal political dynamics have been less stable over the past few decades.
The two countries have even on several occasions openly shown tensions due to diplomatic friction and the
struggle for hegemony in conflict areas. One hotspot that has also become an arena for the two countries
to fight is the South China Sea claim. The South China Sea has become a strategic "commodity" because it
holds large mineral reserves and abundant marine resources so many territorial Indonesia as one of the
regions that are the Choke Point of two large oceans, namely the Indian and Pacific, is also one of the
countries affected by the heating up of tensions between the two countries. At the end, proxy war becomes
the most impactful implication in all aspects if the conflict between the two major countries continues to
extend over the next few years.
Keywords: Implications, US-China Rivalry, Indonesian Sovereignty, Territorial Claims
Doi:10.24198/aliansi.v2i1.44641
30
Nomor eISSN : 2829-1794 Volume 2 No. 1, April 2023 Hal : 29-38
Hongkong, Permasalahan Uyghur, Nuklir Korea pelatihan militer, dan lain-lain yang dapat
Utara, konflik Huawei dengan otoritas AS, dan memastikan perang terus berjalan.
terakhir yang juga masih memanas ialah konflik Sementara kekuasaan kadang-kadang
multilateral di wilayah Laut Cina Selatan. digunakan pemerintah sebagai proksi, aktor
Laut Cina Selatan kemudian menjadi non-negara kekerasan, dan tentara bayaran,
studi kasus yang menarik. Pasalnya, konflik pihak ketiga lainnya yang lebih sering
teritorial tersebut banyak melibatkan beberapa digunakan. (Nurdin, Angga Rachmat: 2015)
negara seperti Cina, Vietnam, Taiwan, Filipina, Dalam konsep in-out groups dan
Malaysia, Brunei Darussalam, dan Indonesia. rivalitas terdapat hipotesis tentang kohesi
Yang menarik, terdapat beberapa negara dalam dan sentralisasi. “The cohesion hypothesis
aspek tertentu sebelumnya saling menguatkan posits that external state threats increase
hubungan diplomatik seperti halnya Vietnam political cohesion within a domestic population.
dengan Cina, pada prosesnya kemudian The centralization hypothesis speculates that
menyeberang ke AS perlahan akibat konflik Laut external threats facilitate state centralization,
Cina Selatan. Di sisi lain, beberapa negara asia thereby expanding government capacities”.
tenggara seperti Malaysia dan Thailand yang Ancaman territorial eksternal membuat
sebelumnya memiliki hubungan erat dengan publik menjadi kurang toleran terhadap
Amerika Serikat, akibat memanasnya kondisi nonkonformis grup dan juga memfasilitasi
politik internal dan kepentingan perdagangan, negara menjadi sentralistik dengan alasan
pada prosesnya kemudian juga membuka diri memperisapkan menghadapi dampak dan
terhadap Cina. Tak terkecuali dengan Indonesia, ancaman dari rivalitas territorial (Bak,
yang dalam beberapa tahun terakhir mulai Chavez, and Rider, 2020).
condong ke arah Cina terutama dalam hal Asumsi teoritik tersebut bisa
kebijakan ekonomi dalam negeri yang melibatkan dipahami dalam konteks Indonesia dalam
kerjasama bilateral. Seperti disebutkan oleh Hart menghadapi rivalitas AS-China karena
and McRae (2015), “Indonesia’s relationship with Indonesia menerapkan politik bebas aktif
China has been subject to sharp shifts, and while dalam kebijakan luar negerinya. Meski
Indonesia seeks to benefit from closer economic demikiran, rivalitas dua negara adidaya
relations with an economically rising China, the rise tersebut pasti memiliki implikasi terhadap
also underscores a persistent wariness in Indonesia kedaulatan bangsa baik dalam skala kecil
that is likely to remain a limiting factor in the bilateral maupun skala besar. Tulisan ini mencoba
relationship”. menganalisa, sekaligus berusaha melakukan
Sementara itu, menurut Hart and McRae upaya forecasting, tentang sejauh mana
(2015), Indonesia juga masih menjalin hubungan implikasi yang ditimbulkan bagi kedaulatan
baik dengan pemerintah Amerika Serikat dan NKRI bertolak dari konflik dua negara besar
berencana mengembangkan hubungan bilateral tersebut.
diantara keduanya, seperti dijelaskan berikut:
“Since independence, Indonesia has maintained a METODE
relatively cooperative and mutually supportive
relationship with the United States. The current
Penelitian ini menggunakan metode
security partnership is limited by Indonesia’s current
operating and strategic capacities, and a desire to kualitatif dengan pendekatan riset studi
maintain a diverse range of cooperative literatur dengan menelaah berbagai sumber
relationships”. literatur mulai dari jurnal, textbook, hingga
Kondisi tersebut membuat Indonesia dokumen-dokumen publikasi lainnya terkait
terjebak dalam posisi proxy war. Perang proxy pembahasan konflik laut Cina Selatan,
sendiri merupakan perang antar negara atau aktor historisitas Cina dan Amerika Serikat, data
non-negara (seperti kelompok pemberontak atau aktual mengenai pertumbuhan ekonomi dan
terror), yang terjadi karena dorongan atau sosial kedua negara, serta sumber primer dan
mewakili pihak lain yang tidak terlibat langsung sekunder pendukung lainnya.
di pertempuran. Pihak lain tersebut harus
memiliki hubungan yang erat dan lama dengan
pihak yang bertikai baik dalam bentuk pendanaan,
Implikasi Rivalitas Amerika Serikat – Republik Rakyat China Terhadap Posisi Kedaulatan Indonesia
(Studi Kasus pada Dinamika Konflik Klaim Wilayah Laut Cina Selatan)
(Rendy Adiwilaga, Prasta Kusumah, Mustabsyirotul Ummah Mustofa)
32
Nomor eISSN : 2829-1794 Volume 2 No. 1, April 2023 Hal : 29-38
pengembangan ilmu pengetahuan (Dam, 2010). Cina pasca keterbukaannya kerap dikritik
Saat ini, Laut China Selatan secara oleh Barat. Ditambah, Cina merupakan mitra
geografis menjadi salah satu jalur pelayaran dagang potensial negara-negara ASEAN
penting yang menghubungkan wilayah Pasifik pasca CAFTA.
dengan wilayah di barat (India, Timur Tengah, Disisi lain, selain mendapat
Afrika) dan juga selatan (Indonesia dan pertentangan dari Negara-negara ASEAN
Australia). Selain merupakan jalur pelayaran yang memiliki kepentingan di Laut China
penting, komoditas sumberdaya alam yang Selatan, klaim RRC atas Garis Dash-9 ini
terkandung di wilayah Laut China Selatan juga juga mendapat tentangan dari Negara-negara
merupakan salah satu komoditas penting kenapa barat yang memiliki kepentingan di wilayah
penguasaan wilayah tersebut diperebutkan oleh Pasifik. Amerika Serikat juga bahkan terlibat
banyak Negara. Laut China Selatan sendiri dalam gesekan tersebut. AS dengan
diprediksi memiliki kandungan cadangan minyak sekutunya merespon klaim RRC ini dengan
sekitar 17,7 Miliar ton dan juga cadangan gas melakukan patroli bersama Negara sahabat
alam sekitar 900 Triliun kubik (Angkasa, 2013). di wilayah Laut China Selatan dengan misi
Senada dengan data di atas, Cina bertajuk #FreeAndOpenIndoPacific dengan
mengklaim melalui risetnya bahwa di dalam Laut tujuan menjaga kebebasan bernavigasi di
Cina Selatan, terdapat cadangan minyak lebih dari kawasan Laut China Selatan.
213 miliar barel, atau dengan kata lain sebesar 10 Mau tidak mau, AS sejatinya perlu
kali lipat cadangan mintak milik Amerika Serikat. memilih di antara dua pilihan dilematis,
Pun halnya Energy Information Administration yakni fokus pada kepentingan domestik atau
(EIA) menginformasikan bahwa cadangan fokus pada keunggulan militer di Kawasan
terbesar tersebut selain minyak mentah, juga tersebut. Gesekan dengan Cina di Laut Cina
terdapat gas alam yang kuantitasnya sama dengan Selatan jelas menjadi tidak terelakkan karena
cadangan minyak milik Qatar dengan perhitungan Cina mengedepankan kepentingan
sebesar 900 kaki kubik. (Roza, Nainggolan, & nasionalnya, yakni klaim territorial Laut
Muhammad, 2013). Cina Selatan (juga timur). Pada akhirnya, AS
Dengan cadangan mineral sebanyak itu, juga terseret karena kepentingan nasional
wilayah Laut China Selatan, khususnya daerah Cina menabrak batas-batas maritim negara
kepulauan Spratly menjadi tempat cadangan aliansi AS di Kawasan Asia Tenggara. Di
minyak terbesar keempat dunia. Belum lagi sisi lain, Cina berupaya menciptakan
sumber daya kelautan lainnya seperti ikan dan kekuatan Angkatan laut yang mampu
juga potensi wisata bahari yang menggiurkan, menyaingi Angkatan Laut AS dan negara
membuat wilayah ini kini menjadi ajang rebutan aliansinya. Kontrol atas wilayah maritime
negara-negara yang memiliki kepentingan disana. yang diperebutkan ini juga pada akhirnya
Seiring dengan godaan sumber potensi menyebabkan peningkatan ketegangan
tersebut, ekskalasi konflik di hampir 20 terakhir dengan AS (Bendini, 2016).
juga mengalami kenaikan walaupun konflik Laut Beberapa kali Cina telah
Cina Selatan masih masuk pada kategori rendah menunjukkan psy war guna mengendalikan
dari aspek potensi konflik. Hal tersebut dapat Laut Cina Selatan dengan melakukan
dilihat dari peristiwa-peristiwa gesekan terbuka di reklamasi atau pembangunan pulau
perairan hingga di arbitrase internasional. Saling buatanserta pembangunan pangkalan militer
cegat kapal patroli. Cina kemudian mengajukan baru di wilayah tersebut. Cina melihat nilai
peta nine dash lines kepada PBB pada tahun 2009, strategis wilayah Laut Cina Selatan sebagai
namun ditentang oleh Filipina, Malaysia, hingga sarana untuk mencegah strategi
Indonesia. Per tahun 2016, Pengadilan Tetap pengepungan AS. Klaim ini dapat
Arbitrase (PCA) di Den Haag memutuskan bahwa menimbulkan berbagai ketegangan tidak
Cina tidak memiliki hak sejarah terhadap Laut hanya dengan AS tetapi juga akan
Cina Selatan. Namun selepas Duterte memimpin membahayakan hubungan Cina dengan
Filipina, protes tersebut melunak. Hal tersebut negara tetangganya. Klaim teritorial ini
juga diikuti oleh negara-negara tetangga. menyiratkan adanya tabrakan kepentingan
Thailand bahkan lebih membuka diri terhadap langsung dengan beberapa sekutu terdekat
Implikasi Rivalitas Amerika Serikat – Republik Rakyat China Terhadap Posisi Kedaulatan Indonesia
(Studi Kasus pada Dinamika Konflik Klaim Wilayah Laut Cina Selatan)
(Rendy Adiwilaga, Prasta Kusumah, Mustabsyirotul Ummah Mustofa)
34
Nomor eISSN : 2829-1794 Volume 2 No. 1, April 2023 Hal : 29-38
Shandong (17). Mereka juga sedang menunggu Ancaman pengaruh tersebut bisa
kehadiran kapal induk ketiga mereka yang terus berkembang menjadi sebuah ancaman
diprediksi akan segera uji laut beberapa waktu perang proxy apabila situasi di kawasan Laut
lagi. China Selatan semakin memanas. Ancaman
Menghadapi ancaman ini, Amerika perang proxy bukan semata prediksi, namun
Serikat berencana untuk mengaktifkan kembali memang nyata adanya. Di Timur Tengah
satu Armada Laut mereka, US 1st Fleet yang misalnya, terjadi perang proxy di beberapa
rencananya akan beroperasi di wilayah antara Negara paska terjadinya peristiwa Arab
Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Karena Spring. Di Suriah, konflik kepentingan
itu kekuatan US 1st Fleet ini kemungkinkan besar Antara pemerintah Bashar Al-Assad dengan
akan ditempatkan Singapura, apalagi Changi sekutunya Rusia, melawan kelompok oposisi
Naval Port memiliki fasilitas yang FSA yang didukung oleh Turki dan kekuatan
memungkinkan untuk menampung kapal-kapal Barat lainnya seperti Amerika dan Perancis.
besar Amerika Serikat termasuk kapal induk Kemelut konflik di Timur Tengah juga
mereka. (Khan, 2021). menjadi semakin “runyam” ketika kelompok
Meningkatnya persaingan militer Antara ekstrimis, seperti ISIS ikut terjun kedalam
Amerika Serikat dan RRC juga menimbulkan konflik di Timur Tengah.
pola ancaman baru terhadap sistem pertahanan Melihat realitas tersebut, ancaman
Indonesia. Indonesia yang merupakan salah satu proxy war memang menghantui berbagai
negara dikawasan ASEAN yang memiliki Negara. Apalagi di Negara dengan letak dan
perbatasan langsung dengan Laut China Selatan, sumberdaya nya yang strategis seperti
ditambah lagi Indonesia yang merupakan Negara Indonesia. Bila salah langkah, Indonesia bisa
netral menjadi Negara yang berada dipusaran terjebak diantara proxy war antara dua
konflik Antara kedua Negara tersebut. Netralitas kepentingan besar yang bermain dalam
ini membuat kedua Negara besar tersebut terus kasus konflik di Laut Cina Selatan, Antara
berusaha menanamkan pengaruh yang luas di Amerika dan RRC. Apalagi kedua Negara
Indonesia. RRC dengan kekuatan ekonominya sudah mulai menanamkan “investasi” nya di
terus menawarkan bantuan investasi keuangan Indonesia. Selain di Indonesia, Amerika
kepada Indonesia. Di sisi lain Amerika dengan Serikat sendiri malah lebih agresif dengan
kekuatan industri militernya yang kuat menjalin banyak kerjasama militer dengan
menawarkan bantuan kerja sama militer dengan Negara lainnya di ASEAN yang telah
memberikan penawaran akuisisi terhadap menjadi sekutunya seperti Singapura dan
peralatan tempur canggih terbaru dari Amerika Filipina. Lebih dalam lagi, Amerika Serikat
Serikat seperti, F-15EX Strike Eagle, F-16V sendiri malah menjalin hubungan yang
Viper, hingga pesawat tiltrotor MV-22 Osprey. semakin mesra dengan mantan musuhnya
Masing-masing Negara yang yakni Vietnam. Wacana tersebut semakin
memberikan bantuan ini memiliki efek tersendiri. mengemuka paska rencana kunjungan wakil
Dalam perspektif Geopolitik dan Geostrategi, ada presiden AS, Kemala Harris, ke Singapura
beberapa hal yang perlu dicermati. Kondisi dan Vietnam dengan agenda khusus
Indonesia yang memiliki posisi strategis dalam pembahasan perihal keamana global,
konflik Laut China Selatan dan kekayaan sumber tanggap covid-19, perubahan iklim, dan
daya alam yang terkandung dalam perut bumi ibu promosi aturan yang dirumuskan untuk
pertiwi ini menjadikan Indonesia target incaran diimplementasikan dunia internasional.
banyak Negara untuk menanamkan pengaruhnya Bahkan, menguat pula wacana bahwa
disini. Amerika Serikat dan RRC sudah sendiri kunjungan kenegaraan Harris ditujukan
melakukan investasi-investasi mereka di untuk menggalang dukungan internasional
Indonesia dengan cara nya masing-masing. dalam rangka menangkal pengaruh Cina
Datangnya banyak pengaruh asing ini menjadi hal yang semakin besar (Sekarwati, 2021).
yang harus dicermati oleh pemerintah dalam Banyaknya Negara ASEAN yang
menentukan kebijakan strategis guna memiliki keterikatan dengan Negara-negara
mempertankan kadaulatan Indonesia sebagai barat yang dinilai memiliki musuh bersama
salah satu Negara netral di kawasan Asia-Pasifik. secara politis geografis, yaitu RRC,
Implikasi Rivalitas Amerika Serikat – Republik Rakyat China Terhadap Posisi Kedaulatan Indonesia
(Studi Kasus pada Dinamika Konflik Klaim Wilayah Laut Cina Selatan)
(Rendy Adiwilaga, Prasta Kusumah, Mustabsyirotul Ummah Mustofa)
36
Nomor eISSN : 2829-1794 Volume 2 No. 1, April 2023 Hal : 29-38
menjadikan RRC juga mencari mitra strategis destabilasi politik yang lebih besar di
yang bisa mendukungnya ketika kelak terjadi Jakarta. Kehilangan wilayah Papua akan
konflik terbuka di kawasan Laut China Selatan. memicu kejadian tahun 1999 terulang
Berbeda dengan Negara ASEAN lainnya seperti kembali ketika presiden BJ Habibie harus
Singapura, Malaysia, dan Filipina, Indonesia turun dari jabatannya setelah kehilangan
merupakan salah satu Negara netral yang tidak wilayah Timor Leste. Hilangnya Papua juga
memiliki perjanjian aliansi pertahanan dengan disinyalir akan menghidupkan lagi asa
Negara barat, seperti Amerika Serikat. Karena merdeka dari beberapa wilayah yang rawan
netralitas inilah Indonesia menjadi salah satu terjadinya gerakan separatisme seperti di
Negara yang berpontensi menjadi mitra RRC ini, Maluku Selatan dan juga Aceh.
mengingat posisi Indonesia yang strategis, Ancaman proxy juga tidak datang
ditambah Indonesia merupakan Negara yang dari daratan Papua. Bila terjadi perang proxy
memiliki hubungan ekonomi yang kuat dengan di Indonesia, ancaman juga bisa tercipta dari
RRC. RRC sendiri telah menanamkan banyak beberapa Ormas Keagamaan yang menjadi
investasi mereka di Indonesia, seperti contoh oposan pemerintah. Bahkan, beberapa waktu
proyek pembangunan kereta cepat Bandung – lalu pernah terjadi kasus dimana ada staff
Jakarta yang berada dibawah naungan PT KCIC. kedutaan besar Jerman, yang dicurigai
Harmonisnya hubungan Antara RRC dan sebagai agen intelijen Jerman, BND,
Indonesia sendiri menjadi sorotan Negara Barat terpantau sedang mengunjungi sebuah
termasuk Amerika Serikat. Amerika Serikat markas besar Ormas Keagamaan di daerah
sendiri memiliki kepentingan ekonomi yang Petamburan, Jakarta. Issue politik konflik
sangat besar di Indonesia, termasuk pengelolaan Antara agama dan komunis bisa saja
tambah yang dilakukan oleh PT Freeport di dimainkan kembali apabila perang proxy di
Papua. Issue Papua ini juga menjadi salah satu Indonesia ingin dilakukan. Apalagi, RRC
ancaman, dimana proxy war di Indonesia bisa saja merupakan salah satu simbol Negara dengan
meledak disana. Dalam menanggapi ekspansi ideologi Komunis yang masih tersisa di
pengaruh RRC yang makin bergerak ke Selatan, Dunia saat ini. Investasi dalam bentuk
Amerika Serikat sendiri melakukan langkah apapun oleh pemerintah RRC, akan
antisipasi untuk melindungi kepentingannya di ditanggapi oleh simpatisan organisasi
Indonesia, khususnya di Papua. Sebagai contoh, keagaaman tersebut sebagai salah satu
mereka mendirikan pangkalan Marinir baru di bentuk dukungan pemerintah Indonesia
wilayah Darwin, Australia Utara yang memiliki kepada ideologi komunisme.
jarak sangat dekat dengan pulau Papua. Satu
brigade tempur marinir Amerika berkekuatan SIMPULAN
tempur sekitar 2500 pasukan telah ditempatkan di
pangkalan udara Darwin sejak tahun 2012 silam. Implikasi dari rivalitas AS-Cina
Selain mengirimkan Marinir ke Australia, terhadap Kedaulatan Indonesia harus
Negara Barat juga memainkan taktik politis nya mendapat perhatian secara serius. Proxy war
yang bisa menjadi kartu ancaman bagi terciptanya merupakan ancaman nyata dan paling
proxy war di Indonesia. Sebagai contoh lagi, hegemonik sebagai implikasi dari konflik
aktivis Organisasi Papua Merdeka, banyak yang dingin dua negara besar seperti AS dan Cina.
mendapat suaka di negara-negara sekutu Amerika Maka dari itu, pemerintah Indonesia harus
Serikat seperti Inggris dan Australia. Mereka bisa memainkan perannya dengan baik agar
memainkan banyak peran politis dikancah netralitas Indonesia bisa tetap terjaga dan
Internasional yang mengkampanyekan bahwa ada terhindar dari ancaman perang Proxy ini. Si
“penjajahan” yang dilakukan oleh bangsa Vis Pacem Parabellum, Indonesia harus siap
Indonesia ditanah Papua. Ini merupakan ancaman berperang apabila ingin damai. Siap perang
serius bagi keutuhan NKRI, karena bila Negara- disini dimaksudkan adalah, Indonesia harus
negara barat mendukung secara aktif para aktivis memiliki kekuatan militer yang kuat dan
OPM tersebut, Papua sendiri bisa dilanda dapat mendukung aktivitas diplomasi
destabilasi yang sangat hebat. Impilkasinya paling Indonesia dikancah Internasional yang bisa
berat adalah Indonesia bisa kehilangan wilayah menjaga netralitas Negara ini dan terhindar
Papua, dimana kehilangan ini akan memicu dari ancaman perang proxy.
Implikasi Rivalitas Amerika Serikat – Republik Rakyat China Terhadap Posisi Kedaulatan Indonesia
(Studi Kasus pada Dinamika Konflik Klaim Wilayah Laut Cina Selatan)
(Rendy Adiwilaga, Prasta Kusumah, Mustabsyirotul Ummah Mustofa)
37 Nomor eISSN : 2829-1794 Volume 2 No. 1, April 2023 Hal : 29-38
Implikasi Rivalitas Amerika Serikat – Republik Rakyat China Terhadap Posisi Kedaulatan Indonesia
(Studi Kasus pada Dinamika Konflik Klaim Wilayah Laut Cina Selatan)
(Rendy Adiwilaga, Prasta Kusumah, Mustabsyirotul Ummah Mustofa)