Anda di halaman 1dari 6

NAMA : NUR AFIAD SYAMIAJAYA, S.

Tr(Han)
NIM : 2260128008
PRODI : HUBUNGAN INTERNASIONAL

KETEGANGAN KONFLIK HUBUNGAN INTERNASIONAL YANG TERJADI DI


NEGARA NEGARA DI ASIA TIMUR

Pendahuluan
Kawasan Asia Timur merupakan ajang pertarungan negara-negara besar sejak
sebelum Perang Dunia I. Pada era kolonialisme kekuatan dari Eropa bertarung memecah
belah China. Inggris, Jerman, Belanda dan Portugal adalah beberapa negara yang ikut
memasuki kawasan Asia dalam rangka misi imperialismenya. Bahkan sebagian besar
kawasan Asia Timur jatuh ke tangan kolonial mulai dari Asia Tenggara sampai dengan China.
Ketika pecah Perang Dunia II, negara-negara besar bertarung kembali memperebutkan jalur
strategis dan sumber daya alam yang kaya di kawasan ini. Tidak hanya itu bahkan banyak
negara berpindah tangan dari satu penjajah ke penjajah lain. Menjelang pecah Perang Dunia
II, peta politik internasional terbagi ke dalam kekuatan sekutu Amerika Serikat-Inggris-
Perancis berhadapan dengan poros Jepang-Jerman. Dampak persaingan itu sangat kuat.
Jepang menguasai Asia dengan dalih membebaskan diri dari kekuasaan Eropa. Tetapi pada
kenyataannya, Jepang memperlakukan bangsa Asia sebagai daerah jajahan. Di Eropa, Jerman
berambisi menguasai Eropa dengan menjajah Perancis, Cekoslovakia, Polandia dan bahkan
akan menguasai Rusia. Setelah Perang Dunia II, Asia Timur menyaksikan Perang Dingin
yang menakutkan. Kawasan ini terbelah dua besar plus dengan negara netral yang bergabung
ke dalam Gerakan Non Blok. Satu kubu terang-terangan dan menjalin aliansi dengan Barat.
Kubu lain-lain memilih berpaling ke Uni Soviet untuk memenuhi kepentingan nasional
masing-masing. Dengan perjalanan historis yang sedemikian panasnya di kawasan Asia,
maka pada masa pasca Perang Dingin pun tidak terkecuali menjadi ajang perebutan
pengaruh. Namun demikian aktor-aktornya mengalami perubahan meskipun tidak begitu
drastis.

Hubungan internasional di kawasan Asia Timur telah menjadi perhatian utama dalam
lima tahun terakhir. Dinamika kompleks dan perubahan cepat dalam geopolitik, ekonomi, dan
keamanan telah menciptakan lingkungan yang penuh tantangan di kawasan ini. Persaingan
kuat antara kepentingan nasional, sejarah yang rumit, dan upaya untuk mencapai stabilitas
regional menjadi ciri khas hubungan internasional di Asia Timur. Dalam essai ini, kami akan
mengeksplorasi beberapa isu kunci yang telah mempengaruhi hubungan internasional di
kawasan ini selama lima tahun terakhir. Kami akan menganalisis perkembangan terbaru
dalam pertentangan geopolitik, ancaman nuklir, tantangan sejarah, serta upaya-upaya kerja
sama ekonomi. Dengan demikian, esai ini bertujuan untuk memberikan wawasan mendalam
tentang dinamika hubungan internasional yang kompleks di Asia Timur.

Isi
Hubungan internasional di Asia Timur merupakan kawasan yang dipenuhi dengan
dinamika yang kompleks dan beragam. Berbagai negara dengan latar belakang budaya,
politik, dan ekonomi yang berbeda-beda berinteraksi dalam kerangka geopolitik yang sering
kali penuh tantangan. Beberapa isu utama yang mempengaruhi hubungan internasional di
kawasan ini meliputi:

1. Persaingan Geopolitik: Persaingan antara kekuatan besar seperti Tiongkok dan


Amerika Serikat, serta kepentingan nasional negara-negara lain, menciptakan
ketegangan dalam bidang politik, keamanan, dan ekonomi. Isu-isu perbatasan, klaim
wilayah, dan konflik sumber daya seringkali memainkan peran penting dalam
hubungan antara negara-negara di kawasan ini.
2. Krisis Nuklir Korea Utara: Uji coba senjata nuklir dan peluncuran rudal oleh Korea
Utara telah meresahkan stabilitas di kawasan ini. Tanggapan internasional terhadap
ancaman nuklir ini melibatkan diplomasi, sanksi ekonomi, dan upaya-upaya untuk
mencapai denuklirisasi.
3. Konflik Sejarah dan Identitas: Hubungan antara beberapa negara di Asia Timur
dipengaruhi oleh sejarah yang rumit dan sengketa identitas nasional. Sengketa seperti
antara Jepang dan Korea Selatan mengenai peristiwa-peristiwa masa lalu terus
menghambat kerja sama dan memicu ketegangan.
4. Ekonomi dan Perdagangan: Kawasan Asia Timur memiliki ekonomi yang kuat dan
beragam. Upaya untuk memperdalam integrasi ekonomi melalui perjanjian
perdagangan dan kerja sama regional, seperti Perjanjian Kemitraan Trans-Pasifik
(CPTPP) dan Inisiatif Sabuk dan Jalan, memainkan peran penting dalam membentuk
hubungan internasional di kawasan ini.
5. Isu Lingkungan dan Keberlanjutan: Tantangan lingkungan seperti perubahan iklim,
polusi, dan keberlanjutan sumber daya alam menjadi isu global yang juga
mempengaruhi hubungan internasional di Asia Timur. Negara-negara di kawasan ini
perlu bekerja sama untuk mengatasi dampak lingkungan yang semakin meningkat.

Dalam menghadapi isu-isu tersebut, diplomasi, dialog, dan kerja sama regional memiliki
peran yang krusial dalam mencapai stabilitas dan kemajuan di Asia Timur. Meskipun terdapat
tantangan yang signifikan, ada juga peluang untuk membangun hubungan yang lebih baik
dan berkelanjutan di kawasan ini. Selama lima tahun terakhir, Asia Timur telah menjadi
panggung utama persaingan geopolitik yang intens. Pertentangan di Laut China Selatan
antara Tiongkok dan negara-negara ASEAN, serta peran Amerika Serikat dalam konflik
tersebut, telah memicu ketegangan di kawasan ini. Permasalahan terkait klaim wilayah,
sumber daya alam, dan hak navigasi telah menjadi sumber konflik yang terus berkembang.

Di tengah persaingan geopolitik ini, Korea Utara juga telah memainkan peran sentral
dalam isu-isu keamanan regional. Uji coba senjata nuklir dan peluncuran rudal oleh Korea
Utara telah mengguncang stabilitas dan mendorong tanggapan internasional yang keras,
termasuk sanksi ekonomi yang lebih ketat dan upaya diplomasi yang berkelanjutan. Korea
Utara telah memainkan peran sentral dalam isu-isu keamanan regional di Asia Timur. Negara
ini telah menjadi pusat perhatian dalam hal ancaman nuklir dan ketegangan yang
mempengaruhi stabilitas di kawasan tersebut. Uji coba senjata nuklir dan peluncuran rudal
oleh Korea Utara telah mengundang reaksi internasional yang kuat dan meningkatkan risiko
konflik di kawasan ini. Tindakan semacam itu telah meresahkan negara-negara tetangga dan
mendorong upaya diplomatik untuk mencari solusi yang dapat meredakan ketegangan.
Respons terhadap ancaman nuklir Korea Utara melibatkan berbagai tindakan, termasuk
sanksi ekonomi yang diberlakukan oleh PBB dan beberapa negara, serta upaya diplomasi
untuk mencapai denuklirisasi Semenanjung Korea. Negosiasi antara Korea Utara, Korea
Selatan, Tiongkok, Jepang, Rusia, dan Amerika Serikat telah berlangsung dalam berbagai
format untuk mencari jalan keluar yang aman dan stabil. Isu ini juga telah membentuk
dinamika keamanan di kawasan tersebut dan mempengaruhi persepsi mengenai stabilitas dan
ketidakpastian. Kemampuan Korea Utara dalam mengembangkan senjata nuklir dan
teknologi rudal jarak jauh memiliki implikasi yang luas terhadap hubungan internasional di
Asia Timur dan lebih jauh lagi. Dengan demikian, peran sentral Korea Utara dalam isu-isu
keamanan regional adalah faktor penting yang terus memainkan peran besar dalam
membentuk dinamika hubungan internasional di Asia Timur selama beberapa tahun terakhir.
Konflik sejarah antara Jepang dan Korea Selatan juga terus membayangi hubungan
internasional di Asia Timur. Sengketa terkait peristiwa-peristiwa masa lalu telah menghambat
kerja sama ekonomi dan keamanan antara kedua negara. Tantangan ini menunjukkan bahwa
penyelesaian konflik sejarah tetap menjadi prioritas yang belum terselesaikan. Sengketa ini
telah mengakibatkan ketegangan politik dan emosi yang tinggi antara kedua negara.
Ketidaksepakatan mengenai bagaimana peristiwa-peristiwa ini harus diakui dan diberikan
penyelesaian telah menghambat kemajuan hubungan bilateral dan kerja sama di berbagai
bidang, termasuk ekonomi. Ketegangan sejarah ini telah mempengaruhi hubungan ekonomi
dan perdagangan antara Jepang dan Korea Selatan. Sanksi-sanksi ekonomi dan berbagai
pembatasan perdagangan telah diberlakukan oleh kedua belah pihak sebagai akibat dari
konflik ini. Hal ini berdampak pada aliran perdagangan dan investasi di kawasan tersebut.
Upaya-upaya untuk mengatasi konflik sejarah ini melalui dialog dan diplomasi telah
berlangsung, tetapi seringkali belum mencapai hasil yang signifikan. Konflik sejarah ini juga
mengingatkan kita akan pentingnya penyelesaian sejarah yang adil dan menghormati
perasaan dan kenangan masyarakat yang terkena dampak. Dalam kesimpulannya, konflik
sejarah antara Jepang dan Korea Selatan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
hubungan internasional di Asia Timur. Konflik ini telah merentang dalam jangka waktu yang
lama dan mencerminkan pentingnya memahami dan mengatasi beban sejarah dalam rangka
mencapai kerja sama dan stabilitas yang lebih besar di kawasan ini.

Namun, dalam lima tahun terakhir, perkembangan ekonomi dan perdagangan juga telah
menjadi faktor penting dalam hubungan internasional di kawasan ini. Inisiatif Sabuk dan
Jalan yang dipimpin oleh Tiongkok telah membentuk kerangka kerja sama ekonomi yang
luas, menghubungkan negara-negara Asia Timur dengan jaringan infrastruktur yang ambisius.
Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI), yang juga dikenal sebagai Belt and Road Initiative (BRI)
atau One Belt One Road (OBOR), merupakan proyek skala besar yang digagas oleh
pemerintah Tiongkok pada tahun 2013. Bagi Tiongkok OBOR merupakan rencana untuk
membangun kembali jalur ekonomi Tiongkok baik melalui darat maupun melalui laut.
Kebijakan OBOR ini dirancang untuk meningkatkan konektivitas dan interaksi ekonomi antar
benua Asia, Eropa dan Afrika. Ketikan nantinya kebijakan OBOR ini telah selesai, kedua rute
perdagangan akan melintasi daerah yang merupakan rumah bagi hampir dua pertiga populasi
dunia dan menghasilkan hampir sepertiga Produk Domestik Bruto dunia. Selain berfokus
pada tujuan internasional, kebijakan OBOR juga memiliki fokus domestik yang signifikan.
Tiongkok percaya bahwa membuka jalur perdagangan ke pasar baru melalui kebijakan
OBOR akan menopang pertumbuhan ekonomi Tiongkok dalam jangka waktu yang lama di
masa yang akan datang. Sementara itu kebijakan OBOR juga dapat meningkatkan standar
hidup sebagian besar penduduk Tiongkok

BRI terdiri dari dua komponen utama, yaitu Jalur Sabuk (Silk Road Economic Belt) dan Jalur
Jalan (21st Century Maritime Silk Road):
1. Jalur Sabuk (Silk Road Economic Belt): Merupakan jaringan jalur darat yang
menghubungkan Tiongkok dengan Eropa melalui Asia Tengah dan Timur Tengah. Ini
mencakup pembangunan jaringan transportasi darat, termasuk jalan raya, rel kereta
api, dan pipa gas, untuk memfasilitasi perdagangan dan mobilitas.
2. Jalur Jalan (21st Century Maritime Silk Road): Merupakan jaringan jalur laut yang
menghubungkan pelabuhan di Tiongkok dengan pelabuhan-pelabuhan di Asia Selatan,
Asia Tenggara, dan Afrika. Tujuannya adalah meningkatkan arus perdagangan
maritim dan kerja sama ekonomi di kawasan tersebut.

BRI melibatkan berbagai proyek infrastruktur, termasuk pembangunan pelabuhan,


bandara, jalur kereta api, jaringan pipa, dan fasilitas energi. Inisiatif ini bertujuan untuk
merangsang pertumbuhan ekonomi, meningkatkan konektivitas, dan memfasilitasi
perdagangan lintas batas. Meskipun BRI telah menerima dukungan dari beberapa negara dan
dianggap sebagai peluang bagi pembangunan ekonomi dan integrasi regional, inisiatif ini
juga menuai kritik. Beberapa keprihatinan mencakup transparansi proyek, dampak
lingkungan, tanggung jawab utang negara-negara penerima investasi, serta pengaruh
geopolitik Tiongkok dalam skala global. Dalam keseluruhan, Inisiatif Sabuk dan Jalan
memiliki potensi untuk membentuk dinamika hubungan internasional, ekonomi, dan
geopolitik di wilayah-wilayah yang terlibat. Namun, dampak dan hasilnya masih akan terus
berkembang seiring berjalannya waktu.

Penutup
Dalam lima tahun terakhir, hubungan internasional di Asia Timur telah mencerminkan
dinamika yang kompleks dan tantangan yang beragam. Persaingan geopolitik, ancaman
nuklir, sejarah yang rumit, dan upaya kerja sama ekonomi merupakan beberapa isu utama
yang telah memengaruhi kawasan ini. Meskipun terdapat ketegangan dan perbedaan yang
signifikan, penting untuk diakui bahwa upaya-upaya diplomasi dan kerja sama regional juga
telah berperan dalam membentuk dinamika hubungan internasional yang lebih stabil dan
konstruktif di Asia Timur. Dengan pemahaman yang mendalam tentang isu-isu ini, kita dapat
mengantisipasi perkembangan lebih lanjut dalam hubungan internasional di kawasan ini dan
mencari solusi yang berkelanjutan untuk mencapai stabilitas dan kemajuan.

Daftar pustaka
1. Setiawan, Asep. 2019. Hubungan Internasional di Asia Timur. Jakarta: FISIP UMJ.
2. Wangke, Humphrey. (2015). Penguatan Pengaruh Tiongkok di Kawasan Asia
3. Cha, Changhoon. (2017). China’s Westward March: Strategic Views of One Belt One
Road. The Korean Journal of International Studies 15, 3.

Anda mungkin juga menyukai