TEMA:
LAUT NATUNA/LAUT CINA SELATAN: KETEGANGAN REGIONAL
1. Pengantar.
Menjelang akhir kuartal pertama Abad ke-21, Asia berada di tengah-tengah
transformasi bersejarah, dan seluruh dunia beralih untuk melihat apa yang akan terjadi
selanjutnya. Ini sedang menuju untuk mendapatkan kembali kedudukan ekonomi
dominan yang pernah dipegangnya 300 tahun yang lalu sebelum Revolusi Industri,
sehingga memunculkan Abad ke-21 yang dikenal sebagai 'Abad Asia'. Dari 48 negara
yang termasuk dalam Asia; mulai dari Turki hingga Jepang dan dari Rusia hingga
Indonesia, hanya 19 negara yang termasuk dalam Asia Timur1 dan Asia Tenggara, 2
dan semuanya memiliki budaya, sistem politik, bahasa, dan ekonomi yang berbeda.
Bersama-sama mereka mendirikan lebih dari 47% penduduk dunia, dengan 60%
perdagangan maritim dunia melewati perairannya. Itu adalah ekonomi regional
terbesar di dunia dan Produk Domestik Brutonya sekarang melebihi negara-negara
lain di seluruh dunia, menyumbang 60% dari total pertumbuhan ekonomi global”. 3
Dalam pertumbuhan ini yang luar biasa, ada sejumlah tantangan keamanan
regional muncul yang berdampak pada semua negara-negara di seluruh wilayah ini.
Akibatnya, kebangkitan Asia masih belum terjamin.4 Pembangunan, teknologi, dan
globalisasi semakin menyatu dengan cepat, dan kesuksesan Asia yang berkelanjutan
1
Cina, Hong Kong, Jepang, Korea Utara, Korea Selatan, Mongolia dan Taiwan
2
Brunei, Burma, Kamboja, Timor-Leste, Indonesia, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam
3
“In 2020 Asia Will Have the World’s Largest GDP. Here’s What That Means,” World Economic Forum, 20
Dec 2019. https://www.weforum.org/agenda/2019/12/asia-economic-growth/
4
“Asia 2050: Realizing the Asian Century Executive Summary,” Asian Development Bank, 2011, 3.
ADBhttps://www.adb.org/sites/default/files/publication/28608/asia2050-executive-summary.pdf
mengharuskan negara-negara mengadopsi pola pertumbuhan yang baru, sementara
sekaligus menyelesaikan berbagai persoalan keamanan yang sangat sulit baik dalam
sejarah maupun politis. Pertumbuhan ekonomi di Asia terus berlanjut membentuk
kembali lanskap strategis kita, dan bagaimana negara berperilaku secara global dan
bertindak untuk menemui tantangan bersama sangat penting bagi setiap negara di
wilayah ini. Sementara isu-isu seperti terorisme dan ketidakstabilan Semenanjung
Korea tetap menjadi tantangan, ada satu isu yang mendominasi sebagian besar
diskusi tentang Asia, dan itu adalah agresi Cina di Laut Natuna/Laut Cina Selatan.
Konflik Laut Natuna/Laut Cina Selatan ialah konflik yang terjadi di kawasan
Laut Natuna/Laut Cina Selatan yang disebabkan oleh klaim beberapa negara yang
berada di kawasan ini. Konflik ini semakin memburuk dengan tindakan Cina yang
mengklaim seluruh kawasan dan menyebabkan negara-negara yang merasa memiliki
hak di kawasan ini melakukan protes. Konflik ini muncul pasca perang dunia kedua
dan terus berlanjut hingga saat ini. Negara-negara yang terlibat pada konflik ini antara
lain; Cina,Taiwan dan beberapa negara ASEAN seperti Vietnam, Filipina, Malaysia
dan Brunei Darusalam. Laut Natuna/Laut Cina Selatan telah menjadi titik penentu
dalam politik internasional, dengan enam negara bersengketa mengenai garis
perbatasan dan mempengaruhi negara-negara lain dalam kaitannya dengan
kebebasan navigasi di perairan. Selanjutnya, masuknya Amerika Serikat dalam
perdebatan tentang pengaruh Cina di wilayah tersebut dan kebebasan navigasi terus
membuat marah Cina yang melihat Amerika berusaha menghentikan kemajuan
nasional mereka.
Perekonomian Cina adalah terbesar kedua di dunia dan adalah mitra dagang
terpenting untuk sebagian besar ekonomi kawasan dan investor besar, termasuk
dalam infrastruktur. Modernisasi militer Cina dengan cepat meningkatkan kemampuan
kekuatan militer dan tujuan strategisnya adalah reunifikasi Cina dengan Taiwan dan
mengamankan rantai pasok globalnya. Cina memiliki kekuatan angkatan laut dan
udara terbesar di Asia dan penjaga pantai terbesar di dunia. Selanjutnya, Cina
memiliki dua kapal induk, kemampuan ruang angkasa dan masih menjadi kekuatan
nuklir. Cina akan mencari cara untuk mempengaruhi wilayah agar sesuai dengan
kepentingan wilayahnya, mengakibatkan sejumlah faktor yang kini memaksa negara-
negara menghadapi kawasan yang semakin kompleks dan semakin diperebutkan.
Itu efek majemuk dari pertumbuhan Cina yang mempercepat pergeseran
keseimbangan bobot ekonomi dan strategis. Di beberapa wilayah Asia, termasuk di
Asia Tenggara, kekuatan dan pengaruh Cina tumbuh untuk menyamai, dan dalam
banyak kasus melebihi, dari Amerika Serikat. Perselisihan perbatasan laut dan darat
akan terus berlanjut membuat gesekan karena wilayah laut dan udara ini menjadi lebih
diperebutkan. Kebebasan navigasi adalah juga tantangan di beberapa wilayah dan
kekuatan ekonomi juga digunakan sebagai tujuan strategis. Isu Laut Natuna / Laut
Cina Selatan berpotensi tinggi untuk meningkat cepat menjadi perang regional atau
global, seolah-olah Amerika Serikat tetap yang paling negara kuat tetapi dominasinya
yang lama atas tatanan internasional kini ditantang langsung oleh Cina.
Keseimbangan kekuatan masa depan di Asia akan sangat tergantung pada tindakan
Amerika Serikat, Cina, dan kekuatan utama yang lain seperti Jepang dan India, yang
ekonomi utama dan kekuatan militernya juga semakin memainkan peran yang lebih
kuat dalam masalah keamanan dan politik Asia dan berupaya mempengaruhi
keseimbangan tatanan regional. Tanggapan dari negara-negara besar di Asia
Tenggara, juga akan menjadi sangat penting, termasuk baik ASEAN maupun
Indonesia sebagai mitra terbesarnya yang juga terlibat langsung dalam isu ini,
khususnya karena perairan Pulau Natuna juga diklaimkan oleh Cina. Ini adalah
masalah multilateral yang ditolak oleh Cina. Alih-alih Cina lebih memilih untuk
berurusan dengan masing-masing negara secara sepihak, dan dengan demikian,
menjadi semakin agresif karena negara lain menolak klaim mereka dan sekaligus
bersaing juga untuk melindungi kedaulatan nasional negara mereka masing-masing.
Selanjutnya, pada tahun 2024 ada dua pemilu yang penting dan mungkin akan
mempengaruhi langkah berikut Cina yang mana ada pemilu baik Amerika Serikat
maupun Taiwan. Dalam lingkungan yang dinamis ini, persaingan lebih intensif, kerja
sama menurun, dan dunia semakin dekat dengan konflik.
Dengan demikian dapat dilihat bahwa isu agresi Cina di Laut Natuna/ Laut Cina
Selatan merupakan masalah regional dan global. Perang mungkin terjadi dan
kedaulatan nasional semua negara di sekitar Laut Natuna/Laut Cina Selatan terancam
oleh tindakan Cina. Oleh karena itu, penting untuk memahami asal-usul masalah, apa
yang dapat dilakukan oleh negara-negara untuk menyelesaikan masalah, dan apa
skenario-skenario yang mungkin untuk penyelesaian akhir masalah ini.
2. Penugasan.
1) Metode : Diskusi
2) Alokasi waktu :