Anda di halaman 1dari 12

e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha

Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)

PERAN INDONESIA DALAM PENYELESAIAN SENGKETA


INTERNASIONAL DI LAUT CINA SELATAN

Luh Gde Citra Sundari Laksmi1, Dewa Gede Sudika Mangku2, Ni Putu Rai
Yuliartini3

Program Studi Ilmu Hukum


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: {citrasundari21@gmail.com, dewamangku.undiksha@gmail.com,


raiyuliartini@gmail.com}

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui dan menganalisa faktor penyebab terjadinya
sengketa di Laut China Selatan dan (2) untuk mengetahui upaya pemerintah Indonesia dalam
penyelesaian sengketa Internasional di Laut Cina Selatan. Adapun jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian hukum normatif, dengan menggunakan pendekatan perundang-
undangan, pendekatan kasus, dan pendekatan konseptual. Bahan Hukum yang digunakan
yaitu bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Teknik pengumpulan bahan hukum
menggunakan teknik penelitian kepustakaan. Teknik analisis bahan hukum yang digunakan
yaitu teknik deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) penyebab sengketa di Laut China
Selatan adalah wilayah Laut Tiongkok Selatan terjadi karena adanya wilayah perebutan
kepentingan ekonomi, strategi, dan politik oleh negara-negara tersebut. Konflik \yang terjadi
tidak hanya bersifat bilateral, namun menjadi konflik multilateral, termasuk konflik yang
diakibatkan oleh pelaku non government aktor yang memanfaatkan eksplorasi dan eksploitasi
sumber daya alam di Laut Tiongkok Selatan. Adapun faktor penyebab sengketa terjadi adalah
a. Banyak sumber daya seperti gas, terumbu karang dan lainnya sehingga beberapa negara
yang terlibat berusaha mengklaimnya, b. Karena ketidakjelasan mengenai pengeklaiman Cina
atas Laut Cina selatan karena bertentangan dengan ZEE beberapa negara seperti Malaysia
dan Brunei Darusalam. c. Adanya pulau-pulau kecil seperti Natuna dan Spartly yang
mempengaruhi ZEE negara terlibat. (2) lalu upaya pemerintah Indonesia yaitu dengan adanya
dua faktor yaitu mengenai faktor militer dan faktor ekonomi diharapkan menjadi media bagi
pembangunan kepercayaan yang dapat digunakan Indonesia untuk melanjutkan proses
penyelesaian sengketa. Kini, target yang perlu dicapai Indonesia hanya satu, yaitu mewujudkan
aturan main di Laut China Selatan.

Kata kunci: Indonesia, Sengketa, Laut Cina Selatan.

Abstract

This study aims to (1) identify and analyze the factors that cause disputes in the South China
Sea and (2) to find out how the Indonesian government is trying to resolve international disputes
in the South China Sea. The type of research used is normative legal research, using a statutory
approach, a case approach, and a conceptual approach. Legal materials used are primary,
secondary, and tertiary legal materials. The technique of collecting legal materials uses library
research techniques. The legal material analysis technique used is descriptive technique. The
results of the study show that (1) the cause of disputes in the South China Sea is that the South
China Sea territory occurs because of the territorial struggle for economic, strategic and political
interests by these countries. The conflicts that occur are not only bilateral, but become
multilateral conflicts, including conflicts caused by non-government actors who take advantage
of the exploration and exploitation of natural resources in the South China Sea. The factors

225
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)

causing the dispute to occur are a. Many resources such as gas, coral reefs etc. so that several
countries involved are trying to claim them, b. Because of the uncertainty regarding China's
claim to the South China Sea because it is contrary to the EEZ of several countries such as
Malaysia and Brunei Darussalam. c. The existence of small islands such as Natuna and Sparta
that affect the EEZ of the countries involved. (2) then the Indonesian government's efforts,
namely the existence of two factors, namely the military factor. and economic factors are
expected to be a medium for trust building that can be used by Indonesia to continue the dispute
resolution process. Now, the target that Indonesia needs to achieve is only one, namely realizing
the code of conduct in the South China Sea.

Keywords: Indonesia, Dispute, South China Sea.

PENDAHULUAN menjadi flash point di kawasan Asia Pasifik.


Laut dapat digunakan oleh umat Sengketa di LCS tidak hanya melibatkan
manusia sebagai sumber daya alam bagi enam negara yaitu, Tiongkok, Taiwan,
penghidupannya, jalur pelayaran, Vietnam, Filipina, Brunei, dan Malaysia
kepentingan pertahanan dan kemanan, saja, melainkan juga menyangkut
serta berbagai kepentingan lainnya. kepentingan kekuatan besar lainnya
Fungsi-fungsi laut tersebut telah dirasakan seperti Amerika Serikat. Pada dasarnya
oleh umat manusia, dan telah memberikan hukum internasional dimaksudkan untuk
dorongan terhadap penguasaan dan menciptakan harmoni di dalam masyarakat
pemanfaatan laut oleh masing-masing internasional (Mangku, 2020: 5).
negara yang didasarkan atas suatu Masalah Laut China Selatan
konsepsi hukum. Untuk dapat memiliki permasalahan sengketa yang
mengamankan dan menguasai lautnya, pelik, diantaranya adalah masalah
serta mencegah negara lain untuk sengketa teritorial dan sengketa batas
memanfaatkan atau merusaknya, negara wilayah maritim, yang sampai saat ini
tersebut dapat menggunakan sea power. belum adanya penyelesaiannya. Indonesia
Konsep sea power diperkenalkan oleh sangat berhati-hati dalam menghadapi
Mahan, dimana Mahan menyatakan masalah sengketa di Laut China Selatan ini
perlunya enam elemen dasar untuk (Wiranto, 2016: 8). Dalam konflik Laut
membangun suatu kekuatan laut yang China Selatan, selain ketegangan yang
besar yaitu geographical territory, physical terjadi akibat tumpang tindihnya klaim antar
conformation, extent of territory, character negara bersengketa yang belum bisa
of the people, number of population, dan dihentikan (Buszynski, 2012: 139-156),
character of government. Suatu negara hingga kini, terdapat juga perkembangan
melakukan pengamanan dan penguasaan yang tidak menggembirakan terutama
laut dikarenakan siapa yang menguasai mengenai hubungan antara dua negara
laut maka ia akan menguasai dunia anggota ASEAN yaitu Vietnam dan Filipina
mendapatkan tambahan wilayah laut. Hal dengan China. Eskalasi ketegangan di LCS
ini dapat terjadi karena potensi sumber meningkat drastis pada awal Mei 2014 lalu
kekayaan laut yang ada tersebut dapat ketika kilang minyak Tiongkok His Yang Shi
dimanfaatkan dari sisi ekonomi oleh negara You 981 (HYSY 981) memulai operasi
yang bersangkutan (Dikdik, 2014:1). pengeboran minyak yang masih masuk
Salah satu perkembangan yang wilayah Zona Ekonomi Ekslusif dan landas
menarik dalam percaturan politik dan kontinen Vietnam. Sebelumnya, di Mei
keamanan global saat ini adalah 2009 Tiongkok mengeluarkan pernyataan
menyangkut perkembangan kawasan Asia mengenai nine dash line berarti bahwa
Pasifik. Kawasan Asia Pasifik tidak terlepas kedaulatan yang tidak terbantahkan atas
dari perkembangan yang menyangkut pulau-pulau di Laut China Selatan dan
masalah keamanan dan politik perairan yang berdekatan, dan memiliki
internasional yang ada di antara negara hak-hak berdaulat dan hukum yurisdiksi
kawasan itu sendiri yang berasal dari atas perairan tersebut beserta laut dan
sejarah, sengketa perbatasan maupun tanah di bawahnya. Selanjutnya di tahun
teritorial. Saat ini Laut China Selatan (LCS) 2012, setelah bersitegang dengan Filipina

226
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)

akhirnya Tiongkok mendirikan bangunan umumnya menggunakan dasar historis dan


permanen di karang dangkal Scarborough geografis dalam memperebutkan
dimana posisi karang tersebut berpotensi kepemilikan atas kawasan laut dan dua
besar untuk mengancam keamanan gugusan kepulauan di wilayah Laut China
Filipina karena terletak hanya 220 km dari Selatan. China misalnya, mengklaim
pantai Filipina. Adapun nine dash line juga wilayah sengketa tersebut berdasarkan
dapat berfungsi sebagai batas-batas kepemilikan bangsa China atas kawasan
maritim antara China dengan negara- laut dan dua gugusan kepulauan Paracel
negara di sekitar kawasan Laut China dan Spratly sejak 2000 tahun yang lalu,
Selatan. kemudian pemerintah China mengklaim
Salah satu negara yang paling telah mengeluarkan peta yang merinci
gencar melakukan protes terhadap klaim kedaulatan China atas Laut China Selatan
Tiongkok tentang kepemilikan atas seluruh pada tahun 1947, yang dikenal dengan
wilayah Laut Tiongkok Selatan adalah istilah “Nine Dashed Line” (Nainggolan,
Filipina. Filipina misalnya telah 2013: 8). Pengertian Nine Dash Line adalah
memberikan beragam laporan mengenai peta teritorial yang membubuhkan sembilan
pelanggaran yang dilakukan oleh kapal- garis putus-putus sebagai penanda atau
kapal China yang melewati perairan yang batas pemisah imajiner yang digunakan
selama ini disengketakan, bahkan terjadi pemerintah Cina untuk mengklaim
beberapa insiden antara kapal patroli sebagian besar, yakni 90 persen, wilayah
China dengan kapal-kapal nelayan Filipina. Laut Cina Selatan (Anggi, 2016: 60).
Selanjutnya China juga dituduh melakukan Pengertian nine dash line adalah
pemancangan instalasi baru di wilayah peta teritorial yang membubuhkan
yang disengketakan serta mengintimidasi sembilan garis putus-putus sebagai
kapal-kapal eksplorasi minyak Filipina. penanda atau batas pemisah imajiner yang
Sementara Vietnam telah melakukan digunakan pemerintah Cina untuk
paling tidak empat kali pertemuan bilateral mengklaim sebagian besar, yakni 90
dengan China pada awal 2011 dalam persen, wilayah Laut Cina Selatan
rangka membicarakan perbedaan antar (Agusman, 2016: 34). Republik Rakyat
mereka mengenai Laut China Selatan atau Cina (RRC) merupakan salah satu aktor
Laut Tiongkok Selatan. utama dalam sengketa Laut Cina Selatan
Sayang sekali beberapa perilaku yang mengklaim seluruh wilayah tersebut.
China seperti, semakin meningkatnya Klaim Cina ini didasarkan pada latar
jumlah dan kegiatan penangkapan ikan belakang sejarah Cina kuno tentang
yang dilakukan kapal-kapal China di wilayah kekuasaan kerajaannya. Menurut
perairan Vietnam akhirnya membuat Cina, adalah Dinasti Han yang menemukan
segala hasil pertemuan bilateral antar wilayah ini pada abad ke-2 masehi. Pada
keduanya menjadi tiada manfaat. Insiden abad ke-12, Dinasti Yuan kemudian
seperti pemotongan kawat-kawat di tempat memasukkan Laut Cina Selatan ke dalam
ekplorasi minyak Vietnam yang dilakukan peta wilayahnya, yang kemudian kembali
China juga pada akhirnya semakin diperkuat oleh Dinasti Ming dan Dinasti
memperkeruh suasana dan membuat Qing pada abad ke-13. Pada Tahun 1947,
inisiatif baru bagi Vietnam untuk selalu Cina membuat peta wilayah yang memuat
meningkatkan kapabilitas militernya di Laut 9 garis putus-putus (nine dashed lines)
China Selatan atau Laut Tiongkok Selatan yang membentuk huruf U, yang melingkupi
(Sudira, 2014: 143). Sengketa kepemilikan seluruh Laut Cina Selatan. Semua wilayah
kedaulatan teritorial di Laut China Selatan yang berada di dalam garis putus-putus
atau Laut Tiongkok Selatan sesungguhnya tersebut diklaim Cina sebagai wilayahnya.
merujuk kepada wilayah kawasan laut dan Hingga akhir 2013, klaim Cina tersebut
daratan di dua gugusan kepulauan Paracel masih belum berubah. Klaim Cina tidak
dan Spratly. hanya diwujudkan dalam bentuk sikap
Negara-negara kawasan yang politik, tetapi juga dalam bentuk lain. Di
terlibat dalam konflik Laut China Selatan bidang militer, Cina sering melakukan aksi
atau Laut Tiongkok Selatan pada patroli di perairan tersebut yang kadang

227
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)

memicu bentrok dengan kapal dari negara Laut Natuna akan berdampak terhadap
lain seperti Vietnam dan Filipina. Di bidang ekonomi nasional dan terjaganya keutuhan
eksplorasi, Cina juga menempatkan wilayah dari gangguan dan klaim negara-
peralatan pengeboran di beberapa titik di negara tetangga (Syamsumar, 2010:85).
Laut Cina Selatan. Sebagai negara yang netral dan
Sejak Tiongkok menerbitkan peta memiliki kebijakan politik luar negeri yang
klaimnya yang diberi nama nine dash line bebas aktif, Indonesia memahami
pada pertengahan tahun 2009, masalah kerumitan dari konflik Laut Cina Selatan.
batas negara kini menjadi penting Indonesia menempatkan diri bahwa
dikarenakan perbatasan suatu negara Indonesia bukanlah claimant state dalam
merupakan wujud utama kedaulatan suatu konflik Laut Cina Selatan karena Indonesia
negara, termasuk penentuan batas wilayah beranggapan jika Indonesia dan Cina telah
kedaulatan, pemanfaatan sumber daya memiliki klaim yang tumpang tindih
alam, serta keamanan dan keutuhan terhadap pulau-pulau, maka mereka
wilayah. Pentingnya manajemen seharusnya tidak memiliki perselisihan
pengelolaan perbatasan negara Indonesia mengenai perairan, karena hak atas air
terkait perbatasan Indonesia-Tiongkok di berasal dari hak atas tanah berdasarkan
Laut Cina Selatan, seperti yang telah UNCLOS 1982 mengingat pentingnya
dijelaskan sebelumnya, secara sepihak peran laut baik dari sudut keamanan,
pada 2009 Cina menggambar sembilan titik ekonomi, dan politik (Darajati, 2018: 23).
ditarik dari pulau Spartly di tengah Laut Begitu pun dengan negara Filipina,
Cina Selatan, yang mana sebagian dari Vietnam, Taiwan, Brunei Darussalam, dan
wilayah perairan Natuna termasuk di Malaysia yang dalam hal ini juga
dalamnya, lalu diklaim sebagai wilayah mengklaim bahwa sebagian wilayah Laut
kedaulatan milik Cina. Terkait klaim China Selatan atau Laut Tiongkok Selatan
tersebut, secara resmi tahun 2010 masuk ke dalam Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia mengirimkan surat putusan (ZEE) negara-negara tersebut berdasarkan
kepada PBB agar pihak Cina memberikan pendekatan geografis yang diakui oleh
penjelasan apa latar belakang , hukum apa Konvensi Hukum Laut Internasional 1982.
yang mereka gunakan. Meskipun hingga Negara-negara yang bersengketa dalam
saat ini belum ada jawaban resmi dari Cina konflik Laut China Selatan atau Laut
sendiri, Indonesia tetap mengutamakan Tiongkok Selatan kerap kali terlibat dalam
diplomasi dalam menyelesaikan bentrokan fisik dengan menggunakan
permasalahan antar negara terutama kekuatan militernya masing-masing.
masalah wilayah perbatasan. Salah satu Upaya-upaya konfrontatif dalam
upaya Indonesia dalam menjaga memperjuangkan klaim atas kepemilikan
keamanan di wilayah perbatasan adalah wilayah Laut China Selatan dari masing-
dengan tetap melanjutkan perundingan masing negara yang terlibat dalam konflik
perbatasan (diplomacy borde) agar Laut China Selatan semakin memperkeruh
terdapat kejelasan garis perbatasan dan mengganggu stabilitas kawasan,
Indonesia dengan negara tetangga, serta bahkan berpotensi berdampak kepada
melakukan aktivitas eksplorasi minyak mengganggu kepentingan negara-negara
bumi dan gas alam di Laut Natuna, di sekitar kawasan yang justru tidak terlibat
sebagai bentuk eksistensi Indonesia di secara langsung dalam konflik Laut China
wilayah tersebut. Sejak tahun 2013 telah Selatan atau Laut Tiongkok Selatan,
dimulai eksplorasi pertambangan minyak di sepertnini Indonesia dan negara-negara
Natuna. Dengan adanya aktivitas langsung anggota ASEAN (Association of Southeast
dari Indonesia di wilayah-wilayah Asian Nations) lainnya. Adapun 3 (tiga) hal
perbatasan akan semakin menguatkan yang menjadi alasan utama mengapa
posisi Indonesia dalam mengklaim daerah negara-negara yang terlibat dalam konflik
tersebut. Salah satu cara yang dilakukan Laut China Selatan atau seperti China,
oleh pemerintah Indonesia adalah Taiwan, Vietnam, Filipina, Brunei
memanfaatkan sumber daya alam yang Darussalam, dan Malaysia saling
ada di Laut Natuna. Eksistensi Indonesia di berkepentingan dalam memperebutkan

228
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)

wilayah kawasan laut dan daratan dua dan internasional. Berdasarkan uraian di
gugusan kepulauan Paracel dan Spratly di atas, maka perlu dilakukan penelitian
Laut China Selatan. Pertama, wilayah laut berkaitan dengan sengketa di wilayah
dan gugusan kepulauan di Laut China maritim di Laut Tiongkok Selatan.
Selatan mengandung sumber kekayaan Maka dari itu Inisiatif Indonesia
alam yang sangat besar, meliputi sebagai salah satu bagian dari ASEAN
kandungan minyak dan gas bumi serta dalam upaya penanganan sengketa Laut
kekayaan laut lainnya. Kedua, wilayah Cina Selatan pada tingkat multilateral
perairan Laut China Selatan merupakan banyak dilakukan di bawah payung
wilayah perairan yang menjadi jalur ASEAN. Indonesia dan ASEAN berusaha
perlintasan aktivitas pelayaran kapal-kapal mengikat Cina dalam kesepakatan kerja
internasional, terutama jalur perdagangan sama dan deklarasi cara damai dalam
lintas laut yang menghubungkan jalur penanganaan dan pengelolaan Laut Cina
perdagangan Eropa, Amerika, dan Asia. Selatan (Weatherbee, 2010: 55).
Ketiga, pertumbuhan ekonomi yang cukup Terdapat dua landasan penting
pesat di Asia, membuat negara-negara yang digunakan Indonesia dan ASEAN
seperti China dan negara-negara di sebagai upaya mitigasi konflik Laut Cina
kawasan Laut China Selatan, bahkan Selatan yaitu membangun kepercayaan
termasuk Amerika Serikat sangat antar pihak (confidence building measure)
berkeinginan menguasai kontrol dan dan perjanjian persahabatan dan kerja
pengaruh atas wilayah Laut China Selatan sama (Treaty of Amity and Cooperation in
yang dinilai sangat strategis dan membawa Southeast Asia). Langkah inisiatif tersebut
manfaat ekonomis yang sangat besar bagi dalam rangka mendorong terciptanya
suatu negara. mekanisme penyelesaian sengketa Laut
Jika melihat dari keadaan politik Cina Selatan bagi pihak-pihak yang
baik di kawasan Asia Tenggara maupun bersengketa. Inisiatif Indonesia dalam
Asia Pasifik di dewasa ini, terlihat upaya pengelolaan konflik Laut Cina
bernuansa muram sekaligus memanas. Selatan membuat Indonesia memainkan
Dimana Laut China Selatan atau Laut peran penting dalam kawasan. Dalam
Tiongkok Selatan yang menjadi titik tumpu perkembangannya, peran kepemimpinan
bagi geopolitik di kawasan Asia Pasifik Indonesia dalam upaya penanganan
sedang menjadi pembicaraan hangat di sengketa Laut Cina Selatan menghadapi
tingkat internasional dikarenakan tantangan.
tersulutnya konflik antara sejumlah negara
besar di Asia dan beberapa negara anggota METODE
ASEAN. Inti dari masalah yang Penelitian ini dirancang memakai
diperdebatkan sebenarnya adalah seputar pengguanan jenis studi yuridis normatif,
klaim wilayah perbatasan (territorial zone). yakni studi yang dipusatkan agar
Sengketa Laut China Selatan ini telah membahas implementasi aturan-aturan
memberikan dampak yang cukup dramatis maupun norma-norma hukum positif.
terhadap gelombang polarisasi kekuatan Berbagai pendekatan yang dipakai oleh
negara-negara yang bertikai. Berbagai penulis pada studi karya ilmiah ini yaitu
upaya yang telah dilakukan untuk pendekatan komparatif approach,
menghindari potensi Konflik Laut China pendekatan peraturan perundang-
Selatan atau Laut Tiongkok Selatan undangan (statute approach) dan
menyusul adanya kemungkinan upaya pendekatan kasus (case approach).
penyelesaian konflik secara damai oleh Adapun bahan hukum yang
semua pihak yang terlibat sengketa. Salah digunakan adalah adalah bahan hukum
satu upaya menghindari potensi konflik primer, sekunder dan tersier. Teknik
tersebut adalah melalui pendekatan pengumpulan bahan hukum pada studi ini
perundingan secara damai baik secara ialah melalaui cara studi kepustakaan.
bilateral maupun multilateral dan juga Studi ini mempergunakan metode analisa
melakukan kerjasama-kerjasama yang melalui jalan deskriptif kualitatif. Bahan
lazim digunakan mengelola konflik regional hukum primer bisa dijabarkan maupun

229
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)

diuraikan dengan bermutu serta berwujud Sengketa Laut Tiongkok Selatan


kalimat literatur, logis, runtut, tak adanya sebenarnya sudah terjadi lebih dari 20
ketimpangan, serta efektif. tahun lamanya yaitu sejak 1974 hingga
2011. Namun, ketegangan yang baru-baru
HASIL DAN PEMBAHASAN ini terjadi menimbulkan suatu
Faktor Penyebab Terjadinya Sengketa kekhawatiran baru di kawasan ini dan
Laut Cina Selatan semakin mengancam ketahanan dan
Sengketa Laut Cina Selatan keamanan dunia. Keamanan diartikan
merupakan sengketa terpanas di abad ke sebagai tidak adanya ancaman terhadap
21, dimana Tiongkok, Amerika Serikat dan nilai nilai yang ada (Setiawan, 2017: 3).
sebagian besar anggota ASEAN terlibat Titik sengketa Laut China Selatan adalah
secara tak langsung dan semakin kepulauan Spratly, sengketa atas
memanas pada dekade terakhir (Firdaus, kepemilikan kepulauan Spratly dan
2017: 3). Adanya ASEAN menjadikan kepulauan Paracel mempunyai riwayat
proses regionalisasi di Asia Tenggara yang panjang dan berbatasan dengan
berlangsung lebih mudah dan cepat wilayah perairan dari beberapa negara,
(Maksun, 2017:2). Pada mulanya, seperti Filipina, Vietnam, Indonesia dan
Republik Rakyat Tiongkok menyatakan Malaysia.
bahwa mereka punya kedaulatan atas Kepulauan Spartly adalah sebuah
perairan Tiongkok Selatan dengan alasan kepulauan yang terdiri dari 750 terumbu
bahwa nelayan tradisional mereka telah Shoal, Palil (Slet), Atol, pulau karang yang
menjelajahi kepulauan Spratly dan Paracel terletak di Laut China Selatan dan
sejak tahun 200 SM. Bahkan mereka mempunyai lebih dari 35.000 pulau.
mengklaim adanya pemukiman di Kepulauan ini terletak di perairan Filipina
kepulauan tersebut sejak dinasti-dinasti dan Malaysia (Sabah). Kepulauan Spartly
terdahulu. Tiongkok juga mengklaim telah memiliki wilayah yang kurang dari 4
menemukan peninggalan purba berupa kilometer persegi Kawasan tanah di
tempayan dan mata uang kuno di dalam, kawasan laut ini luasanya kurang
kepulauan tersebut. Selain itu, nama laut lebih dari 45.000 kilometer persegi. Sekitar
Tiongkok Selatan berasal dari nenek 45 pulau diduduki oleh angkatan tentara
moyang mereka dan catatan-catatan dari Vietnam, RRC, Malaysia dan Filipina.
Dinasti Song dan Yuan mencantumkan Ada tiga hal yang membuat
kepulauan tersebut adalah di dalam Kepulauan Spartly ini strategis. Pertama,
wilayah kekuasan mereka (Firdaus, 2017: penguasaan terhadap pulau-pulau
5). tersebut akan sangat menentukan garis
Pemerintah Tiongkok baik batas negara yang menguasainya dan
nasionalis (kuomintang) maupun komunis, pada luas jangkauan terhadap ZEE.
berkeras bahwa Laut Tiongkok Selatan Kedua, Kepulauan Spratly merupakan
adalah perairan mereka. Pergantian bagian dari jalur lalu lintas internasional
pemerintah tidaklah mengubah klaim untuk kapal dagang maupun kapal militer.
tersebut, meskipun kini Tiongkok terbagi Ketiga, lautan di wilayah sekitar kepulauan
menjadi Republik Rakyat Tiongkok dan Spratly ini mengandung cadangan minyak
Republik Taiwan. Naiknya status Tiongkok dan gas alam yang besar. Menurut
dalam ekonomi dunia membuat mereka penelitian masing-masing berjumlah 2,5
percaya bahwa ini saatnya untuk milyar barel dan 190 Trilyun kaki kubik,
menghapus aib yang terjadi ratusan tahun selain itu juga terdapat cadangan
lalu hidrokarbon yang sangat berguna untuk
Penemuan sumber daya alam pasokan energi.
berupa 25 Trilyun kubik gas alam dan Kepulauan Paracel adalah
sebesar 213 milyar barel minyak bumi di kepulauan dan karang di Laut Cina
bawah lautan tersebut oleh Tiongkok pada Selatan yang dikuasai oleh China. Pulau
tahun 1970, menambah panas ini terdiri dari 30 pulau yang tersebar
perselisihan. Meskipun demikian, 15.000 kilometer persegi. Kepulauan ini
Tiongkok tidak selalu bersikap agresif. kaya akan minyak dan gas. Kepulauan ini

230
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)

tidak berpenghuni mengingat kondisi bahkan mengusir nelayan Filipina dari


tanahnya yang berupa karang dan Beting Scarborough yang berjarak 200 mil
gundukan pasir serta tidak adanya air dari pesisir pantai Palawan. Tidak
bersih. Dilihat secara aspek potensi, berhenti di situ, AB Tiongkok memperkuat
kepulauan Paracel merupakan sumber armada mereka dengan kapal induk
daya alam yang melimpah di dalamnya “Liaoning“ dan sengaja menggunakan
terdapat berbagai macam jenis ikan dan para nelayan Tiongkok sebagai
potensi kelautan. Kondisi lingkungan di perpanjangan tangan atau proxy war
kepulauan Paracel yang tidak teratur mereka. Tindakan agresif tersebut
menjadikan tempat bagi pertumbuhan diprotes oleh Filipina, Vietnam, Taiwan,
ikan. Malaysia, Brunei dan Amerika Selatan.
Didalam sebuah konflik yang Tidak hanya melalui kekuatan militer,
terjadi, tidak dapat dipungkiri bahwa Tiongkok juga berusaha memecah
setiap negara yang terlibat pasti memiliki konsensus antara negara-negara ASEAN.
kepentingannya masing-masing. Seperti Melalui bantuan ekonomi, mereka
konflik yang terjadi di wilayah Laut China berhasil membujuk Laos dan Kamboja
Selatan, bahwa beberapa negara yang untuk tidak mengangkat isu tersebut. Itu
terlibat di dalamnya memiliki kepentingan terbukti ketika ASEAN tidak mengangkat
tersendiri yang ingin mewujudkan agar isu Laut Tiongkok Selatan pada
negara tersebut mendapatkan pertemuan menteri luar negeri dan APEC
keuntungan dari konflik yang terjadi. Pada di Laos pada tahun 2012 dan 2016. Di lain
tahun 2011, Tiongkok bertemu dengan pihak, sebagian besar negara ASEAN
negara-negara anggota ASEAN dan merasa tidak punya kepentingan pada
sepakat untuk membicarakan tata cara sengketa tersebut. Indonesia hanya
penyelesaian sengketa Laut Tiongkok mempertanyakan keabsahan garis
Selatan yang hingga kini belum sembilan derajat, karena berpotongan
menemukan penyelesaian. Pada tahun dengan perairan pulau Natuna. Dari
2013, Tiongkok juga menggalakkan “Jalur semua anggota ASEAN, hanya Filipina
Sutra Maritim“ atau lebih dikenal “Satu membawa kasus tersebut ke Pengadilan
Sabuk Satu Jalan“ sebagai solusi Arbitrase Internasional pada tahun 2013
perekonomian di Asia and menawarkan dan menang pada tahun 2016.
ASEAN untuk bermitra dalam proyek Kemenangan Filipina atas Tiongkok
tersebut. Akan tetapi Tiongkok tidak disambut gembira oleh Vietnam dan
pernah menjelaskan posisi kedaulatannya Amerika Serikat, sementara Tiongkok
di Laut Tiongkok Selatan secara hukum mengatakan bahwa mereka tidak
internasional, padahal mereka sudah mengakui keputusan tersebut dan tetap
meratifikasi perjanjian konvensi tentang menyatakan Laut Tiongkok Selatan
hukum laut. Hal tersebut membuat adalah perairan mereka berdasarkan
negara-negara ASEAN curiga bahwa sejarah yang ada. Sengketa atas Laut
Tiongkok lebih mengutamakan Tiongkok Selatan akan berlanjut terus,
kepentingannya diatas negara sahabat hingga masing-masing pihak bersedia
dan sengaja mengulur-ulur waktu agar duduk untuk menyelesaikan hal tersebut.
posisinya mantap (Muhar, 2018 : 223). Cina telah membuat kebijakan sepihak
Kemelut itu bertambah rumit yaitu mendeklarasikan peta nine-dash
dengan kehadiran Amerika Serikat yang line. Berdasarkan peta itu, Tiongkok
ingin memantapkan posisinya sebagai mengklaim semua pulau yang ada di
negara adikuasa di Pasifik, terlebih wilayah itu mutlak milik negeri yang
Amerika mendukung klaim Filipina pada dijuluki Tirai Bambu itu. Mengacu peta itu,
Laut Tiongkok Selatan secara diam-diam. Tiongkok juga mengklaim perairan yang
Setelah insiden kecil dengan Filipina dan berada di wilayah tersebut masih miliknya,
Vietnam, Tiongkok bersikap agresif termasuk kandungan laut maupun tanah
dengan menguasai kepulauan Spratly dan di bawahnya (Maksun, 2017:5).
Paracel, serta membangun pangkalan Filipina juga turut mengklaim
laut di kepulauan tersebut. Mereka mengenai kepulauan Spartly. Mereka

231
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)

mengangkat kedekatan secara geografis Kedua, selain kekayaan alamnya


kepulauan Spratly sebagai landasan klaim Laut Cina Selatan juga menjadi jalur
sebagian kepulauan tersebut. Filipina strategis pelayaran bebas untuk
mulai memperhatikan pulau-pulau Spratly pengiriman energi dan barang. Dengan
yang dikenal dengan pulau yang memiliki kata lain kawasan maritim ini merupakan
banyak sekali kekayaan alam lautnya, lingkungan yang lingkungan internasional
setelah mendapat kemerdekaan dari yang strategis (Calvo, 2022 :7). Melalui
Amerika Serikat dan mengajukan tuntutan kawasan ini kapal-kapal pengangkut
kepemilikan dalam sidang majelis umum bahan bakar minyak bagi negara-negara
PBB pada tahun 1946. Setelah merdeka, Asia Timur cukup tinggi volumenya.
menteri luar negeri Filipina mengeluarkan Dalam konteks Laut Cina Selatan,
pernyataan bahwa the new southern beberapa negara memiliki kepentingan
islands (istilah Jepang untuk pulau-pulau bersama dalam perselisihan batas
di Laut China Selatan) diserahkan Jepang teritorial laut seperti Malaysia, Brunei
kepada Filipina. Darussalam, Filipina dan Vietnam.
Tetapi pada tahun 1956, Thimas Keempat negara ini berhadapan dengan
Cloma, pemilik kapal ikan menemukan Tiongkok yang tidak lain adalah big power
dan menduduki sebagian pulau-pulau yang mengklaim hampir semua wilayah
Spratly yang kemudian disebut Kepulauan Laut Cina Selatan.
Kalayaan sebagai wilayah Terra Nullius Pada dasarnya, kawasan Laut
(wilayah yang tidak dimiliki oleh negara Cina Selataan merupakan kawasan no
manapun). Dalam suratnya kepada wakil man’s island. Hal ini disebabkan oleh
presiden dan menteri luar negeri Filipina, fakta yang menunjukkan bahwa kawasan
Carlos Garcia, Cloma menyatakan ini tidak dimiliki secara strategis oleh pihak
pendudukannya didasarkan pada manapun, melainkan hanya digunakan
penemuan dan pedudukan (discovery and sebagai jalur perdagangan internasional.
occupation) yang mencakup 33 pulau Konflik yaitu proses pencapaian tujuan
yang sangat kecil, pulau Spratly dan pulau dengan cara melemahkan pihak lawan,
kecil Amboyna. Filipina juga kemudian tanpa memperhatikan norma dan nilai
mendasarkan tuntutannya kepada doktrin yang berlaku.
kedekatan (proximity) dan kebutuhan Beberapa konflik terbuka yang
yang mendesak bagi pertahanannya pernah terjadi, terkait dengan sengketa
(Muhar, 2018 : 225 ). wilayah Laut Cina Selatan. Pada tahun
Ada pula Malaysia dan Brunei 1974 di pulau Paracel dan tahun 1988 di
Darussalam yang juga mengklaim pulau Spratly, terjadi konflik terbuka militer
sebagian kawasan di Laut China Selatan. antara Vietnam dan China yang lebih
Menurut kedua negara tersebut, sebagian dikenal dengan konflik Sino-Vietnamese.
wilayah tersebut masuk ke dalam Zona Selain itu, konflik yang melibatkan elemen
Ekonomi Ekslusif (ZEE), yang ditetapkan militer juga terjadi pada tahun 1995,
oleh Konvensi PBB tentang Hukum Laut dimana Cina melakukan pendudukan
tahun 1982. Sebenarnya Brunei terhadap pulau Mischief Reef di sekitar
Darussalam sendiri tidak mengklaim pulau Spratly yang telah diklaim sebagai
mengenai kepemilikan dua kepulauan itu, bagian dari wilayah Filipina.
namun Malaysia menyatakan sejumlah Pandangan tentang munculnya
kecil kawasan di kepulauan Spratly adalah Cina sebagai potensi ancaman juga perlu
milik mereka (Muhar, 2018 : 225). dikaji lebih jauh. Potensi munculnya Cina
Pertama, kekayaan alam di Laut tiongkok sebagai ancaman di kawasan Asia
Selatan berupa cadangan gas dan Tenggara bukan tanpa alasan. Cina
minyak, bahwa kandungan energi di sebagai negara yang tumbuh menjadi
kawasan Laut Tiongkok Selatan tidak kekuatan baru di dalam konstelasi politik
dapat dianggap kecil dan akan menjadi global memiliki beberapa catatan sejarah
modal bagi ekonomi negara-negara yang yang tidak terlalu baik di dalam konflik
berbatasan untuk masa depan. Laut Cina Selatan. Sehingga hal ini patut
menjadi agenda tersendiri bagi ASEAN

232
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)

sebagai organisasi tunggal regional di dengan strategi dan pendekatan


Asia Tenggara, dengan beranggotakan hubungan, salah satunya dalam bentuk
sejumlah negara lain seperti Indonesia diplomasi preventif tersebut. Dengan
yang tidak turut terlibat. menjaga perdamaian dan mengubah
Dengan demikian, jika persoalan potensi konflik menjadi potensi kerjasama
sengketa di kawasan Laut Cina Selatan melalui perundingan damai demi
selalu melibatkan elemen-elemen militer, terselenggaranya kerjasama yang aktif,
maka kemungkinan timbulnya pola produktif dan efektif bagi negara-negara
permusuhan pada interaksi negara- terkait dan tatanan dunia global (Muhar,
negara ASEAN dan China akan menjadi 2018 : 225).
signifikan. Peran Indonesia dalam Penyelesaian
Konflik di kawasan Laut Cina Sengketa Laut Cina Selatan
Selatan merupakan konflik yang cukup Dalam sejarah penyelesaian
rumit. Dengan melibatkan enam negara, sengketa Laut Cina Selatan, usaha
beserta kepentingan masing-masing akan Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak
menyebabkan tingkat konflik semakin akhir 1980-an. Pasca insiden perebutan
tinggi. Hal ini juga berpengaruh terhadap Karang Johnson antara Tiongkok dengan
tingkat keamanan regional, dalam hal ini Vietnam pada tahun 1988, Indonesia
ASEAN sebagai sebuah organisasi di berusaha menggunakan jalur diplomasi
kawasan Asia Tenggara akan menjadi jalur II (track II diplomacy) untuk bisa
lahan representatif bagi empat negara mendudukkan para pihak terkait dalam
anggota ASEAN yang terlibat konflik suatu meja. Kala itu, Indonesia
tersebut. Indonesia memiliki berbagai menggandeng sponsor dari Kanada
pemikiran dalam menjawab tantangan melalui Canadian International
persoalan di kawasan Laut Cina Selatan Development Agency (CIDA) dan British
melalui jalur diplomasi yaitu, diplomasi Columbia University dengan mengadakan
preventif. Sebab diplomasi menjadi lokakarya yang disebut the Workshop on
tonggak penting dalam pencapaian Managing Potential Conflict in the South
kepentingan nasional sebuah negara. China Sea. Pertemuan pertama diadakan
Menurut panjang waktu yang akan pada tahun 1990 dengan menghadirkan
dibutuhkan dalam menyelesaikan konflik semua negara pengklaim kepulauan
di kawasan Laut Cina Selatan, maka Spratly, termasuk Tiongkok. Untuk
diperlukan suatu upaya yang mampu menghindari kekhawatiran pihak Tiongkok
untuk tetap menjaga stabilitas kawasan, terhadap persekutuan negara-negara
keamanan hingga kondusifitas hubungan anggota ASEAN, Indonesia menjelaskan
agar konflik ini dapat terselesaikan. Upaya bahwa pertemuan tersebut bersifat
terbaik dalam menanggulangi sengketa informal. Selain itu, Taiwan juga bersedia
wilayah laut ini adalah dengan melakukan hadir karena dianggap sebagai pihak
upaya diplomasi. Terutama menjalankan tersendiri. Pertemuan ini bersifat
upaya diplomasi preventif. Salah satu multilateral, diadakan satu tahun sekali dan
cara dalam diplomasi preventif Indonesia pada perkembangannya dihadiri oleh
adalah dengan membangun serta seluruh negara anggota ASEAN dalam
meningkatkan rasa saling percaya antara upaya memberi sumbangsih saran dan
pihak-pihak yang bertikai. pandangan teknis mengenai proses
Diplomasi preventif secara umum negosiasi. Banyak yang mengira bahwa
digunakan untuk mencegah keterlibatan lokakarya tersebut merupakan bentuk
negara-negara adidaya yang mencoba mediasi Indonesia. Padahal, lokakarya
untuk melakukan campur tangan atau tersebut lebih merupakan fasilitasi
intervensi. Hal ini disadari sebagai Indonesia untuk meningkatkan
keinginan setiap negara yang sedang pemahaman dan rasa saling percaya di
bertikai untuk mampu menyelesaikan antara para negara pengklaim (Oegroseno,
problem kenegaraannya secara mandiri. 2022:4).
Bagi Indonesia, dinamika politik dunia Dalam konsep mengenai intervensi
yang dinamis harus mampu dihadapi pihak ketiga, langkah Indonesia tersebut

233
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)

dapat diklasifikasikan sebagai konsiliasi. dapat memasukkan Tiongkok dan negara-


Indonesia sebagai pihak yang dipercayai negara lain dalam forum diskusi. Setahun
oleh pihak-pihak yang terlibat sengketa kemudian, wacana tersebut diwujudkan
Laut China Selatan menyediakan dengan diadakannya The 1st Expanded
sambungan komunikasi informal kepada ASEAN Maritime Forum (EAMF) yang
aktor-aktor konflik dalam rangka diadakan di Manila, Filipina pada Oktober
mengidentifikasi isu, menurunkan 2012. Selain negara-negara anggota
ketegangan, dan mendorong interaksi ASEAN dan Tiongkok, forum tersebut juga
langsung dalam bentuk lokakarya. Setelah dihadiri oleh perwakilan dari Australia,
sepuluh tahun, kesepakatan sponsor India, Jepang, Selandia Baru, Korea
dengan pihak Kanada berakhir. Posisi Selatan, Rusia, dan Amerika Serikat. Salah
sponsor kemudian digantikan oleh satu tujuan forum tersebut adalah agar
Tiongkok dan Taiwan. Perubahan sponsor dapat berkontribusi pada upaya menuju
membawa implikasi besar, yaitu Confidence Building Measures (CBM) dan
perundingan yang bersifat multilateral diplomasi preventif di antara negara-
diubah menjadi bilateral. Akibatnya, negara partisipan, yang dilakukan melalui
negara-negara yang tidak bersengketa pendekatan non-security centric.
langsung, termasuk Indonesia, tidak bisa Dalam level internasional, upaya
terlalu jauh terlibat dalam setiap proses aktif Indonesia juga ditunjukkan dalam the
perundingan. Namun demikian, salah satu 21st Meeting of States Parties to the 1982
hasil dari upaya pengelolaan sengketa Laut UN Convention on the Law of the Sea.
China Selatan adalah tercapainya Indonesia bersama-sama dengan Filipina,
kesepakatan berupa Declaration of the Vietnam, Malaysia, Thailand, Laos, dan
Conduct of the Parties in South China Sea Singapura mencapai sebuah konsensus
pada tahun 2002. Harapan selanjutnya bahwa penyelesaian sengketa atas Laut
adalah tercapainya Code of Conduct China Selatan harus melalui resolusi damai
antara pihak-pihak yang bersengketa yang dan berdasarkan pada UNCLOS (Sandy,
memuat mekanisme hukuman dan 2014:66).
ganjaran.
Setelah 20 tahun pertemuan rutin SIMPULAN DAN SARAN
diadakan dan hampir tidak pernah terjadi Berdasarkan hasil dan pembahasan
konfrontasi lagi, capaian tersebut yang telah dipaparkan, dapat
terganggu dengan tindakan balas- diformulasikan simpulan sebagai berikut.
membalas yang provokatif antara 1. Penyebab sengketa di Laut Cina
Tiongkok, Vietnam, dan Filipina pada tahun Selatan adalah Wilayah Laut
2011. Untuk meredakan ketegangan yang Tiongkok Selatan terjadi karena
terjadi berdekatan dengan ASEAN summit adanya wilayah perebutan
2011 ini, Indonesia mengadakan ASEAN kepentingan ekonomi, strategi, dan
Senior Official Meeting di Surabaya pada politik oleh negara-negara tersebut.
tanggal 7-11 Juni 2011. Pertemuan Konflik yang terjadi tidak hanya
tersebut dihadiri oleh pejabat tinggi negara- bersifat bilateral, namun menjadi
negara ASEAN dan negara mitra dialog. konflik multilateral, termasuk konflik
Pembahasan utama pertemuan tersebut yang diakibatkan oleh pelaku non
adalah mengenai garis acuan Declaration government aktor yang
On the Conduct of Parties (DOC). Garis memanfaatkan eksplorasi dan
acuan tersebut meminta Vietnam, eksploitasi sumber daya alam di Laut
Tiongkok, dan negara-negara lain yang Tiongkok Selatan. Adapun faktor
bersengketa untuk berpegang pada DOC penyebab sengketa terjadi adalah a.
yang disepakati pada tahun 2002 lalu agar banyaknya sumber daya seperti gas,
menggunakan jalan damai (ASEAN, 2011: terumbu karang dan lainnya
20). sehingga beberapa negara yang
Pertemuan di Bali di atas juga terlibat berusaha mengklaimnya, b.
memunculkan wacana untuk memperluas karena ketidakjelasan mengenai
ASEAN Maritime Forum (AMF) sehingga pengeklaiman Cina atas Laut Cina

234
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)

selatan karena bertentangan dengan sengketa tersebut melalui jalur


ZEE beberapa negara seperti hukum maupun membicarakannya
Malaysia dan Brunei Darusalam. c. melalaui forum-forum bilateral dan
adanya pulau pulau kecil seperti multilateral yang telah ada. Upaya
Natuna dan Spartly yang negosiasi multilateral ataupun
mempengaruhi ZEE negara terlibat. bilateral itu secara tidak langsung
2. Upaya Pemerintah Indonesia dalam menjustifikasi kembali relevansi
penyelesaian sengketa yaitu dengan penggunaan klaim sejarah Laut
membahas adanya dua faktor yaitu China Selatan sekaligus
mengenai faktor militer dan faktor meningkatkan posisi tawar yang
ekonomi dimana resiko kerugian menguntungkan Tiongkok melalui
yang akan dialami jika Laut China negosiasi bilateral dengan negara
selatan menjadi ajang pertempuran ASEAN lainnya yang terlibat dalam
militer sangatlah besar, mengingat klaim Laut China Selatan.
jalur ini digunakan untuk lalu lintas
energi dan perdagangan negara- DAFTAR PUSTAKA
negara di sekitar kawasan. Dua Agusman, Damos Dumoli. “Sengketa Laut
faktor tersebut diharapkan menjadi China Selatan: A Legal Brief,”
media bagi pembangunan Jurnal Hukum dan Perjanjian
kepercayaan (trust building) yang Internasional Opinio Juris, Volume
dapat digunakan Indonesia untuk 20, (Mei-September 2016).
melanjutkan proses penyelesaian Alex, Calvo. 2015. China, the Philippines,
sengketa. Kini, target yang perlu Vietnam and International
dicapai Indonesia hanya satu, yaitu Arbitration in South China Sea,”
mewujudkan aturan main (Code of The Asia-Pacific Journal tersedia
Conduct) di Laut China Selatan. pada situs http://apjjf.org/-Alex-
Adapun saran yang dapat Calvo/4391 diakses pada
diberikan yakni sebagai berikut. tanggal16 Januari 2022.
1. Perlu adanya peningkatan keamanan Anggi, Kusumadewi. 2016. RI Mesti
di wilayah ASEAN dan berbagai Waspadai Dampak Putusan
negara yang ikut terlibat, karena Abritase Laut Cina Selatan
sengketa Laut China Selatan tidak tersedia pada situs http://www.
saja melibatkan langsung beberapa cnnindonesia. com/nasional/2016
negara anggota ASEAN. Oleh 0703151959-20-142745/ri-mesti-
karena itu, hal yang perlu menjadi waspadai-dampakputusan-
prioritas perhatian ASEAN dalam arbitrase-laut-chi na-selatan/
bidang politik-keamanan terutama diakses pada tanggal 5 Januari
pasca perang dingin adalah dapat 2022.
dilihat dari sudut pandang geopolitik, ASEAN. 2011. “Chair’s Statement of the
kawasan Laut China Selatan 18th ASEAN Summit, 7-8 May
merupakan kawasan dengan potensi 2011”. tersedia pada situs
konflik yang tinggi dimana banyak http://cil.nus.edu.sg/2011/2011-
negara berlomba dan mengklaim chairs-statement-of-the-18th-
wilayah tersebut. Kerawanan asean-summit/ diakses pada
kawasan ini menciptakan dilema tanggal 17 Januari 2022.
keamanan yang pada akhirnya Darajati, Muhamad Rafi. 2018. “Putusan
mengancam stabilitas keamanan Sengketa Laut China Selatan
kawasan ASEAN. Serta Implikasi Hukumannya
2. Perlu adanya peningkatan dalam hal Terhadap Negara Disekitar
negosiasi pada para pihak yang Kawasan Tersebut.” Jurnal Hukum
merasa dirugikan dan juga perlu dan Pembangunan. Vol 48 No 1.
kepada para pihak yang bersengketa Dikdik, Mohamad Sodik. 2014. Hukum
di Laut China Selatan untuk Laut Internasional dan
menyiapakan agenda penyelesaian
235
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)

Pengaturannya di Indonesia, Sudira, I Nyoman. 2014. “Konflik Laut


Refika Aditama : Bandung. China Selatan dan Politik Luar
Firdaus, Nuswanto Hardiwinoto. 2017. Negeri Indonesia ke Amerika dan
“Tinjauan Yuridis Penempatan Eropah”. Jurnal Ilmiah Hubungan
Militer Di Wilayah Sengketa Internasional Print ISSN: 2615-
international (Studi Kasus Laut 2562/online ISSN:2406-8748 Vol.
Cina Selatan). Diponegoro Law 10 No. 2.
Jurnal. Vol 6 No 2Mangku, Dewa Sugiadnyana, P. R., Mangku, D. G. S.,
Gede Sudika, 2020, Pengantar & Yuliartini, N. P. R. (2020).
Hukum Internasional. Lakeisha : Penyelesaian Sengketa Pulau
Klaten. Batu Puteh Di Selat Johor
Maksun, Ali. 2017. “Regionalisme dan Antara Singapura Dengan
Kompleksitas Laut China Selatan”. Malaysia Dalam Perspektif
Jurnal Sospol. Vol 3 No 1Muhar Hukum Internasional. Jurnal
Junef, 2018, Sengketa Wilayah Komunikasi Hukum
Maritim Di Laut Tiongkok Selatan, (JKH), 6(2), 542-559.
Jurnal Penelitian Hukum, Volume Syamsumar. Politik Kelautan, Jakarta,
18, Nomor 2, Juni 2018. Bumi Aksara, 2010. Politik
Mangku, Dewa Gede Sudika. 2020. Kelautan.Jakarta. Penerbit Bumi
Pengantar Hukum Internasional. Aksara, 2010.
Lakeisha : Klaten. Weatherbee, Donald. 2010. International
Nainggolan, Poltak Partogi. Konflik Laut Relations in Southeast Asia: The
China Selatan dan Implikasinya struggle for Autonomy, Cetakan
terhadap Kawasan, Jakarta, P3DI Kedua. Rowman and Littlefield
Setjen DPR Republik Indonesia Publisher Inc.
dan Azza Grafika, 2013. Wiranto, Surya. 2016. “Resolusi Konflik
Oegroseno, Arif Havas. 2014. “Indonesia, Menghadapi Sengketa Laut
South China Sea and the 9- Tiongkok Selatan dari Perspektif
dashed lines”. The Jakarta Post, 9 Hukum Internasional”. PT Leutika
April 2014. Nouvalitera Cetakan Pertama
Maret 2016 : Yogyakarta.
Raharjo, Sandy Nur Ikfal. 2014. Peran
Wiratmaja, I. G. N. A., Mangku, D. G.
Indonesia Dalam Penyelesaian
Sengketa Laut Tiongkok Selatan, S., & Yuliartini, N. P. R.
Jurnal Penelitian Politik Vol 11, (2020). Penyelesaian
No.2, Desemper 2014. Sengketa Maritime Boundary
Setiawan, Asep. 2017. “Keamanan Delimitation Di Laut Karibia
Maritim di Laut China Selatan: Dan Samudera Pasifik Antara
Tinjauan atas Analisa Barry Costa Rica Dan Nicaragua
Buzan,” Jurnal Keamanan Melalui Mahkamah
Nasional, Volume 3, Nomer 1. Internasional. Jurnal
Setiawati, N., Mangku, D. G. S., & Komunitas Yustisia, 2(1), 60-
Yuliartini, N. P. R. (2020). 69.
Penyelesaian Sengketa
Kepulauan Dalam Perspektif
Hukum Internasional (Studi
Kasus Sengketa Perebutan
Pulau Dokdo antara Jepang-
Korea Selatan). Jurnal
Komunitas Yustisia, 2(2), 241-
250.

236

Anda mungkin juga menyukai