Luh Gde Citra Sundari Laksmi1, Dewa Gede Sudika Mangku2, Ni Putu Rai
Yuliartini3
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui dan menganalisa faktor penyebab terjadinya
sengketa di Laut China Selatan dan (2) untuk mengetahui upaya pemerintah Indonesia dalam
penyelesaian sengketa Internasional di Laut Cina Selatan. Adapun jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian hukum normatif, dengan menggunakan pendekatan perundang-
undangan, pendekatan kasus, dan pendekatan konseptual. Bahan Hukum yang digunakan
yaitu bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Teknik pengumpulan bahan hukum
menggunakan teknik penelitian kepustakaan. Teknik analisis bahan hukum yang digunakan
yaitu teknik deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) penyebab sengketa di Laut China
Selatan adalah wilayah Laut Tiongkok Selatan terjadi karena adanya wilayah perebutan
kepentingan ekonomi, strategi, dan politik oleh negara-negara tersebut. Konflik \yang terjadi
tidak hanya bersifat bilateral, namun menjadi konflik multilateral, termasuk konflik yang
diakibatkan oleh pelaku non government aktor yang memanfaatkan eksplorasi dan eksploitasi
sumber daya alam di Laut Tiongkok Selatan. Adapun faktor penyebab sengketa terjadi adalah
a. Banyak sumber daya seperti gas, terumbu karang dan lainnya sehingga beberapa negara
yang terlibat berusaha mengklaimnya, b. Karena ketidakjelasan mengenai pengeklaiman Cina
atas Laut Cina selatan karena bertentangan dengan ZEE beberapa negara seperti Malaysia
dan Brunei Darusalam. c. Adanya pulau-pulau kecil seperti Natuna dan Spartly yang
mempengaruhi ZEE negara terlibat. (2) lalu upaya pemerintah Indonesia yaitu dengan adanya
dua faktor yaitu mengenai faktor militer dan faktor ekonomi diharapkan menjadi media bagi
pembangunan kepercayaan yang dapat digunakan Indonesia untuk melanjutkan proses
penyelesaian sengketa. Kini, target yang perlu dicapai Indonesia hanya satu, yaitu mewujudkan
aturan main di Laut China Selatan.
Abstract
This study aims to (1) identify and analyze the factors that cause disputes in the South China
Sea and (2) to find out how the Indonesian government is trying to resolve international disputes
in the South China Sea. The type of research used is normative legal research, using a statutory
approach, a case approach, and a conceptual approach. Legal materials used are primary,
secondary, and tertiary legal materials. The technique of collecting legal materials uses library
research techniques. The legal material analysis technique used is descriptive technique. The
results of the study show that (1) the cause of disputes in the South China Sea is that the South
China Sea territory occurs because of the territorial struggle for economic, strategic and political
interests by these countries. The conflicts that occur are not only bilateral, but become
multilateral conflicts, including conflicts caused by non-government actors who take advantage
of the exploration and exploitation of natural resources in the South China Sea. The factors
225
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
causing the dispute to occur are a. Many resources such as gas, coral reefs etc. so that several
countries involved are trying to claim them, b. Because of the uncertainty regarding China's
claim to the South China Sea because it is contrary to the EEZ of several countries such as
Malaysia and Brunei Darussalam. c. The existence of small islands such as Natuna and Sparta
that affect the EEZ of the countries involved. (2) then the Indonesian government's efforts,
namely the existence of two factors, namely the military factor. and economic factors are
expected to be a medium for trust building that can be used by Indonesia to continue the dispute
resolution process. Now, the target that Indonesia needs to achieve is only one, namely realizing
the code of conduct in the South China Sea.
226
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
227
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
memicu bentrok dengan kapal dari negara Laut Natuna akan berdampak terhadap
lain seperti Vietnam dan Filipina. Di bidang ekonomi nasional dan terjaganya keutuhan
eksplorasi, Cina juga menempatkan wilayah dari gangguan dan klaim negara-
peralatan pengeboran di beberapa titik di negara tetangga (Syamsumar, 2010:85).
Laut Cina Selatan. Sebagai negara yang netral dan
Sejak Tiongkok menerbitkan peta memiliki kebijakan politik luar negeri yang
klaimnya yang diberi nama nine dash line bebas aktif, Indonesia memahami
pada pertengahan tahun 2009, masalah kerumitan dari konflik Laut Cina Selatan.
batas negara kini menjadi penting Indonesia menempatkan diri bahwa
dikarenakan perbatasan suatu negara Indonesia bukanlah claimant state dalam
merupakan wujud utama kedaulatan suatu konflik Laut Cina Selatan karena Indonesia
negara, termasuk penentuan batas wilayah beranggapan jika Indonesia dan Cina telah
kedaulatan, pemanfaatan sumber daya memiliki klaim yang tumpang tindih
alam, serta keamanan dan keutuhan terhadap pulau-pulau, maka mereka
wilayah. Pentingnya manajemen seharusnya tidak memiliki perselisihan
pengelolaan perbatasan negara Indonesia mengenai perairan, karena hak atas air
terkait perbatasan Indonesia-Tiongkok di berasal dari hak atas tanah berdasarkan
Laut Cina Selatan, seperti yang telah UNCLOS 1982 mengingat pentingnya
dijelaskan sebelumnya, secara sepihak peran laut baik dari sudut keamanan,
pada 2009 Cina menggambar sembilan titik ekonomi, dan politik (Darajati, 2018: 23).
ditarik dari pulau Spartly di tengah Laut Begitu pun dengan negara Filipina,
Cina Selatan, yang mana sebagian dari Vietnam, Taiwan, Brunei Darussalam, dan
wilayah perairan Natuna termasuk di Malaysia yang dalam hal ini juga
dalamnya, lalu diklaim sebagai wilayah mengklaim bahwa sebagian wilayah Laut
kedaulatan milik Cina. Terkait klaim China Selatan atau Laut Tiongkok Selatan
tersebut, secara resmi tahun 2010 masuk ke dalam Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia mengirimkan surat putusan (ZEE) negara-negara tersebut berdasarkan
kepada PBB agar pihak Cina memberikan pendekatan geografis yang diakui oleh
penjelasan apa latar belakang , hukum apa Konvensi Hukum Laut Internasional 1982.
yang mereka gunakan. Meskipun hingga Negara-negara yang bersengketa dalam
saat ini belum ada jawaban resmi dari Cina konflik Laut China Selatan atau Laut
sendiri, Indonesia tetap mengutamakan Tiongkok Selatan kerap kali terlibat dalam
diplomasi dalam menyelesaikan bentrokan fisik dengan menggunakan
permasalahan antar negara terutama kekuatan militernya masing-masing.
masalah wilayah perbatasan. Salah satu Upaya-upaya konfrontatif dalam
upaya Indonesia dalam menjaga memperjuangkan klaim atas kepemilikan
keamanan di wilayah perbatasan adalah wilayah Laut China Selatan dari masing-
dengan tetap melanjutkan perundingan masing negara yang terlibat dalam konflik
perbatasan (diplomacy borde) agar Laut China Selatan semakin memperkeruh
terdapat kejelasan garis perbatasan dan mengganggu stabilitas kawasan,
Indonesia dengan negara tetangga, serta bahkan berpotensi berdampak kepada
melakukan aktivitas eksplorasi minyak mengganggu kepentingan negara-negara
bumi dan gas alam di Laut Natuna, di sekitar kawasan yang justru tidak terlibat
sebagai bentuk eksistensi Indonesia di secara langsung dalam konflik Laut China
wilayah tersebut. Sejak tahun 2013 telah Selatan atau Laut Tiongkok Selatan,
dimulai eksplorasi pertambangan minyak di sepertnini Indonesia dan negara-negara
Natuna. Dengan adanya aktivitas langsung anggota ASEAN (Association of Southeast
dari Indonesia di wilayah-wilayah Asian Nations) lainnya. Adapun 3 (tiga) hal
perbatasan akan semakin menguatkan yang menjadi alasan utama mengapa
posisi Indonesia dalam mengklaim daerah negara-negara yang terlibat dalam konflik
tersebut. Salah satu cara yang dilakukan Laut China Selatan atau seperti China,
oleh pemerintah Indonesia adalah Taiwan, Vietnam, Filipina, Brunei
memanfaatkan sumber daya alam yang Darussalam, dan Malaysia saling
ada di Laut Natuna. Eksistensi Indonesia di berkepentingan dalam memperebutkan
228
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
wilayah kawasan laut dan daratan dua dan internasional. Berdasarkan uraian di
gugusan kepulauan Paracel dan Spratly di atas, maka perlu dilakukan penelitian
Laut China Selatan. Pertama, wilayah laut berkaitan dengan sengketa di wilayah
dan gugusan kepulauan di Laut China maritim di Laut Tiongkok Selatan.
Selatan mengandung sumber kekayaan Maka dari itu Inisiatif Indonesia
alam yang sangat besar, meliputi sebagai salah satu bagian dari ASEAN
kandungan minyak dan gas bumi serta dalam upaya penanganan sengketa Laut
kekayaan laut lainnya. Kedua, wilayah Cina Selatan pada tingkat multilateral
perairan Laut China Selatan merupakan banyak dilakukan di bawah payung
wilayah perairan yang menjadi jalur ASEAN. Indonesia dan ASEAN berusaha
perlintasan aktivitas pelayaran kapal-kapal mengikat Cina dalam kesepakatan kerja
internasional, terutama jalur perdagangan sama dan deklarasi cara damai dalam
lintas laut yang menghubungkan jalur penanganaan dan pengelolaan Laut Cina
perdagangan Eropa, Amerika, dan Asia. Selatan (Weatherbee, 2010: 55).
Ketiga, pertumbuhan ekonomi yang cukup Terdapat dua landasan penting
pesat di Asia, membuat negara-negara yang digunakan Indonesia dan ASEAN
seperti China dan negara-negara di sebagai upaya mitigasi konflik Laut Cina
kawasan Laut China Selatan, bahkan Selatan yaitu membangun kepercayaan
termasuk Amerika Serikat sangat antar pihak (confidence building measure)
berkeinginan menguasai kontrol dan dan perjanjian persahabatan dan kerja
pengaruh atas wilayah Laut China Selatan sama (Treaty of Amity and Cooperation in
yang dinilai sangat strategis dan membawa Southeast Asia). Langkah inisiatif tersebut
manfaat ekonomis yang sangat besar bagi dalam rangka mendorong terciptanya
suatu negara. mekanisme penyelesaian sengketa Laut
Jika melihat dari keadaan politik Cina Selatan bagi pihak-pihak yang
baik di kawasan Asia Tenggara maupun bersengketa. Inisiatif Indonesia dalam
Asia Pasifik di dewasa ini, terlihat upaya pengelolaan konflik Laut Cina
bernuansa muram sekaligus memanas. Selatan membuat Indonesia memainkan
Dimana Laut China Selatan atau Laut peran penting dalam kawasan. Dalam
Tiongkok Selatan yang menjadi titik tumpu perkembangannya, peran kepemimpinan
bagi geopolitik di kawasan Asia Pasifik Indonesia dalam upaya penanganan
sedang menjadi pembicaraan hangat di sengketa Laut Cina Selatan menghadapi
tingkat internasional dikarenakan tantangan.
tersulutnya konflik antara sejumlah negara
besar di Asia dan beberapa negara anggota METODE
ASEAN. Inti dari masalah yang Penelitian ini dirancang memakai
diperdebatkan sebenarnya adalah seputar pengguanan jenis studi yuridis normatif,
klaim wilayah perbatasan (territorial zone). yakni studi yang dipusatkan agar
Sengketa Laut China Selatan ini telah membahas implementasi aturan-aturan
memberikan dampak yang cukup dramatis maupun norma-norma hukum positif.
terhadap gelombang polarisasi kekuatan Berbagai pendekatan yang dipakai oleh
negara-negara yang bertikai. Berbagai penulis pada studi karya ilmiah ini yaitu
upaya yang telah dilakukan untuk pendekatan komparatif approach,
menghindari potensi Konflik Laut China pendekatan peraturan perundang-
Selatan atau Laut Tiongkok Selatan undangan (statute approach) dan
menyusul adanya kemungkinan upaya pendekatan kasus (case approach).
penyelesaian konflik secara damai oleh Adapun bahan hukum yang
semua pihak yang terlibat sengketa. Salah digunakan adalah adalah bahan hukum
satu upaya menghindari potensi konflik primer, sekunder dan tersier. Teknik
tersebut adalah melalui pendekatan pengumpulan bahan hukum pada studi ini
perundingan secara damai baik secara ialah melalaui cara studi kepustakaan.
bilateral maupun multilateral dan juga Studi ini mempergunakan metode analisa
melakukan kerjasama-kerjasama yang melalui jalan deskriptif kualitatif. Bahan
lazim digunakan mengelola konflik regional hukum primer bisa dijabarkan maupun
229
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
230
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
231
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
232
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
233
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
234
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
236