Anda di halaman 1dari 8

KONFLIK LAUT CINA SELATAN DAN SUMBER DAYA

LAUT NYA

Sonia Nisa 1,Khodijah Ismail 2, Adita Dwi Nantika 3

1
Sonia Nisa,Ilmu Kelautan,Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,2002010056@student.umrah.ac.id
2
Khodijah Ismail,Dosen Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
khodijah5778@gmail.com
3
Adita Dwi Nantika, 170254245017,Sosial Ekonomi Perikanan,Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, ,aditadwinantika27@gmail.com

Abstrak :Tujuan penulisan ini ialah menggali informasi tentang Konflik Laut cina selatan
dan sumber daya lautnya yang menjadi perebutan oleh berbagai Negara di ASEAN,dan
ternyata dilaut cina selatan ini mengandung banyak sumber daya laut yang cukup
menggiurkan seperti minyak1,ikan,dan lainnya.selain itu laut cina selatan juga memiliki letak
yang strategis untuk jalur perdagangan dalam hal perekonomian,oleh karena itu banyak
Negara-negara di ASEAN yang mengkaliam daerah laut cina selatan sebagai bagian dari
Negara itu tersebut 2.

Kata kunci:Konflik, Laut Cina Selatan, Sumber Daya

__________________________________________________________________________________

1. Kata Pengantar

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,atas izin nya saya dapat
menyelsaikan paper yang berjudul ‘Konflik Laut Cina Selatan Dan Sumber Daya
Lautnya’.dan saya juga berterimakasih kepada Ibu Assist.Prof.Dr.Khodijah,M.Si. selaku
dosen pengampu mata kuliah Pengantar Ilmu Teknologi Kemaritiman,serta kakak Adita Dwi
Nantika selaku senior pembimbing kami.Laut cina selatan menyimpan banyak sejarah atau
peristiwa yang terseimpan didalam nya dan hingga kini jika mendengar kata Laut cina selatan
akan banyak pemikiran yang tertuju pada konflik yang selama ini terjadi,disamping itu pasti
ada alasannya mengapa Laut cina selatan diperebutkan oleh berbagai Negara di
ASEAN,beberapa alasan nya yaitu3 karna sumber daya yang terkandung dilaut cina selatan
cukup menggiurkan,serta Laut cina selatan juga merupakan titik akses jalur perdagangan yang

1
Moh Rasyid Ridho, Richardus F Kaswadji, and Indra Jaya, ‘DI PERAIRAN LAUT CINA SELATAN ( Distribution of
Demersal Fishes of South China Sea Waters )’, 2001.
2
Ridho, Kaswadji, and Jaya.
3
Leszek Buszynski, ‘The South China Sea : Oil , Maritime Claims , and U . S . — China Strategic’, 2012, 139–56.
sangat berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi.untuk itu saya tertarik untuk membahas
tentang sumber daya laut cina selatan.

2.Pembahasan

Secara geografis, perairan Laut Cina Selatan memiliki arti strategis baik ditinjau dari segi
lalu lintas pelayaran serta memiliki wilayah perbatasan dengan Malaysia, Singapura,
Thailand dan Vietnam, Laut Cina Selatan merupakan jalur pengir iman barang lewat laut
tersibuk kedua di dunia. Setiap tahunnya, lebih dari setengah lalu lintas super tanker dunia
melalui jalur Selat Malaka, Selat Sunda dan Selat Lombok menuju ke Cina, Jepang, Taiwan,
dan Korea Selatan.4 Keamanan dan keselamatan jalur pelayaran (Sea Lanes Of
Communication) SLOC yang melewati Laut Cina Selatan, akhir-akhir ini mulai terusik
sehubungan dengan potensi konflik yang selama berpuluh tahun terpendam, mulai muncul ke
permukaan. Apabila dikaji secara mendalam, ancaman terhadap keamanan dan keselamatan
dijalur pelayaran tersebut hanyalah akibat dari pertikaian masalah kepemilikan terhadap dua
buah gugusan pulau (kepulauan) yang berlokasi di Laut Cina Selatan, yaitu Kepulauan
Spratly dan Paracel.5

Dalam hal ini setiap negara mempunyai kepentingan nasional, kepentingan nasional inilah
yang menjadi dasar bagi tiap negara untuk melakukan klaim di kawasan Laut Cina selatan
mengingat potensi Laut Cina Selatan ini yang begitu besar dan menjanjikan. Dalam klaim di
wilayah Laut Cina Selatan ini bahkan tidak hanya dilakukan oleh dua atau tiga negara saja,
ini menyebabkan penyelesaian sengketa laut tersebut semakin sulit untuk diselesaikan.
Tujuan klaim dari para claimants ini bukanlah untuk memiliki kepulauan tersebut dan
kemudian memindahkan penduduknya ke pulaupulau tersebut, melainkan karena faktor
ekonomi semata, yakni perebutan sumber daya alam berupa minyak bumi dan gas alam yang
dipercaya sangat banyak terdapat di kawasan tersebut. Seiring dengan kemajuan dan
kemakmuran ekonomi negara-negara Asia dewasa ini seperti Cina, Vietnam, Malaysia, maka
diperlukan eksploitasi sumberdaya alam dari laut untuk tambahan devisa negaranya. Kawasan
Asia Tenggara dan Asia Timur adalah kawasan yang rawan dengan konflik baik itu dalam
tataran Interstate maupun Intrastate. Konflik Laut Cina Selatan6 adalah salah satu contoh
kasus. Forum kerjasama Asean Regional Forum memungkinkan anggotanya untuk
4
E Estu Prabowo, ‘KEBIJAKAN DAN STRATEGI PERTAHANAN INDONESIA ( Studi Kasus Konfl Ik Di Laut Cina
Selatan )’, 3, 2013, 117–29.
5
Jurusan Ilmu and others, ‘Kebijakan Jepang Dalam Mengamankan Kepantinganya Terkait Konflik Laut Cina
Selatan Skripsi’, 2013.
6
‘JURNAL Skripsi Burn’.
mengadakan dialog untuk membahas masalah yang sedang dihadapi bersama. Negara
anggota ARF mencakup 27 negara 7yang secara geopolitik sangat berpengaruh di kawasan
Asia Pasifik, yaitu 10 negara ASEAN, Amerika Serikat, Australia, Bangladesh, Tiongkok,
India, Jepang, Kanada, Korea Selatan, Korea Utara, Mongolia, Papua Nugini, Rusia,
Singapura, Selandia Baru, Sri Lanka, Timor Leste dan Uni Eropa. Dalam kaitanya dengan
Konflik Laut Cina Selatan, ARF dapat dimanfaatkan oleh anggotanya, kususnya Jepang
untuk menghindari rivalitas antar negara dan sekaligus untuk menghindarkan kemungkinan
campur tangan pihak luar terhadap kawasan Asia Pasifik.

Dalam perkembangan terkini, Amerika Serikat bersama Jepang telah melemparkan


gagasan patroli gabungan di Laut Cina Selatan. Tujuan dari patroli ini secara resmi adalah
untuk mencegah sengketa di sana. Sedangkan tujuan tidak resmi tidak lain adalah untuk
menangkal Cina yang semakin asertif di perairan strategis tersebut. Gagasan patroli gabungan
di Laut Cina Selatan sekarang sudah mulai dipasarkan ke negara-negara di kawasan yang
"berhadapan" dengan Cina. Termasuk Indonesia dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya,
yang sudah pasti tidak melewatkan pula Singapura. Di samping itu, sekutu baru Washington
di Samudera India yaitu India juga telah dilemparkan dengan penawaran patroli bersama.
Kawasan Laut Cina Selatan diperkirakan memiliki potensi sumber daya perikanan 8 yang
berlimpah dan cadangan minyak dalam jumlah besar.9 Menurut data, cadangan minyak
terbukti (proven oil reserve) di Laut Cina Selatan sebesar tujuh juta barel dan kapasitas
produksi mencapai 2,5 juta barel perhari Cadangan itu belum meliputi wilayah perairan di
sekitar Kepulauan Spratly dan Kepulauan Paracel, karena sejauh ini eksplorasi di kedua
perairan kepulauan sengketa tersebut belum dilaksanakan. Besarnya cadangan minyak10 itu
tentu saja memperkuat sikap keempat negara ASEAN untuk menegakkan klaimnya di Laut
Cina Selatan.11

3. Research Methodology

7
Ilmu and others.
8
Robet Perangin-angin, Rahmat Kurnia, and Achmad Fahrudin, ‘KEPADATAN DAN STRATIFIKASI KOMPOSISI
SUMBER DAYA IKAN DEMERSAL DI LAUT CINA SELATAN ( WPP – NRI 711 ) DENSITY AND STRATIFICATION OF
COMPOSITION OF DEMERSAL FISH IN THE SOUTH CHINA SEA ( INDONESIA FISHERIES MANAGEMENT AREA 711
)’, 22.September (2016), 161–72.
9
Prabowo.’KEBIJAKAN DAN STRATEGI PERTAHANAN INDONESIA ( Studi Kasus Konfl ik Di Laut Cina Selatan )’.
10
Hydrospheric Atmospheric and International Pacific, ‘Interdecadal Change of the South China Sea Summer
Monsoon Onset *’, 2012, 3207–18 <https://doi.org/10.1175/JCLI-D-11-00207.1>.
11
‘No Title’, 2020.
Metode yang digunakan dalam penulisan paper ini yaitu metode kualitatif dengan
menggunakan data-data dari beberapa referesi jurnal yang terkait.Untuk menganalisis
distribusi stasiun berdasarkan kualitas perairan dan kedalaman bagi kehiduan ikan demersal
digunakan Sidik Komponen Utama (Principal Component Analysis) (Ludwig dan Reynold,
1988; Digby dan Kempton, 1992; Bengen, 1998). 12Penelitian ini dilakukan di Perairan Laut
Cina Selatan antara 01o24’75’’ LS - 02o30’01’’ LU dan 104o59’97’’ - 109o06’09’’ BT,
dengan kedalaman perairan antara 14 - 72 m menggunakan K. R. BARUNA JAYA VII.
Penelitian berlangsung dari tanggal 10 September - 5 Oktober 2001 pada 19 stasiun. Kapal
Riset "BARUNA JAYA VII" milik Pusat Penelitian Oseanografi LIPI yang digunakan
dilengkapi dengan seperangkat alat trawl dasar, sensor CTD dan seperangkat CTD deck unit,
echo sounder dan secchi disk. Pencatatan parameter ikan demersal contoh meliputi jenis dan
jumlah individu tiap jenis tiap haul. Ikan yang tertangkap diidentifikasi dengan buku Fischer
dan Whitehead (1974) dan Gleofert dan Kailola (1979).Penelitian juga dilakukan untuk
meneliti jenis ikan tuna ,Penelitian dilakukan di tempat pendaratan ikan di PPN Pemangkat
selama periode 2011-2012 oleh tim enumerator Balai Penelitian Perikanan Laut yang
berjumlah 2 orang. Data hasil tangkapan jenis tuna neritik diperoleh dari monitoring
pendaratan harian kapal jaring insang yang beroperasi di Laut Cina Selatan. Pencatatan data
hasil tangkapan harian meliputi nama kapal, jenis alat tangkap yang digunakan, spesies ikan
yang tertangkap, jumlah hasil tangkapan, dan jumlah hari operasi di laut per trip. 13 Dan dalam
penelitian mengenai konflik laut cna selatan penulis mendapatkan informasi dari beberapa
jurnal terkait dimana si peneliti menggunakan paradigma realis yang menjadikan negara
sebagai aktor utama dalam hubungan internasional yang bersifat rasional, monolith, dan
memperhitungkan cost and benefit dari setiap tindakannya. Tingkat dan unit analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah negara-bangsa (nation-state). Tingkat analisa ini lebih
fokus pada apa yang dilakukan oleh negara serta bagaimana negara memutuskan untuk
mengambil kebijakan berdasarkan kepentingan nasional (national interest).14

4.Hasil Pembahasan

Dibutuhkan keterpaduan kebijakan antar semua instrumen kekuatan nasional untuk


mengamankan kepentingan nasional. Dalam konteks menghadapi sengketa Laut Cina

12
Ridho, Kaswadji, and Jaya.
13
Arief Wujdi, ‘FLUKTUASI DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN TUNA NERITIK TERTANGKAP JARING INSANG DI
PERAIRAN LAUT CINA SELATAN FLUCTUATION AND CATCH COMPOSITION OF NERITIC TUNA SPECIES’, 2014,
207–14.
14
Pada Tahun, ‘Jom Fisip Volume 2 No. 2 Oktober 2015’, 2015, 1–12.
Selatan, instrumen diplomasi dan instrument pertahanan Indonesia secara teoritis harus
menempuh satu langkah yang terpadu. Eksistensi instrumen pertahanan di antaranya adalah
untuk mendukung diplomasi, termasuk apabila diplomasi itu dianggap gagal. 15 Upaya-upaya
Indonesia di bidang diplomasi yang di antara berfokus pada penanganan isu sengketa Laut
Cina Selatan dalam bingkai ASEAN semestinya didukung pula oleh instrumen
pertahanan.Ada beberapa solusi yang bisa dilakukan untuk mencegah kerugian bagi negara
kita yang diakibatkan dengan adanya kasus konflik laut cina selatan,diantaranya 16:
Meningkatnya Kapabilitas Militer Indonesia melalui MEF (Minimum Essential Force),
Meningkatkan Diplomasi Preventif Dengan Negara- Negara Pengkalim Untuk Meredam
Konflik, Meningkatkan Manajeman Perbatasan dan Aktifitas di Perairan Pulau
diperbatasan.Dan juga dari beberapa hasil penelian mengatakan bahwa diperairan laut cina
selatan menyimpan banyak jenis ikan demersal17 diantaranya (Tabel 3.1):

Tabel 3. Jenis-jenis Sumberdaya Ikan yang Tertangkap selama Penelitian.

No Jenis Ikan No Jenis Ikan

1 Carcharinus sealei 11 Uraspis uraspis

2 Aetobatus narinari 12 Seriolina nigrofasciata

3 Dasyatis sp 13 Selaroides leptolepis

4 Gymnura sp 14 Selar crumenophthalmus

5 Rays (sp1) 15 Megalaspis cordyla

6 Arius thalassinus 16 Alectis sp2

7 Abalistes stellaris 17 Carangoides sp

8 Alectis sp1 18 Atule mate

9 Alepes melanoptera 19 Atropus atropus

1 Alepes kalla 20 Alepes jeddaba

15
Prabowo.
16
Ilmu and others.
17
Ridho, Kaswadji, and Jaya.
0

4.Kesimpulan

Laut cina selatan yang menyimpan banyak konflik dari tahun ke tahun hingga saat ini
Kebijakan Indonesia menghadapi konflik di Laut Cina Selatan dalam prakteknya lebih
banyak bertitik berat kebijakan luar negeri dan belum diimbangi oleh kebijakan pertahanan.
Peran Indonesia secara diplomasi dikawasan dalam meredam potensi konflik di Laut Cina
Selatan cukup menonjol dalam mencari solusi damai pada tingkat diplomatik. Belum
menonjolnya kebijakan pertahanan dalam rangka mengantisipasi konflik L aut Cina Selatan
membuat kebijakan yang ditempuh belum bersifat berimbang, dalam arti belum ada antisipasi
berarti dari aspek pertahanan andaikata diplomasi Indonesia di Laut Cina Selatan gagal
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kebijakan pertahanan khususnya yang menyangkut
pembangunan kekuatan perta hanan berdasarkan Minimum Essential Force (MEF) belum
melihat dinamika lingkungan strategis yang sangat cair di Laut Cina Selatan sebagai
ancaman dan tantangan yang harus diantisipasi. Dengan kata lain, terdapat ketidaksinkronan
antara kebijakan luar negeri dan kebijakan pertahanan yang semestinya tidak boleh terjadi. S
trategi pertahanan Indonesia belum secara khusus dirancang untuk mengantisipasi s pill over
konflik di Laut Cina Selatan. Strategi pertahanan yang dianut Indonesia dewasa ini tidak
secara khusus memberi kan perhatian terhadap kemung kinan dinamika konfl ik di Laut Cina
Selatan dan sebaliknya berfokus pada wilayah konfl ik lainnya. Hal itu tercermin pula dalam
rencana pembangunan kekuatan berdasarkan MEF yang lebih didasarkan pada pertimbangan
jangka pendek mengha dapi sengketa di Laut Sulawesi daripada pertimbangan jangka
panjang yang lebih bersifat strategis dan implikasi yang lebih besar yaitu sengketa di Laut
Cina Selatan. Kementerian Pertahanan perlu meninjau ulang kebijakan dan strategi
pertahanan yang menetapkan sengketa di Laut Cina Selatan sebagai potensi ancaman
terhadap kepentingan nasional Indonesia dalam jangka panjang. Melalui perumusan persepsi
ancaman yang sesuai dengan perkembangan lingkungan strategis, diharapkan mampu
merangsang perumusan kebijakan, strategi dan pembangunan kekuatan pertahanan negara
yang realistis, proporsional dan antisipatif terhadap dinamika sengketa di Laut Cina
Selatan.mempunyai sumber daya laut yang sangat kaya,berdasarkan beberapa penelitian
mengungkapkan bahwa ada banyak jenis ikan demersal yang terdapat dilaut cina selatan,dan
distribusi sumberdaya ikan demersal lebih dipengaruhi faktor lingkungan terutama kadar
salinitas dari pada kedalaman perairan.selain ikan ada juga beberapa sumber daya laut
lainnya seperti minyak bumi dan lainnya.

5.Ucapan Terimakasih

Selama masa perkuliahan sampai pada tahap penyelesaian paper ini, penulis sangat
bersyukur bahwa banyak sekali yang membantu penulis. Pada kesempatan kali ini, penulis
ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1.Tuhan YME dengan segala rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kekuatan dan
kesabaran kepada penulis untuk dapat menyelesaikan paper ini

2.Ibu Dosen Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si ,selaku dosen pengampu mata pelajaran Pitk
yang telah mengajarkan banyak hal selama 1 semester ini.

3.Kakak Adita Dwi Nantika ,selaku kakak pembimbing dalam pengerjaan paper ini.

4.Teman-teman mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan angkatan 2020 yang
banyak membantu semasa perkuliahan.

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

6.Daftar Pustaka

Atmospheric, Hydrospheric, and International Pacific, ‘Interdecadal Change of the South


China Sea Summer Monsoon Onset *’, 2012, 3207–18 <https://doi.org/10.1175/JCLI-D-
11-00207.1>

Buszynski, Leszek, ‘The South China Sea : Oil , Maritime Claims , and U . S . — China
Strategic’, 2012, 139–56

Ilmu, Jurusan, Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu, Sosial Dan, and Ilmu Politik,
‘Kebijakan Jepang Dalam Mengamankan Kepantinganya Terkait Konflik Laut Cina
Selatan Skripsi’, 2013

‘JURNAL Skripsi Burn’

‘No Title’, 2020

Perangin-angin, Robet, Rahmat Kurnia, and Achmad Fahrudin, ‘Kepadatan Dan Stratifikasi
Komposisi Sumber Daya Ikan Demersal Di Laut Cina Selatan ( Wpp – Nri 711 )
Density And Stratification Of Composition Of Demersal Fish In The South China Sea
( Indonesia Fisheries Management Area 711 )’, 22.September (2016), 161–72

Prabowo, E Estu, ‘Kebijakan Dan Strategi Pertahanan Indonesia ( Studi Kasus Konfl Ik Di
Laut Cina Selatan )’, 3, 2013, 117–29

Ridho, Moh Rasyid, Richardus F Kaswadji, and Indra Jaya, ‘Di Perairan Laut Cina Selatan
( Distribution of Demersal Fishes of South China Sea Waters )’, 2001

Tahun, Pada, ‘Jom Fisip Volume 2 No. 2 Oktober 2015’, 2015, 1–12

Wujdi, Arief, ‘Fluktuasi Dan Komposisi Hasil Tangkapan Tuna Neritik Tertangkap Jaring
Insang Di Perairan Laut Cina Selatan Fluctuation And Catch Composition Of Neritic
Tuna Species’, 2014, 207–14

Anda mungkin juga menyukai