Anda di halaman 1dari 22

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
karya tulis sederhana ini tepat pada waktunya.

Dalam penyelesaian karya tulis sederhana ini , tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan banyak pihak, untuk selayaknya paa
kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Guru Bahasa Indonesia Ibu Endang Harikasih S.Pd.,M.Pd. Tempat


penulis berdiskusi, bertukar pendapat, dan berkonsultasi dalam
pembuatan karya tulis sederhana ini.
2. Kedua Orang tua tercinta yang telah mendoakan sehingga karya tulis
ini dapat diselesaikan.
3. Terakhir, tidak lupa teman-teman penulis yang memberi semangat
serta ucapan terimakasih dan juga doa sehingga karya tulis sederhana
ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan
baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaah karya tulis selanjutnya.

Akhir kata semoga karya tulis sederhana ini dapat memberikan manfaat kepada
kita sekalian.

Malang, Januari 2015

Penulis

1
Daftar Isi

Kata pengantar.........................................................................................................1

Daftar isi..................................................................................................................2

1. BAB I Pendahuluan

1.1 Latar belakang...............................................................................................3


1.2 Tujuan penulisan...........................................................................................4
1.3 Rumusan masalah.........................................................................................4
1.4 Metode..........................................................................................................4
1.5 Sistematika.................................................................................................4-5
2. BAB II Pembahasan

2.1 Alutsista.........................................................................................................6
2.2 Perawatan dan pemeliharaan alutsista......................................................6-10
2.3 Peranan Industri dalam negeri................................................................10-14
2.4 Dampak modernisasi alutsista................................................................15-17
BAB III Kesimpulan dan Saran
3.1 Kesimpulan............................................................................................18-19
3.2 Saran............................................................................................................19
Lampiran......................................................................................................20-21
Daftar pustaka....................................................................................................22

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pertahanan negara disebut juga pertahanan nasional adalah segala usaha


untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah
sebuah negara dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan
terhadap keutuhan bangsa dan negara. Kondisi pertahanan suatu negara tentu
saja, salah satunya, bisa dilihat dari kondisi alat utama sistem persenjataan
(alutsista) angkatan bersenjatanya. Semakin kuat, canggih, modern, efektif dan
efisien alutsista suatu negara, menunjukan semakin kuat pula pertahanannya.

Alutsista sebuah negara berpengaruh terhadap pertahanan suatu negara,


untuk melindungi wilayah negara diperlukan sistem persenjataan yang
memadai untuk mencakup seluruh wilayah negara tersebut. Alutsista bahkan
bisa berpengaruh terhadap kedudukan suatu negara dalam politik internasional.
Namun, dalam proses pengadaan dan pemeliharaan alutsista di Indonesia,
terdapat beberapa masalah kompleks dan berlarut–larut, mulai dari masalah
dana yang tidak tersedia sampai dengan sistem pengadaan yang bermasalah.

Modernisasi dipandang sudah sangat mendesak, karena dengan


meningkatnya intensitas ancaman, akibat perkembangan lingkungan strategis,
menuntut profesionalisme TNI dalam menjalankan tugas dan kewajibannya.
Untuk dapat meningkatkan profesionalitas itu, prioritas kita antara lain adalah
memenuhi dan melengkapi Alutsista TNI dengan peralatan modern, bukan
dengan Alutsista yang sudah tua dan usang.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis membuat


Karya Tulis Sederhana yang berjudul, “DAMPAK

3
MODERNISASI ALUTSISTA TENTARA NASIONAL INDONESIA
TERHADAP PERTAHANAN NEGARA”.

1.2 TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulisan karya


tulis sederhana ini bertujuan untuk :
1 Untuk mengetahui istilah alutsista.
2 Untuk mengetahui perawatan dan pemeliharan alutsista TNI.
3 Untuk mengetahui peranan industri dalam negeri dalam pengadaaan
alutsista.
4 Untuk mengetahui dampak modernisasi alutsista TNI bagi pertahanan
nasional.

1.3 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan tujuan penulisan dan indentifikasi permasalahan alutsista


TNI diatas, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa istilah alutsista ?
2. Bagaimana perawatan dan pemeliharan alutsista TNI saat ini ?
3. Bagaimana peranan industri dalam negeri dalam pengadaaan alutsista ?
4. Apa dampak modernisasi alutsista TNI bagi pertahanan nasional ?

1.4 METODE

Metode yang digunakan yaitu studi literatur (mengutip artikel dari


internet dan majalah angkasa.)

1.5 SISTEMATIKA

Sistematika yang digunakan penulis adalah sebagai berikut

1. BAB I Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan penulisan
1.3 Rumusan masalah
1.4 Metode

4
1.5 Sistematika

2. BAB II Pembahasan Masalah


2.1 Alutsista
2.2 Perawatan dan pemeliharaan alutsista
2.3 Peranan Industri dalam negeri
2.4 Dampak modernisasi alutsista

3. BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ALUTSISTA

Alat utama sistem persenjataan,atau lebih dikenal dengan alutsista adalah


komponen utama dalam kekuatan militer indonesia selain personil aktif.

Alutsista TNI juga dibagi berdasarkan martra TNI sendiri , yaitu

-Alutsista TNI AU = yang berhubungan dengan ke dirgantaraan.

-Alutsista TNI AL = yang berhubungan dengan kemaritiman.

-Alutsista TNI AD = yang berhubungan dengan pertahanan di darat.

2.2 PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN ALUTSISTA

Dimata negera-negara Asia Tenggara, Indonesia memang disebut-sebut


sebagai bangsa yang besar. Besar karena luas wilayah darat dan perairannya, besar
juga karena jumlah penduduknya. Siapa tak bangga menjadi anak Indonesia,
dimana bumi pertiwi-nya terhampar kekayaan alam yang tak ada tandingnya.

Indonesia memang hebat, semua kekayaan alam menumpuk di bumi


khatulistiwa. Mulai dari emas, uranium, tembaga, gas, minyak, batubara, timah,
bouksit, besi, intan, dan berbagai hasil tambang lainnya. Jumlah alutsista (alat
utama sistem senjata) untuk melakukan pengamanan, tak sebanding dengan luas
wilayah NKRI.

Berdasarkan data yang dirilis oleh pihak Markas Besar Tentara Nasional
Indonesia tahun 2010, 70 persen alutsista kita berada dalam kondisi yang sudah
tua, atau minimal berusia 20 tahun. Kondisi alutsista Indonesia yang
memprihatinkan terlihat dari semua matra TNI, contohnya pada TNI – AU,

6
Indonesia saat ini hampir tak punya skuadron utuh yang berkekuatan 16 pesawat
siap terbang. Yang ada hanya skuadron tak utuh, yaitu 6 skuadron tempur, 5
skuadron angkut, 3 skuadron heli, dan sebuah skuadron intai. Kalau mau
dimasukkan juga, masih ada skuadron pendidikan dan Satudtani (Satuan Udara
Pertanian).  Total jumlah pesawat kita yang siap terbang dari berbagai jenis sekitar
100 unit.

Demikian pula bagi angkatan laut, dimana Indonesia hanya memiliki 2


kapal selam uzur, 6 fregate dan 23 corvettes. Selain itu hanya ada kapal militer
berjenis pendukung seperti untuk logistik, patrol dan amfibi dengan total jumlah
kapal sekitar 140 kapal berbagai jenis.

TNI–AD juga tidak kalah memprihatinkan. Meski memiliki jumlah


anggota atau personel paling banyak, akan tetapi peralatan tempur yang dimiliki
kebanyakan hanya bersifat angkut personel. Indonesia bahkan sama sekali tidak
punya satu pun Main Battle Tank (MBT) sebagai kavaleri paling kuat. Kondisi
alat utama sistem senjata (alutsista) milik TNI AD yang dalam keadaan layak
digunakan hanya 60%. Sisanya sebanyak 40% alutsista masih harus diperbaiki
agar layak digunakan.

Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa kondisi alutsista TNI sudah sangat
memprihatinkan dan sangat tidak memadai untuk mengamankan seluruh wilayah
Indonesia, tercatat hasil kekayaan laut hilang triliunan rupiah per tahun, karena
kita tak bisa melakukan pengamanan terhadap wilayah Indonesia. Belum lagi
perawatan yang dilakukan masih bersifat sementara dan kanibalisme kerap kali di
lakukan untuk menutupi keterbatasan dana yang di berikan pemerintah.

Pemerhati isu pertahanan dan alutsista TNI, Jagarin Pane mengatakan


perkembangan pengadaan alutsista TNI mulai tahun 2012 ini bisa disebut masuk
musim panen raya sampai tahun 2014. Tahun ini saja kita sudah menerima empat
pesawat coin (counter insurgency) Super Tucano buatan Brazil dari yang kita
pesan satu skuadron (16 unit). Kita juga sudah menerima 2 KCR (Kapal Cepat
Rudal) dari enam yang dipesan buatan galangan kapal dalam negeri di Batam.
Tank berat Leopard juga sudah diambang pintu dengan pesanan 100 unit bersama
dengan 50 unit tank medium Marder buatan Jerman.

7
Menurutnya, Indonesia juga sedang menunggu kedatangan MLRS (Multi
Launcer Rocket System) Astross II dari Brazil untuk kebutuhan dua batalyon, satu
unit kendaraan peluncurnya dipamerkan di ajang Indo Defence di
Jakarta. Demikian juga dengan Howitzer Caesar buatan Perancis untuk kebutuhan
dua batalyon artileri, sedang dinantikan kedatangannya bersama rudal Mistral
untuk satu batalyon. Menurutnya, banyak sekali pengadaan alutsista hingga tahun
2014 untuk ketiga matra TNI ini. Dari  ketiga matra saat ini, yang paling kuat
adalah Angkatan Darat baik dari sisi jumlah pasukan maupun alutsista. TNI AD
punya lebih dari 1000 tank dan panser belum termasuk artileri dan rudal anti
serangan udara. “Akan tetapi tank yang dimiliki hanya berkategori tank ringan
dari jenis Scorpion buatan Inggris dan AMX13 buatan Perancis. Itu sebabnya
sesuai perkembangan situasi kawasan yang dinamis kita butuh Main Battle Tank
(MBT) dan Medium Tank”, ungkap Jagarin menjelaskan.

Sementara itu, lanjut dia, untuk TNI AL punya kekuatan armada dengan
lebih dari 140 KRI terbagi dalam dua armada, yaitu armada Barat dan
Timur. Yang membanggakan tentu kekuatan pemukul KRI sudah dilengkapi
dengan rudal anti kapal Yakhont buatan Rusia berjarak tembak 300 Km, rudal
C802 dan C705 buatan Cina. Uji coba rudal Yakhont yang dilakukan di mulut
perairan Ambalat Oktober 2012 lalu pada seri latihan Armada Jaya mampu
menenggelamkan KRI LST yang sudah pensiun dengan sekali tembak. Satuan
pemukul TNI AL yang lain adalah Korps Marinir yang punya kemampuan serang
pantai. Ini yang tidak dimiliki oleh Malaysia dan Singapura. Korps Marinir
memiliki persenjataan yang berbeda generasi mulai dari tank amfibi PT 76,
BTR50, AMX10P, BTR80A, RM Grad sampai yang terbaru BMP3F.

Untuk TNI AU Jagarin menilai kondisi alutsista yang paling lemah


diantara dua matra TNI lainnya. Saat ini TNI AU hanya memiliki kekuatan 10
F16, 10 Sukhoi, 12 F5E, 32Hawk 100/200, 4 Super Tucano. Menurutnya,
kekuatan itu jelas sangat tidak memadai untuk mengawal Dirgantara RI yang
seluas Eropa ini. Namun dengan kedatangan 24 F16 blok 52, 6 Sukhoi, 16 Super
Tucano dan 16 T50 setidaknya sesak nafas yang menjadi kendala mengawal
kedaulatan udara RI bisa agak lega. Tentu saja tidak berhenti sampai disitu.
Mestinya dalam MEF (Minimum Essential Force) tahap II tahun 2015-2019 kita

8
harus memiliki minimal 32 jet tempur kelas berat Sukhoi, 48 jet tempur ringan
F16 dan paling tidak punya juga minimal 24 unit dari jenis Typhoon atau Rafale.

Melihat kondisi alutsista Trimatra TNI upaya untuk menambah


persenjataan tentu menjadi sebuah keniscayaan bagi negara besar seperti
Indonesia. Negara kita baru saja memproduksi UU Industri Pertahanan sebagai
payung hukum untuk mengembangkan industri pertahanan dan keamanan
(Hankam) dalam negeri.

Pembelian alutsista untuk memperkuat dan modernisasi sebuah angkatan


perang diharapkan mampu memberikan dampak psikologis positif terhadap
pertahanan negara dan kedaulatan bangsa. Untuk mencapai kondisi yang ideal
dalam pengoperasiannya dibutuhkan tahapan berjenjang mulai dari perencanaan,
pelatihan para awak, pengorganisasian dan seterusnya sampai pemeliharaan dan
perawatan alutsista itu sendiri agar berfungsi dengan baik dan usia pakai dapat
bertahan lebih panjang.

Kendala utama justru ada pada pemeliharaan dan perawatan alutsista TNI.
Perawatan dan pemeliharaan kadang kala terbentur pada ketersedian suku cadang
walaupun anggarannya sudah ada dalam perencanaan. Bila pemeliharaan dan
perawatan alutsista mengikuti sistem pemeliharaan yang telah ada maka resiko
kemungkinan untuk penyusutan fungsi dapat ditekan seminimal mungkin.
Kelangkaan suku cadang ini sangat bergantung pada negara pembuat alutsista
sebagai penyediaa tunggal yang banyak dipengaruhi oleh suhu politik. Singkatnya
bila negara si pembuat karena sesuatu hal mengembargo negara pembeli dalam
penyediaan suku cadang, maka dapat dipastikan alutsista yang digunakan tidak
akan dapat bertahan sesuai dengan usia pakai.

Masalah ini menjadi sangat serius apabila terus terabaikan dan sangat
berpengaruh pada kesiapsiagaan dan keberhasilan angkatan perang dalam
menghadapi situasi yang membutuhkan kehadiran dan peran nyata. Hendaknya
hal ini masuk dalam perhitungan kemungkinan terburuk agar pemeliharaan dan
perawatan alutsista dapat berjalan sesuai dengan sistem pemeliharaan yang ada
tanpa mengesampingkan jaminan dan mutu.

9
Bila hal ini dapat diterapkan dengan lebih baik setidaknya dapat
mengurangi ketergantungan dari negara pembuat dengan mengoptimalkan industri
pertahanan dalam negeri, bila perlu pengelompokkan industri yang khusus
membuat suku cadang 'tandingan' harus benar-benar ditata dengan rapi. Sangat
ironis sekali ketika sebuah angkatan perang tidak dapat mengoperasikan sebuah
alutsista hanya karena sebuah suku cadang kecil yang tidak dapat terdukung
lantaran tidak dapat dibuat di dalam negeri yang harus mendapat lisensi dari
negara pembuat.

Selain masalah teknis dari perawatan dan pemeliharaan alutsista, juga


terdapat masalah finansial. Masalah finansial biasanya bukan karena alokasi dana
dari negara kurang memadai dengan kebutuhan dana untuk perawatan, akan tetapi
masalah finansial itu dikarenakan penyelewengan oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab atas tugas dan amanah yang telah didapatkannya dari rakyat.
Penyelewengan itu dapat berupa korupsi yang dilakukan oleh oknum-oknum
tersebut. Penyelewengan dana alutsista yang tidak sesuai sasaran anggaran,
berakibat semakin parahnya kondisi alutsista Indonesia.

2.3 PERAN INDUSTRI DALAM NEGERI

Masih rancunya perencanaan pengadaan alat utama sistem senjata


(Alutsista) TNI selama ini ditenggarai karena adanya masalah di tataran praktek
dan realitas dana. Dimana Kementerian Pertahanan (Kemhan) mengakui memiliki
perencanaan yang matang, namun tidak demikian dalam implementasinya. Agak
membingungkan ketika Kemhan mengatakan memiliki perencanaannya. Namun
dalam tataran praktek, semuanya tidak bisa dikendalikan. Artinya pembelian
Alutsista terlihat tidak terencana dengan baik.

Muradi yaitu pengamat pertahanan yang juga dosen di FISIP Universitas


Padjadjaran juga mengungkapkan, setidaknya ada lima permasalah pokok
perencanaan pengadaan Alutsista TNI, yaitu :

10
1.    Pertama, masalah anggaran yang terbatas. Begitu tiga matra memiliki rencana
atau semacamnya, selalu dibenturkan dengan realitas dana yang sedikit
jumlahnya. Pada akhirnya, perencanaan yang matang itu dihilangkan dengan
realitas yang ada.

2.    Kedua, masih ada yang bermain untuk mengambil keuntungan dari


pengadaan Alutsista, entah itu broker, dari kalangan internal atau kalangan
eksternal.

3.    Masalah ketiga, ketidakpahaman DPR terkait spesifikasi produk yang akan


dibeli pemerintah. Masalah ini adalah tugas pemerintah untuk memberikan
informasi sebesar-besarnya kepada DPR agar tidak simpang siur.

4.    Keempat, masalah bagaimana Politik Luar Negeri pemerintah terhadap


negara lain seperti Amerika Serikat (AS).

5.    Masalah kelima adalah masalah ancaman di kawasan. 

Untuk mengatasi permasalahan alutsista, maka diperlukan dukungan


industri untuk mencapai MEF. Tahun 2010 telah dicanangkan sebagai tahun
kebangkitan industri pertahanan dengan pertimbangan bahwa “tidak ada masa
depan tanpa teknologi / No Future Without Technology”, seiring dengan itulah
menjadikan satu nafas antara pembangunan dan keberlanjutannya/Suistainable
Development untuk menumbuhkembangkan sinergitas antara pembangunan
ekonomi dan pertahanan. Kebijakan pemerintah mulai tahun 2010 adalah
pertahanan mendukung ekonomi (economy backed by defence), Kebijakan
tersebut diharapkan bahwa nanti terdapat ruang yang tersedia bagi teknologi untuk
mengubah masa depan bangsa dan negara. Hal penting yang menjadi atensi untuk
merealisasikan pemberdayaan industri dalam negeri yaitu: pertama, kerja sama
lintas instansi; kedua, manajerial dari BUMNIS (Indhan); ketiga, pemenuhan
keseluruhan kemampuan anggaran dan kemampuan SDM; dan keempat, sarana
prasarana yang tersedia.

Kebijakan pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan Alutsista adalah


mengutamakan produk dalam negeri, apabila industri pertahanan dalam negeri
belum mampu maka menggunakan produk luar negeri namun tetap melibatkan

11
industri dalam negeri salah satunya melalui mekanisme Joint Production. Bila
industri pertahanan dalam negeri belum mampu maka pemenuhan Alutsista dari
luar negeri diusahakan tetap memberikan kompensasi melalui mekanisme Imbal
Dagang lainnya oleh industri nonpertahanan.  Kebijakan membangun infrastruktur
industri pertahanan yang merupakan bagian dari industri nasional, perlu
membangkitkan industri unggulan berbasis teknologi strategis dengan bekerja
sama dengan negara lain.

Kemampuan industri pertahanan dalam memproduksi Alutsista akan


berpengaruh terhadap kemandirian pemenuhan kebutuhan Alutsista dari dalam
negeri. Pembinaan industri pertahanan diarahkan kepada pencapaian kemandirian
kemampuan menyediakan alat peralatan pertahanan untuk mendukung
kemampuan pertahanan dalam menghadapi ancaman.  Kemampuan yang ingin
dicapai sesuai dengan proyeksi pada tahun 2024 adalah memiliki industri
pertahanan yang mampu menyediakan kebutuhan Alutsista untuk mendukung
kemampuan pertahanan yang memiliki daya tangkal terhadap seluruh kekuatan
negara tetangga.

Pembinaan industri pertahanan diarahkan pada pencapaian kemampuan


desain, produksi, pemasaran, layanan purna jual, pemeliharaan, dan dukungan
logistik terpadu yang memenuhi standar nasional/internasional secara bertahap,
berlanjut, dan konsisten sesuai bidang industrinya, melalui pengembangan IPTEK
yang melibatkan akademis, lembaga litbang, dan industri serta kerja sama dengan
pihak luar negeri dalam rangka transfer teknologi. Kebijakan pemerintah untuk
menggunakan produksi dalam negeri, perlu ditindak lanjuti oleh pengguna/TNI
dalam bentuk kebijakan nyata untuk menggunakan produk-produk industri
pertahanan dalam negeri sebagai salah satu bentuk pembinaan industri pertahanan.

Dalam sistem pengadaan alutsista TNI, Indonesia sering sekali memesan


persenjataan dari luar negeri tanpa mengetahui dampak yang ditimbulkan dari hal
tersebut. Industri militer nasional kita menjadi rapuh dan tidak seproduktif dulu.

Indonesia sudah punya hampir semuanya dalam industri militer, yaitu PT


DI (pesawat), PT PAL (kapal laut), PT Pindad (alutsista darat), dan PT Dahana
(bahan peledak). Kita bahkan juga punya industri hulunya seperti PT Krakatau

12
Steel (besi dan baja). Tercatat Indonesia mempunyai lebih dari 10 industri militer
nasional. Berikut adalah daftar industri militer nasional ;

1. PT. DAHANA   10. PT Sari Bahari


2. PT. Dirgantara Indonesia 11. PT. Palindo Marine
3. PT. Pindad 12. PT Infoglobal Teknologi
4. PT Len Industri (Persero) Semesta (PT. ITS)
5. PT Dok Kodja Bahari.. 13. PT Indo Guardika Cipta
6. PT. PAL Indonesia Kreasi
7. PT Lundin Industry Invest. 14. Persada Aman Sentosa
8. PT Famatex 15. PT Daya Radar Utama
9. PT Saba Wijaya Persada

Ini bukan saja membanggakan, tapi sangat potensial untuk dikembangkan.


Bahkan hal ini sudah dilakukan sejak lama oleh negara – negara maju. China
misalnya, yang kini punya setidaknya 11 BUMN di industri militer. Maka dengan
industri alutsista bukan lagi pemborosan, malah memberikan devisa bagi negara.

Pengembangan industri pertahanan bertujuan untuk meningkatkan jumlah


dan kondisi alat utama sistem persenjataan yang modern. Untuk mencapai tujuan
tersebut, telah dilakukan kerja sama bidang kedirgantaraan, perkapalan, teknik
sipil, industri alat berat, otomotif, elektronika, dan industri nasional lainnya. Di
samping itu, dilaksanakan pula peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam
bidang desain dan engineering, meliputi keahlian dan kemampuan dalam
mengembangkan dan membuat pesawat angkut militer, pesawat misi khusus,
kapal patroli cepat, kapal perang, kendaraan tempur militer, sistem senjata, sistem
jaringan komunikasi, pusat komando dan pengendalian, serta sistem informasi.

Niat membangun Indonesia dengan kekuatan sendiri bagaimanapun harus


dihayati dengan keinginan mulia, terlebih karena negeri ini memiliki sumber daya
alam dan sumber daya manusia yang tak kalah dibanding negara-negara maju.

Secara KHUSUS HAL Itu pernah disampaikan Dr Rika Andiarti dan Dr Lilis
Mariani, dua perancang roket Lapan hasil didikan luar negeri. Mereka praktis tak

13
mengalami kesulitan sedikit pun dalam program pendidikan yang harus dijalani.
Rika, alumnus SMA Negeri Cibadak, Sukabumi, yang menamatkan pendidikan
tinggi di Universitas Paul Sabatier dan Ecole Centrale Nortes, Perancis,
selanjutnya dikenal sebagai satu dari segelintir enjinir yang menguasai sistem
kendali pesawat ruang angkasa.

Sementara Lilis, alumnus SMA Negeri 27 Jakarta, yang menamatkan


pendidikan tinggi di Universitas Missouri, AS dan Universitas Nagoya, Jepang,
selanjutnya dikenal sebagai satu-satunya wanita yang pernah memimpin roket
berdiameter besar di Lapan. “ Bekal matematia yang kami dapatkan dari SMA di
Indonesia ternyata jauh lebih hebat. Di Indonesia, kami telah diberi kalkulus,
sementara di Amerika Serikat tidak. Di Amerika Serikat pelajaran matematika
hanya berkutat di seputar geometri. Kami tak sulit mengikuti pelajaran. Kalau pun
ada nasehat yang harus kami camkan, itu adala bahwa kami harus rajin berusaha.
Bagi mereka pintar bukanlah segalanya. Percuma pintar kalau malas” ungkap
keduanya.

Selain ahli roket, Indonesia juga punya banyak enjinir berbakat di bidang
lain seperti pesawat terbang, satelit, komputer, dan nuklir. Tetapi, tak sedikit
diantara mereka henkang ke luar negeri karena minimnya industri yang bisa
menyerap keahlian mereka. Jalan yang ditempuh para pendahulu, seperti Wiweko
Soepomo, Abdulrahman Saleh, Nurtanio Pringgoadisuryo, dan menristek BJ
Habibie, sejatinya sudah benar. Mereka telah membangun pondasi dan merintis
industri kedirgantaraan sebagai salah satu pilar yang diyakini sanggup mengantar
indonesia menjadi negara kuat di kawasan. Langkah ini setidaknya didukung
David Hambling, pemerhati sains dan teknologi asal Inggris, yang tegas
mengatakan bahwa kedirgantaraan dan elektronik kunci bagi siapa pun yang ingin
mencapai supremasi dunia.

Hambling mengungkapkan, hampir semua negara utama pelaku perang –


sejak Perang Dunia II sampai perang dingin tahun 1980-an sama-sama melakukan
hal yang sama untuk menundukkan lawan-lawannya. Mereka lebih dulu
menguasai teknologi penerbangan dan elektronik

14
2.4 DAMPAK MODERINISASI ALUTSISTA

Sebuah lembaga yang meneliti kekuatan militer negara di dunia, Global


Firepower menempatkan kekuatan militer Indonesia berada pada posisi ke-18
dunia, pada 2011. Sedangkan 10 besar negara lainnya ditempati Amerika Serikat,
Rusia, China, India, Inggris, Turki, Korea Selatan, Perancis, Jepang, dan Israel.

Lebih mengejutkan lagi, di ASEAN, kekuatan militer Indonesia


menempati urutan teratas, diikuti Thailand (ke-19), Filipina (ke-23), Malaysia (ke-
27), dan Singapura (ke-41). Italia menempati urutan ke-17, Taiwan berada pada
urutan ke-14, dan Australia pada urutan ke-24. Paling tidak, dengan kemajuan ini,
sedikit memupuskan rasa ketidakyakinan rakyat pada kekuatan militer yang
dimiliki saat ini. Artinya, perlahan Indonesia mulai berhitung mengenai kekuatan
militer.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sendiri mengakui,


modernisasi alutsista di tubuh TNI masih belum terkoordinasikan dengan
baik. Bahkan, kata Presiden dirasakan kurang mengalir dari strategi pertahanan,
dan doktrin pertahanan yang dianut. Seharusnya, dengan perubahan yang sangat
cepat terkait perlengkapan-perlengkapan pertahanan di dunia kemiliteran.
Didukung dengan pemutakhiran alutsista menjadi sebuah jawaban agar Indonesia
tidak tertinggal jauh dengan negara-negara lain.

Meski melalui Kementerian Pertahanan, pemerintah sudah menargetakan


modernisasi alutsista TNI, diharapkan bisa terealisasi tahun 2014. Itupun, kata
Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, didasarkan pada beberapa
pertimbangan strategis negara. "Keinginan pemerintah di tahun 2010–2014
menjadi masa untuk modernisasi, pada tahun 2014 dimana akhir KIB II
modernisasi Alutsista sudah dapat terealisasi," ungkap Wamenhan, beberapa
waktu lalu, di kantor Kemenhan, seperti dikutip kemhan.go.id.

Adapun, beberapa pertimbangan strategis pentingnya modernisasi


Alutsista TNI antara lain,pertama untuk mewujudkan kekuatan dan kemampuan
Pertahanan Negara yang memiliki perbandingan daya tempur strategis baik skala
teknologi militer maupun skala penangkalan.

15
Kedua, merupakan perimbangan kekuatan strategis suatu negara yang
memiliki prasyarat kekuatan politik-ekonomi dan pertahanan militer. Ketiga,
realisasi Revolution in Military Affairs (RMA) bagi suatu negara termasuk
lndonesia untuk mewujudkan kekuatan minimal (MEF) sebagai instrumen negara
untuk melaksanakan fungsi negara berdasarkan keputusan politik.

Namun, modernisasi Alutsista TNI diprioritaskan kepada Alutsista yang


bergerak, sebagai contoh kendaraan tempur, kendaraan taktis, pesawat tempur,
pesawat angkut, penangkis serangan udara, kapal diatas pemukaan dan kapal
dibawah permukaan atau kapal selam.

Dalam rangka tercapainya target modernisasi Alutsista tahun 2014, maka


pemerintah dalam hal ini Presiden telah membentuk High Level Committee
(HLC) yang bertugas untuk mengendalikan dan mengawasi mulai dari
perencanaan pembiayaan sampai dengan kegiatan pengadaan Alutsista.

Diharapkan, dengan modernisasi alutsista, perubahan kebijakan militer,


prioritas penempatan pasukan di wilayah timur Indonesia, tidak ada lagi aksi-aksi
negara tetangga yang akan melecehkan bangsa ini. Termasuk Gerakan Papua
Merdeka yang seolah terlindungi dengan keberadaan ribuan anggota pasukan
marinir AS di Australia. Sehingga, OPM semakin berani mempublikasikan aksi-
aksi mereka. Dalam pengadaan alutsista itu, Presiden Yudhoyono meminta agar
prosedur pembelian dapat dipertanggungjawabkan, tidak menyimpang dan tidak
mengalami kebocoran.

Pembangunan kekuatan TNI dilaksanakan atas dasar konsep pertahanan


berbasis kemampuan (based defence capabilities), kekuatan dan gelar satuan
sehingga pembangunan kekuatan TNI utamanya diarahkan agar dapat
melaksanakan tugas pokoknya yaitu menegakkan kedaulatan negara, menjaga
keutuhan wilayah darat dan menyelamatkan segenap Bangsa Indonesia yang
dalam pelaksanaannya diarahkan kepada tercapainya kekuatan pokok
minimum (Minimum Essential Force), dengan sasaran tingkat kekuatan yang
cukup mampu menjamin kepentingan strategis pertahanan aspek darat.

16
Adapun modernisasi Alutsista yang diharapkan secara bertahap
dilaksanakan penggantian dan pengadaan senjata yang baru sesuai dengan
perkembangan teknologi dan melaksanakan pembentukan satuan baru di setiap
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia khususnya wilayah perbatasan
dengan negara lain, daerah rawan konflik, pulau-pulau terluar serta seluruh
wilayah sesuai dengan luas wilayah dan ancaman yang mungkin timbul baik dari
dalam maupun dari luar.        

Modernisasi dipandang sudah sangat mendesak, karena dengan


meningkatnya intensitas dan eskalasi ancaman, akibat perkembangan lingkungan
strategis, menuntut profesionalisme TNI dalam menjalankan tugas dan
kewajibannya. Untuk dapat meningkatkan profesionalitas itu, prioritas kita antara
lain adalah memenuhi dan melengkapi Alutsista TNI dengan peralatan modern,
bukan dengan Alutsista yang sudah tua dan usang.

Kondisi pertahanan suatu negara tentu saja, salah satunya, bisa dilihat dari
kondisi alat utama sistem persenjataan (alutsista) angakatan bersenjatanya.
Semakin kuat, canggih, modern, efektif dan efisien alutsista suatu negara,
menunjukan semakin kuat pula pertahanannya. Dengan kata lain,pertama dampak
dengan semakin modernisasi alusista TNI yaitu semakin kuatnya peralatan dan
kekuatan militer Indonesia. Namun, harus diimbangi pula dengan SDM yang
berkualitas serta regulasi yang tepat untuk mengaturnya.

Kedua, kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan


segenap bangsa dari segala bentuk ancaman (milter dan non militer) akan terjaga
dan terlindungi.Alutsista sebuah negara berpengaruh terhadap pertahanan suatu
negara, untuk melindungi wilayah negara diperlukan sistem persenjataan yang
memadai untuk mencakup seluruh wilayah negara tersebut.

Ketiga, alutsista bahkan bisa berpengaruh terhadap kedudukan suatu


negara dalam politik internasional. Modernisasi alutsista dapat menaikkan posisi
dan peran Indonesia di kawasan Asia Tenggara dan Internasional.

BAB III

KESIMPULAN dan SARAN

17
3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan data yang dirilis oleh pihak Markas Besar Tentara Nasional
Indonesia tahun 2010, 70 % alutsista kita berada dalam kondisi yang sudah tua
atau minimal berusia 20 tahun. Kendala lainnya ada pada pemeliharaan dan
perawatan yang kadang kala terbentur pada ketersedian suku cadang walaupun
anggarannya sudah ada dalam perencanaan. Bila pemeliharaan dan perawatan
alutsista mengikuti sistem pemeliharaan yang telah ada maka resiko kemungkinan
untuk penyusutan fungsi dapat ditekan seminimal mungkin. Kelangkaan suku
cadang ini sangat bergantung pada negara pembuat alutsista sebagai penyediaa
tunggal yang banyak dipengaruhi oleh suhu politik. Selain masalah teknis dari
perawatan dan pemeliharaan alutsista, juga terdapat masalah finansial. Masalah
finansial biasanya bukan karena alokasi dana dari negara kurang memadai dengan
kebutuhan dana untuk perawatan, akan tetapi masalah finansial itu dikarenakan
penyelewengan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab atas tugas dan
amanah yang telah didapatkannya dari rakyat. Penyelewengan itu dapat berupa
korupsi yang dilakukan oleh oknum-oknum tersebut.

Masalah pengadaan Alutsista TNI yaitu: a) masalah anggaran yang


terbatas, b) masih ada yang bermain untuk mengambil keuntungan dari pengadaan
Alutsista, entah itu broker, dari kalangan internal atau kalangan eksternal, c)
ketidakpahaman DPR terkait spesifikasi produk yang akan dibeli pemerintah, d)
masalah bagaimana Politik Luar Negeri pemerintah terhadap negara lain, dan e)
masalah ancaman di kawasan.

Maka dari itu diperlukan peranan industri pertahanan dalam negeri untuk
memasok persenjataan TNI. Pengembangan industri pertahanan bertujuan untuk
meningkatkan jumlah dan kondisi alat utama sistem persenjataan yang modern.
Dalam rangka menciptakan kemandirian sekaligus memperkecil ketergantungan
di bidang pertahanan terhadap negara lain, telah dilakukan pemberdayaan industri
nasional melalui forum diskusi bidang industri pertahanan dan keamanan yang

18
pesertanya terdiri atas institusi pertahanan, perguruan tinggi, serta pemerhati di
bidang industri pertahanan.

Adapun beberapa pertimbangan strategis pentingnya modernisasi Alutsista


TNI antara lain,pertama untuk mewujudkan kekuatan dan kemampuan Pertahanan
Negara yang memiliki perbandingan daya tempur strategis, baik skala teknologi
militer maupun skala penangkalan. Kedua, merupakan perimbangan kekuatan
strategis suatu negara yang memiliki prasyarat kekuatan politik-ekonomi dan
pertahanan militer. Ketiga, realisasi Revolution in Military Affairs (RMA) bagi
suatu negara termasuk lndonesia untuk mewujudkan kekuatan minimal (MEF)
sebagai instrumen negara untuk melaksanakan fungsi negara berdasarkan
keputusan politik.

Setelah mengetahui alasan modernisasi alutsista TNI, maka selanjutnya


kita akan mengetahui akibat atau dampak modernisasi alutsista
tersebut. Pertama, dengan semakin modernisasi alusista TNI yaitu semakin
kuatnya pertahanan Indonesia.  Kedua, kedaulatan negara, keutuhan wilayah
NKRI dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman (milter dan
non militer) akan terjaga dan terlindungi. Ketiga, modernisasi alutsista dapat
menaikkan posisi dan peran Indonesia di kawasan Asia Tenggara dan
Internasional.

3.2 SARAN

Menurut penulis, seharusnya modernisasi alutsista ini lebih


mengoptimalkan industri militer dalam negeri dalam pembelian alutsista TNI
AU , TNI AL, maupun TNI AD, sehingga Dinas Penelitian dan Pengembangan
(Dislatbang) dan industri militer dalam negeri semakin kuat dan bisa bersaing
dengan industri militer negara lain.

Lampiran

19
20
Daftar Pustaka

21
http://www.alasaya.com/2014/04/industri-industri-pertahanan-indonesia.html

https://www.google.com/search?q=alutsista+tni+au

http://id.wikipedia.org/wiki/Pertahanan_negara

http://log.viva.co.id/news/read/66633-anggaran_pemeliharaan_alutsista_akan_diaudit

http://samuderarayaindonesia.blogspot.com/2012/03/pemeliharaan-alutsista.html

http://www.balitbang.dephan.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=8293

http://www.scribd.com/doc/30461717/MAKALAH-PERTAHANAN-ALUTSISTA-TNI

Nur, M Bahtiar. Memperjuangkan pengadaan Alusista. http://shnews.co/detile-12801-


memperjuangkan-pangadaan-alutsista-.html. Diakses pada 19 April 2013.

Purba, Oslan. 2009. Pemeliharaan Alutsista Tua Harus Dihentikan. dari


http://www.prakarsa-rakyat.org.

http : // pelayaran.net / menanti – kebangkitan – militer -indonesia-di-tahun-2012/.

Author. Militer Review. http://militer-review.blogspot.com/2012/08/tahun-2013-
anggaran-belanja-alutsista.html.

http://keamanan-global.blogspot.com/2013/10/modernisasi-alutsista-tni-menuju-
macan.html

Majalah ANGKASA edisi koleksi “RAHASIA DIBALIK SISTEM SENJATA RANCANGAN


INDONESIA” ~KEUNGGULAN ALAT PERANG BUATAN SENDIRI~

22

Anda mungkin juga menyukai