Anda di halaman 1dari 45

DUNIA KERJA DI KAPAL PERANG

(TUGAS DALAM MATA KULIAH NAVAL PSYCHOLOGY)

Oleh Kelompok 1 :
Ikhmatul Rizkya F. (20170810011)
Dzurrotunnafisah Suryani (20170810015)
Alda Anisa Muslimah (20170810017)
Dyah Anggita P. (20170810025)
Yusril Abdel Azis (20170810032)
Galih Akbar H. (20170810046)
Mutiara Oktaviani A. (20170810052)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas Naval Psychology yang berjudul “Dunia Kerja Di Kapal Perang”. Penulisan
ini berfokus pada hakikat kapal perang, kapal perang TNI-AL, pembagian tugas atau tanggung
jawab dikapal perang, serta hal-hal menonjol terkait aspek psikologi TNI-AL ketika berada atau
bertugas di kapal perang.

Dalam menyelesaikan penulisan ini, tentunya penulis mendapatkan banyak dukungan


serta masukan. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih
sebesar-besarnya kepada :

Bapak Drs. M. Zainal Abidin selaku Dosen Naval Psychology yang bersedia memberikan
bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama menyusun tugas ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis agar kedepannya dapat
lebih baik lagi. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Surabaya, 19 April 2019

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………….……………………………………………….. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….……… ii
BAB I  PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………….…………………...1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………………….
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………………………
1.4 Manfaat Penulisan…………………………………………………………………….
1.4.1 Manfaat Teoritis…………………………………………………………………
1.4.2 Manfaat Praktis………………………………………………………………….
1.5 Metode Penulisan…………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kapal Perang…………………………………………………………………………
2.1.1 Definisi Kapal Perang……………………………………………………………
2.1.2 Fungsi Kapal Perang…………………………………………………………….
2.1.3 Perkembangan Teknologi Pada Kapal Perang……………………………………
2.1.4 Jenis-Jenis Kapal Perang………………………………………………………….
2.2 Kapal Perang TNI-AL…………………………………………………………………
2.3 Pembagian Tugas Awak Kapal Perang……………………………………………….
2.3.1 Stuktur Organisasi Kapal Perang…………………………………………………
2.3.2 Tugas Dan Tanggung Jawab Awak Kapal Perang……………………………….
2.3.2.1 Master / Nahkoda……………………………………………………….
2.3.2.2 Chief Officer (Mualim I)………………………………………………..
2.3.2.3 Second Officer (Mualim II)……………………………………………
2.3.2.4 Third Officer (Mualim III)…………………………………………….
2.3.2.5 Fourth Officer (Mualim IV)………………………………………….
2.3.2.6 Ratings atau Bawahan Bagian dek………………………………………
2.3.2.7 Marconist/Markonis/Radio Officer/Spark……………………………….
2.3.2.8 Bagian Permasakan………………………………………………………
2.3.2.9 Chief Engineer (C / E)…………………………………………………..
2.3.2.10 Masinis I atau First Engineer………………………………………….
2.3.2.11 Masinis 2 (2 / E) atau Second Engineer………………………………
2.3.2.12 Masinis 3 (3 / E) atau Third Engineer………………………………
2.3.2.13 Masinis 4 (4 / E) atau Fourth engineer………………………………
2.3.2.14 Masinis 5 (5 / E) atau Fifth engineer………………………………..
2.3.2.15 Ratings atau Bawahan Bagian Mesin……………………………….
2.4 Hal-Hal Menonjol Terkait Aspek Psikologi Kapal Perang…………………………
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………
3.2 Saran…………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………….....................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau mencapai
17.504 pulau dengan bentangan laut yang sangat panjang yaitu 94.166 KM. Untuk menjaga dan
melindungi segala kekayaan Indonesia dari seluruh ancaman baik ancaman yang berasal dari
luar negeri maupun ancaman yang berasal dari dalam negeri maka diperlukan kapal perang.
Kapal perang adalah kapal yang digunakan untuk kepentingan militer atau angkatan bersenjata.
Umumnya kapal perang terbagi atas kapal induk, kapal kombatan, kapal patroli, kapal angkut,
kapal selam dan kapal pendukung yang digunakan angkatan laut seperti kapal tanker dan kapal
tender.
Sebagian besar Angkatan Laut memiliki dan mengoperasikan kapal perang sekalipun
jumlah dan populasinya masing-masing negara berbeda. Karena kapal perang memiliki fungsi
yang sangat penting bagi setiap negara, maka pemahaman mengenai dunia kerja dalam kapal
perang sangatlah dibutuhkan. Pemahaman mengenai aspek-aspek psikologi dalam kapal perang
juga tidak kalah pentingnya sebab diperlukan strategi-strategi yang tepat untuk mengatasi
kendala-kendala pada TNI-AL ketika mereka berada atau bertugas di dalam kapal perang
sehingga ia dapat tetap bekerja dengan sebagaimana mestinya.
Oleh karena itu makalah ini akan memaparkan mengenai hakikat kapal perang secara
umum, kapal perang TNI-AL, pembagian tugas atau tanggung jawab awak kapal perang, hal-hal
menonjol terkait aspek psikologi TNI-AL ketika berada atau bertugas di kapal perang, serta
bagaimana strategi yang tepat untuk mengatasi kendala-kendala yang ada. Kami berharap
semoga dengan membaca tugas ini pembaca menjadi mengerti dan paham betul mengenai dunia
kerja di kapal perang.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan informasi yang terdapat dalam latar belakang di atas, maka pada saat ini
pemahaman mengenai dunia kerja di kapal perang sangatlah dibutuhkan. Adapun beberapa
rumusan permasalahan yang ada dalam dunia kerja di kapal perang, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan kapal perang?
2. Bagaimana bentuk kapal perang TNI-AL?
3. Apa tugas dan tanggung jawab awak kapal perang?
4. Bagaimana hal-hal menonjol terkait aspek psikologi TNI-AL di kapal perang?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mendeskripsikan definisi kapal perang secara umum.
2. Mesdeskripsikan fungsi kapal perang secara umum.
3. Menganalisis perkembangan teknologi pada kapal perang.
4. Mendeskripsikan jenis-jenis kapal perang secara umum
5. Menganalisis bentuk-bentuk kapal perang TNI-AL.
6. Mendeskripsikan tugas dan tanggung jawab awak kapal secara umum
7. Menganalisis tugas dan tanggung jawab awak kapal perang.
8. Menganalisis hal-hal menonjol terkait aspek psikologi TNI-AL di kapal perang.

1.4 Manfaat Penulisan


Berdasarkan dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan manfaat sebagai berikut :
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Hasil penulisan diharapkan dapat memberikan sumbangan referensi dan
pengembangan terhadap dunia kerja di kapal perang.
b. Hasil penulisan diharapkan dapat menjadi bahan kajian untuk penelitian dan
penulisan mengenai dunia kerja di kapal perang.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Menerapkan pemahaman tentang kapal perang, kapal perang TNI-AL, tugas dan
tanggung jawab awak kapal perang, serta hal-hal menonjol terkait aspek kapal
perang.
b. Bagi Lembaga Pendidikan
Meningkatkan pemahaman mengenai dunia kerja di kapal perang, sehingga dapat
memberikan pengetahuan mengenai apa yang dimaksut dengan kapal perang,
bagaimana bentuk kapal perang yang dimiliki oleh TNI-AL, apa saja tugas dan
tanggung jawab awak kapal perang, serta apa saja aspek-aspek psikologi yang
menonjol pada TNI-AL ketika berada atau bertugas di kapal perang.
d. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat memahami dunia kerja di kapal perang agar dapat membuat
penulisan yang lebih baik lagi.
a. Bagi Penulis Selanjutnya
Hasil penulisan ini dapat memberikan gambaran tentang dunia kerja di kapal
perang, sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk penulisan selanjutnya.

1.5 Metode Penulisan


Dalam penulisan tugas ini menggunakan studi kepustakaan dari berbagai macam buku
mengenai dunia kerja kapal perang dan berbagai macam sumber yang lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kapal Perang

2.1.1 Definisi Kapal Perang


Kapal perang adalah kapal yang digunakan untuk kepentingan militer atau angkatan
bersenjata. Umumnya terbagi atas kapal induk, kapal kombatan, kapal patroli, kapal
angkut, kapal selam dan kapal pendukung yang digunakan angkatan laut seperti
kapal tanker dan kapal tender. Di beberapa negara yang memiliki lautan yang membeku
pada musim tertentu seperti Rusia dan Finlandia misalnya, kapal pemecah es juga
digunakan.

2.1.2 Fungsi Kapal Perang


Kehadiran kapal perang dimulai ketika banyak kerajaan atau pemerintahan membutuhkan
atau merasa perlu menegaskan posisinya di perairan sekaligus memberikan jaminan
keamanan di perairan untuk melindungi negaranya dan aktivitasnya seperti nelayan dan
perdagangan. Banyak gangguan keamanan di perairan yang harus dicegah, termasuk adanya
serangan dari negeri-negeri lain yang lebih aman bila langsung ditangkal dari laut.
Selain itu, ada pula yang menggunakan kapal-kapalnya untuk merompak atau
menjarah negeri-negeri lain melalui perairan. Bangsa Viking dari Skandinavia, banyak
menjelajah lautan ke kawasan lain dengan kapal-kapal yang dikenal sebagai "Viking
Longship" yang dirancang khusus. Pada masa penjelajahan, kapal-kapal dagang dirancang
khusus menjadi kapal perang layar sehingga dapat pula mengangkut persenjataan seperti
meriam, baik untuk sarana membela diri dari serangan bajak laut, ataupun bahkan untuk
menguasai kawasan yang diinginkannya.
Banyak bangsa barat seperti Spanyol dan Portugal menggunakan kapal perang layar jenis
galleon yang digunakan untuk menjelajah samudera, mengangkut hasil dagangan atau
bahkan jarahan sekaligus digunakan untuk berperang baik terhadap armada dagang
saingannya, bajak laut, atau bahkan penguasa lokal yang tidak tunduk pada
keinginannya. Pada abad-abad yang diawali dengan penjelajahan inilah yang kemudian
berlanjut menjadi abad penjajahan terhadap bangsa lain dan mendirikan koloni-koloni baru.
Pada masa sekarang ini, khususnya negara-negara yang memiliki kawasan perairan,
kebutuhan membangun Angkatan Laut dan kapal-kapal perang adalah penting. Yang
kemudian disesuaikan dengan kemampuan dan kesanggupan masing-masing negara.
Sebagaimana Angkatan Udara, pembangunan Angkatan Laut bergantung pada
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di dunia perairan. Selain itu,
membangun angkatan laut membutuhkan biaya dan sumber daya yang besar. Tidak hanya
untuk membangun jumlah armada yang dibutuhkan, melainkan juga untuk menjaga agar
armada yang ada dapat beroperasi dengan baik.
Umumnya, kemampuan negara-negara dalam menjaga kelangsungan operasi Angkatan
Lautnya juga bergantung pada kemampuan perekonomian suatu negara. Namun juga dapat
berarti bahwa mengoperasikan angkatan laut yang kuat juga dapat dianggap atau dipandang
sebagai investasi untuk menjaga perekonomiannya. Untuk itu, kelangsungan kehidupan
Angkatan Laut termasuk pula Angkatan Udara juga bergantung bagaimana kebijakan politik
dan ekonomi termasuk pandangan suatu negara terhadap perkembangan politik kawasan
yang pada saat ini dikenal sebagai geopolitik. Hal yang berbeda dengan Angkatan Darat di
mana personel yang dipersenjatai, Angkatan Laut dan Angkatan Udara menganut filosofi
"senjata yang diawaki". Manajemen dalam Angkatan Laut dan Angkatan Udara berbeda
dengan Angkatan Darat.
Sebagai gambaran, besarnya biaya untuk menjaga agar armada Angkatan Laut tetap
beroperasi, dapat diberikan gambaran sebagai berikut. Untuk melayarkan sebuah kapal
jenis fregat kelas Van Speijk, membutuhkan 560 ton avtur yang harus disiapkan untuk satu
minggu. Jumlah ini baru memadai, kalau kecepatan ekonomis sebesar
15 knot dipertahankan. karena dengan kecepatan penuh 30 knot menghabiskan 4 ton bahan
bakar perjamnya.
Sumber-sumber lain menyebutkan bahwa biaya untuk satu bulan kapal perang kelas Van
Speijk ini beroperasi sama dengan biaya operasional satu batalyon pasukan darat selama
setengah tahun. Dengan penemuan dan perkembangan teknologi dirgantara seperti
adanya helikopter dan pesawat tempur yang dirancang khusus untuk kegiatan operasi
Angkatan Laut, maka jarak jangkau sekaligus manajemen operasi armada dapat
dioptimalkan, karena pesawat terbang dan helikopter dapat memperluas jangkauan
pengawasan dan penangkal dengan kemampuan radar dan persenjataan yang dimiliki.
Perkembangan teknologi juga memungkinkan setiap angkatan bersenjata termasuk
angkatan laut setiap negara dapat mengoperasikan armadanya sesuai dengan kebutuhan
namun dengan daya pukul yang tidak kalah dengan negara yang memiliki angkatan laut
besar. Angkatan laut di banyak negara, mengoperasikan kapal-kapal patroli yang dilengkapi
dengan rudal dan torpedo dan kapal perang bertipe korvet yang dianggap cukup untuk
menjaga wilayah perairannya.
Sejarah mencatat, kapal-kapal kecil dan pesawat terbang yang dilengkapi dengan rudal
antikapal khusus mampu menghancurkan armada angkatan laut lawan. Dalam Perang Dunia
II, kapal perang kelas kapal tempur seperti Bismarck, Yamato, HMS Price of Wales dan
HMS Repulse ditenggelamkan dengan serangan torpedo dan bom yang diluncurkan dari
pesawat udara. Kapal-kapal berukuran besar milik armada kekaisaran Jepang banyak
dihancurkan atau dirusak oleh torpedo yang diluncurkan oleh perahu motor torpedo milik
Angkatan Laut Amerika Serikat dalam pertempuran di Selat Surigao, Filipina. Dalam perang
enam hari, kapal perusak Israel, Elliat dihancurkan oleh rudal Anti-Kapal SS-N2 Styk yang
diluncurkan oleh kapal patroli cepat kelas Komar milik Mesir. Serta kapal
perang Inggris, HMS Shiffield yang dihancurkan oleh
rudal exocet milik Argentina dalam perang Malvinas.
2.1.3 Perkembangan Teknologi Pada Kapal Perang
Perkembangan Teknologi pada kapal perang tidak terlepas dari perkembangan teknologi
pada dunia pelayaran pada umumnya. Pada awalnya dimulai dari kapal perang
layar sederhana yang dilengkapi dengan pendayung seperti galai dan viking longship
yang hanya satu dek tunggal dan dilengkapi pemanah, penyembur api atau pelontar.
Penemuan senjata api dan meriam serta meningkatnya daya jelajah dan jarak tembak
meriam memerlukan kapal-kapal jenis baru yang memiliki daya angkut besar dan
daya jelajah jauh hingga samudera yang memunculkan kapal jenis galleon.
Dibutuhkannya material atau bahan yang kuat untuk menahan tembakan meriam
membuat industri kapal menggunakan bahan baja sebagai konstruksi dasar dan
lambung kapal yang memunculkan kapal perang jenis ironclad yang berkembang menjadi
kapal perang yang dikenal dewasa ini.
Sebagai tenaga penggerak, berkembang mulai dari layar dan pendayung, mesin
uap yang menggunakan bahan-bakar batu bara dan mesin diesel yang
menggunakan bahan bakar minyak. Peralihan dari bahan bakar batu bara menjadi bahan
bakar minyak ini sebenarnya menjadi dasar pemikiran munculnya konsep ketahanan energi.
Konsep ini muncul dari pemikiran Winston Churchill yang kemudian menjadi perdana
menteri Inggris, tentang bagaimana mendapatkan pasokan bahan bakar minyak untuk
armada Inggris dan menjaganya, di mana pada saat itu dan bahkan hingga saat ini, bahan
bakar minyak adalah komoditi yang langka, namun cukup praktis untuk teknologi mesin dan
propulsi.
Penemuan nuklir dan reaktor nuklir, memungkinkan upaya untuk menjadikan
nuklir menjadi bahan bakar kapal khususnya sejak era paska perang dunia kedua
yang akhirnya berkembang muncul menjadi kapal bertenaga nuklir seperti kapal
induk, kapal jelajah dan kapal selam. Tercatat USS Nautilus menjadi kapal selam nuklir
pertama di dunia. Keunggulan tenaga nuklir memungkinkan armada kapal dapat berlayar
dalam jangka waktu cukup lama.
Perkembangan lain yang juga mewarnai kapal perang adalah
penemuan radio, telegraf, radar, sonar dan sarana komunikasi dan navigasi yang
memungkinkan kapal perang melakukan deteksi, komunikasi termasuk penyadapan
yang semakin maju dan semakin teliti. Selain itu, perkembangan persenjataan mulai
dari meriam hingga roket, rudal, ranjau dan torpedo membuat kapal-kapal perang
memiliki banyak fungsi sehingga pembagian kelas dan peranan menjadi semakin
kabur.

2.1.4 Jenis-Jenis Kapal Perang


a. Berdasarkan Era/Generasi
1. Kapal perang layar
2. Kapal Pre Dreadnought
3. Kapal Post Dreadnought
b. Berdasarkan Jenisnya
1. Kapal induk
2. Kapal kombatan
3. Kapal patroli
4. Kapal angkut
5. Kapal selam
6. Kapal pendukung
c. Berdasarkan Sifat terhadap Radar
1. Kapal konvensional
2. Kapal siluman

2.2 Kapal Perang TNI-AL


Semua kapal perang TNI Angkatan Laut didahului dengan inisial KRI yang berarti Kapal
Perang Republik Indonesia. TNI AL memiliki 6 kapal perang jenis Fregat, 25 kapal
perang jenis Korvet serta berbagai kelas dan jenis lainnya, seperti kapal cepat rudal, kapal LPD,
kapal LST, Kapal selam dan kapal patroli, dan ini belum termasuk 2 Kapal layar tiang tinggi
yang ada di TNI AL, serta beberapa jenis kapal lainnya dan beberapa kapal yang masih dalam
tahap pembangunan. Jumlah kapal perang di bawah ini belum termasuk kapal patroli yang
panjangnya kurang dari 36 meter yang biasa disebut KAL atau Kapal Angkatan Laut yang
berjumlah 317 unit. Di bawah ini adalah daftar kapal perang TNI Angkatan Laut yang aktif:
1. Armada Pemukul
Negara
Kelas Foto Tipe Nama Kapal Catatan
Pembuat
FREGAT ( 8 kapal beroperasi )
KRI Ahmad Yani
Persenjataan:
(351)
 1 x OTO Melara
KRI Slamet Riyadi
76 mm
(352)
 2 x twin Simbad
KRI Yos Sudarso
SAM (4 rudal)
Kelas (353)
   4 x C-802 SSM
Ahmad Fregat KRI Oswald
Belanda (pada 5 Kapal), 4
Yani Siahaan (354)
x Yakhont SS-N-
KRI Abdul Halim
26 SSM (di KRI
Perdanakusuma
OWA)
(355)
 2 x Triple Mk 32
KRI Karel Satsuit
torpedo launchers
Tubun (356)
Kelas Fregat  KRI Raden Eddy   Merupakan Korvet jenis
Martadinata (Perusak Martadinata (331) Belanda SIGMA
Kawal KRI I Gusti Ngurah (Ship Integrated Geomet
 
Rudal
Rai (332) Indonesia rical Modularity Approac
10514)
h). Sedang dibangun dan
akan beroperasi mulai
awal tahun 2017

Persenjataan:
 1 x OTO Melara
76 mm
 1 x Rheinmetall
Millennium 35 mm
CIWS Gun
 12 VLS MICA
SAM
 8 x Exocet MM40
Block III SSM
 2 x triple torpedo
tubes
KORVET (25 kapal beroperasi)
Merupakan Jenis Korvet
F2000 Buatan BAE
Systems Marine. Mulai
Bertugas pada tahun
2014 
Persenjataan:
 1 x OTO Melara
KRI Bung Tomo
76 mm
Kelas (357) 
 2 x DS 30B
Bung Korvet KRI John Lie (358) Britania
REMSIG 30mm
Tomo KRI Usman-Harun Raya
guns
(359)
 16 x VLS MBDA
Seawolf
 8 x Exocet MM40
Block II SSM
 2 x triple BAE
Systems 324mm
torpedo tubes
Kelas Korvet KRI Diponegoro Merupakan Korvet jenis
Sigma (365) Belanda SIGMA
KRI Sultan (Ship Integrated Geomet
Hasanuddin (366) rical Modularity Approac
KRI Sultan h). Mulai bertugas 2007-
Iskandar Muda 2009.
(367) Persenjataan:
KRI Frans  1 x OTO Melara
Kaisiepo (368) 76 mm
 2 x 20 mm Denel
Vektor G12
 2x
quad MBDA Mistral
TETRALSAM (8
rudal)
 4 x Exocet MM
40 Block II SSM
 2 x triple B515
launchers
Persenjataan:
 1 x Bofors 120
mm gun
 1 x Bofors 40
mm
KRI Fatahillah  4 x Exocet MM
(361) 38 SSM (Mungkin
Kelas  
Korvet KRI Malahayati akan diganti dengan
Fatahillah Belanda
(362) Rudal terbaru)
KRI Nala (363)  1 x Bofors
375 mm twin barrel
ASW rocket launcher
 2 x triple torpedo
launcher (Tidak ada
di KRI Nala 363)
Kelas Korvet  KRI Kapitan Merupakan bagian dari
Parchim (Anti Patimura (371) Jerman pembelian 39 kapal eks
Kapal KRI Untung AL Jerman Timur oleh
Selam) Suropati (372) B.J. Habibie pada tahun
KRI Nuku (373) 1990-an pada masa
KRI Lambung pemerintahan Presiden
Mangkurat (374) Suharto.
KRI Cut Nyak Dien KRI Memet Sastrawiria
(375) (380) terbakar pada
KRI Sultan Thaha tahun 2008.
Syaifuddin (376) Ditenggelamkan sebagai
KRI Sutanto (377) penghormatan terakhir.
KRI Sutedi KRI Pati Unus
Senoputra (378) (384) tenggelam di selat
KRI Wiratno (379) Malaka pada Juni 2016.
KRI Tjiptadi (381) Sedang menjalani
proses perbaikan berat

Persenjataan:
 1 twin 57 mm
gun AK-725
KRI Imam Bonjol  1 twin 30 mm
(383) gun AK-230
KRI Teuku Umar  1 Type 730
(385) CIWS[12] (on one ship
KRI Silas Papare (376))
(386)  2 SA-N-5 MANP
KRI Hasan Basri AD SAM (di
(382) beberapa kapal)
 2 RBU-6000
 4 400 mm
torpedo tubes/2 triple
torpedo launcher (di
beberapa kapal)
KAPAL SELAM (3 kapal beroperasi, 2 dalam proses pembangunan)
Merupakan Kapal selam
tipe 209/1300 buatan
KRI Cakra (401) Jerman
Kelas Kapal
KRI Nanggala Persenjataan:
Cakra selam Jerman
(402)  8 x 21-inch
(533 mm) torpedo
tubes
Kapal Selam kelas
Changbogo dari Korea
KRI Nagapasa
Selatan, akan dikirim
(403) Republik
Kelas Kapal antara tahun 2015-2018.
KRI Ardadedali Korea  
Changbogo selam Persenjataan:
(404)
 8 x 21-inch
KRI Alugoro (405) Indonesia
(533 mm) torpedo
tubes
KAPAL CEPAT RUDAL (15 kapal beroperasi)
Merupakan KCR yang
KRI Clurit (641) dibuat oleh galangan
KRI Kujang (642) lokal PT Palindo yang
KRI Beladau (643) mempunyai panjang 44
Kapal KRI Alamang (644) meter.
Kelas
Cepat KRI Surik (645) Persenjataan:
Clurit Indonesia
Rudal KRI Siwar (646)  1 x 30 mm AK-
KRI Parang (647) 630 CIWS
KRI Terapang  2 x 20 mm Denel
(648) Vektor G12
 2 x C-705 SSM
KRI Rencong (622)
terbakar dalam
pelayaran pada
September 2018.Kapal
cepat rudal dengan
panjang 53 meter.
Persenjataan:
 1 x Bofors 57
mm
Kapal KRI Mandau (621)
Kelas  1 x Bofors 40
Cepat KRI Badik (623) Republik
Mandau mm
Rudal KRI Keris (624) Korea
 2 x Kanon
Rheinmetall kaliber
20 mm
 4 x Exocet MM
38 SSM (rudal anti
kapal permukaan)
kemungkinan besar
akan segera diganti
dengn rudal C-802
Merupakan kapal cepat
rudal yang mempunyai
panjang 60 meter,
dibangun oleh PT PAL.
Persenjataan:
KRI Kerambit
 1 x Bofors 40
Kapal (627) 
Kelas mm (Kemungkinan
Cepat KRI Sampari (628)
Sampari Indonesia kedepannya akan
Rudal KRI Tombak (629)
diganti dengan
KRI Halasan (630)
merian 57 mm)
 2 x Penangkis
Serangan Udara
kaliber 20 mm
 4 x C-705 SSM

2. Armada Patroli

Negara
Kelas Foto Tipe Nama Kapal Catatan
Pembuat
Kapal Patroli Cepat 57 meter (Fast Patrol Boat 57 meter)
Kapal jenis FPB-57
generasi pertama buatan
KRI Kakap (811)
Lürssen, Bremen-
KRI Kerapu (812)
Kelas FPB-57 Vegesack, Jerman yang
KRI Tongkol (813)
Kakap Nav I Indonesia dilisensikan ke PT PAL.
KRI Barakuda
Memiliki fasilitas helipad
(814)
seukuran helikopter
NBO.
Kelas FPB-57 KRI Andau (650) Kapal jenis FPB-57
Andau Nav KRI Singa (651) Indonesia generasi kedua buatan
IIbertorp KRI Tongkak (652) Lürssen, Bremen-
edo KRI Ajak (653) Vegesack, Jerman yang
dilisensikan ke PT PAL.
Mempunyai kemampuan
sebagai anti-kapal
selam dipersenjatai
dengan torpedo.
Kapal jenis FPB-57
generasi IV buatan
Lürssen, Bremen-
KRI Pandrong
Kelas FPB 57 Vegesack, Jerman yang
(801)
Pandrong Nav IV Indonesia dilisensikan ke PT PAL.
KRI Sura (802)
Pada KRI Pandrong
telah dipersenjatai
dengan rudal C-802.
Kapal jenis FPB-57
generasi V buatan
KRI Todak (631)
Lürssen, Bremen-
KRI Lemadang
Kelas FPB-57 Vegesack, Jerman yang
(632) Indonesia
Todak Nav V dilisensikan ke PT PAL.
KRI Hiu (634)
Dipersenjatai
KRI Layang (635)
dengan rudal C-802
pada KRI Layang
Kapal Patroli Cepat
KRI Welang (808)
Patroli Seluruh kapal dibuat
KRI Suluh Pari
cepat oleh Fasilitas
(809)
36 Pemeliharaan dan
Kelas Boa KRI Katon (810)
meter Indonesia Perbaikan (Fasharkan)
KRI Warakas (816)
Fibergla TNI AL, mempunyai
KRI Panana (817)
ss panjang 39-40 meter.
KRI Kalakae (818)

Patroli Seluruh kapal dibuat


cepat KRI Piton (821) oleh Fasilitas
Kelas 40 KRI Weling (822) Pemeliharaan dan
Viper meter KRI Metacora Indonesia Perbaikan (Fasharkan)
Fibergla (823) TNI AL, mempunyai
ss panjang 39-40 meter
Patroli KRI Anakonda Seluruh kapal dibuat
cepat (868) oleh Fasilitas
Kelas
36 KRI Taliwangsa Pemeliharaan dan
Kobra Indonesia
meter Fi (870) Perbaikan (Fasharkan)
berglass KRI Kalagian (871) TNI AL

Patroli Seluruh kapal dibuat


cepat KRI Akura (830) oleh Fasilitas
Kelas
40 KRI Birang (831) Pemeliharaan dan
Tarihu Indonesia
meter Fi KRI Mulga (832) Perbaikan (Fasharkan)
berglass TNI AL
KRI Pari (849)
KRI Sembilang
(850)
Patroli KRI Sidat (851)
Dibuat oleh galangan
Cepat KRI Cakalang
Kelas Pari kapal PT Palindo Marine
43 (852) Indonesia
Shipyard, Batam
meter KRI Tatihu (853)
KRI Layaran (854)
KRI Madidihang
(855)
Patroli Seluruh kapal dibuat
cepat oleh Fasilitas
Kelas
40 KRI Krait (827) Pemeliharaan dan
Krait Indonesia
meter Al Perbaikan (Fasharkan)
uminium TNI AL
Kelas Kapal KRI Badau (841) Kapal patroli hibah dari
Badau Patroli KRI Selawaku Singapura Brunei Darussalam.
(Attack (842) Kapal-kapal ini awalnya
Patrol merupakan kapal rudal,
Boat) namun seluruh
persenjataan rudal
dilucuti sebelum
diserahkan ke Indonesia.
TNI AL mengoperasikan
kapal-kapal ini sebagai
kapal patroli.
KRI Sibarau (847)
KRI Siliman (848)
KRI Sigalu (857)
Kapal
KRI Silea (858)
Patroli
Kelas KRI Siribua (859) Kapal patroli hibah dari
(Attack
Sibarau KRI Waigeo (861) Australia Australia
Patrol
KRI Siada (862)
Boat)
KRI Sikuda (863)
KRI Sigurot (864)
KRI Tenggiri (865)

Kelas Kapal Kapal patroli hibah dari


KRI Cucut (886)
Cucut Patroli Singapura Singapura

3. Armada Pendukung

Negara
Kelas Foto Tipe Nama Kapal Catatan
Pembuat
KAPAL LATIH
Kelas Ki
Fregat KRI Ki Hajar Digunakan sebagai
Hajar
Latih Dewantara (364) Yugoslavia fregat latih
Dewantara

Kapal
layar Kapal KRI Arung Digunakan sebagai kapal
Selandia
kelas layar Samudera latih
Baru
Schooner

Kapal
layar Kapal Digunakan sebagai kapal
kelas KRI Dewaruci
layar Jerman latih
Barquentin
e

Kapal
layar Kapal
kelas KRI Bima Suci
layar
Barquentin
e

LPD (Landing Platform Dock)


KRI Makassar
Landing
Kelas (590)  Keduanya dibangun di
Platform Republik
Makassar KRI Surabaya Korea Selatan
Dock Korea
(591)

KRI Banjarmasin
Landing
Kelas (592) Keduanya dibangun di
Platform
Banjarmasin KRI Banda Aceh Indonesia PT PAL Indonesia
Dock
(593)
Kapal ini dulunya
bernama KRI Tanjung
Kapal Dalpele yang difungsikan
Bantu sebagai LPD.
Kelas Dr KRI DR Soeharso
Rumah Republik Pengubahan nama
Soeharso (990)
Sakit Korea dilakukan setelah
(BRS) fungsinya berubah
menjadi rumah sakit
terapung
Kapal Amfibi
Kelas Kapal KRI Teluk Merupakan bagian dari
Teluk Angkut Gilimanuk (531) Jerman pembelian 39 kapal eks
Gilimanuk Tank KRI Teluk Celukan AL Jerman Timur oleh
Bawang (532) B.J. Habibie pada tahun
KRI Teluk 1990-an pada masa
Cendrawasih (533) pemerintahan Presiden
KRI Teluk Peleng Suharto
(535)
KRI Teluk Sibolga
(536)
KRI Teluk Manado
(537)
KRI Teluk Hading
(538)
KRI Teluk Parigi
(539)
KRI Teluk
Lampung (540)
KRI Teluk Jakarta
(541)
KRI Teluk
Sangkulirang (542)
KRI Teluk Cirebon
(543)
KRI Teluk Sabang
(544)
KRI Teluk Penyu
(513)
KRI Teluk Mandar
(514)
Kelas Kapal
KRI Teluk Sampit
Teluk angkut Republik
(515)
Semangka Tank Korea
KRI Teluk Banten
(516)
KRI Teluk Ende
(517)
Kemenhan memesan 2
LST buatan PT. Dok dan
KRI (518)
Kelas Kapal Perkapalan (DKB) Kodja
KRI (519)
Teluk Angkut Bahari, Jakarta.
KRI Teluk Bintuni Indonesia
Bintuni Tank Kemenhan juga
(520)
memesan 1 LST ke PT.
Daya Radar Utama.
Kapal Penyapu Ranjau
Kelas Kapal KRI Pulau Rote Merupakan bagian dari
Kondor penyapu (721) Jerman pembelian 39 kapal eks
ranjau KRI Pulau Raas AL Jerman Timur oleh
(722) B.J. Habibie pada tahun
KRI Pulau 1990-an pada masa
Romang (723) pemerintahan Presiden
KRI Pulau Rimau Suharto
(724)
KRI Kelabang
(826)
KRI Pulau Rondo
KRI Pulau Rusa
(726)
KRI Pulau
Rangsang (727)
KRI Kala Hitam
(828)
KRI Pulau
Rempang (729)

KRI Pulau Rengat


Kelas Kapal
(711)
Pulau penyapu
KRI Pulau Rupat Belanda
Rengat ranjau
(712)

Kapal Komando

Kelas Kapal
KRI Multatuli (561)
Multatuli Komando Jepang

4. Armada Kapal Lainnya

Negara
Kelas Foto Tipe Nama Kapal Catatan
Pembuat
TANKER / Bantu Angkut Cair (BCM)
Kelas KRI Balikpapan
Kapal Bekas kapal tanker
Khobi (901)
tanker Jepang komersial dari Jepang
(AOTL) KRI Sambu (902)

Kelas
Kapal eks-RFA Green Rover
Rover KRI Arun (903) Britania
tanker (A268)
(AORLH) Raya

KRI Sorong (911)


Kelas Kapal
KRI Sungai
Sorong tanker
Gerong (906)
Kelas Kapal
KRI Tarakan (905)
Tarakan tanker Indonesia
Dalam
Tanker buatan PT
tahap Kapal
Anugrah Buana
pembang tanker Indonesia
Marine
unan
Kapal Tunda
Kapal Kapal eks USS Menominee
KRI Rakata (922)
tunda tunda (ATF-73)
Kelas
Kapal
Ocean KRI Soputan (923)
tunda
Cruiser
Kapal
KRI Leuser (924)
tunda
Kapal Hidro Oseanografi
Kapal Kapal
survei Hidro KRI Dewa Kembar
eks-HMS Hydra (A144))
kelas Oseano (932)
Hecla grafi

MPRV
(Multi
Dibuat oleh OCEA Les
Kelas Purpose KRI Rigel (933)
Sables d’Olonne
Rigel Researc KRI Spica (934) Prancis
– Prancis
h
Vessel)

Kapal Angkut Logistik


KRI Nusa Telu
(952)

KRI Teluk
Kelas Mentawai (959)
Telaud/Ti KRI Karimata
sza (960)
KRI Wagio (961)

Kapal Angkut Personel (eks Kapal Ferry)


KRI Tanjung
eks MV Princess Irene
Oisina (972)
KRI Tanjung
eks KM Kambuna
Nusanive (973)
KRI Tanjung
eks KM Rinjani
Fatagar (974)

KRI Karang Pilang


eks-KFC Ambulu
(981)

KRI Karang Tekok


eks KFC Mahakam
(982)
KRI Karang
Banteng (983)

2.3 Tugas Dan Tanggung Jawab Awak Kapal


Kecelakaan dapat terjadi pada kapal-kapal baik dalam pelayaran, sedang berlabuh atau sedang
melakukan kegiatan bongkar muat di pelabuhan/terminal meskipun sudah dilakukan usaha
supaya yang kuat untuk menghindarinya. Manajemen harus memperhatikan ketentuan yang
diatur dalam health and safety work act, 1974 untuk melindungi pelaut pelayar dan mencegah
resiko-resiko dalam melakukan suatu aktivitas di atas kapal terutama menyangkut kesehatan dan
keselamatan kerja, baik dalam keadaan normal maupun darurat. Suatu keadaan darurat biasanya
terjadi sebagai akibat tidak bekerja normalnya suatu sistem secara prosedural ataupun karena
gangguan alam.
2.4 Struktur Organisasi Pada Kapal
Secara umum, struktur organisasi kapal perang terdiri dari seorang Nakhoda
selaku pimpinan umum di atas kapal dan Anak Buah kapal yang terdiri dari para
perwira kapal dan non perwira/bawahan (subordinate crew).

Struktur organisasi kapal diatas bukanlah struktur yang baku, karena tiap
kapal bisa berbeda struktur organisaninya tergantung jenis, fungsi dan kondisi
kapal tersebut. Selain jabatan-jabatan tersebut dalam contoh struktur organisasi kapal
diatas, masih banyak lagi jenis jabatan di kapal, diluar jabatan Nakhoda.

2.5 Tugas Dan Tanggung Jawab Awak Kapal


Dalam penulisan ini, akan di paparkan mengenai tugas dan tanggung jawab awak
kapal secara umum serta tugas dan tanggung jawab awak kapal perang. Pembagian tugas
atau jawaban dalam kapal perang TNI-AL dapat dibagi sesuai dengan pangkat dan
ketentuan yang telah ditetapkan oleh komandan dari TNI-AL itu sendiri.

2.3.2.1 Master/ Nahkoda


a. Master/ Nahkoda Secara Umum
UU. No.21 Th. 1992 dan juga pasal 341.b KUHD dengan tegas menyatakan
bahwa Nakhoda adalah pemimpin kapal, kemudian dengan menelaah pasal 341
KUHD dan pasal 1 ayat 12 UU. No.21 Th.1992, maka definisi dari Nakhoda adalah
sebagai berikut:
“Nakhoda kapal ialah seseorang yang sudah menanda tangani Perjanjian Kerja
Laut (PKL) dengan Pengusaha Kapal dimana dinyatakan sebagai Nakhoda, serta
memenuhi syarat sebagai Nakhoda dalam arti untuk memimpin kapal sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku “
Pasal 342 KUHD secara ekplisit menyatakan bahwa tanggung jawab atas kapal
hanya berada pada tangan Nakhoda, tidak ada yang lain. Jadi apapun yang terjadi
diatas kapal menjadi tanggung jawab Nakhoda, kecuali perbuatan kriminal.
Misalkan seorang Mualim sedang bertugas dianjungan sewaktu kapal mengalami
kekandasan. Meskipun pada saat itu Nakhoda tidak berada di anjungan, akibat
kekandasan itu tetap menjadi tanggung jawab Nakhoda. Contoh yang lain seorang
Masinis sedang bertugas di Kamar Mesin ketika tiba-tiba terjadi kebakaran dari
kamar mesin. Maka akibat yang terjadi karena kebakaran itu tetap menjadi tanggung
jawab Nakhoda. Dengan demikian secara ringkas tanggung jawab Nakhoda kapal
dapat dirinci antara lain :
1. Memperlengkapi kapalnya dengan sempurna
2. Mengawaki kapalnya secara layak sesuai prosedur/aturan
3. Membuat kapalnya layak laut (seaworthy)
4. Bertanggung jawab atas keselamatan pelayaran
5. Bertanggung jawab atas keselamatan para pelayar yang ada diatas kapalnya
6. Mematuhi perintah Pengusaha kapal selama tidak menyimpang dari peraturan
perundang-undangan yang berlaku
Jabatan-jabatan Nakhoda diatas kapal yang diatur oleh peraturan dan
perundang-undangan yaitu :
1. Sebagai Pemegang Kewibawaan Umum di atas kapal. (pasal 384, 385 KUHD
serta pasal 55 UU. No. 21 Th. 1992).
- Nakhoda sebagai Pemegang Kewibawaan Umum
Mengandung pengertian bahwa semua orang yang berada di atas kapal,
tanpa kecuali harus taat serta patuh kepada perintah-perintah Nakhoda demi
terciptanya keamanan dan ketertiban di atas kapal. Tidak ada suatu alasan
apapun yang dapat dipakai oleh orang-orang yang berada di atas kapal untuk
menentang perintah Nakhoda sepanjang perintah itu tidak menyimpang dari
peraturan perundang-undangan. Setiap penentangan terhadap perintah
Nakhoda yang demikian itu merupakan pelanggaran hukum, sesuai dengan
pasal 459 dam 460 KUH. Pidana, serta pasal 118 UU. No.21, Th. 1992. Jadi
menentang perintah atasan bagi awak kapal dianggap menentang perintah
Nakhoda karena atasan itu bertindak untuk dan atas nama Nakhoda.
2. Sebagai Pemimpin Kapal. (pasal 341 KUHD, pasal 55 UU. No. 21 Th. 1992
serta pasal 1/1 (c) STCW 1978).
- Nakhoda sebagai Pemimpin Kapal
Nakhoda bertanggung jawab dalam membawa kapal berlayar dari pelabuhan
satu ke pelabuhan lain atau dari tempat satu ke tempat lain dengan selamat,
aman sampai tujuan terhadap penumpang dan segala muatannya.
3. Sebagai Penegak Hukum. (pasal 387, 388, 390, 394 (a) KUHD, serta pasal 55
No. 21 Th. 1992).
- Nakhoda sebagai Penegak Hukum
Nakhoda adalah sebagai penegak atau abdi hukum di atas kapal sehingga
apabila diatas kapal terjadi peristiwa pidana, maka Nakhoda berwenang
bertindak selaku Polisi atau Jaksa. Dalam kaitannya selaku penegak hukum,
Nakhoda dapat mengambil tindakan antara lain :
 Menahan/mengurung tersangka di atas kapal
 Membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP)
 Mengumpulkan bukti-bukti
 Menyerahkan tersangka dan bukti-bukti serta Berita Acara
Pemeriksaan (BAP) pada pihak Polisi atau Jaksa di pelabuhan pertama yang
disinggahi.
4. Sebagai Pegawai Pencatatan Sipil. (Reglemen Pencatatan Sipil bagi Kelahiran
dan Kematian, serta pasal 55 UU. No. 21. Th. 1992).
- Nakhoda sebagai Pegawai Catatan Sipil
Apabila diatas kapal terjadi peristiwa-peristiwa seperti kelahiran dan
kematian maka Nakhoda berwenang bertindak selaku Pegawai Catatan
Sipil. Tindakan-tindakan yang harus dilakukan Nakhoda jika di dalam
pelayaran terjadi kelahiran antara lain :
1. Membuat Berita Acara Kelahiran dengan 2 orang saksi (biasanya
Perwira kapal)
2. Mencatat terjadinya kelahiran tersebut dalam Buku Harian Kapal
3.  Menyerahkan Berita Acara Kelahiran tersebut pada Kantor Catatan
Sipil di pelabuhan pertama yang disinggahi Jikalau terjadi kematian :
a) Membuat Berita Acara Kematian dengan 2 orang saksi (biasanya
Perwira kapal)
b) Mencatat terjadinya kematian tersebut dalam Buku Harian Kapal
c) Menyerahkan Berita Acara Kematian tersebut pada Kantor Catatan
Sipil di pelabuhan pertama yang disinggahi
d) Sebab-sebab kematian tidak boleh ditulis dalam Berita Acara
Kematian maupun Buku Harian Kapal, karena wewenang membuat
visum ada pada tangan dokter Apabila kelahiran maupun kematian
terjadi di luar negeri, Berita Acaranya diserahkan pada Kantor
Kedutaan Besar R.I. yang berada di negara yang bersangkutan.
5. Sebagai Notaris. (pasal 947 dan 952 KUHPerdata, serta pasal 55 UU. No. 21,
Th. 1992).
b. Master/ Nahkoda Kapal Perang
Tugas seorang Master atau nahkoda dalam kapal perang sebenarnya tidak jauh
berbeda dengan kapal pada umumnya. Perbedaannya hanya master atau nahkoda
dalam kapal perang memiliki tugas untuk mengatur seluruh Perwira dan ABK kapal
agar mereka bekerja sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan oleh TNI-AL
sedangkan master/nahkoda kapal pada umumnya harus pekerja sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaannya.

2.3.2.2 Chief Officer (Mualim I):


a. Chief Officer (Mualim I) Secara Umum
Secara umum tugas mualim I adalah kepala dari dinas deck (geladak) dan pula
membantu nahkoda dalam hal mengatur pelayanan di kapal jika kapal tidak punya
seorang penata usaha atau jenang kapal. Dalam dunia kerja kapal perang, tugas dari
mualim I ialah bertanggung jawab terhadap muatan dan pemeliharaan kapal perang.
- Dinas geladak
a. Pemeliharaan seluruh kapal kecuali kamar mesin dan ruangan-ruangan
lainnya yang dipergunakan untuk kebutuhan dinas kamar mesin.
b. Muat bongkar muatan di palka-palka dan lain-lain.
c. Pekerjaan-pekerjaan administrasi yang berhubungan dengan pengangkutan
muatan, bagasi pos dan lain-lain.
Catatan!
1. Apabila nahkoda berhalangan hadir, maka Mualim I dapat memimpin kapal
atas perintahnya.
2. Mualim I harus mengetahui benar peraturan-peraturan dinas perusahaan dan
semua instruksi-instruksi mengenai tugas perwakilan, pengangkutan dan
lain-lain.
b. Chief Officer (Mualim I) Kapal Perang
Tugas seorang Chief Officer (Mualim I) dalam kapal perang sebenarnya tidak jauh
berbeda dengan kapal pada umumnya. Perbedaannya hanya Chief Officer (Mualim
I) dalam kapal perang memiliki tugas untuk bertanggung jawab terhadap muatan
dan pemeliharaan kapal perang sedangkan Chief Officer (Mualim I) kapal pada
umumnya harus bertanggung jawab terhadap muatan dan pemeliharaan kapal
perusahaannya.

2.3.2.3 Second Officer (Mualim II)


a. Second Officer (Mualim II) Secara Umum
Tugas mualim II disamping tugas jaga laut atau bongkar muat ialah :
1. Memelihara (termasuk melakukan koreksi-koreksi) serta menyiapkan peta-
peta laut dan buku-buku petunjuk pelayaran.
2. Memelihara dan menyimpan alat-alat pembantu navigasi non elektronik    
(sextant dsb); setiap hari menentukan chronometer’s error berdasarkan time
signal.
3. Bertanggung jawab atas bekerjanya dengan baik pesawat pembantu navigasi
elektronik (radar, dsb)
4. Memelihara Gyro Kompas, berikut repeatersnya serta
menyalakan/mematikannya atas perintah nahkoda, bertanggung jawab atas
pemeliharaan autopilot.
5. Memelihara magnetic kompas serta bertanggung jawab pengisian kompas
error register book oleh para mualim jaga.
6. Mengisi/mengerjakan journal chronometer dan journal-journal pesawat-
pesawat pembantu navigasi yang disebutkan pada c dan d.
7. Bertanggung jawab atas keadaan baik lampu-lampu navigasi, termasuk lampu
jangkar dan sebagainya, serta lampu semboyan Aldis.
8. Membuat noon position report.
9. Bertanggung jawab atas jalannya semua lonceng-lonceng di kapal dengan
baik.
10. Bertanggung jawab atas penerimaan, penyimpanan, pengiriman, dan
administrasi barang-barang kiriman (paket) serta pos.
b. Second Officer (Mualim II) Kapal Perang
Tugas seorang Second Officer (Mualim II) dalam kapal perang sebenarnya tidak jauh
berbeda dengan kapal pada umumnya. Perbedaannya hanya Second Officer (Mualim
II) dalam kapal perang memiliki tugas untuk bertanggung jawab terhadap
bertanggung jawab terhadap navigasi di kapal perang, sedangkan Second Officer
(Mualim II) kapal pada umumnya harus bertanggung jawab terhadap navigasi kapal
perusahaannya.

2.3.2.4 Third Officer (Mualim III)


a. Third Officer (Mualim III) Secara Umum
Tugas mualim III disamping tugas jaga laut/bongkar muat :
1. Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan kelengkapan life boats, liferafts,
lifebuoys serta lifejackets, serta administrasi.
2. Bertanggung jawab pemeliharaan, kelengkapan dan bekerjanya dengan baik dari
botol-botol pemadam kebakaran, alat-alat pelempar tali, alat-alat semboyan
bahaya (parachute signal, dsb), alat-alat pernafasan, dll, serta administrasinya.
3. Membuat sijil-sijil kebakaran, sekoci dan orang jatuh kelaut, dan memasangnya
ditempat-tempat yang telah ditentukan.
4. Memelihara dan menjaga kelengkapan bendera-bendera (kebangsaan, bendera-
bendera semboyan internasional, serta bendera perusahaan).
5. Mengawasi pendugaan tanki-tanki air tawar/ballast dan got-got palka serta
mencatatnya dengan journal.
6. Membantu mualim II dalam menentukan noon position.
b. Third Officer (Mualim III) Kapal Perang
Tugas seorang Third Officer (Mualim III) dalam kapal perang sebenarnya tidak
jauh berbeda dengan kapal pada umumnya. Perbedaannya hanya Third Officer
(Mualim III) dalam kapal perang memiliki tugas untuk bertanggung jawab terhadap
alat keselamatan (sekoci, pemadam kebakaran) yang dimiliki oleh TNI-AL,
sedangkan Third Officer (Mualim III) kapal pada umumnya harus bertanggung
jawab terhadap alat keselamatan (sekoci, pemadam kebakaran) yang dimiliki oleh
perusahaannya.

2.3.2.5 Fourth Officer (Mualim IV)


a. Fourth Officer (Mualim IV) Secara Umum
Disamping tugas jaga laut/bongkar-muat, tugas mualim IV ialah:
1.  Pekerjaan administrasi muatan.
2.  Membantu mualim III dalam pemeliharaan inventaris, pemeliharaan sekoci-
sekoci dan alat pelampung dan lain-lain.
3.  Membantu nahkoda di anjungan.
b. Fourth Officer (Mualim IV) Kapal Perang
Tugas seorang Fourth Officer (Mualim IV) dalam kapal perang sebenarnya tidak
jauh berbeda dengan kapal pada umumnya. Perbedaannya hanya Fourth Officer
(Mualim IV) dalam kapal perang memiliki tugas untuk membantu chief officer &
bertanggung jawab terhadap inventaris yang dimiliki TNI-AL, seperti kebutuhan
selama berada di kapal (senjata, amunisi) sedangkan Fourth Officer (Mualim IV)
kapal pada umumnya harus membantu chief officer & bertanggung jawab terhadap
inventaris yang dimiliki oleh perusahaannya.
2.3.2.6 Ratings atau Bawahan Bagian dek :
Ratings atau bawahan bagian dek dalam kapal perang tidak jauh berbeda dengan
kapal pada umumnya, ratings atau bawahan bagian dek dalam kapal terdiri dari :
a. Boatswain atau Bosun atau Serang (Kepala kerja bawahan) sebagai kepala
kerja bagian deck kapal perang.
b. Carpenter memiliki tugas untuk bertanggung jawab terhadap sounding tangki,
tukang kayu dan pelumasan yang ada dalam kapal perang.
c. Able Bodied Seaman (AB) sebagai Jurumudi kapal perang.
d. Ordinary Seaman (OS) atau Kelasi atau Sailor.
e. Pumpman atau Juru Pompa, khusus kapal-kapal tanker (kapal
pengangkut cairan).
f. Store keeper memiliki tugas untuk bertanggung jawab terhadap peralatan deck/
mesin kapal perang.

2.3.2.7 Marconist/Markonis/Radio Officer/Spark


Tugas seorang Markonis/Radio Officer/Spark dalam kapal perang sebenarnya tidak
jauh berbeda dengan kapal pada umumnya. Perbedaannya hanya Markonis/Radio
Officer/Spark dalam kapal perang memiliki tugas sebagai operator radio/komunikasi
serta bertanggung jawab menjaga keselamatan kapal perang dari marabahaya baik
itu yang di timbulkan dari negara lain atau alam seperti badai, gelombang laut yang
tinggi, ada kapal tenggelam, dll. Dengan kata lain marconist dalam kapal perang
berperan untuk membantu nakoda dalam mengirim dan menerima berita selama
berada di kapal perang. Markonis/Radio Officer/Spark dalam kapal pada umumnya
bertugas sebagai operator radio/komunikasi serta bertanggung jawab menjaga
keselamatan kapal perusahaan dari marabayaha baik itu yg di timbulkan dari alam
seperti badai, ada kapal tenggelam, dll.

2.3.2.8 Bagian Permakanan


Tugas bagian permakanan dalam kapal perang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
kapal pada umumnya. Perbedaannya hanya  juru masak/ cook dalam kapal perang
bertanggung jawab atas segala makanan yang ada di kapal perang, baik itu memasak,
mengatur menu makanan ataupun persediaan makanan untuk seluruh anggota TNI-
AL yang ada di kapal perang. Selain itu mess boy / pembantu dalam kapal perang
bertugas membantu juru masak dalam mengatur dan menyediakan seluruh makanan
selama berada di kapal perang. Sedikit berbeda dengan kapal perang, juru masak/
cook kapal perusahaan bertanggung jawab atas segala makanan, baik itu memasak,
pengaturan menu makanan, dan persediaan makanan selama berada di kapal
perusahan dan mess boy / pembantu bertugas membantu juru masak selama berada di
kapal perusahaan.
 
2.3.2.9 Chief Engineer (C / E)
a. Chief Engineer (C/E) Secara Umum
Chief Engineer (C/E) adalah di-charge dari departemen mesin, dia melaporkan ke
Master (sehari-hari kegiatan) dan Technical Manager Comapany (kegiatan
teknis). Tanggung Jawabnya adalah :
1. Memastikan bahwa semua personil departemen mesin dibiasakan dengan
prosedur yang relevan.
2. Mengeluarkan perintah yang jelas dan ringkas untuk insinyur dan lain-lain di
departemen mesin.
3. Sesuaikan jam tangan ruang mesin untuk memastikan bahwa semua menonton
penjaga cukup beristirahat dan cocok untuk tugas.
4. Pastikan bahwa awak departemen mesin menjaga disiplin, kebersihan dan
mengikuti praktek kerja yang aman.
5. Evaluasi junior dan laporan kinerja kepada Master.
6. Mengidentifikasi potensi bahaya yang berhubungan dengan operasi mesin dan
bertindak sesuai untuk menghilangkan mereka.
7. Selidiki ketidaksesuaian dan menerapkan tindakan korektif dan preventif.
8. Menjaga stand by peralatan dan sistem dalam ‘Selalu-Siap-Untuk-Gunakan’
negara.
9. Uji stand by peralatan dan sistem secara teratur dan sesuai dengan prosedur
Perusahaan.
10. Pastikan mesin yang kapal dan peralatan dipelihara sesuai jadwal.
11. Jadilah pada tugas dan mengendalikan engine selama manuver dan selama  
memasuki / meninggalkan pelabuhan.
12. Jika pesawat Insinyur Keempat adalah tidak memegang sertifikat kompetensi
yang diperlukan, menjaga 08:00-0:00 menonton ruang mesin.
13. Mencoba untuk memperbaiki semua kerusakan mungkin menggunakan kru dan
fasilitas onboard, jika permintaan tidak yg dpt diperbaiki untuk bantuan pantai.
14. Setiap bulan, melaporkan semua cacat (diperbaiki / tidak diperbaiki) kepada
Perusahaan (melalui Guru).
15. Guru menyarankan sebelum semua persyaratan toko mesin dan suku cadang.
16. Mengawasi pekerjaan yang dilakukan oleh workshop pada mesin dan peralatan.
17. Pastikan bahwa buku catatan mesin dipelihara dengan baik.
18. Efisien mengoperasikan dan memelihara semua mesin dan peralatan kapal,
terutama yang berkaitan dengan pencegahan keselamatan dan polusi.
19. Efisien mengoperasikan mesin utama selama perjalanan.
20. Pastikan bahwa langkah-langkah yang diambil untuk mencegah / mengurangi
emisi asap dari kapal.
21. Terus memantau dan mengevaluasi penggerak utama dan mesin bantu,
membandingkan mereka dengan catatan percobaan dan menginformasikan
Perusahaan dari setiap penyimpangan besar.
22. Pastikan bahwa semua peralatan keselamatan dalam keadaan baik.
23. Memelihara catatan dari semua rutin dan pemeliharaan tak terjadwal sesuai
dengan persyaratan kode dan prosedur Perusahaan.
24. Order dan batang bungker, dan mengawasi operasi pengisian bahan bakar.
25. Efektif mengontrol pemanfaatan dan toko suku cadang dan mempertahankan
persediaan yang tepat dari semua item.
26. Orde suku cadang dan toko (termasuk minyak pelumas) untuk departemen
mesin.
27. Pribadi langsung pemeliharaan crane kargo, penyejuk udara, tanaman pendingin
dan pemisah minyak-air.
28. Memantau pemeliharaan kamar dingin, AC dan mesin terkait lainnya.
29. Segera memberitahukan kepada Guru cacat yang dapat mempengaruhi
keselamatan kapal atau menempatkan lingkungan laut beresiko.
b. Chief Engineer (C/E) Kapal Perang
Tugas seorang Chief Engineer (C/E) dalam kapal perang sebenarnya tidak jauh
berbeda dengan kapal pada umumnya. Perbedaannya hanya Chief Engineer (C/E)
dalam kapal perang memiliki tugas untuk bertanggung jawab terhadap kamar mesin
di dalam kapal perang secara keseluruhan sedangkan Chief Engineer (C/E) kapal
pada umumnya harus bertanggung jawab terhadap kamar mesin di dalam kapal
perusahaan secara keseluruhan.

2.3.2.10 First Engineer atau Masinis I


a. First Engineer atau Masinis I Secara Umum
2/ E laporan ke C / E. Dalam ketiadaan C / E, 2 / E mungkin diperlukan untuk
memimpin sebagai C / E, tunduk pada persetujuan terlebih dahulu dari
DPA. Tanggung Jawab masinis I meliputi :
1. Jauhkan pukul 04:00-8:00 mesin menonton kamar.
2. Mengatur kegiatan pemeliharaan dalam konsultasi dengan C / E.
3. Mengalokasikan pemeliharaan dan perbaikan untuk insinyur, dan mengawasi
yang sama.
4. Benar menjaga buku catatan ruang mesin.
5. Memantau jadwal pemeliharaan untuk mesin utama, mesin bantu, kompresor,
pembersih, pompa dan peralatan lainnya.
6. Co-ordinat dengan Electrical Engineer dan memastikan bahwa ia memelihara
catatan yang tepat pemeliharaan mesin di bawah tanggung jawabnya.
7. Pastikan bahwa ruang mesin yang bersih dan bebas dari residu berminyak.
8. Membantu C / E dalam mempertahankan persediaan suku cadang, toko habis
onboard.
9. Pastikan insinyur dan peringkat bekerja sesuai dengan prosedur perlindungan
keselamatan dan lingkungan.
10. Mengevaluasi junior dan laporan kinerja ke C / E.
11. Mengambil alih menonton dan kontrol dari ruang mesin selama manuver kapal,
terutama saat memasuki atau meninggalkan pelabuhan dan bagian dibatasi.
12. Lakukan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh C / E (tergantung situasi).
b. First Engineer atau Masinis I Kapal Perang
Tugas seorang First Engineer atau Masinis I dalam kapal perang sebenarnya tidak
jauh berbeda dengan kapal pada umumnya. Perbedaannya hanya First Engineer atau
Masinis I dalam kapal perang memiliki tugas untuk mengatur kegiatan
pemeliharaan dalam konsultasi dengan chief engineer selama berada di kapal
perang sedangkan First Engineer atau Masinis I kapal pada umumnya mengatur
kegiatan pemeliharaan dalam konsultasi dengan chief engineer selama berada di
kapal perusahaan.

2.3.2.11 Second Engineer atau Masinis 2 (2 / E)


a. Second Engineer atau Masinis 2 (2 / E) Secara Umum
2 / E laporan ke C / E (melalui 1 / E). Dalam ketiadaan dari 1 / E, 2 / E mungkin
diperlukan untuk memimpin sebagai   1 / E, tunduk pada persetujuan terlebih
dahulu dari DPA. Tanggung Jawabnya yaitu :
1. Jauhkan pukul 12:00-4:00 mesin menonton kamar.
2. Benar menjaga tambahan mesin, generator air tawar, mesin kerek, peralatan
tambat, sekoci motor, darurat kompresor, pompa kebakaran darurat dan
insinerator.
3. Menganalisis air dan pengolahan kimia untuk pendingin mesin sistem air
utama.
4. Melakukan pemeliharaan preventif pemadam kebakaran dan peralatan
keselamatan dalam ruang ruang mesin, dan menginformasikan C / E dari setiap
kekurangan.
5.  Menjaga catatan diperbarui pemeliharaan preventif rencana yang berkaitan
dengan kompresor, generator dll
6. Menginformasikan C / E di muka kebutuhan suku cadang dan toko untuk
mesin dikontrol.
7. Lakukan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh C / E (tergantung situasi).
b. Second Engineer atau Masinis 2 (2 / E) Kapal Perang
Tugas seorang Second Engineer atau Masinis 2 (2 / E) dalam kapal
perang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kapal pada umumnya. Perbedaannya
hanya Second Engineer atau Masinis 2 (2 / E) dalam kapal perang bertanggung
jawab terhadap mesin induk kapal perang sedangkan Second Engineer atau Masinis
2 (2 / E) kapal pada umumnya bertanggungjawab terhadap mesin induk kapal
perusahaan.

2.3.2.12 Third Engineer atau Masinis 3 (3 / E)


a. Third Engineer atau Masinis 3 (3 / E) Secara Umum
3 / E laporan ke C / E (melalui 2 / E). Dalam ketiadaan dari 3 / E, 4 / E mungkin
diperlukan untuk memimpin sebagai 3 / E, tunduk pada persetujuan terlebih dahulu
dari DPA. Tanggung Jawab :
1. Jauhkan 08:00-0:00 mesin menonton ruang yang disediakan ia memegang
sertifikat kompetensi yang sesuai, yang lain C / E mempertahankan menonton
ini.
2. Membantu C / E selama manuver kapal.
3. Benar menjaga bahan bakar minyak dan pemurni minyak pelumas dan filter.
4. Benar menjaga sistem bahan bakar transfer dan pabrik limbah.
5. Menjaga peralatan lainnya / mesin di ruang mesin seperti yang
diperintahkan oleh C/E.
6. Melakukan transfer bahan bakar dan minyak pelumas, mempertahankan
sounding tangki / catatan bunker dan membantu dalam pengisian bahan bakar.
7. Menjaga catatan diperbarui rencana pemeliharaan preventif pompa.
8. Menginformasikan C / E di muka kebutuhan suku cadang dan toko untuk
mesin dikontrol.
9. Lakukan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh C / E (tergantung situasi).

b. Third Engineer atau Masinis 3 (3 / E) Kapal Perang


Tugas seorang Third Engineer atau Masinis 3 (3 / E) dalam kapal perang sebenarnya
tidak jauh berbeda dengan kapal pada umumnya. Perbedaannya hanya Third
Engineer atau Masinis 3 (3 / E) dalam kapal perang bertanggung jawab terhadap
generator dalam kapal perang sedangkan Third Engineer atau Masinis 3 (3 / E))
bertanggung jawab terhadap generator dalam perusahaan.

2.3.2.13 Fourth engineer


Tugas seorang Fourth Engineer dalam kapal perang sebenarnya tidak jauh berbeda
dengan kapal pada umumnya. Perbedaannya hanya Fourth Engineer dalam kapal
perang bertanggung jawab terhadap generator dalam kapal perang sedangkan Fourth
Engineer kapal pada umumnya bertanggung jawab terhadap generator dalam kapal
perusahaan.

2.3.2.14 Fifth engineer


Tugas seorang Fifth Engineer dalam kapal perang sebenarnya tidak jauh berbeda
dengan kapal pada umumnya. Perbedaannya hanya Fifth Engineer dalam kapal
perang bertanggung jawab terhadap terhadap pompa-pompa yang ada dalam kapal
perang sedangkan Fifth Engineer kapal pada umumnya bertanggung jawab terhadap
pompa-pompa yang ada dalam kapal perang.

2.3.2.15 Ratings atau Bawahan  Bagian Mesin


Ratings atau bawahan bagian mesin dalam kapal perang tidak jauh berbeda dengan
kapal pada umumnya, ratings atau bawahan bagian mesin dalam kapal terdiri dari :
a. Mandor (Kepala Kerja Oiler dan Wiper)
b. Fitter atau Juru Las
c. Oiler, sebagai kepala kerja bagian mesin
d. Wiper.

2.4 Hal-hal Menonjol terkait Aspek Psikologi Kapal Perang


Terdapat beberapa hal menonjol yang terkait aspek psikologi TNI-AL ketika berada ada
bertugas dalam kapal perang, aspek psikologi tersebut meliputi :
1. Lingkungan Fisik, seperti situasi kondisi kapal, cuaca, dan kondisi laut.
2. Kompleksitas tugas dan Kompetensi.
3. Lingkungan Sosial/Hubungan interpersonal dalam Kapal.
4. Keterpisahan Keluarga.
5. Antisipasi tugas-tugas Operasi Militer Perang maupun selain perang.
6. Kemungkinan pengembangan pribadi.
Untuk dapat mengeliminir potensi terjadinya kendala pada aspek-aspek diatas, maka dinas
psikologi TNI-AL akan membuat strategi-strategi tertentu dengan menyesuaikan beberapa
aspek psikologi mereka dengan melihat aspek :
 Kebanggan dan apresiasi dari lingkungan
 Motivasi
 Kesesuaian tugas/pekerjaan dengan minat
 Kompensasi yang diterima
 Akses untuk bertemu keluarga

BAB III
PENUTUP
Setelah melakukan analisis maka di dapatkan beberapa kesimpulan yang dapat di ambil,
dan dengan mengacu pada bab-bab sebelumnya. Dan juga terdapat saran-saran dunia kerja di
kapal perang.

4.1 Kesimpulan
Dari analisa diatas, dapat di ambil kesimpulan mengenai dunia kerja di kapal perang yaitu :
1. Kapal perang adalah kapal yang digunakan untuk
kepentingan militer atau angkatan bersenjata. Kapal perang memiliki beberapa fungsi,
yaitu untuk melindungi negara dan aktivitasnya, mengangkut persenjataan, merompak
atau menjarah negeri-negeri lain melalui perairan, serta menjelajah samudera,
mengangkut hasil dagangan atau bahkan jarahan sekaligus digunakan untuk berperang
baik terhadap armada dagang saingannya, bajak laut, atau bahkan penguasa lokal yang
tidak tunduk pada keinginannya. Kapal perang pada saat ini telah mengalami beberapa
perbaikan-perbaikan untuk memenuhi tuntutan kerja pada saat perang. Ada banyak jenis
kapal perang, akan tetapi jenis-jenis kapal perang yang digunakan ketika perang
disesuaikan dengan kebutuhan perang pada saat itu.
2. Kapal perang TNI Angkatan Laut didahului dengan inisial KRI yang
berarti Kapal Perang Republik Indonesia. Meskipun KRI digunakan untuk senjata
perang TNI-AL Indonesia, akan tetapi tidak semua kapal perang TNI AL di produksi di
Indonesia. Masing-masing tipe kapal KRI memiliki kegunaan masing-masing.
3. Secara umum, struktur organisasi kapal perang terdiri dari seorang Nakhoda
selaku pimpinan umum di atas kapal dan Anak Buah kapal yang terdiri dari para
perwira kapal dan non perwira/bawahan (subordinate crew). Akan tetapi stuktur
organisasi tersebut bukanlah struktur yang baku, karena tiap kapal bisa berbeda struktur
organisaninya tergantung jenis, fungsi dan kondisi kapal tersebut. Pembagian tugas atau
jawaban dalam kapal perang TNI-AL dapat dibagi sesuai dengan pangkat dan ketentuan
yang telah ditetapkan oleh komandan dari TNI-AL itu sendiri.
4. Terdapat beberapa hal-hal menonjol terkait aspek psikologi kapal perang
yang harus segera diatasi dengan strategi-strategi tertentu dengan memperhatikan aspek-
aspek yang ada agar TNI-AL tetap dapat bekerja sebagaimana mestinya meskipun
memiliki beberapa kendala psikologis.

4.2 Saran
Dalam aktivitas ini, masih terdapat beberapa kekurangan untuk mencapai kesempurnaa.
Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun masalah dunia kerja di kapal perang untuk
menjadi lebih baik ke depannya sangat diperlukan. Beberapa saran yang dapat diberikan untuk
perbaikan selanjutnya antara lain adalah :
1. Diharapkan mampu mengerti definisi kapal perang secara umum.
2. Diharapkan mampu mengerti fungsi kapal perang secara umum.
3. Diharapkan mampu mengerti perkembangan teknologi pada kapal perang.
4. Diharapkan mampu menjelaskan jenis-jenis kapal perang secara umum.
5. Diharapkan mampu menjelaskan bentuk-bentuk kapal perang TNI-AL.
6. Diharapkan mampu mengerti tugas dan tanggung jawab awak kapal secara umum
7. Diharapkan mampu menjelaskan tugas dan tanggung jawab awak kapal perang.
8. Diharapkan mampu menjelaskan hal-hal menonjol terkait aspek psikologi TNI-AL di
kapal perang.

DAFTAR PUSTAKA

Artikel Satuan Armada Barat, Terbang demi 4 Milyar Dolar, Majalah Angkasa No 5 Februari
2000 tahun X.

The Deadliest fast Attack Craft, Kapal-Kapal Cepat nan Mematikan, Edisi Koleksi Angkasa No.
XLIII 2007.

Anda mungkin juga menyukai