Beberapa tahun belakangan, masyarakat di Cina mengetahui adanya kisah cinta Xu Chaoqing
dan Liu Guojiang yang sungguh romantis dan amat menyentuh. Tanda rasa cinta Liu yang
begitu besar terhadap sang istri Xu, diwujudkannya dengan karya yang meonumental, yakni
6000 anak tangga yang terukir pada sebuah gunung curam di barat daya Chongqing, tempat
tinggal mereka berdua. Untuk kegiatan ini dia rela menghabiskan separuh atau bahkan
hampir seluruh hidupnya.
Dia adalah seorang pemuda berusia 19 tahun yang mencintai seorang perempuan bernama Xu
Chaoqing. Hubungan cinta mereka sempat mendapatkan tentangan dari berbagai pihak kala
itu dikarenakan status Xu yang saat itu adalah seorang janda dan telah memiliki 4 orang anak.
Tidak hanya itu saja, usia Xu juga 10 tahun lebih tua dibandingkan dengan Liu. Pada saat itu
ditahun 1956 apabila ada seorang laki-laki yang mencintai seorang wanita yang berusia lebih
tua masih dianggap sebagai hal yang sangat tabu dan tidak bermoral.
Untuk menghindari berbagai prasangka buruk dan berbagai cercaan di lingkungan sekitarnya,
maka mereka berdua memutuskan melarikan diri ke pengunungan untuk memulai hidup baru.
Liu dan Xu kemudian tinggal di dalam gua, desa Jiangjin, sebelah selatan Chong Qing.
Pada awal-awal pertama kehidupan mereka di gua ini sangat memprihatinkan. Saat itu
mereka tidak memiliki apa-apa. Bahkan yang jauh lebih memprihatinkan adalah mereka
berdua harus makan rumput-rumputan dan akar-akaran yang mereka temukan di sekitar gua
hanya untuk bertahan hidup. Saat itu, Liu sempat hampir menyerah dengan kehidupan
mereka dan bertanya kepada sang istri, apakah ia menyesal telah menikah dengan dirinya.
Namun dengan bijak Xu menjawab “Selama kita rajin, kehidupan ini akan menjadi lebih
baik.”
Kasihan dan merasa iba terhadap istri dan anak-anaknya yang berusaha untuk naik turun
gunung dengan susah payah, maka setelah 2 tahun pertama mereka tinggal di gua tersebut.
Liu mulai untuk membuatkan anak tangga agar anak-anak dan istrinya dapat lebih mudah
untuk naik dan turun gunung tersebut. Liu terus memahatkan dengan sabar dan rutin selama
50 tahun anak tangga itu satu persatu.
Setalah 50 tahun berlalu, lebih tepatnya pada tahun 2001 ketika ada sekelompok pengembara
sedang melakukan eksplorasi ke hutan di gunung tersebut, mereka menemukan pasangan
yang telah berusia lanjut ini. Tidak hanya itu saja, mereka juga melihat 6000 anak tangga
yang telah dibuat Liu dengan penuh kesabaran dan cinta selama 50 tahun.
1
Menurut pengakuan salah seorang dari anak Liu dan Xu, mereka mengatakan bahwa orang
tuanya ini tidak pernah satu haripun hidup terpisah. Mereka hidup menyendiri selama 50
tahun bersama tanpa terpisah satu sama lain satu haripun. Selama itu pula sang ayah telah
memahatkan 6000 anak tangga untuk memudahkan sang istri melakukan kegiatan turun naik
gunung. Walaupun diakuinya sang ibu tidaklah terlalu sering naik turun gunung.
Kisah hidup Liu, sang suami setia ini pada akhirnya berakhir di pelukan sang istri. Liu
meninggal di usia 72 tahun dipelukan Xu. Bahkan Xu selama berhari-hari terus mengulang
kalimat, “Kau telah berjanji akan memeliharakanku dan akan terus bersamaku sampai aku
meninggal, sekarang kau telah mendahuluiku, bagaimana akan dapat hidup tanpamu?,”
sambil meraba peti jenazah suaminya dan dengan air mata yang membasahi pipinya.
2
Bagian yang teraktivasi dalam emosi dan hormonal
1. Thalamus
Thalamus berfungsi sebagai stasiun pemancar dan meneruskan informasi yang masuk ke
cerebrum dari reseptor indera (lihat, dengar, sentuh, rasa) ; berperan penting dalam
pengontrolan tidur, dan keadaan jaga.
2. Amigdala
Peristiwa emosional memiliki status yang istimewa di ingatan. Amigdala adalah salah satu
struktur yang berperan dalam ingatan untuk pengalaman-pengalaman yang memiliki
signifikansi emosional.
3. Hipokampus
O’keefe dan Nadel (1978) mengusulkan cognitive map theory (teori peta kognitif)
tentang fungsi hipokampus. Menurut teori ini ada beberapa sistem di otak yang
terspesialisasi dalam ingatan untuk berbagai jenis informasi yang berbeda, dan
fungsi spesifik hipokampus adalah menyimpan ingatan untuk lokasi spasial, dan
hipokampus memainkan peran istimewa dalam ingatan episodik karena korteks
spasial memainkan peran kritis dalam memperoleh dan mengingat kembali sebuah
episode.
Rudy dan Sutherland (1992) megusulkan teori asosiasi kofigural. Teori asosiasi
konfigural didasarkan pada premis bahwa ingatan spasial adalah salah satu
manifestasi spesifik fungsi hipokampus yang lebih umum. Menurut teori ini
hipokampus berperan dalam retensi signifikansi behavioral dari berbagai
kombinasi stimuli, tetapi bukan dari stimuli individual.
Brown dan Aggleton (2001) mengusulkan teori tentang peran hipokampus dalam
pengenalan objek yang menekankan hubunannya dengan korteks peririnal. Merka
3
setuju denga bukti bahwa korteks peririnal berperan dalam tugas-tugas pengenalan
objek, hipokampus berperan dalam mengenali tatanan spasial objek.
Ketiga teori tersebut didasari asumsi yang sama yaitu bahwa seluruh bagian hipokmapus
menjalankan fungsi yang sama. Bannerman, dkk (2004) mengatakan bahwa hanya
hipokampus dorsal adalah yang terlibat dalam ingatan, sementara fungsi hipokampus
ventral adalah pemrosesan emosional.
4. Hipotalamus (komandan hormon)
Hipotalamus adalah bagian dari otak yang memiliki peran penting dalam mengendalikan
fungsi tubuh banyak termasuk pelepasan hormon. Salah satu fungsi utama dari
hipotalamus adalah homeostasis ( menjaga keseibangan internal tubuh), misal: tekana
darah, suhu tubuh, metabolisme, lapar, haus.
5. Cortex prefrontal
Studi-studi pencitraan otak fungsional sekarang menemukan bahwa pola-pola kompleks
aktivitas prefrontal tertentu berhubungan dengan berbagai macam fungsi ingatan. Sebagai
daerah PFC mejalankan proses-proses kognitif fundamental (misalnya atensi dan
manajemen tugas) selama semua jenis tugas working memori, ada daerah-daerah PFC lain
yang tampaknya memediasi jenis-jenis ingatan tertentu.
4
Keterkaitan Proses Antara Emosi dan Hormonal
Long sistem
hipokampus
PFC
thalamus amigdala
hipotalamus
stimulus respon
Hyjacking amigdala
hipokampus
PFC
thalamus amigdala
hipothalamus
stimulus respon
5
Hormon Yang Berperan Dalam Cinta
6
Mengapa Bisa Buta Karena Cinta?
Jika seseorang terus meromantisir keadaan maka dopamine akan bekerja giat. Cara
kerjanya seperti kokain yang menimbulkan ekstase dan rasa senang yang berlebihan. Cairan
dopamine membuat seseorang bertenaga dan termotivasi. Semakin tinggi kadar dophamine,
maka akibatnya dia semakin mengidolakan sosok yang dicintainya dan karena sifatnya yang
ekstase orang tersebut bisa sulit tidur, tidak bergairah makan, dan cenderung menarik diri dari
lingkungan. Dalam hal inilah kemudian orang menyebut cinta itu gila dan buta. Gila karena
mereka punya dunia sendiri, buta karena di luar batas-batas nalar. Maka kita bisa
membayangkan kalau seseorang patah hati sementara dopaminenya masih tinggi. Dia bahkan
bisa bunuh diri karena hal ini.
Seseorang yang jatuh cinta maka bagian PFC pada otak akan fokus dengan mudah pada
satu orang tersebut terutama pada saat pemanggilan memori pada hipokampus terjadi, namun
PFC juga berperan dalam pengambilan keputusan. Jika seseorang ingin mengubah pola
berpikirnya dan mengubah fokus maka PFC akan melakukan restrukturisasi otak. Dengan hal
itu seseorang akan bisa memikirkan kembali keputusan apa yang akan diambil, jika memilih
utuk move on maka akan mempengaruhi kerja amigdala yang berperan sebagai penyimpanan
memori emosional. Dalam memori emosional sebelumya yang terasa menyenangkan, maka
akan berubah menjadi hal yang membuat resah sehingga mempengaruhi kerja hipothalamus
dalam memproduksi hormon. Hormon yang sebelumnya diproduksi dalam jumlah besar saat
jatuh cinta adalah dopamine karena berhubungan dengan kesenangan maka pada saat
restrukturisasi otak terjadi produksi hormon dopamine akan menurun dan tidak sebanyak saat
seseorang jatuh cinta.
Seseorang tidak bisa move on karena apabila kenangan yang terpanggil langsung
mempegaruhi amigdalanya dan hanya memberikan sedikit tanggapan atau keputusan pada
bagian PFC. Dari sanalah mempengaruhi hipothalamus untuk meingkatkan jumlah kortisol
yang akan mengganggu ingatan seseorang.
Seseorang yang jatuh cinta akan menimbulkan respon amigdala yang lebih besar karena
dipengaruhi oleh pemanggilan memori di hipokampus, dan PFC tidak berkomunikasi dengan
baik dengan amigdala. Amigdala akan mempengaruhi hipothalamus dalam memproduksi
hormon, apabila seseorang terlalu senang maka hormon dopamine akan sangat meningkat
sehingga seseorang akan rela melakukan apapun karena telah terobsesi dan tidak memikirkan
dampak yang akan terjadi dari keputusan yang dibuat. Kemudian oksitosin akan meningkat
dan dapat menimbulkan stress apabila seseorang tidak memenuhi permintaan seseorang yang
disukainya.
7
Perbedaan True Love dengan Nafsu?
True love terjadi apabila PFC seseorang bekerja dengan baik maka amigdala akan merespon
dengan emosi yang positif. Amigdala mempengaruhi hipothalamus dalam pemanggilan
hormon dopamine, serotonin, norepinephrine yang akan menyebabkan seseorang menjadi
senang. Apabila nafsu, seseorang akan lebih dipengaruhi oleh amigdala karena PFC tidak
bekerja dengan baik. Hal tersebut dapat memancing emosi negatif dan mempengaruhi
hipothalamus dalam menghasilkan hormon dopamine, serotonin, norepinephrine yang akan
menyebabkan seseorang bergairah.
8
DAFTAR PUSTAKA
J. W. Kalat. 2010. Biopsikologi buku2 ed9. Jakarta: Salemba humanika