Anda di halaman 1dari 41

1i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan naskah sekolah karangan militer (karmil) ini
dengan baik dan lancar. Keberhasilan suatu pendidikan antara lain ditentukan oleh
adanya dukungan 10 komponen pendidikan yang salah satunya adalah bahan ajar atau
Diktat seperti yang dirumuskan di dalam kurikulum. Naskah sekolah ini sangat besar
artinya bagi peserta didik maupun pendidik yang akan digunakan sebagai acuan dalam
proses belajar mengajar.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya naskah sekolah ini. Kami menyadari bahwa naskah sekolah
ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran, masukan dan kritik sangat kami harapkan
demi kesempurnaan naskah sekolah ini.

Akhir kata semoga naskah sekolah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam
penyelenggaraan proses belajar mengajar. Semoga bermanfaat.

Penyusun,
2ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN

1. Umum…………………..……………………….................... 1
2. Tujuan Kurikuler……..………………………………………. 1
3. Pokok Bahasan……………………………………………… 1

BAB II TEORI KARANGAN MILITER

4. Tujuan Instruksional.......................................................... 2
5. Sub Pokok Bahasan.......................................................... 2
6. Judul.................................................................................. 2
7. Pendahuluan..................................................................... 3
8. Pembahasan atau Uraian Analisa..................................... 4
9. Penutup (Kesimpulan dan Saran)..................................... 5
10. Penulisan Ejaan yang Disempurnakan............................. 5
11. Soal-soal Latihan.............................................................. 21

BAB III PENULISAN KARANGAN MILITER

12. Tujuan Instruksional.......................................................... 22


13. Sub Pokok Bahasan.......................................................... 22
14. Bagian Awal....................................................................... 22
15. Bagian Pokok..................................................................... 23
16. Bagian Akhir....................................................................... 24
17. Tata Cara Penulisan Karmil............................................... 24
18. Format Karmil.................................................................... 35
19. Prosentase Jumlah Halaman Karmil................................. 37
20. Contoh Pola Pikir Karmil.................................................... 37
21. Soal-soal Latihan............................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA
1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Mengarang merupakan pengungkapan sebuah pikiran melalui tulisan.


Sebuah karangan yang baik mengandung isi yang dikemukakan secara sistematis
serta menarik dengan gagasan yang dikemukakan secara teratur langkah demi
langkah. Karangan yang baik bila tertata dan terangkai sebagaimana sebuah
pohon yang kita uraikan terdiri dari batang tercabang oleh cabang-cabang, cabang
terdiri dari hiasan-hiasan ranting yang terjabar dan ranting-ranting itu terhias oleh
daun-daun yang rindang serta sejuk dipandang. Begitu juga kiranya dalam
menyusun karangan yang harus terdiri dari tema pokok, ide pokok dan kesatuan
karangan, alat pemersatu karangan, analisa, penggolongan/klasifikasi, koordinasi
dan subordinasi, organisasi dan kerangka karangan.

b. Keberhasilan sebuah karangan militer tergantung kepada penulisnya.


Penulis yang berhasil hanya dapat dibentuk melalui latihan yang banyak dan
ketekunan untuk terus menjaga mutu hasil karyanya. Dalam naskah ini akan
dibahas cara menyusun karangan militer yang efektif. Banyak pengarang atau
penulis dapat menulis panjang lebar tetapi tidak mampu menguraikan maksudnya
dengan jelas apalagi hingga runtun serta tuntas. Pada pembahasan ini akan
dipusatkan pada cara mengarang secara jelas dan menarik yaitu berkisar pada
persyaratan-persyaratan karangan yang baik dan cara bagaimana menghasilkan
karangan yang memenuhi persyaratan.

c. Teori karangan militer ini dipersiapkan untuk membantu Perwira Siswa


dalam rangka meningkatkan kemampuan menulis dan menyajikan untuk dapat
menunjang latihan-latihan dan penugasan tulis-menulis yang banyak
diselenggarakan dalam lembaga pendidikan, misalnya latihan membuat tugas
perorangan maupun tugas kelompok.

2. Tujuan Kurikuler. Agar siswa mengerti dan dapat mengerjakan penyusunan


karangan militer (karmil) dengan benar.

3. Pokok Bahasan.

a. Teori Karangan Militer.

b. Penulisan Karangan Militer.


2

BAB II

TEORI KARANGAN MILITER

4. Tujuan Instruksional. Agar siswa dapat menjelaskan teori karangan militer


dengan benar.

5. Sub Pokok Bahasan.

a. Judul.

b. Pendahuluan.

c. Pembahasan atau Uraian Analisa.

d. Penutup (Kesimpulan dan Saran).

e. Penulisan Ejaan Yang Disempurnakan.

f. Soal-soal Latihan.

6. Judul. Judul adalah identitas atau cermin dari jiwa seluruh Karmil. Oleh karena
itu hendaknya bersifat tegas, terbatas dan menarik. Dengan demikian orang dapat
menduga apa materi atau masalah dan kaitannya dengan aspek lain. Karena sifatnya
demikian, maka paling sedikit harus ada dua variabel yang berkaitan, sehingga
mencerminkan adanya suatu interaksi yang saling bertentangan. Dengan demikian judul
tersebut dapat memberikan gambaran tentang arah, maksud dan tujuan, jangkauan dan
ruang lingkup. Meskipun judul itu telah mempunyai 2 (dua) variabel atau lebih namun
apabila masih mengambang karena variabelnya bersifat statis, verbalistis atau normatif,
maka judul tersebut kurang baik. Contoh:

a. Judul yang Berkaitan.

1) Optimalisasi Patroli Udara dalam Meningkatkan Keamanan di


Wilayah Laut Teritorial Indonesia.

2) Respons Awak Kapal Perang Terhadap Sistem Persenjataan


Mutakhir.

3) Pengaruh Polusi Pabrik Semen Terhadap Kesehatan Rakyat di


sekitarnya.

b. Judul yang Mengambang.

1) Optimalisasi Patroli Udara.

2) Respons Awak Kapal Perang.

3) Pengaruh Populasi.
3

c. Judul Verbalitas.

1) Patroli Udara dan Keamanan Wilayah Laut.

2) Respons Awak Kapal Perang dan Persenjataan Mutakhir.

3) Pengaruh Polusi dan Rakyat Sekitarnya.

7. Pendahuluan. Pendahuluan merupakan uraian umum dan singkat tetapi jelas


(termuat dalam kolom umum) yang mampu mengantar para pembaca secara mudah
kepada persoalan pokok yang mencerminkan mengapa pembahasan itu dibuat (latar
belakang) dan merupakan hasil identifikasi masalah. Selanjutnya dalam pendahuluan
dicantumkan umum, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan tata urut dan pengertian-
pengertian.

a. Fungsi Pendahuluan secara umum adalah:

1) Pembimbingan untuk memasuki persoalan dan analisa sebenarnya.

2) Merupakan penjelasan permulaan yang perlu mengapa penulis


memilih/membahas masalah tersebut dan mengapa masalah itu perlu
dibahas.

3) Wadah untuk gambaran garis besar pembagian susunan karangan.

b. Unsur-unsur penting yang termasuk dalam pendahuluan beserta fungsinya


adalah:

1) Latar Belakang Pembahasan. Bila seseorang akan menulis suatu


Karmil maka sebelum ia memilih judul karangan tentunya ia memiliki latar
belakang pembahasan penelitian yang merupakan suatu penguasaan yang
dilandasi oleh metodologi pendekatan yang mantap. Agar karangan ini
dapat meyakinkan pembaca perlu disusun secara sistematika, terarah
sesuai dengan urutan logikanya yang menunjukkan:

a) Subyek persoalan yang akan diangkat misalnya Kotama,


Satker dan lain sebagainya.

b) Adanya persoalan baik yang berdiri sendiri atau rumit.


Dengan visi tugas dan tanggung jawab yang akan memudahkan
penulis untuk memfokuskan tulisannya.

c) Relevansi dan intensitas pengaruh persoalan tersebut


terhadap aspek tertentu misalnya ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya, hankam dengan akibat yang ditimbulkannya.

d) Penggunaan metodologi pendekatan yang ditempuh.

e) Gambaran kegunaan hasil penelitian/ pembahasan.

2) Identifikasi Masalah. Orang yang menguasai materi dan masalah


dalam bidang ilmunya akan dapat mengidentifikasi apakah suatu gejala
(fenomena) tertentu merupakan masalah atau tidak. Atas dasar itu maka
4

masalah dirumuskan secara eksplisit dalam urutan sesuai intensitasnya.


Perumusan identifikasi masalah tersebut akan mempunyai konsekuensi
terhadap relevansi maksud dan tujuan, kegunaan, kerangka pemikiran dan
metoda pembahasan/ uraian analisa.

3) Maksud dan Tujuan. Maksud dari penulisan dalam membuat naskah


ini dan merupakan tindak lanjut terhadap masalah yang telah di identifikasi
sedang tujuan adalah hasil yang diharapkan apabila konsep/ide gagasan ini
dilaksanakan.

4) Kerangka Pemikiran. Kerangka pemikiran merupakan justifikasi


ilmiah (pembenaran secara ilmiah) terhadap suatu pembahasan/analisa
yang dilakukan setelah identifikasi masalah. Ia memberikan landasan yang
kuat atas judul yang dipilih dan relevan dengan identifikasi masalahnya.
Dengan demikian kerangka pemikiran merupakan tulang punggung seluruh
pembahasan, tetapi harus didukung oleh landasan teori yang kuat, informasi
dari berbagai sumber, hasil penelitian dan konsultasi. Dengan mengerjakan
kerangka pemikiran baru, merupakan modifikasi atau penyempurnaan dan
bahkan perombakan total.

5) Ruang lingkup dan Tata Urut. Ruang lingkup merupakan


pembatasan permasalahan yang dibahas disertai penjelasan mengenai
kaitannya dengan persoalan lain yang tidak diuraikan lebih lanjut,
sedangkan tata urut yang dituliskan dalam bab pendahuluan merupakan
sistematika penulisan yang pada dasarnya adalah kerangka suatu sistem.

8. Pembahasan atau Uraian Analisa.

a. Pembahasan merupakan inti dari penulisan karangan militer. Dalam


pembahasan ini harus mengacu pada tulisan-tulisan yang telah ditulis pada
pendahuluan. Sebagai contoh penulis menggunakan pendekatan deskripsi analisis,
maka dalam tulisan pembahasan tidak akan menggunakan pendekatan lain selain
deskripsi analis. Demikian pula dalam penggunaan metode penulisan juga
menggunakan pedoman pada metode yang telah ditulis pada pendahuluan.

b. Dalam menganalisa permasalahan/persoalan sebaiknya berurutan sesuai


pasal-pasal dan bab-bab yang telah ditulis, sebaiknya ide-ide atau gagasan-gagasan
penulis diutarakan secara jelas dan dengan rinci serta bernilai strategis, penulis yang
baik biasanya akan menulis dalam pembahasan ini lebih dari setengah jumlah
halaman naskah yang ada. Namun yang utama dari pembahasan atau uraian ini
adalah jalan pikiran dari penulis bagaimana pemecahan persoalan (problematik)
yang pada bab-bab dan pasal-pasal sebelumnya telah dirumuskan dan gagasan
tersebut harus bersifat asli dari penulis serta bukan plagiat dari karangan orang lain.

c. Agar Karmil mempunyai nilai sesuai yang diharapkan penulisnya,


penguraian hendaknya memperhatikan suatu tatanan kata dan susunan kalimat
dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh pembaca, serta tidak berbelit-belit.
Hindari penggunaan istilah asing, kecuali bila ada kata yang belum diterjemahkan
dalam bahasa Indonesia.
5

9. Penutup (Kesimpulan dan Saran). Penutup biasanya terdiri atas kesimpulan


dan saran yang merupakan bab akhir. Kesimpulan dan saran merupakan generalisasi
secara logis yang telah diarahkan dalam bab sebelumnya dengan memperhatikan syarat-
syarat sebagai berikut:

a. Kesimpulan memuat hal yang ditarik dari pembuktian maupun uraian yang
terdapat dalam bab sebelumnya.

b. Apabila di dalam Karmil terdapat dalil atau hipotesa, maka harus ada
kesimpulan yang berhubungan dengan dalil atau hipotesa tersebut.

c. Kesimpulan yang dibuat hendaknya harus berkaitan dengan masalah pokok.

d. Kesimpulan hanya memuat hal-hal yang telah dibahas.

e. Selanjutnya berkaitan dengan kesimpulan tersebut dicantumkan saran-saran


yang merupakan penerapan praktis atas dasar kesimpulan yang didapat, saran
merupakan suatu keharusan karena hasil Karmil yang masih bersifat konsepsional
dan pemecahan masalah yang perlu dukungan untuk mewujudkan keinginan
penulis.

10. Penulisan Ejaan yang Disempurnakan. Penulisan ejaan yang disempurnakan


meliputi beberapa ketentuan yaitu:

a. Pemakaian Huruf.

1) Huruf Abjad. Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia


terdiri atas huruf yang berikut. Nama huruf disertai di kolom ketiga.

Huruf Huruf
Nama Nama
Kapital Kecil Kapital Kecil
A a a N n en
B b be O o o
C c ce P p pe
D d de Q q ki
E e e R r er
F f ef S s es
G g ge T t te
H h ha U u u
I i i V v ve
J j je W w we
K k ka X k eks
L l el Y y ye
M m em Z z zet

Tabel 1. Huruf Abjad


6

2) Huruf Vokal. Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa


Indonesia terdiri atas huruf a, e ,i, o, dan u.

Huruf Contoh Pemakaian Dalam Kata


Konsonan Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
a api padi lusa
e enak petak sore
i itu simpan murni
o oleh kota radio
u untuk lusa itu

Tabel 2. Huruf Vokal

3) Huruf Konsonon. Huruf yang melambangkan konsonan dalam


bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, I, m, n, p, q, r, s,
t, v, w, x, y, dan z.

Huruf Contoh Pemakaian dalam kata


Konsonan Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
b bahasa sebut adab
c cakap kaca -
d dua ada abad
f fakir kafan maaf
g guna tiga gudeg
h hari saham tuah
j jalan manja mikraj
k kami paksa politik
- rakyat* bapak*
i itu kita kami
m maka kami diam
n nama tanah daun
p pasang apa siap
q** quran status-quo Taufiq
r raih bara putar
s sampai asli tangkas
t tali mata rapat
v varia lava -
w wanita hawa -
x** xerox - sinar-x
y yakin payung -
z zeni lazim juz

Tabel 3. Huruf Konsonan


7

4) Huruf Diftong. Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang


dilambangkan dengan ai, au, dan oi.

Huruf Contoh Pemakaian Dalam Kata


Diftong Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
ai ain malaikat pandai
au aula saudara harimau
oi - boikot amboi

Tabel 4. Huruf Diftong

5) Gabungan Konsonan. Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy


masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.

Gabungan Contoh Pemakaian dalam Kata


Huruf
Konsonan Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
kh khusus akhir tarikh
ng ngilu bangun senang
ny nyata banyak -
sy syarat isyarat arasy

Tabel 5. Gabungan Konsonan

6) Huruf Kapital.

a) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada


de, van, dan der (dalam nama Belanda), von (dalam nama jerman),
atau da (dalam nama Portugal). Misalnya: Pekerjaan itu akan selesai
dalam satu jam.

b) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.


Misalnya: Adik bertanya, “Kapan kita pulang ?”

c) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan


ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan,
termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya: Islam, Allah, Alkitab.

d) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar


kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya: Sultan Hasanuddin, Nabi Ibrahim, Imam Syafii.

e) Huruf kapital tidak sebagai huruf pertama nama gelar


kehormatan, keturunan dan keagamaan yang tidak diikuti nama
orang. Misalnya: Dia baru saja diangkat menjadi sultan.

f) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama


jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat
yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu. Misalnya:
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian.
8

g) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau


nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya. Misalnya:
Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.

h) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama


jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama
instansi, atau nama tempat tertentu. Misalnya: Berapa orang camat
yang hadir dalam rapat itu ?

i) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur


nama orang. Misalnya: Wage Rudolf Supratman, Dewi Sartika.

j) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama


orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya: J/K atau JK-1 joule per Kelvin.

k) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang


yang digunakan sebagai nama jenis satuan ukuran. Misalnya: 5
ampere, Mesin diesel.

l) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,


suku bangsa dan bahasa. Misalnya: bangsa Eskimo, suku Sunda.

m) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama


bangsa, suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar
kata turunan. Misalnya: pengindonesia kata asing, keinggris-
inggrisan.

n) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun,


bulan, hari, dan hari raya. Misalnya: hari Jumat, tarikh Masehi.

o) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama


peristiwa sejarah. Misalnya: Perang Dunia I, Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia.

p) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa


sejarah yang tidak digunakan sebagai nama. Misalnya: Perlombaan
senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.

q) Huruf kapital sebagai huruf pertama unsur-unsur nama


diri geografi. Misalnya: Amerika Serikat, Banyuwangi.

r) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur


nama geografi yang diikuti nama diri geografi. Misalnya: Gunung
Semeru, Dataran Tinggi Dieng.

s) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau


nama diri geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan
kekhasan budaya. Misalnya: sarung Mandar, asinan Bogor .

t) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur


geografi yang tidak dikuti oleh nama diri geografi. Misalnya: berlayar
ke teluk, berenang di danau.
9

u) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri


geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis. Misalnya:
pisang ambon, kunci inggris.

v) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur


nama resmi Negara, lembaga resmi, lembaga tatanegara, badan, dan
nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan
untuk. Misalnya: Republik Indonesia.

w) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang


bukan nama resmi Negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan,
badan, dan nama dokumen resmi. Misalnya: menjadi sebuah
republik.

x) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur


bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi,
lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan.
Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa.

y) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata


(termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku,
majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke,
dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya: Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.

z) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan


nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri.
Misalnya: S.E. sarjana ekonomi, Dr. doktor.

aa) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk


hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan
paman, yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan.
Misalnya: Adik bertanya, “itu apa, Bu?”

bb) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata


penunjuk hubungan kerabatan yang tidak digunakan dalam
pengacuan atau penyapaan. Misalnya: Kita harus menghormati
bapak dan ibu kita.

cc) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang
digunakan dalam penyapaan. Misalnya: Surat Anda telah kami
terima dengan baik.

b. Huruf Miring.

1) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,


majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya: Majalah
Bahasa dan Sastra diterbitkan oleh Pusat Bahasa.

2) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau


mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Misalnya:
Dia bukan menipu, melainkan ditipu, Huruf pertama kata abad adalah a.
10

3) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau


ungkapan yang bukan bahasa Indonesia. Misalnya: Politik devide et impera
pernah merajalela di negeri ini.

4) Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia


penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia. Misalnya: Korps
diplomatic memperoleh perlakukan khusus.

c. Huruf Tebal.

1) Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab,
bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks,
dan lampiran. Misalnya: Judul: HABIS GELAP TERBITLAH TERANG,
LAMPIRAN, PENDAHULUAN.

2) Huruf tebal tidak pakai dalam cetakan untuk menegaskan atau


mengkhususkan huruf, bagian huruf, bagian kata, atau kelompok kata; untuk
keperluan itu digunakan huruf miring. Misalnya: Saya tidak mengambil
bukumu. Seharusnya ditulis dengan huruf miring: Saya tidak mengambil
bukumu.

3) Huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan tema dan
subtema serta untuk menulis lambang bilangan yang menyatakan polisemi.
Misalnya:

kalah v 1 tidak menang…2 kehilangan atau merugi…; 3 tidak lulus …; 4


tidak menyamai
mengalami v mengaku kalah
mengalahkan v 1 menjadikan kalah…: 2 menaklukkan …: 3 mengangap
kalah ….
terkalahkan v dapat dikalahkan …

d. Kata Dasar. Kata yang berupa dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya: Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu.

e. Kata Turunan.

1) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkaian dengan bentuk


dasarnya. Misalnya: berjalan, kemauan.

2) Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada


bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia. Misalnya:
mem-PHK-kan, me-recall

3) Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan satu akhiran


ditulis serangkaian dengan kata langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya: bertepuk tangan, garis bawahi.

4) Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapatkan awalan


dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya:
dilipatgandakan, pertanggungjawaban.
11

5) Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya: aerodinamika, pascasarjana.

f. Bentuk Ulang.

1) Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara


unsur-unsurnya. Misalnya: anak-anak, mondar-mandir.
Catatan : Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur
pertama saja. Misalnya: surat kabar -> surat-surat kabar.

2) Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang.


Misalnya: kekanak-kanakan, memata-matai.

g. Gabungan Kata.

1) Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis


terpisah. Misalnya: kambing hitam, mata pelajaran, orang tua.

2) Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat


ditulis dengan menambahkan tanda penghubung di antara unsur-unsurnya
untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan. Misalnya: anak-istri
Ali anak istri-Ali, ibu-bapak kami ibu bapak- kami.

3) Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai.


Misalnya: akhirulkalam, kacamata, sukarela.

h. Suku Kata.

1) Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut:

a) Jika ditengah kata ada huruf vokal yang berurutan,


pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya: bu-ah, ni-at.

b) Huruf diftong ai, au,dan oi tidak dipenggal. Misalnya: pan-dai,


au-la.

c) Jika ditengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk


gabungan huruf konsonan) di antara dua buah huruf vocal,
pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu. Misalnya:
mu-ta-khir, de-ngan.

d) Jika ditengah kata dasar ada dua huruf konsonan yang


berurutan, pemenggalannya dilakukan diantara kedua huruf konsonan
itu. Misalnya: ap-ril, sang-gup.

e) Jika di tengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih
yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya
dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf yang
kedua. Misalnya: ul-tra, in-fra, ben-trok.
12

2) Pemenggalan kata dengan awalan, akhiran atau partikel dilakukan di


antara bentuk dasar dan imbuhan atau partikel itu. Misalnya: ber-jalan
ber-ja-lan, di-ambil di-am-bil, ter-bawa ter-ba-wa.

3) Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu
unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya
dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap-tiap unsur gabungan itu dipenggal
seperti pada kata dasar. Misalnya: bio-grafi bi-o-gra-fi, kilo-gram ki-lo-
gram.

4) Nama orang, badan hukum, atau nama diri lain yang terdiri atas dua
unsur atau lebih dipenggal pada akhir baris diantara unsur-unsurnya (tanpa
tanda pisah). Unsur nama yang berupa singkatan tidak dipisahkan.

i. Kata Depan di, ke, dan dari. Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah
dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim
dianggap sebagai satu kata, seperti kepada, dari pada. Misalnya: Bermalam
sajalah di sini, Di mana dia sekarang ?

j. Partikel.

1) Partikel-lah, -kah, dan, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Misalnya: Bacalah buku itu baik-baik ! Siapakah gerangan
dia ?

2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya:


Apa pun permasalahannya, dia dapat mengatasi dengan bijaksana.

3) partikel per yang berarti “demi”, “tiap”, atau “mulai“ ditulis terpisah
dari kata yang mengikutinya. Misalnya: Harga kain itu Rp. 50.000,00 per
helai.

k. Singkatan dan Akronim.

1) Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.

a) Nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti


dengan tanda titik dibelakang tiap-tiap singkatan itu. Misalnya: A. H.
Nasution = Abdul Haris Nasution, S.Kom = Sarjana Komunikasi, Bpk
= Bapak.

b) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan


ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi
yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital
dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya: DPR = Dewan
Perwakilan Rakyat, SD = Sekolah Dasar.

c) Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan


tanda titik. Misalnya: jml. = Jumlah, yg. = yang, tgl. = Tanggal.

d) Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri


dengan tanda titik. Misalnya: dll. = dan lain-lain, ybs. = yang
bersangkutan.
13

e) Singkatan gabungan kata yang terdiri dari atas dua huruf


(lazim digunakan dalam surat menyurat) masing-masing diikuti
oleh tanda titik. Misalnya: a.n. = atas nama, u.b. = untuk beliau.

f) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan


dan mata uang tidak diikuti tanda dengan titik. Misalnya: kg =
kilogram, Rp = rupiah, l = liter, cm = sentimeter.

2) Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan
sebagai sebuah kata.

a) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-


unsur nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa
tanda titik. Misalnya: SIM = Surat Ijin Mengemudi, LAN = Lembaga
Administrasi Negara.

b) Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur


ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya: Bulog = Badan Urusan
Logistik, Kowani = Kongres Wanita Indonesia.

c) Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata
atau lebih ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: pemilu = Pemilihan
umum, iptek = ilmu pengetahuan dan teknologi.

l. Angka dan Bilangan. Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata.
Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim
digunakan angka arab atau angka Romawi. Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9.
Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000),
V (5000).

1) Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata dengan huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti
dalam perincian atau paparan. Misalnya: Mereka menonton drama itu
sampai tiga kali, Koleksi perpustakaan itu mencapai dua juta buku,
Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100
minibus, dan 250 sedan.

2) Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua
kata, susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan
huruf itu tidak ada pada awal kalimat. Misalnya: Lima puluh siswa kelas 6
lulus ujian, Panitia mengundang 250 orang peserta.

3) Angka yang menunjukan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian


supaya lebih mudah dibaca. Misalnya: Perusahaan itu baru saja mendapat
pinjaman 550 miliar rupiah.

4) Angka digunakan untuk menyatakan: a) ukuran panjang, berat, luas,


dan isi; b) satuan waktu; c) nilai uang; dan d) jumlah.

5) Angka digunakan untuk menyatakan: a) ukuran panjang, berat, luas,


dan isi; b) satuan waktu; c) nilai uang; dan d) jumlah. Misalnya: 5 kilogram,
Tahun 1928, pukul 15.00.
14

6) Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah,


apartemen, atau kamar. Misalnya: Jalan Tanah Abang 1 No. 15, Hotel
Mahameru, Kamar 169.

7) Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab


suci. Misalnya: Surah Yasin : 9, Bab X, Pasal 5, halaman 252.

8) Penulisan bilangan huruf dilakukan sebagai berikut:

a) Bilangan utuh Misalnya: dua belas (12), tiga puluh (30), lima
ribu (5000).

b) Bilangan pecahan. Misalnya: setengah (1/2), tiga dua pertiga


(3 2/3), satu persen (1%).

9) Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut:

a) pada awal abad XX (angka Romawi kapital).


b) dalam kehidupan pada abad ke-20 ini (huruf dan angka Arab).
c) pada awal abad kedua puluh (huruf).

10) Penulisan bilangan yang mendapatkan akhiran -an mengikuti cara


berikut:

a) lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan).


b) tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan).
c) Uang 5.000-an (uang lima-ribuan).

11) Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam
teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Misalnya:

a) Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.


b) Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
c) Rumah itu dijual dengan harga Rp 125.000.000,00.

12) Jika bilangan dilambang dengan angka dan huruf, penulisannya


harus tepat. Misalnya:

a) Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp 900.500,50


(Sembilan ratus ribu limaratus rupiah lima puluh sen).

b) Bukti pembelian barang seharga Rp 5.000.000,00 (lima juta


rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.

c) Dia membeli uang dolar Amerika Serikat sebanyak $5,000.00


(lima ribu dolar).
15

m. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan -nya. Kata ganti ku- dan kau- ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai
dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Buku ini boleh kaubaca, Rumahnya
sedang diperbaiki.

n. Kata si dan sang. Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya. Misalnya: Surat itu dikembalikan kepada si pengirim, Siti mematuhi
nasihat sang kakak.

o. Pemakaian Tanda Baca.

1) Tanda Titik (.)


.
a) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan
atau seruan. Misalnya: Biarlah mereka duduk di sana.

b) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu


bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya:

lll. Departemen Pendidikian Nasional.


A. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
B. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan menengah.
1. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini.
2. .......

c) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan


detik yang menunjukan waktu. Misalnya: pukul 1.35.20 (pukul 1
lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1. 35 menit, 20 detik).

d) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan


detik yang menunjukan jangka waktu. Misalnya: 1.35.20 Jam (1 jam,
35 menit, 20 detik).

e) Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka antara nama penulis,


judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru,
dan tempat terbit. Misalnya: Alwi, hasan, Soenjono Dardjowidjojo,
Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari. 1920. Azab dan sengsara.
Weltevreden: Balai Poestaka.

f) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau


kelipatannya yang menunjukan jumlah. Misalnya: Penduduk Jakarta
lebih dari 11.000.000 orang.

2) Tanda Koma (,).

a) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu


perincian atau pembilangan. Misalnya: Saya membeli kertas, pena,
dan tinta.

b) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang


satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti
tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali. Misalnya: Saya akan
membeli buku-buku puisi, tetapi kau yang memilihnya.
16

c) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari


induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya: Kalau ada undangan, saya akan datang.

d) Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan


penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti
oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan
meskipun begitu. Misalnya: Anak itu rajin dan pandai. Oleh karena
itu, dia memperoleh beasiswa belajar diluar negeri.

e) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o,


ya, wah, aduh, dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai
sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas dari kata lain yang terdapat di
dalam kalimat. Misalnya: O, begitu?, Wah, bukan main!

f) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dan


bagian lain dalam kalimat. Misalnya: Kata Ibu, “Saya gembira sekali.”

g) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung


dari bagian yang mengiringi dalam kalimat jika petikan langsung itu
berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Misalnya: “Di mana
Saudara tinggal?” Tanya Pak Guru.

h) Tanda koma dipakai di antara (1) nama dan alamat, (2)


bagian-bagian alamat, (3) tempat tinggal, serta (4) nama tempat dan
wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya: Dekan Fakultas
Kedokteran, Universitas Indonesia, jalan Salemba Raya 6, Jakarta.

i) Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang


dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya: Gunawan,
Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.

j) Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan


kaki atau catatan akhir. Misalnya: Alisjahbana, S. Takdir, Tata
Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat,
1950). hlm. 25.

k) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademi


yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri,
keluarga, atau marga. Misalnya: B. Ratulangi, S.E., Ny. Khadijah,
M.A.

l) Tanda koma dipakai dimuka angka desimal atau diantara


rupiah dan sen yang dinyatakan dengn angka. Misalnya: 12,5 m, Rp
500,50.

m) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan


yang sifatnya tidak membatasi. Misalnya: Guru saya, Pak Ahmad,
pandai sekali.
17

n) Tanda koma dapat dipakai-untuk menghindari salah


baca/salah satu pengertian dibelakang keterangan yang terdapat
pada awal kalimat. Misalnya: Dalam pengembangan bahasa, kita
dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini.

3) Tanda Titik Koma (;).

a) Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung


untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat
majemuk setara. Misalnya: Hari sudah malam; anak-anak masih
membaca buku-buku yang baru dibeli ayahnya.

b) Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan


perincian dalam kalimat yang berupa frase atau kelompok kata dalam
hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu d igunakan kata
dan. Misalnya:

Syarat-syarat penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga ini:

(1) berkewarganegaraan Indonesia;

(2) berijazah sarjana S1 sekurang-kurangnya;

(3) berbadan sehat;

(4) bersedia ditempat di seluruh wilayah Negara Kesatuan


Republik Indonesia.

c) Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat


setara atau lebih unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda
baca dan kata penghubung. Misalnya: Ibu membeli buku, pensil, dan
tinta; baju, celana, dan kaos; pisang, apel, dan jeruk.

4) Tanda Titik Dua (:).

a) Tanda titik dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang


diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya: Kita sekarang
memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.

b) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang


memerlukan pemberian. Misalnya:

Ketua : Ahmad Wijaya.


Sekretaris : Siti Aryani.
Bendahara : Aulia Arimbi.

c) Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah


kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Misalnya:

Ibu : “ Bawa kopor ini, Nak!’


Amir : “ Baik, Bu.”
Ibu : Jangan lupa. Letakkan baik-baik!’
18

d) Tanda titik dua dipakai diantara (1) jilid atau nomor dan
halaman, (2) bab dan ayat dalam kitab suci, (3) judul dan anak judul
dan anak judul sesuatu karangan, serta (4) nama kota dan penerbit
buku acuan dalam karangan. Misalnya: Horison, XLIII, No. 8/2008: 8.

5) Tanda Hubung (-).

a) Tanda hubung menyambung suku-suku kata yang terpisahkan


oleh pergantian baris. Misalnya: Disamping cara lama dite-
rapkan juga cara baru.

b) Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang


mengikutinya atau akhiran dengan kata yang mendahuluinya pada
pergantian baris. Misalnya: Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.

c) Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur


kata ulang. Misalnya: Anak-anak, Berulang-ulang.

d) Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian


tanggal dan huruf dalam kata yang dieja satu-satu. Misalnya: 8-4-
2008, p-a-n-i-t-i-a.

e) Tanda hubung boleh dipakai untuk menjelaskan (1) hubungan


bagian-bagian kata atau ungkapan dan (2) penghilang bagian frasa
atau kelompok kata. Misalnya: ber-evolusi, dua-puluh ribuan (20 x
1.000). Bandingkan dengan: be-revolusi, dua-puluh-ribuan (1 x
20.000).

f) Tanda hubung dipakai untuk merangkai:

(1) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf


kapital,

(2) ke- dengan angka,

(3) angka dengan–an,

(4) kata atau imbuhan dengan singkatan berhuruf kapital,

(5) kata ganti yang berbentuk imbuhan, dan

(6) gabungan kata yang merupakan kesatuan.

Misalnya: se-Indonesia, peringkat ke-2, tahun 1950-an.

g) Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa


Indonesia dengan unsur bahasa asing. Misalnya: Di-smash, Di-
mark-up, Pen-takle-an.
19

6) Tanda Pisah (_).

a) Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau


kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun utama kalimat.
Misalnya: Kemerdekaan itu_hak segala bangsa_harus dipertahankan.

b) Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan


posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih
jelas. Misalnya: Rangkaian temuan ini_evolusi, teori kenisbian, dan
kini juga pembelahan atom-telah mengubah konsepsi kita tentang
alam semesta.

c) Tanda pisah dipakai diantara dua bilangan, tanggal, atau


tempat dengan arti’ sampai dengan’ atau’ sampai ke’. Misalnya:
Tahun 1928_2008, Jakarta_Bandung.

7) Tanda Tanya (?).

a) Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat Tanya. Misalnya:


Kapan dia berangkat ?, Saudara tahu, bukan ?

b) Tanda tanya dipakai didalam tanda kurung untuk menyatakan


bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan
kebenarannya. Misalnya: Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?),
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

8) Tanda Seru (!). Tanda seru dipakai mengakhiri ungkapan atau


pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan
kesungguhan, ketidak percayaan, ataupun emosi yang kuat. Misalnya:
Alangkah indahnya taman laut ini!

9) Tanda Elipsis (…).

a) Tanda ellipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.


Misalnya: Kalau begitu…, marilah kita laksanakan.

b) Tanda elipsis dipakai untuk menunjukan bahwa dalam suatu


kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan. Misalnya: Sebab-
sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.

10) Tanda Petik (“ “).

a) Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang


berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Misalnya: Ibu berkata, “Paman berangkat besok pagi.”

b) Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan atau


bab buku yang dipakai dalam kalimat. Misalnya: Sajak “Pahlawanku”
terdapat pada halama 5 buku itu.
20

c) Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang


dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Misalnya: Dia
bercelana panjang yang dikalangan remaja dikenal dengan nama
“cutbrai”.

11) Tanda Petik Tunggal (‘ ‘).

a) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang


terdapat didalam petikan lain. Misalnya: Tanya dia, “Kau dengar
bunyi ‘kring-kring‘ tadi?”

b) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau


ungkapan. Misalnya: terpandai ‘paling’ pandai.

c) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau


ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing. Misalnya: feed-back
‘balikan’

12) Tanda Kurung (( )).

a) Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan


atau penjelasan. Misalnya: Anak itu tidak memiliki KTP (kartu tanda
penduduk).

b) Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau


penjelasan yang bukan bagian utama kalimat. Misalnya: Sajak
Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali)
ditulis pada tahun 1962.
c) Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang
kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan. Misalnya: Kata
cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain (a).

d) Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang


memerinci urutan keterangan. Misalnya: Faktor produksi
menyangkut masalah (1) bahan baku, (2) biaya produksi, dan (3)
tenaga kerja.

13) Tanda Kurung Siku ([ ]).

a) Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau


kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau
bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa
kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah
asli. Misalnya: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik, Ulang
tahun [hari kemerdekaan] Republik Indonesia pada hari Selasa.

b) Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dan


kalimat penjelasan yang sudah bertanda kurung. Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam
Bab II [lihat halaman 35-38]) perlu dibentangkan disini.
21

14) Tanda Garis Miring (/).

a) Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada


alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua
tahun takwim atau tahun ajaran. Misalnya: No. 7/PK/2008, Jalan
Kramat III/10, tahun ajaran 2008/2009.

b) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap,


dan ataupun. Misalnya: Dikirim lewat darat/laut ‘dikirimkan lewat
darat atau atau lewat laut’.

15) Tanda penyingkat atau Apostrof ( ‘ ). Tanda penyingkat penunjukan


penghilang bagian kata atau bagian angka tahun. Misalnya: Dia’kan sudah
kusurati. (‘kan : bukan), 1 Januari ’08 (08:2008).

11. Soal-soal Latihan. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar.

a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan judul dan berikan contohnya.

b. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pendahuluan dan sebutkan fungsi dan
unsur pendahuluan.

c. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pembahasan atau uraian analisa.

d. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penutup (kesimpulan dan saran).


22

BAB III

PENULISAN KARANGAN MILITER

12. Tujuan Instruksional. Agar siswa dapat melaksanakan penulisan karangan


militer dengan benar.

13. Sub Pokok Bahasan.

a. Bagian Awal.

b. Bagian Pokok.

d. Bagian Akhir.

e. Tata Cara Penulisan Karmil.

f. Format Karmil.

g. Prosentase Jumlah Halaman Karmil.

h. Contoh Pola Pikir Karmil.

i. Soal-soal Latihan.

14. Bagian Awal. Bagian awal karangan militer terdiri atas:

a. Halaman Depan Luar (Sampul). Tulisan yang jelas, warna disesuaikan


dengan ketentuan Lembaga.

b. Halaman Judul. Lembar berwarna putih sama dengan halaman depan


luar, diawali nomor halaman tetapi tidak ditulis.

c. Lembar Persetujuan. Merupakan persetujuan Perwira Pembimbing,


ditandatangani bila naskah Karmil sudah memenuhi syarat untuk diserahkan ke
lembaga dan diuji .

d. Abstrak. Abstrak adalah ringkasan substansial bahasan sesuai dengan


sistematika karangan asli. Dengan membaca Abstak para pembaca akan
mengetahui materi yang dibahas dalam tulisannya dan tidak melebihi dua halaman.

e. Kata Pengantar. Kata pengantar merupakan pengantar dari penulis yang


menyatakan gambaran umum menjadi landasan tugas penulisan Karmil dan
sebutkan judul Karmil, hasil yang dicapai serta ucapan terima kasih kepada semua
pihak termasuk Pembimbing yang membantu tulisan selama proses penulisan
Karmil.

f. Daftar Isi. Daftar isi merupakan daftar isi naskah yang sebenarnya, Bab-
bab dan sub bab ditulis yang sama dengan halaman pada naskah, semua judul
dalam daftar isi merupakan judul di naskah, beserta letak nomor halaman judul
tersebut.
23

g. Daftar Tabel. Daftar tabel merupakan daftar tabel dari tabel yang ada
pada tiap-tiap bab dalam naskah, beserta letak nomor halaman tabel tersebut.

h. Daftar Gambar. Daftar gambar merupakan daftar gambar atau bagan yang
ada pada naskah dengan penomoran dan letak nomor halaman.

i. Daftar Lampiran. Daftar lampiran merupakan daftar dari lampiran-


lampiran yang ada pada Karmil dengan urutan huruf abjad disertai nomor halaman.

15. Bagian Pokok. Bagian Pokok yang memuat bagian utama Karmil dibagi dalam
bab-bab yang terdiri atas:

a. Pendahuluan.

1) Umum (Latar Belakang dan Identifikasi Masalah). Mengemukakan


latar belakang permasalahan dan alasan mengapa penulis memilih judul
permasalahan tersebut sebagai pokok bahasan. Dengan latar belakang
ini akan menjadi jelas dimana posisi masalah yang dibahas identifikasi
masalahnya dan gambaran penulis cara menyelesaikan masalah.

2) Maksud dan Tujuan. Maksud naskah Karmil ditulis adalah untuk


mengungkapkan apa yang akan dilakukan penulis (biasanya kata kerja),
sedang tujuan berisi uraian tentang manfaat pengkajian yang diharapkan
dari naskah ini.

3) Metode dan Pendekatan. Metode berisi metode penulisan, hal ini


memudahkan pembaca dalam mengetahui latar belakang penulisan.
Pendekatan merupakan cara penulis dalam membahas dan memecahkan
masalah, jadi jangan asal tulis namun benar-benar dimengerti, apakah
mendiskripsikan pendapat atau historis atau pendekatan hukum dan lain-
lain.

4) Ruang lingkup dan Tata Urut. Ruang Lingkup digunakan untuk


membatasi agar masalah tidak meluas dan pembaca bertambah terarah dan
mendalam untuk dikaitkan dengan judul. Tata urut merupakan sistematika
yang akan ditulis dalam naskah dan merupakan judul dari bab-bab.

5) Pengertian-Pengertian. Berisi hal-hal yang tidak lazim digunakan,


namun sangat sering digunakan dalam naskah nanti, bila penulisannya
melebihi setengah halaman, pengertian-pengertian agar disusun dalam
lampiran tersendiri.

b. Pembahasan Atau Uraian Analisa. Judul bab harus menjawab judul


naskah dan merupakan penguraian serta analisa masalah. Bab (judul bab) dapat
dibagi dalam sub bab dan pasal-pasal. Bila dalam penulisan ada saduran/kutipan
dari naskah orang lain, penulisannya tidak menambah atau mengurangi kata-kata
dengan diberi nomor pada akhir kata atau dibelakang nama pengarang dan dibuat
catatan kaki (foot notes) dibagian bawah halaman yang sama. Catatan kaki yang
mengacu pada sumber yang sama, menggunakan singkatan ibid, op.cit dan loc.cit.
24

c. Penutup. Penutup berisi kesimpulan dan saran yang merupakan bab


akhir, kesimpulan harus diambil dari hasil bahasan, bukan diambil dari luar
bahasan yang ada di naskah. Adapun saran adalah hal-hal yang mendukung
terwujudnya keinginan penulis diluar dari pembahasan.

16. Bagian Akhir. Bagian Akhir suatu Karmil diluar bab-bab, terdiri atas:

a. Daftar Pustaka. Daftar pustaka merupakan sumber inspirasi/bahan


bacaan penulis dalam kegiatan membuat Karmil dan bukan merupakan daftar
buku. Dapat terdiri dari Buku, majalah, surat kabar, brosur, kamus dan
sebagainya.

b. Lampiran-Lampiran. Lampiran merupakan hal-hal yang tidak dapat


ditulis dalam naskah dapat dilampirkan sejauh lampiran tersebut akan lebih dapat
memperjelas dan bermanfaat untuk pembaca.

1) Pola Pikir/Alur Pikir. Penulis dapat menggunakan pola pikir dan alur
pikir atau menggunakan salah satu dalam menuangkan ide-idenya dan
dapat pula menggunakan kombinasi keduanya.

2) Pengertian-Pengertian. Dibuat sebagai lampiran bila penulisan


pengertian pada bab pendahuluan melebihi dari setengah halaman.

3) Daftar Ralat. Sebaiknya dihindari, namun bila terpaksa dapat dibuat


yang jelas kasus per kasus.

4) Pendukung Persoalan. Dibuat untuk menjadi data pendukung yang


dapat dipertanggungjawabkan.

5) Riwayat Hidup Penulis. Harus dibuat apa adanya berisi riwayat


hidup serta hasil Karmil yang telah penulis buat sebelum penulis menulis
Karmil Perorangan saat ini.

17. Tata Cara Penulisan Karmil.

a. Kutipan. Pada saat melakukan riset literatur (studi pustaka), khususnya


saat memfotokopi atau membuat catatan, seorang penulis tentunya akan
mengambil inti dari suatu tulisan atau referensi secara tepat kata per kata (sesuai
aslinya), dengan maksud bahwa referensi yang diambil dapat melengkapi atau
memperkuat argumen dari tulisan yang sedang dibuatnya. Adalah hal yang wajar
pada tahap awal sebelum menulis, seseorang mengumpulkan referensi/informasi
sebanyak yang dibutuhkan. Namun perlu diperhatikan pada waktu penulisan,
kutipan yang akan ditulis hendaknya ditulis secara tepat dan benar. Kutipan yang
ditulis secara berlebihan kadangkala bisa melemahkan argumentasi secara
keseluruhan. Untuk itu, hal yang penting dalam menyeleksi kutipan adalah
tentukan secara tepat kutipan-kutipan yang ada relevansinya dengan tulisan yang
akan dibuat. Kutipan dibedakan dalam dua bentuk, yaitu Kutipan langsung (direct
quotation) dan Kutipan tidak langsung (indirect quotation) atau Paraphrase.
Kutipan langsung adalah kutipan yang ditulis dalam suatu naskah/tulisan
menggunakan kata-kata persis sama dengan tulisan aslinya. Sedangkan suatu
kutipan yang ditulis berbeda kata-kata dengan tulisan aslinya namun memuat
pokok pikiran, ide atau maksud disebut dengan Kutipan tidak langsung.
Keputusan untuk menggunakan kutipan tergantung kepada permasalahan yang
25

sedang dibahas atau ditulis. Di bawah ini beberapa hal yang perlu diperhatikan
bilamana akan menggunakan kutipan langsung:

1) Bilamana ada kata-kata/kalimat asli yang akan dikutip telah


memberikan keterangan yang meyakinkan serta tidak dapat diubah
kalimatnya (bila diubah kata-kata/kalimatnya kemungkinan akan mengubah
arti).

2) Bila si penulis berkehendak memberikan pendapatnya tentang suatu


masalah atau analisa dari penulis lain yang ia berbeda pendapat
dengannya.

3) Untuk menghindari kesalah pahaman, contoh dalam mengutip


ayat-ayat dalam Kitab Hukum Pidana/Perdata.

4) Untuk mendokumentasikan suatu argumen penting bila penggunaan


catatan kaki dirasa kurang memadai.

5) Untuk mengutip hal-hal yang berhubungan dengan pelajaran eksakta


(contoh: matematika atau fisika, hal-hal yang berhubungan dengan
penulisan rumus-rumus).

6) Untuk naskah yang tidak akan diterbitkan/dipublikasikan, tidak perlu


mendapatkan ijin untuk mengutip. Bila naskah tersebut akan
diterbitkan/dipublikasikan, maka harus mendapatkan ijin dari penerbit dan
penulis dari sumber yang akan dikutip.

Penulisan kutipan dalam karangan militer menggunakan sistem Harvard/the


Harvard System atau Author-Date system. Sistem ini menyatakan/mengakui
‘penulis’ (author) dan ‘waktu penerbitan’ (date/dalam tahun) suatu referensi yang
dikutip dalam penulisan naskah/tulisan. Penulisan kutipan dalam naskah/tulisan.
kutipan dapat dilakukan dalam dua cara. Pertama, bila kutipan kurang dari tiga
puluh kata maka kutipan diletakkan/ditulis dalam badan tulisan, disertai dengan
tanda kutip pada kedua ujung kalimatnya. Kedua, bila kutipan kira-kira lebih dari
tiga puluh kata maka ditulis tersendiri sebagai ‘block quotation’ tanpa tanda kutip.
Contoh penulisan kutipan dalam naskah sebagai berikut:

1) Deming lahir tahun 1900 dan meninggal tahun 1993, mendapatkan


Ph.D pada tahun 1927……………………… Dia mengatakan: “Quality is
not determined on the shop floor but in the executive suite”. Deming
meringkas kuliahnya mengenai konsep dan prinsip di dalam “fourteen points
and seven deadly deseases” (Deming, 1981). Pendekatan Deming dapat
diuraikan sebagai berikut:
AUTHOR
DATE
Quality is primarily the result of senior management actions and
decisions and not the result of actions taken by workers. Deming
stresses that it is the “system” of work that determines how work is
performed and only managers can create system. Only managers
can allocate resources, provide training to workers, select the
equipment and tools that workers use, and provide the plant and the
environment necessary to achieve quality, only senior managers
26

determine the markets in which the firm will participate and what
product or services will be sold.

Menurut Deming 85% masalah manajemen adalah dalam sistemnya dan


hanya 15% diakibatkan oleh sumber daya manusia (SDM). Ini berarti
tanpa keterlibatan pimpinan secara aktif tidak mungkin tercapai manajemen
mutu terpadu secara sungguh sungguh.

2) Seperti halnya Deming, Juron mendokumentasikan 3 proses


manajerial yang mendasar,………………dan ketiga elemen ini oleh Juron
dianalogikan ke dalam bentuk lain yang dikenal dengan “Juron Trilogy”.
Adapun ketiga elemen tersebut adalah :

a) Quality Planning. Suatu proses yang mengidentifikasikan


pelanggan, kebutuhan mereka……………………………………………

b) Quality Control. Suatu proses dimana produk benar-benar


diperiksa dan dievaluasi…………………………………………………..

c) Quality Improvement. Suatu proses dimana mekanisme yang


sudah mapan dipertahankan sehingga mutu dapat dicapai……………

Kutipan Tidak Langsung/Paraphrase berisi pokok-pokok pikiran, ide,


pendapat atau ringkasan kesimpulan orang lain (penulis lain) yang disusun
menurut jalan pikiran dan ditulis dalam bahasa si pengutip/penulis. Lihat contoh:

Teks asli tertulis sebagai berikut:


Jika Lafiau diberi kewenangan untuk mengelola anggaran secara mandiri
dan tidak bergantung pada induk angkatan, maka biaya-biaya yang dapat
ditekan dialihkan untuk meningkatkan kemampuan produksi di Lafiau.

Maka kemungkinan paraphrase yang ditulis adalah :


Bila TNI AU memberikan kewenangan penuh kepada Lafiau dalam
mengelola anggarannya, maka dengan segala upaya yang ada Lafiau dapat
meningkatkan kemampuan produksinya (Ken Wijayanti, 2002, hal 23).

Atau dapat ditulis dalam bentuk yang lain (kalimat positif) :


Ken Wijayanti (2002, hal 23) menyarankan bahwa hendaknya Lafiau
diberikan kewenangan penuh dalam mengelola anggarannya, sehingga
dengan segala upaya yang ada Lafiau dapat meningkatkan kemampuan
produksinya.

Bila kutipan terlalu panjang dan ada bagian yang tidak relevan untuk ditulis,
maka dibenarkan menghilangkan kata-kata/kalimat dalam kutipan tersebut dengan
memberikan tanda berupa tiga titik-titik. Hal ini disebut dengan istilah Elipsis. Lihat
contoh:
Jelasnya pembagian peran antara Industri Strategis dengan TNI Angkatan
Udara dalam pengelolaan pertahanan negara akan menyebabkan
masing-masing pihak dapat berperan secara optimal … pengembangan
Industri Strategis dapat diarahkan untuk memproduksi peralatan-peralatan
standard militer … anggaran TNI Angkatan Udara dapat difokuskan pada
modernisasi Alutsista sesuai tuntutan keadaan (Gita Amperiawan, 2002, hal
17).
27

Adapun istilah Interpolasi bila dalam suatu kutipan dirasa perlu memasukkan
keterangan atau koreksi terhadap kata yang keliru/salah tulis, maka penulisan kata
yang benar/koreksi diletakkan setelah kata yang keliru tersebut menggunakan
dalam kurung kotak-kotak. Lihat contoh:

Upaya mewujudkan terciptanya disiplin nasional apabila dapat dilaksanakan


dengan baik maka akan didapatkan sosok prajurit yang professional dalam
bidangnya dan memiliki tingkat disiplin yang mantap, mempunyai moral dan
etika yang baik, memiliki respek (respect/rasa hormat) , dan etos kerja yang
tinggi. (Reki Irene Lumme, 2002, hal 25).

Selain contoh di atas, interpolasi dapat juga digunakan untuk memberikan


komentar atau memberikan keterangan terhadap kata ganti orang. Lihat contoh:

1) Cobalt, a hexagonal crystal, exemplifies anisotropy energy. The


direction of the hexagonal axis is the direction of easy magnetization (at
room temperature), white all directions in the basal plane, normal to the axis,
are hard directions. (Robertson 1995, p. 223)

2) He [ William Shakespeare ] was undoubtedly the greatest dramatist to


date. No other dramatist has rivaled his ability to portray characters with
such liveliness and colour. (Snewin 1996, p. 276)

Contoh-contoh kutipan pada paragraf-paragraf di atas yang ditulis di dalam naskah


disebut dengan textual references. Adapun petunjuk textual references lainnya
berdasarkan beberapa referensi adalah :

1) Naskah Ditulis Oleh Beberapa Penulis. Pisahkan nama para penulis


menggunakan titik koma (semicolon), dan nama (surname) ditulis sesuai
urutan abjad. Contoh:

Pemahaman Pasis Sekkau terhadap beberapa sub bidang studi yang


disampaikan lembaga pada tiga angkatan terakhir menunjukkan
adanya peningkatan secara signifikan dibanding angkatan-angkatan
sebelumnya (Evi Zuraida, 2004; Heri Hermawan, 2004; Nofi Hendri,
2004; Supana, 2004).

2) Beberapa Penulis Dengan Nama Keluarga yang Sama.

(Lubis, I. 2001; Lubis, R.S. 2003).

3) Satu Penulis Dengan Beberapa Karya Tulis.

Sugihartono (2001, 2003) menyatakan bahwa seyogyanya …..


4) Satu Penulis Dengan Beberapa Karya Tulis Pada Tahun Yang Sama.

Sumaryanto (1991a, hal 100; 1991b, hal93) berpendapat …..

5) Karya Tulis Tanpa Waktu Penerbitan. Tuliskan singkatan ”n.d.”/no


date.

…..apa yang diharapkan dari seorang pasis adalah waktu


senggang yang relatif banyak (Basuki Apriyadi n.d.).
28

6) Karya Tulis Dengan Perkiraan Waktu Penerbitan. Tuliskan ‘c’/circa:


kira-kira.

Taufik Hariwicaksono (c.1993) memberikan kesaksian …..

7) Karya Tulis Dengan Waktu Penerbitan Diragukan. Tuliskan ‘tanda


tanya’.
Djoko Suryanto (?1993) menyatakan …..

8) Karya Tulis Dalam Proses Penerbitan Namun Waktunya Belum


Ditentukan.

Fairlyanto (in press) berpendapat …..

9) Karya Tulis Belum Dalam Proses Penerbitan.

Wage Tugianto (forthcoming) mengkritik kebijakan …..

10) Karya Tulis yang Tidak Diterbitkan.

Sapto Prasetyo (unpub) membantah pemberitaan CNN …..

11) Karya Tulis yang Mendapat Sponsor Namun Tidak Ada Nama
Penulis, maka referensi yang ditulis adalah nama dari organisasi/lembaga
yang memberi sponsor, tahun, judul (cetak miring), penerbit dan tempat.

12) Artikel Pada Koran Namun Tidak Ada Nama Penulis.

Kompas (9 April 2003, hal 1) memberitakan …..

13) Film , Video/CD, dan Televisi. Tulis judul film atau acara pada TV
(cetak miring) dan tahun pembuatannya. Acara televisi dimasukkan dalam
katagori ‘rekaman video’.

High Noon in Jakarta (rekaman video), Televisi ABC, 2001.

14) Audio/Video/CD. Pada naskah cukup ditulis ‘presenter/narator’ dan


‘tahun’ saja contoh: (Branagh 1999). Untuk penulisan lengkap referensi
pada ‘Daftar Pustaka’ adalah: presenter/narrator, judul, tahun, format,
tempat dipublikasikan, penerbit, seri (bila ada ‘seri’ dalam kurung). Lihat
contoh:

Lands of Enchantment Australia to the Orient, 2000. [video kaset],


NSW Australia, The Reader’s Digest (Australia) Pty Limited, (Great
National Parks of the World).

15) Publikasi Pemerintah/Dinas (Mabes TNI/ TNI AU).

Laporan perkembangan cuaca Dirjen Meteorolgi dan Geofisika


(Departemen Perhubungan 2003) menyatakan adanya cyclon Mary
29

16) Referensi Dari Internet. Pada naskah cukup ditulis ‘penulis’, ‘tahun’,
dan ‘halaman’, contoh: (FAS Military Analysis Network 1993, hlm 2) atau
(McKenzie 1998, hlm 2). Untuk penulisan lengkap referensi tersebut pada
‘Daftar Pustaka’ adalah:

FAS Military Analysis Network. 2001. ‘Operation Urgent Fury’, [online]


pada http://www.fas.org/man/dod-101/ops/urgentfury.html, download
9 Oktober 2007.

McKenzie, Jamie 2001. ‘Ending the siege: Introducing technologies to


the regular classroom’. (online) pada
http://www.fromnowon.org/siege.html, download 9 September 2007.

b. Catatan Kaki/footnoting. Catatan kaki atau footnoting adalah cara yang


umum dilakukan dalam academic writing/tulisan ilmiah untuk memvalidasi atau
menerangkan suatu hal tertentu/spesifik dalam naskah. Cara ini digunakan
bilamana tulisan yang ditulis benar-benar membutuhkan penekanan keterangan
lebih rinci. Adapun petunjuk penulisan referensi pada catatan kaki adalah sebagai
berikut :

1) Buku. Format penulisan referensi dari buku adalah :

a) Nama depan dan nama belakang/keluarga penulis.

b) Judul buku.

c) Bila ada tulis seri dari buku, nomer volume, dan edisi.

d) Bila ada nama editor, penerjemah selain penulis.

e) Penerbit.

f) Tempat diterbitkannya buku.

g) Tahun diterbitkannya buku.

h) Halaman.

Italicise judul buku atau garis bawah bila tulis tangan.


3 Letkol Pnb Ismet Ismaya S , Himpunan Konduite Pasis Sekkau 2004-2006,
vol. 2, Cyprod, Jakarta, 2004, hlm 11.

2) Bab Dalam Buku.


23Stephen P. Robbins, Dasar-Dasar Sistem Organisasi, pada Prinsip-
Prinsip Perilaku

Organisasi edisi kelima, editor Nurcahyo Mahanani, alih bahasa


Halida, Dewi Sartika, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2002, hlm 217.
11 Ray Whitford, Structures and Materials, pada Fundamentals of
Fighter Design, Airlife Publishing Ltd, London, 2000, hlm 92.
30

3) Artikel Pada Terbitan Berkala (contoh: majalah/koran).

a) Nama depan dan nama belakang/keluarga penulis.

b) Judul artikel.

c) Nama majalah atau naskah yang terbit berkala.

d) Bila ada nomor seri terbitan tersebut.

e) Tempat diterbitkan.

f) Nomor volume.

g) Bila ada nomor isu (pokok bahasan).

h) Tahun diterbitkan.

i) Nomor halaman.
5 A. Roni Sontani, Dody Aviantara, Rasantika Merat Seta, Reni
Rohmawati, Terobosan Baru Sekolah Dirgantara, Angkasa, no.9,
Jakarta, Juni 1999, hlm 9.

4) Penulis Dengan Beberapa Karya Tulis Dalam Tahun yang Sama.


Tuliskan ‘a’, ‘b’, ‘c’, ….dst., setelah tahun penerbitan.
5 Capt. Shobarul Arief, ‘Looking inward policy : Indonesia’s new
economic concept?’, Far Eastern Economic Review, vol…., 2003a,
hlm 50.
6Capt. Shobarul Arief, ‘Trial and error on Indonesian economic policy’,
Far Eastern Economic Review, vol….., 2003b, hlm 25.

5) Thesis/Karmil. Judul tidak dicetak miring atau ditulis dalam tanda


kutip. Huruf kapital hanya digunakan pada kata-kata yang memang ditulis
kapital, selain itu hanya huruf pertama saja.
77Anisha Hajar, Optimalisasi Sumber Daya Desa Kuningan Menuju
Ketahanan Ekonomi dan Pangan yang Mantap Dalam Rangka
Menghadapi Era Pasar Bebas, Bandung, thesis PhD, Universitas
Padjadjaran, 2006.

6) Naskah yang Disampaikan/Presentasi Pada Konferensi Atau


Seminar. Ketentuannya sama dengan ‘Thesis’.
25 Capt. Azhar Adhitama, Capt. Budi Achmadi & Capt. Nana
Resmana, ‘Factors that affecting state intelligent capability
degradation on assessing regional trends developments’, naskah
disampaikan pada South East Asia National Interests Seminar,
Bangkok, July 2003.
31

7) Referensi Dengan Judul Bahasa Asing.


13 Stephen P. Robbins, Essential of Organizational Behavior, 5 th
ed.(Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi, Edisi Kelima), Prentice Hall
Inc, San Diego, 1999.

8) Artikel Dalam Koran.


9Endriartono Sutarto, ‘Soal Pasal “Kudeta”, Kompas, 7 April 2003,
hlm 4.

9) Artikel Dalam Koran Nama Penulis Tidak Diketahui.


7‘Paus dan Gorbachev: Hentikan Serangan ke Irak’, Kompas, 7 April
2003, hlm 1.

10) Film, Video/CD dan Televisi. Tulis, presenter (bila ada), judul, format
(video/’cd’), tempat, penerbit, waktu rekaman, dan keterangan lain.
27 Australia’s Geological History (video kaset), Sydney, Outbacks
Films, 1986.
21Kenneth Branagh,. Walking With Dinosaurs [video kaset], Australia:
ABC, BBC Worldwide Ltd, 1999.
29The Future of the Australian Communist Party [video kaset], ABC
Television, 19 October 1983.

11) Publikasi Pemerintah/Dinas (Mabes TNI/ TNI AU). Tulis nama


lembaga/institusi yang mengeluarkan publikasi, laporan atau keputusan,
judul (cetak miring), tempat, dan tahun.
11Departemen Keuangan, Laporan Keuangan Semester Satu Tahun
2004, Jakarta, 2004.
9Markas Besar TNI Angkatan Udara, Keputusan Kepala Staf TNI AU
nomor: KEP/3/IV/2007 tentang Doktrin TNI Angkatan Udara Swa
Bhuwana Paksa, Jakarta, 2007.

Bila referensi yang ditulis lebih dari satu kali penulisan, maka beberapa
singkatan yang umum digunakan dalam catatan kaki untuk menandai bahwa
referensi tersebut berasal dari sumber yang sama adalah:

1) ibid. = ibidem = sama dengan di atas. Bila satu footnote langsung


diikuti oleh footnote berikutnya dari referensi yang sama maka penulisannya:
1Dra. Carla Poli, Pengantar Ilmu Ekonomi, PT Prenhallindo, Jakarta,
2002, hlm 23.
2 ibid., hlm 24.
32

2) op. cit. = opere citato = dari referensi yang sama halaman beda
namun penulisan footnote tidak berurutan (sudah ada referensi lain yang
ditulis). Cukup ditulis nama penulis diikuti ‘op. cit’ dan nomor halaman.
1Dra. Carla Poli, Pengantar Ilmu Ekonomi, PT Prenhallindo, Jakarta,
2002, hlm 23.
2 Stephen P. Robbins, Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi Edisi
Kelima, ……………
3 Carla Poli, op. cit., hlm 29.

3) loc. cit. = loco citato = dari referensi dan halaman yang sama namun
penulisan footnote tidak berurutan (sudah ada referensi lain yang ditulis).
1Dra. Carla Poli, Pengantar Ilmu Ekonomi, PT Prenhallindo, Jakarta,
2002, hlm 23.
2 Stephen P. Robbins, Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi Edisi
Kelima, ……………
3 Carla Poli, loc. cit.

4) Penyederhanaan Footnotes. Cara seperti diuraikan di atas masih


banyak diikuti, dalam penulisan Karmil maupun buku, namun dicari yang
lebih sederhana dan mudah disusun. Kita akui bahwa cara tradisional itu
agak rumit dan banyak seluk-beluknya sehingga banyak kemungkinan
membuat kesalahan pengetikan bila tidak menguasai sepenuhnya, serta
diperlukan ketelitian dalam penempatannya. Agar jangan sampai terlanjur
mengisi seluruh halaman untuk mengetik footnotes, maka perlu banyak
latihan. Dengan mengikuti cara yang sederhana, kesulitan itu dapat
dielakkan. Di bawah ini diberikan dua cara sederhana yang dapat kita
gunakan, yaitu :

a) Buku-buku yang tercantum dalam daftar kepustakaan kita beri


nomor berurutan dari buku pertama sampai buku terakhir.
Selanjutnya dalam membuat catatan tentang sumber kutipan kita tidak
perlu lagi menyebut nama buku, pengarang dan keterangan lain,
cukup mencatat nomor buku itu saja. Dibelakang nomor kita buat titik
dua, kemudian kita cantumkan nomor halamannya, misalnya 2 : 75,
artinya dikutip dari buku yang urutannya nomor 2 dalam daftar
kepustakaan dari halaman 75.

b) Cara kedua juga lebih sederhana, tetapi memberi keterangan


yang lebih banyak yakni nama pengarang (hanya nama akhirnya),
tahun penerbitan dan nomor halaman Contoh : Bogdan, 1982, h.
144). Catatan kutipan serupa ini tidak lagi ditempatkan pada kaki
halaman, melainkan dimasukkan ke dalam teks, ditempatkan diantara
tanda kurung. Bila kita mengikuti cara ini, maka cara penulisan
keterangan tentang buku daftar kepustakaan mengalami perubahan
sedikit, yakni mengenai penempatan tahun penerbitan. Tahun
penerbitan dalam hal ini ditempatkan segera setelah nama
pengarang, sebagai berikut:
33

Bogdan Robert, 1982 Qualitative Research in Education, Allyn


and Bacon, Inc Boston. Dalam hal ini buku-buku tidak perlu
diberi bernomor.

Cara kedua ini kian lama kian banyak digunakan oleh para pembuat
disertasi karena mudah, sederhana dan memberikan keterangan yang
memadai tentang pengarang dan tahun penerbitnya.

c. Daftar Pustaka/bibliography. Daftar Pustaka merupakan sumber


penunjang teori atau informasi lain yang relevan dengan masalah yang di
identifikasikan, jadi sifatnya selektif, agar penulis bersifat kritis, komperatif dan
analitis Daftar Pustaka yang efektif akan mempunyai pengaruh positif terhadap
mutu tulisan, karena hal itu menjadi kriteria kedalaman dan keluasan penulis dalam
menyoroti masalah secara intensif. Dengan demikian daftar pustaka akan
memberikan penambahan bobot suatu Karmil dan diumpamakan sebagai perakitan
menunjang maupun bertentangan satu sama lain. Oleh karena itu penulis harus
waspada dan memerlukan teknik penyajian (tulis atau lisan) yang efektif atas dasar
sikap: selektif, kritis, komparatif, analisis, jadi tidak bersifat verbalitas hanya
mengutip secara harafiah dari sumber aslinya.

1) Sikap Selektif, yaitu semua bahan yang dihimpun dan digali


informasinya dipilih yang paling tinggi relevansinya dengan pembahasan
yang dilakukan.

2) Sikap Kritis, yaitu mencerminkan kemampuan peneliti untuk


berpendapat terhadap pandangan atau informasi dari pihak lain, sehingga
dapat memberikan usulan, pembahasan seperlunya dan ungkapan yang
mantap.

3) Sikap Komparatif, yaitu usaha mencari sumber pembanding untuk


memperkuat dukungan atau melihat lebih tajam kelemahan masing-masing
pendapat.

4) Sikap Analisis, yaitu kemampuan menganalisa teori atau pendapat


sebagai titik tolak untuk membangun system pemikiran baru.

Format penulisan referensi dari buku adalah:

1) Nama depan dan nama belakang/keluarga penulis.


2) Tahun diterbitkannya buku.
3) Judul buku.
4) Bila ada tulis seri dari buku, nomer volume, dan edisi.
5) Bila ada nama editor, penerjemah selain penulis.
6) Penerbit.
7) Tempat diterbitkannya buku.
8) Dengan atau tanpa halaman.
Di bawah ini contoh daftar pustaka yang ditulis berurutan sesuai abjad (catatan:
penulisan ‘Daftar Pustaka’ di naskah pada halaman baru).
34

DAFTAR PUSTAKA

Amperiawan, Kapten Tek Dr. Ir. Gita, MSc 2002, Upaya TNI Angkatan Udara
dalam pemberdayaan industri strategis untuk pertahanan negara di
masa mendatang, Jakarta, Karmil, Sekkau, hlm 17.

Defence International Training Centre, AAELC-Quoting and Referencing,


RAAF Base Williams, Laverton.

FAS Military Analisys Network 2005. ‘Operation Urgent Fury’, [online] pada
http://www.fas.org/man/dod-101/ops/urgentfury.html, download 9
Oktober 2005.

Lumme, Kapten Sus Reki Irene, SH 2002, Upaya meningkatkan


ketauladanan prajurit TNI dalam rangka mendukung terciptanya
disiplin nasional pada era globalisasi, Jakarta, Karmil, Sekkau, hlm
25.

Markas Besar TNI Angkatan Udara 2007, Keputusan Kepala Staf TNI AU
nomor : KEP/24/X/2007 tentang Doktrin TNI Angkatan Udara Swa
Bhuwana Paksa, Jakarta.

Sutisna, Letkol Pnb Yuyu 2002, ‘Empat Puluh Tahun Skadron Udara 14’,
Suara Angkasa, edisi 10, September, Dispen TNI AU, Jakarta.

d. Contoh Penomoran Bahasan, Sub Bahasan.

8.
9.
a.
b.
1)
2)
a)
b)
(1)
(2)
(a)
(b)
i.
ii.
18. Format Karmil.

JUDUL

PENDAHULUAN

1. (Latar belakang)

2. (Topik/masalah)
35

3. (Gagasan pokok)

4. Maksud dan Tujuan. ..............(Maksud penulisan naskah untuk


menelaah, meneliti, mengkaji atau memberikan gambaran, masukan dan lain
sebagainya)…….. (dgn tujuan sebagai sumbangan pikiran atau sebagai langkah
operasional alternatif kepada pimpinan, guna masukan dalam mengambil
keputusan).

5. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Ruang lingkup penulisan naskah ini terbatas
pada …………………….dengan tata urut sebagai berikut:

6. Pengertian-pengertian. Untuk mendapatkan kesamaan bahasa dan


persepsi dalam pembahasan naskah ini, maka dijelaskan beberapa istilah yang
digunakan antara lain :

LANDASAN/DASAR PEMIKIRAN.

7. ..............( Merupakan instrumental input dengan 2 pilihan: landasan


pemikiran  lebih bersifat komprehensif dan dasar pemikiran  lebih sederhana).

(Pada dasarnya landasan/dasar pemikiran sama, yaitu ide yang mendasari


penulisan naskah & sangat terkait dengan judul naskah).

KONDISI SAAT INI (IDENTIFIKASI PERMASALAHAN)

8. .................. (keadaan sebenarnya dari kinerja obyek/sistem sebagai hasil


dari proses nyata dalam pengubahan masukan (input) menjadi keluaran (output)
atau kenya-taan/kondisi saat ini yang obyektif faktual dan aktual).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

9. ................... (lingkungan mikro: berupa kekuatan-kekuatan yang berada


dekat pada obyek/sistem yang bersangkutan yang mempengaruhi
kemampuannya). Penulisan dalam naskah dimasukkan pada lingkungan makro.
(lingkungan makro: berupa kekuatan-kekuatan yang lebih besar, yang mempenga-
ruhi seluruh lingkungan mikro. Contoh: ideologi, ekonomi, politik, sosial budaya,
militer, geografi, demografi, kekuatan alamiah).

KONDISI YANG DIHARAPKAN

10. ................... (Kondisi yang diinginkan yaitu kondisi yang dituju, yang menjadi
sasaran, ataupun yang diprogramkan. Oleh karena itu bersifat rencana, maka
mesti merujuk kepada waktu mendatang atau pandangan ke depan/wawasan.
Agar wawasan tidak dianggap mimpi, maka wawasan dirumuskan dengan ukuran
layak dan dapat diterima).

UPAYA-UPAYA/KONSEPSI

11. ………………….(.Menetapkan pilihan tindakan atau keputusan yang akan


diambil untuk mempengaruhi proses nyata dalam sistem yang menghasilkan
kejadian nyata. keputusan tersebut dimaksudkan untuk mencapai kejadian/kondisi
yang diinginkan).
36

Upaya/Konsepsi menguraikan: SIAPA  BERBUAT APA  TERHADAP


SIAPA  MENGGUNAKAN APA
(SUBYEK)  (SASARAN)  (OBYEK)  (METODE)  DENGAN
LANGKAH BAGAIMANA  UNTUK MENCAPAI GOAL (METODE
TERHADAP SASARAN/TUJUAN)

Bab ini merupakan inti dari karangan militer sehingga harus jelas/detil sebagai
jawaban dari judul karangan militer.

KESIMPULAN DAN SARAN

12. Kesimpulan. .........(Rumusan jawaban dari permasalahan yang dihadapi,


harus merupakan generalisasi dari hasil pembahasan dalam inti karangan, di
dalamnya tidak boleh dikemukakan hal-hal baru, berfungsi untuk membaca ingatan
kembali kepada seluruh karangan khususnya ide pokoknya).

13. Saran. .........(Menguraikan saran-saran yang bersifat mendukung &


mempercepat pemecahan masalah namun belum terurai dalam naskah serta
bukan mengemukakan fenomena/gejala baru).

PENUTUP

14. Demikian Naskah Karangan Militer ini dibuat dengan harapan dapat
digunakan sebagai bahan acuan oleh para Perwira dalam pembuatan karangan
militer, sehingga dapat mendukung pelaksanaan tugas-tugas seorang Perwira di
Satuan.

Jakarta, Tanggal Bulan Tahun


PENULIS

Nama
Pangkat NRP

19. Prosentase Jumlah Halaman Karmil. Pada dasarnya setiap tulisan Karmil terdiri
dari 3 bagian utama, yaitu pendahuluan, inti dan penutup. Jumlah tiap-tiap bagian
tersebut harus diberi porsi yang proporsional yakni pendahuluan ± 5%, inti ± 90% dan
penutup ± 5%. Apabila diterapkan terhadap banyaknya bab pada Karmil yang berlaku
secara normatif, maka prosentase jumlah halaman kurang lebih:

a. Pendahuluan : 5 %
b. Dasar Pemikiran : 8 %
c. Kondisi Saat Ini : 15 %
d. Faktor yang mempengaruhi : 13 %
e. Kondisi yang diharapkan : 14 %
f. Upaya -upaya yang dilakukan : 40 %
g. Penutup : 5 %
37

20. Contoh Pola Pikir Karmil.

PENCEGAHAN PELANGGARAN HAM PRAJURIT TNI AU


DALAM PELAKSANAAN TUGAS

SUBYEK OBYEK METODE KONDISI


KONDISI PEMAHAMAN
PEMAHAMAN -PIMPINAN -PRAJURIT -EDUKASI HAM
HAM TNI AU TNI AU -SOSIALISASI PRAJURIT TNI AU
PRAJURIT TNI AU -DAN SAT YG DIHARAPKAN
SAAT INI

FAKTOR-FAKTOR YG
MEMPENGARUHI

FEED BACK

Jakarta, Tanggal Bulan Tahun


Penulis

Nama
Pangkat NRP
38

21. Soal-soal Latihan. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar.

a. Sebutkan bagian awal dalam penulisan karangan militer.


b. Jelaskan yang termasuk dalam lampiran-lampiran.
c. Jelaskan apa saja isi dari pendahuluan.
d. Jelaskan format karmil.
e. Buatkan contoh pola pikir karmil.
39

DAFTAR PUSTAKA

Defence International Training Centre, AAELC-Quoting and Referencing, RAAF Base


Williams, Laverton.

Keraf, dr. Gorys 1984, Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa , Cetakan ke
VII 1984, Penerbit Nusa Indah.

M. Hariwijaya, Pedoman Teknis Penulisan Karya Ilmiah Cetakan 1, Citra Pustaka,


Yogyakarta, 2006, hlm 83.

R.I Tera, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, Cetakan
Pertama 2010 .

Sutrisno, Prof. Drs. Hadi, MA 2001, Bimbingan Menulis Skripsi Thesis Jilid 1, Penerbit
Andi, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai