Disusun Oleh :
Kelompok
1. Muhammad Ghozali (12102193047)
2. Khiswara Awalin S. (12102193061)
3. Anisa Nur Hafiidah (12102193072)
SEMESTER 1
JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM 1B
FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
AGUSTUS 2019
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
serta inayajnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Kerangka
Karangan dan Wacana ” dengan baik. Banyak sekali tantangan dan kesulitan dalam
menyelesaikan makalah ini, namun tanpa dukungan dan fasilitas fasilitas, kami tidak
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Untuk itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepasda pihak pihak yang sudah
mendukung kami dari segi meteril maupun moral, kepada:
1. Bapak Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Tulungagung.
2. Bapak Dr. H. Ahmad Muhtadi Anshor, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Ilmu Hukum.
3. Bapak Ahmad Musonif, M.Ag selaku ketua jurusan Fakultas Syariah dan Ilmu
Hukum.
4. Bapak Mohammad Hendy Musthofa, M.H. selaku dosen mata kuliah Bahasa
indonesia.
5. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah SWT dan
tercatat sebagai amal shalih. Akhirnya, makalah ini penulis suguhkan kepada segenap
pembaca, dengan harapan adanya kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi
perbaikan. Semoga makalah ini bermanfaat dan mendapat ridha Allah SWT.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN
SAMPUL………………………………..………………..…………………. ....... i
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………..…….. ii
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………....... iii
BAB I :
PENDAHULUAN………………………………………………………………. 1
A.Latar Belakang………………………………………………………… 1
B.Rumusan Masalah……………………………………………………... 1
C.Tujuan Penulisan …………………………………………………….... 1
BAB II :
PEMBAHASAN…………………………………………………………........ 2
A.Pengertian Kerangka Karangan ………………………………………. 2
B.Bentuk-bentuk kerangka …………………………………………….... 3
C.Kriteria kerangka.……………………………………………………... 4
BAB III : PENUTUP…………………………………………………………….. 9
A.Kesimpulan …………………………………………………………… 9
B.Saran ………………………………………………………………….. 9
DAFTAR RUJUKAN ………………………………………………………........ 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Karangan adalah hasil perwujudan gagasan seorang dalam bahasa tulis yang
dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca. Namun sebelum kita membuat sebuah
karangan sebaiknya kita membuat kerangka karangan terlebih dahulu karena tanpa
kerangka karngan maka akan mudah terjerumus kearah keadaan anarkis dan akan mudah
kehilangan kontrol terhadap karangan yang akan dituju. Selain itu, dengan adanya
kerangka karangan dapat menghindari adanya tumpang tindih pada bagian-baigan
tertentu serta penyimpangan-penyimpangn dari topik dapat dihindarkan.
Kerangka karangan mempunyai arti yang sama dengan ragaan atau outline yaitu rencana
kerja yang memuat garis-garis besar atau susunan pokok pembicaraan sebuah kerangka
kyang akan ditulis.
Oleh karena itu, di makalah ini akan dijelaskan mengenai kerangka karangan,
lagkah-langkah pembuatan karangan, fungsi kerangka karangan dan contoh-contoh
dalam pembuatan kerangka karangan.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu kiranya merumuskan masalah sebagai
pijakan untuk terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan masalahnya sebagai
berikut.
1. Apa yang dimaksud kerangka karangan?
2. Apa saja fungsi kerangka karangan?
3. Apa saja bentuk kerangka karangan?
4. Bagaimana kriteria kerangka karangan?
5. Bagaimana langkah-langkah kerangka karangan?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
C. Bentuk-bentuk kerangka karangan
1. Kerangka karangan berdasarkan perumusan teksnya
a. Kerangka kalimat
Kerangka kalimat mempergunakan kalimat deklaratif ( berita) yang
lengkap untuk merumuskan setiap topik, sub topik, maupun sub-sub topik.
Manfaat kerangka kaimat meliputi:
1). Ia memaksa penulis untuk merumuskan dengan tepat topik yang akan
diuraikan, serta perincian-rincian tentang topik itu.
2) .Perumusan topik-topik dalam tiap unit akan tetap jelas, walaupun
telah lewat bertahun-tahun.Penulis masih sanggup mengikuti rencana
aslinya, walaupun baru digarap bertahun-tahu kemudian.
3). Kalimat yang dirumuskan dengan baik dan cermat akan jelas bagi
siapapun, seperti bagi pengarangnya sendiri.
b. Kerangka topik
Kerangka topik dimulai dengan perumusan tesis dalam sebuah kalimat
yang lengkap. Sesudah itu semua pokok,. baik pokok-pokok utama maupun
pokok-pokok bawahan, dirumuskan dengan mencantumkan topiknya saja,
dengan tidak mempergunakan kalimat yang lengkap. Kerangka topik
dirumuskan dengan mempergunakan kata atau frasa. Sebab itu kerangaka topik
tidak begitu jelas dan cermat seperti kerangka kalimat. Kerangka topik
manfaatnya kurang bila dibandingkan dangan kerangka kalimat, terutama jika
tenggang waktu antara perencanaan antara kerangka karangan itu dengan
penggarapannya cukup lama.
c .Gabungan antara kerangka kalimat dan kerangka topik
Kerangka karangan yang menggabungkan antara kerangka kalimat dan
kerangka topik. Kerangka karangan yang mencakup kalimat berita dan dan sub-
sub bagian maupun pokok-pokok utama dan pokok-pokok bawahan.
3
hal yang mungkin dijadikan pokok-pokok utama atau pokok-pokok tambahan bagi tesis
tadi.Pokok-pokok yang mempunyai hubungan satu sama lain atua mempunyain
hubungan logis di hubung-hubungkan dengan tanda panah, atau pokok yang tidak
mempunyai hubungan dengan tesis dicoret. Pokok-pokok yang diterima sebagai
perinciaan dari tesis lalu diurutkan sesuai dengan pola susunan yang dipilih, dengan
diberi nomor-nomor urut sesuai dengan pola susunan.
Kerangka karangan non-formal biasanya terdiri dari tesis dan pokok-pokok
utama, paling tinggi dua tingkat perincian. Alasan untuk menggarap sebuah kerangka
karangan sementara dapat berupa topik yang tidak kompleks atau karena penulis segera
menggarap karangan itu.
b. Kerangka karangan formal
Kerangka karangan formal biasanya timbul dari penimbanga bahwa topik yang
akan digarap bersifat sangat kompleks, atau suatu topik yang sederhana tetapi penulis
tidak bermaksud untuk segera menggarapnya.
Proses perencanaan sebuah karangan formal mengikuti prosedur yang sama seperti
kerangka non-formal. Tesisnya dirumuskan dengan cermat dan tepat, kemudian dipecah-
pecah menjadi bagian-bagian bawahan (sub-ordinasi) yang dikembangkan untuk
menjelaskan gagasan sentralnya. Setiap sub-bagian dapat diperinci lebih lanjut menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil, sejauh diperlukan untuk menguraikan persoalan itu
sejelas-jelasnya. Dengan perincian yang sekian banyak, sebuah kerangka karangan dapat
mencapai lima atau enam tingkat perincian. Suatu tesis yang diperinci minimal atas tiga
tingkat perincian sudah dapat disebut kerangka formal.[4]
4
E. Langkah-langkah pembuatan kerangka karangan
Langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menyusun semua ide pokok yang berhubungan dengan topik karangan yang akan
ditulis.
2. Mencatat semua ide pokok yang muncul baik dari data yang tertulis maupun data
melalui wawancara.
3. Menyusun dan menyeleksi ulang terhadap ide yang tidak penting. Ide yang berdaya
dukung terhadap penulisan dikoordinasikan menjadi satu, sedangkan ide yang tidak
pemnting dihilangkan.
4. Memeriksa ulang apakah masih terdapat ide yang tidak sesuai atau terdapat ide
yang belum dimasukan serta memeriksa kembali urutan semua ide.
a. Pengertian kesehatan mental islami
b. Hakikat kesehatan mental islami
c. Batasan kesehatan mental islami
d. Objek kesehatan mental islami
Sekolah sebagi pusat pembinaan kesehatan mental islami
a. Perkembangan psikis anak usia sekolah
b. Prroblem dasar kesehatan mental di sekolah
c. Peranan guru bimbingan dan konseling dalam kesehatan mental islami
d. Efektifitas sekolah dalam pembinaan kesehatan mental islami
Aktualisasi nilai-nilai kesehatan mental islami dilingkungan sekolah
a. Prinsip nazafah(kebersihan)
b. Prinsip amanah
c. Prisip ukhuwah
d. Prinsip ilmiah
e. Prinsip diniah
Setelah membuat kerangka karangan, selanjutnya adalah mengembangkan
kerangka karangan menjadi sebuah karangan. Pada tahap ini kegiatan utamanya adalah
merangkai kalimat demi kalimat dengan mengacu pada kerangka karangan yang telah
disusun menjadi sebuah karangan atau wacana.
Dari setiap kerangka karangan dapat dikembangkan menjadi satu paragraf atau
dua pragraf. Kerangka karangan yang telah disusun menjadi titik tolak kalimat-kalimat
yang dituangkan atau dijadikan sebagai pikiran utama atau kalimat topik pada setiap
paragraf yang dibuat. Dengan demikian, kecil kemungkinannya terjadi kesalahan atau
pengulangan ide didalam suatu karangan bahkan kesalahan itu dapat dihindari.
Pola pengembangan paragraf sebagai mana telah dipaparkan pada bab sebelumnya, bisa
menggunakan pola penalaran deduktif atau induktif. Hal perlu dingat pada saat
menyusun kalimat adalah menghadirkan unsur-unsur kalimat secara lengkap sehingga
kerancuan kalimat dapat dihindari dan ketidakjelasan kalimat dapat ditinggalkan.
Dalam menyusun kalimat perlu diperhatikan pula adanya oherensi antarkalimat dan
antarparagraf.
Koherensi antarkalimat adalah suatu pertalian atau hubungan antara suatu
kalimat dengan kalimat lain didalam suatu paragraf, sedangkan koherensi antar
paragraf adalah pertalian atau hubungan antara satu paragraaf denagan paragraf
5
karangan. Dengan cara ini pula, seorang guru atau dosen dapat mengajari siswa atau
mahasiswanya dengan lebih efe ktif dan efesien.[6]
6
4.3 Perencanaan dan Pengembangan Tahun Pertama
4.4 Evaluasi, Perencanaan, dan Pengembangan Tahun Kedua
5. Kesimpulan
3. Kerangka Sistem Lurus dengan Angka Romawi dan Desimal
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Pembatasan Masalah
1.5 Manfaat Pnelitian
BAB II KERANGKA TEORI
2.1 Deskripsi Teori,
2.1.1 Deskripsi teoetik variabel pertama (definisi, gambaran, konsep)
2.1.2 Deskripsi teoritik variabel kedua (definisi, gambaran, konsep)
2.2 Kerangka berfikir
2.3 Rumusan Hipotesis
BAB III METODE PENELIIAN
a. Metode penelitian
b. Populasi dan sampel
c. Variabel
d. Instrumen
e. Prosedur Pengukuran
f. Teknik Analisis
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Data
4.2 Pengujian data
4.3 Hasil penguji
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan (interpretasi atas hasil penelitian)
5.2 Saran
4. Kerangka Karangan dengan romawi lurus model kerangka penelitian kualitatif
BAB I Pendahuluan
BAB II Teori Acuan
BAB III Metodologi Penelitian
BAB IV Hasil Penelitian
BAB V Pembahasan
BAB VI Kesimpulan, Implikasi (saran)
5. Kerangka karangan dengan kombinasi romawi desimal lurus model
kerangka penelitian kualitatif, contoh model kajian teoritik
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
7
BAB II Kajian Pustaka
2.1 Deskripsi teori
2.2 Analisis
2.3 Sintetis
BAB III HASIL PENELITIAN
3.1 Interpretasi
3.2 Implikasi
BAB IV KESIMPULAN
(Tindak lanjut)
6. Kerangka karangan dengan romawi lurus model kerangka penelitian kualitatif,
untuk penulisan artikel
Pola penilaian: Sari tema – kekuatan – kelemahan - intregitas
I Sari tema
II Deskripsi umum
III Kekuatan / keunggulan pertama
IV Kekuatan / keunggulan kedua
V Kelemahan pertama dan solusi
VI Kelemahan kedua dan solusi
VII Intregitas (induktif)
7. Kerangka karangan dengan romawi dan desimal lurus model kerangka penelitian
kualitatif untuk penulisan makalah
I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang dan masalah
1.2 Pentingnya pembahasan masalah
1.3 Sudut pandang dan pendekatan
1.4 Pembatasan masalah
II PEMBAHASAN
2.1 Masalah yang dihadapi
2.2 Cara pemecahan masalah
2.3 Dukungan
2.4 Hambatan
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran[7]
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerangka karangan sering disebut juga dengan outline atau ragangan.Kerangka
karangan (outline) merupakan miniatur karangan.Pada dasarnya outline adalah proses
penggolongan dan penataan berbagai fakta yang kadang-kadang berbeda dengan jenis dan
sifatnya, menjadi kesatuan yang berpautan. Dengan memperhatikan outline akan terlihat
dengan jelas struktur dan sistematika berpikir pengarangnya.Sehingga pengarang dapat melihat
dengan jelas, dibagian mana fakta, penilaian, argumentasi, atau ilustrasi tertentu dikemukakan,
sehingga karangan menjadi tepat.
kerangka karangan juga sebagai rencana kerja yang memuat garis-garis besar atau an
pokok pembicaraan sebuah karangan yang akan ditulis. Kerangka karangan ditulis dalam
rangka untuk menghindari adanya tumpang tindih pada bagian-bagian tertentu. Selain
itu, susunan penulisan yang bersifat konseptual, menyeluruh, terarah, logis, jelas, dan
bersasaran dari target pembacanya. kerangka karangan (outline) juga memudahkan kita dalam
pembuatan karangan yang lebih baik.
B. Saran
Agar kita dapat memperoleh karangan yang baik, logis, dan sistematis,maka kita harus
mmbuat kerangga terlebih dahulu.Karena dengan kerangka karangan kita bisa menghindari
penggarapan topik yang berulang-ulang,terhindar dari tumpang tindih pada bagian-bagian
tertentu. Selain itu, penyimpangan-penyimpangan dari topik pun dapat dihindarkan, dan juga
akan menjamin bahwa penulisan akan bersifat konseptual, menyeluruh, terarah, dan bersasaran
dari target pembacanya.
9
DAFTAR PUSTAKA
[1] Widjono HS, bahasa indonesia, (jakarta: PT Grasindo, 2005), hlm. 231.
[2] Umum Budi Karyanto, Bahasa Indonesia untuk perguruan
tinggi (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2009), hlm. 74-75.
[3] Kunjana rahardi, bahasa indonesia untuk perguruan
tinggi, (jakarta:erlangga,2009), hlm.159.
[4] Gorys keraf, komposisi sebuah pengantar kemahiran bahasa, (jakarta: nusa
indah, 1997), hlm.146.
[5] Widjono HS, bahasa indonesia, (jakarta: PT Grasindo, 2005), hlm. 234.
[6] Umum Budi Karyanto, op. cit., hlm. 74-75.
[7] Widjono HS, loc. cit. hlm. 235-241.
10