B.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu
kiranya merumuskan masalah sebagai pijakan untuk terfokusnya kajian makalah
ini.
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut.
1.
Apa
yang dimaksud kerangka karangan?
2.
Apa saja fungsi
kerangka karangan?
3.
Apa
saja bentuk kerangka karangan?
4.
Bagaimana
kriteria kerangka karangan?
5.
Bagaimana
langkah-langkah kerangka karangan?
C.
Metode pemecahan masalah
Metode pemecahan masalah yang dilakukan
melalui studi literatur/metode kajian pustaka, yaitu dengan menggunakan beberapa
referensi buku
atau dari referensi lainnya yang merujuk pada permasalahan yang dibahas.
Langkah-langkah pemecahan masalahnya
dimulai dengan menentukan masalah yang akan dibahas dengan melakukan perumusan masalah, melakukan langkah-langkah pengkajian
masalah, penentuan tujuan dan sasaran, perumusan jawaban
permasalahan dari berbagai sumber, dan penyintesisan serta
pengorganisasian
jawaban permasalahan.
D.
Sistematika penulisan makalah
Makalah ini ditulis ke dalam 3 bagian meliputi:
BAB 1 Pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang,rumusan
masalah, metode pemecahan masalah,dan sistematika penulisan masalah.
BAB II Pembahasan
yang terdiri dari: pengertian kerangka karangan, fungsi kerangka karangan,
bentuk-bentuk kerangka karangan,
langkah-langkah pembuatan kerangka karangan,
contoh-contoh kerangka karangan.
BAB III Penutup yang terdiri dari: kesimpulan dan
saran.
BAB II
PEMBAHASAN
.
Pengertian Karangka Karangan
Mengarang
adalah mengorganisasi ide. Pengorganisasian ide diawali dengan menyusun
kerangka karangan. Dengan kerangka karangan,
rangkaian ide dapat disususn
secara sistemati,logis,jelas,ter stuktur, dan teratur.Kerangka karangan disebut
juga ragangan (outline). Pada
dasarnya, penyusunan outline psoses penggolongan
dan penataan berbagai fakta yang kadang-kadang berbeda jenis dan sifatnya,
menjadi
kesatuan yang berpautan.[1]
Menurut
Nursisto kerangka karangan sebagai rencana kerja yang memuat garis-garis besar
atau susunan pokok pembicaraan sebuah
karangan yang akan ditulis. Kerangka
karangan ditulis dalam rangka untuk menghindari adanya tumpang tindih pada
bagian-bagian tertentu.
Selain itu, penyimpangan-penyimpangan dari topik pun
dapat dihindarkan, dan juga akan menjamin bahwa penulisan akan bersifat
konseptual,
menyeluruh, terarah, dan bersasaran dari target pembacanya.
Menurut Gie
seseorang yang akan mengarang tanpa membuat kerangka karangan maka ia akan
mudah terjerumus kearah keadaan yang
anarkis. Pengarang akan mudah kehilangan
kontrol terhadap karangan yang ia tuju. Tanpa outline acap kali masalah dan
uraian yang
disuguhkan menjadi kabur, kurang jelas, banyak bahan yang terlupa,
ada bagian yang sejajar, tetapi diuraikan tidak seimbang. Dengan outline,
karangan akan tanpak tubuh karangansecara utuh. Outline merupakan miniatur
karangan.
Untuk lebih
jelasnya, bisa dilihat contoh outline yang sudah diurutkan. Kerangka
karangan(outline) ini disadur dari laporan penelitian
individu Drs. A. Umar, M.A., IAIN Walisongo Semarang Tahun
1997.
Topik : kesehatan
mental islami
Judul : Konsep kesehatan
mental islami dan aktualisasinya di lingkungan sekolah
Tujuan
Penulisan : Menjelaskan
tentang predikat kesehatan mental islami dan aktualisasinya dilingkungan
sekolah.
Kerangka
Karangan :
Kesehatan
mental islami
.
Bentuk-bentuk kerangka karangan
1. Kerangka karangan berdasarkan perumusan teksnya
a.
Kerangka kalimat
Kerangka kalimat mempergunakan
kalimat deklaratif ( berita) yang lengkap untuk merumuskan setiap topik, sub topik,
maupun
sub-sub topik.
Manfaat kerangka kaimat meliputi:
1). Ia memaksa penulis untuk merumuskan dengan tepat topik yang akan
diuraikan, serta perincian-rincian tentang topik itu.
2) .Perumusan topik-topik dalam tiap unit akan tetap jelas, walaupun telah
lewat bertahun-tahun.Penulis masih sanggup mengikuti
rencana aslinya, walaupun
baru digarap bertahun-tahu kemudian.
3). Kalimat yang dirumuskan dengan baik dan cermat akan jelas bagi
siapapun, seperti bagi pengarangnya sendiri.
b. Kerangka topik
Kerangka topik dimulai dengan perumusan tesis dalam sebuah kalimat yang
lengkap. Sesudah itu semua pokok,. baik pokok-
pokok utama maupun pokok-pokok
bawahan, dirumuskan dengan mencantumkan topiknya saja, dengan tidak
mempergunakan
kalimat yang lengkap. Kerangka topik dirumuskan dengan
mempergunakan kata atau frasa. Sebab itu kerangaka topik tidak begitu
jelas dan
cermat seperti kerangka kalimat. Kerangka topik manfaatnya kurang bila
dibandingkan dangan kerangka kalimat, terutama
jika tenggang waktu antara
perencanaan antara kerangka karangan itu dengan penggarapannya cukup lama.
c .Gabungan
antara kerangka kalimat dan kerangka topik
Kerangka karangan yang menggabungkan
antara kerangka kalimat dan kerangka topik. Kerangka karangan yang mencakup
kalimat
berita dan dan sub-sub bagian maupun pokok-pokok utama dan pokok-pokok
bawahan.
1.
Menggunakan
bentuk kerangka standar,
2.
Menggunakan
inden atau liurus secara konsisten, dan tidak mengombinasikan bentuk-bentuk
tersebut secara bersamaan dalam sebuah
kerangka karangan,
3.
Menggunakan
pnomoran secara konsisten(angka desimal, angka romawi, kombinasi angka romawi,
huruf dan angka arab ),
4.
Setiap
judul bab diberi nomor secara konsisten,
5.
Setiap
subbab diberi nomor secara konsisten,
6.
Setiap
unsur subbab diberi nomor secara konsisten,
7.
Setiap
detail unsur diberi nomor secara konsisten,
8.
Penomoran
tidak melebihi empat angka(digit), dan
9.
Kerangka
karangan tidak sama dengan daftar isi.[5]
.
Langkah-langkah pembuatan kerangka karangan
Langkah tersebut adalah sebagai
berikut:
1.
Menyusun
semua ide pokok yang berhubungan dengan topik karangan yang akan ditulis.
2.
Mencatat
semua ide pokok yang muncul baik dari data yang tertulis maupun data melalui
wawancara.
3.
Menyusun
dan menyeleksi ulang terhadap ide yang tidak penting. Ide yang berdaya dukung
terhadap penulisan dikoordinasikan menjadi
satu, sedangkan ide yang tidak
pemnting dihilangkan.
4.
Memeriksa ulang apakah masih terdapat ide yang tidak
sesuai atau terdapat ide yang belum dimasukan serta memeriksa kembali urutan
semua ide.
a.
Pengertian
kesehatan mental islami
b.
Hakikat
kesehatan mental islami
c.
Batasan kesehatan mental islami
d.
Objek
kesehatan mental islami
1.
Sekolah
sebagi pusat pembinaan kesehatan mental islami
a.
Perkembangan
psikis anak usia sekolah
b.
Prroblem
dasar kesehatan mental di sekolah
c.
Peranan
guru bimbingan dan konseling dalam kesehatan mental islami
d.
Efektifitas
sekolah dalam pembinaan kesehatan mental islami
2.
Aktualisasi
nilai-nilai kesehatan mental islami dilingkungan sekolah
a.
Prinsip
nazafah(kebersihan)
b.
Prinsip
amanah
c.
Prisip
ukhuwah
d.
Prinsip
ilmiah
e.
Prinsip
diniah
Setelah membuat kerangka karangan, selanjutnya adalah mengembangkan
kerangka karangan menjadi sebuah karangan. Pada
tahap ini
kegiatan utamanya adalah merangkai kalimat demi kalimat dengan
mengacu pada kerangka karangan yang telah disusun menjadi sebuah
karangan atau
wacana.
Dari setiap kerangka karangan dapat dikembangkan menjadi satu paragraf atau
dua pragraf. Kerangka karangan yang telah disusun
menjadi titik tolak
kalimat-kalimat yang dituangkan atau dijadikan sebagai pikiran utama atau
kalimat topik pada setiap paragraf yang dibuat.
Dengan demikian, kecil
kemungkinannya terjadi kesalahan atau pengulangan ide didalam suatu karangan
bahkan kesalahan itu dapat dihindari.
Pola
pengembangan paragraf sebagai mana telah dipaparkan pada bab sebelumnya, bisa
menggunakan pola penalaran deduktif atau
induktif. Hal perlu dingat pada saat
menyusun kalimat adalah menghadirkan unsur-unsur kalimat secara lengkap
sehingga kerancuan kalimat
dapat dihindari dan ketidakjelasan kalimat dapat
ditinggalkan. Dalam menyusun kalimat perlu diperhatikan pula adanya oherensi
antarkalimat dan
antarparagraf.
Koherensi
antarkalimat adalah suatu pertalian atau hubungan antara suatu kalimat dengan
kalimat lain didalam suatu paragraf, sedangkan
koherensi antar paragraf adalah
pertalian atau hubungan antara satu paragraaf denagan paragraf
karangan. Denag cara ini pula, seorang guru atau dosen dapat mengajari
siswa atau mahasiswanya dengan lebih efe ktif dan efesien.[6]
F. Contoh -contoh Kerangka Karangan
1. kerangka sistem lekuk, dengan angka romawi, huruf kapital, dan
angka arab.
Upaya Meningkatkan Kreativitas Baru Mahasiswa dalam Kewirausahaan
I.
Pendahuluaan
II.
Potensi Akademik Mahasiswa
A.
Potensi
Kecerdasan
B.
Keahlian
Bidang Studi
C.
Tenaga
Kerja Intelektual
III.
Paradigma Kewirausahaan
A.
Potensi
Kewirausahaan
B.
Sumber
Kreativitas Baru
C.
Budaya
Kewirausahaan
IV.
Strategi
Berwirausahaan
A.
Strtegi
Awal
1.
Konsep
2.
Modal
3.
Produk
4.
Pasar
B.
Evaluasi
Perencanaan dan pengembangan
C.
Perencanaan
Awal,
D.
Pengembangan
Semester Pertama
E.
Evaluasi
dan Pengembangan Semester Kedua
F.
Evaluasi,
Perencanaan dan Pengembangan Tahun Kedua
2. Kerangka Sistem Lekuk dengan Angka desimal
Upaya Meningkatkan Kreativitas Baru Mahasiswa dalam Kewirausahaan
1.
Pendahuluan
2.
Potensi
Akademik Mahasiswa
2.1
Potensi
Kecerdasan
2.2
Keahlian
Bidang Studi
2.3
Tenaga
Kerja Intelektual
3.
Paradigma
Kewirausahaan
3.1
Potensi
Kewirausahaan
3.2
Sumber
Kreatif Baru
3.3
Budaya
Kewirausahaan
4.
Strategi
Berwirausaha
4.1
Strategi
Awal
4.1.1
Konsep
4.1.2
Modal
4.1.3
Produk
4.1.4
Pasar
4.2
Evaluasi
Strategi Awal,
4.3 Perencanaan dan Pengembangan Tahun Pertama
4.4 Evaluasi, Perencanaan, dan Pengembangan Tahun Kedua
5.
Kesimpulan
3.
Kerangka Sistem Lurus dengan Angka Romawi dan Desimal
BAB IV HASIL
PENELITIAN
4.1
Deskripsi
Data
4.2
Pengujian
data
4.3
Hasil
penguji
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
(interpretasi atas hasil penelitian)
5.2
Saran
4. Kerangka Karangan dengan romawi lurus model kerangka penelitian
kualitatif
BAB I Pendahuluan
BAB II Teori Acuan
BAB III Metodologi
Penelitian
BAB IV Hasil Penelitian
BAB V Pembahasan
BAB VI Kesimpulan, Implikasi
(saran)
5. Kerangka karangan dengan kombinasi romawi desimal lurus model
kerangka penelitian
kualitatif, contoh model kajian teoritik
BAB I Pendahuluan
1.1
Latar
belakang
1.2
Masalah
1.3
Tujuan
1.4
Manfaat
BAB II Kajian Pustaka
2.1
Deskripsi teori
2.2
Analisis
2.3
Sintetis
BAB III HASIL PENELITIAN
3.1
Interpretasi
3.2
Implikasi
BAB IV KESIMPULAN
(Tindak lanjut)
6. Kerangka
karangan dengan romawi lurus model kerangka penelitian kualitatif, untuk penulisan
artikel
Pola penilaian: Sari tema – kekuatan – kelemahan - intregitas
I Sari tema
II Deskripsi
umum
III Kekuatan /
keunggulan pertama
IV Kekuatan /
keunggulan kedua
V Kelemahan
pertama dan solusi
VI Kelemahan
kedua dan solusi
VII Intregitas
(induktif)
7. Kerangka karangan dengan romawi dan desimal
lurus model kerangka penelitian kualitatif untuk penulisan makalah
I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang dan masalah
1.2 Pentingnya pembahasan masalah
1.3 Sudut pandang dan pendekatan
1.4 Pembatasan masalah
II PEMBAHASAN
2.1 Masalah yang dihadapi
2.2 Cara pemecahan masalah
2.3 Dukungan
2.4 Hambatan
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
3.2
Saran[7]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerangka karangan sering disebut juga dengan outline atau ragangan.Kerangka
karangan (outline) merupakan miniatur karangan.Pada
dasarnya outline adalah
proses penggolongan dan penataan berbagai fakta yang kadang-kadang berbeda
dengan jenis dan sifatnya, menjadi
kesatuan yang berpautan. Dengan memperhatikan outline akan terlihat dengan
jelas struktur dan sistematika berpikir pengarangnya.Sehingga
pengarang dapat
melihat dengan jelas, dibagian mana fakta, penilaian, argumentasi, atau
ilustrasi tertentu dikemukakan, sehingga karangan
menjadi tepat.
kerangka
karangan juga sebagai rencana kerja yang memuat
garis-garis besar atau an pokok pembicaraan sebuah karangan yang akan
ditulis.
Kerangka karangan ditulis dalam rangka untuk menghindari adanya tumpang tindih
pada bagian-bagian tertentu. Selain itu, susunan
penulisan
yang
bersifat konseptual, menyeluruh, terarah, logis, jelas, dan
bersasaran dari target pembacanya. kerangka karangan (outline) juga
memudahkan kita dalam pembuatan karangan yang
lebih baik.
B. Saran
Agar kita dapat memperoleh karangan yang baik,
logis, dan sistematis,maka kita harus mmbuat kerangga terlebih dahulu.Karena
dengan
kerangka karangan kita bisa menghindari penggarapan topik yang berulang-ulang,terhindar dari tumpang
tindih pada bagian-bagian tertentu.
Selain itu,
penyimpangan-penyimpangan dari topik pun dapat dihindarkan, dan juga akan
menjamin bahwa penulisan akan bersifat konseptual,
menyeluruh, terarah, dan
bersasaran dari target pembacanya.
DAFTAR PUSTAKA
Budi Karyanto,umum.2009. Bahasa Indonesia untuk perguruan tinggi Pekalongan: STAINPekalongan Press.
Keraf, Gorys ke.1997.
komposisi sebuah pengantar kemahiran bahasa. jakarta: Nusa indah.
Rahardi, Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi.Jakarta:Erlangga.
Widjono. 2005. bahasa indonesia. jakarta: PT Grasindo.
[1] Widjono HS, bahasa indonesia, (jakarta: PT Grasindo, 2005), hlm. 231.
[2]
Umum Budi Karyanto, Bahasa Indonesia
untuk perguruan tinggi (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2009), hlm. 74-75.
[3] Kunjana rahardi, bahasa indonesia untuk perguruan tinggi, (jakarta:erlangga,2009),
hlm.159.
[4] Gorys keraf, komposisi sebuah pengantar kemahiran bahasa, (jakarta: nusa indah,
1997), hlm.146.
[5] Widjono HS, bahasa indonesia, (jakarta: PT Grasindo, 2005), hlm. 234.
[6]
Umum Budi Karyanto, op. cit., hlm. 74-75.
[7] Widjono
HS, loc. cit. hlm. 235-241.
Dani Robbina
di
23.50
Berbagi
Posting Komentar
‹ Beranda ›
Lihat versi web
Dani Robbina
Dani Robbina
Lihat profil lengkapku