Anda di halaman 1dari 8

1.

1 latar belakang

1.2 Karangan adalah hasil perwujudan gagasan seorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan
dimengerti oleh pembaca. Namun sebelum kita membuat sebuah karangan sebaiknya kita
membuat kerangka karangan terlebih dahulu karena tanpa kerangka karngan maka akan
mudah terjerumus kearah keadaan anarkis dan akan mudah kehilangan kontrol terhadap
karangan yang akan dituju. Selain itu, dengan adanya kerangka karangan dapat menghindari
adanya tumpang tindih pada bagian-baigan tertentu serta penyimpangan-penyimpangan dari
topik dapat dihindarkan.Kerangka karangan mempunyai arti yang sama dengan ragaan atau
outline yaitu rencana kerja yang memuat garis-garis besar atau susunan pokok pembicaraan
sebuah kerangka kyang akan ditulis.

Oleh karena itu, di makalah ini akan dijelaskan mengenai kerangka karangan, lagkah-langkah
pembuatan karangan, fungsi kerangka karangan dan contoh-contoh dalam pembuatan kerangka
karangan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud kerangka karangan?

2. Apa saja manfaat kerangka karangan?

3. Apa saja bentuk kerangka karangan?

4. Bagaimana kriteria kerangka karangan?

5. Bagaimana langkah-langkah kerangka karangan?

1.3 Tujuan Makalah

1. Memahami pengertian kerangka karangan

2. Memahami Manfaat dari kerangka karangan

3. Memahami bentuk kerangka karangan

4. Mengetahui kriteria kerangka karangan

5. Memahami langkah pembuatan kerangka karangan

1.4 Manfaat Makalah

1. Bagi penulis, penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis
mengenai penyusunan kerangka karangan.

2. Bagi Institusi, penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah literatur atau referensi untuk
pengembangan tugas makalah selanjutnya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KERANGKA KARANGAN

Mengarang adalah mengorganisasi ide. Pengorganisasian ide diawali dengan menyusun kerangka
karangan. Dengan kerangka karangan, rangkaian ide dapat disusun secara sistematis, logis, jelas, ter-
stuktur, dan teratur.Kerangka karangan disebut juga regangan (outline). Pada dasarnya, penyusunan
outline adalah proses penggolongan dan penataan berbagai fakta yang kadang-kadang berbeda jenis
dan sifatnya, menjadi kesatuan yang berpautan[1]. Adapun lima jenis karangan yang sering dijumpai
dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.

Selain itu, dengan adanya kerangka karangan dapat menghindari adanya tumpang tindih pada
bagian-baigan tertentu serta penyimpangan-penyimpangan dari topik dapat dihindarkan.

Setiap kerangka tulisan menggambarkan bagian-bagian atau butir-butir isi karangan dalam tataan
yang sistematis. Kerangka karangan yang belum final disebut outline, sementara kerangka karangan
yang sudah tersusun rapi dan lengkap disebut outline final.

Dalam kerangka karangan akan tampak butir-butir isi karangan yang menggambarkan:

1. Sub-subtopik karangaan, baik dari segi jumlah mapun dari segi jenisnya.

2. Urutan sub-subtopik isi karangan.

3. Hubungan antar subtopik dalam karangan, hubungan logis atau kronologis, dan hubungan
setara atau hubungan bertingkat.

Topik dan sub-topik yang akan ditulis perlu ditata dengan baik agar sub-subtopik lengkap, urutan
yang sesuai, dan terlihat hubungan antar subtopik. Penataan sub-subtopik ini dapat dilakukan
dengan pemetaan pikiran. Bagian yang paling sulit dalam menulis adalah mengetahui tema dan
bagaimana cara untuk memulainnya.

Dengan menggunakan pemetaan pikiran akan mudah dalam menemukan sebuah pikiran.

Menurut Prof. Dr. Gorys Keraf (1970)[2]“Suatu kerangka karangan yang baik tidak dibuat satu sekali,
penulis akan selalu berusaha menyempurnakan bentuk yang pertama sehingga diperoleh bentuk
yang lebih baik, demikian seterusnya. Seorang penulis yang sudah biasa dengan tulisan-tulisan yang
kompleks akan dengan mudah menyusun suatu kerangka karangan yang baik. Namun, sebelum
seorang penulis yang baru mahir menyusun sebuah kerangka karangan diperlukan beberapa
tuntutan.”

2.2 MANFAAT KERANGKA KARANGAN

Kerangka karangan yang sudah ditulis memberikan manfaat dalam pembentukan sebuah karangan
antara lain :

1. Untuk memudahkan penulisan sebuah karya tulis agar menjadi lebih sistematis dan rapi.

2. Untuk mencegah penulis membahas suatu ide atau topik bahasan yang sudah dibahas
sebelumnya.
3. Untuk mencegah penulis keluar dari ide awal yang akan dibahas dalam suatu karangan yang
akan dikerjakan.

4. Membantu pengembangan ide agar karangan menjadi lebih variatif dan menarik.

5. Memudahkan penulis menyusun karangan secara menyeluruh.

6. Mencegah ketidaklengkapkan bahasan. [3]

Dapat disimpulkan, dengan adanya kerangka karangan seorang penulis dapat dengan mudah
menciptakan klimaks yang berbeda. Sehingga para pembaca terpikat terus menerus untuk membaca
dan melanjutkan pada halaman berikutnya.

2.3 BENTUK PENYUSUNAN KERANGKA KARANGAN

1. Penyusunan kerangka karangan berdasarkan perumusan teks.

a. Kerangka Kalimat

Kerangka kalimat mempergunakan kalimat deklaratif ( berita) yang lengkap untuk merumuskan
setiap topik, sub topik, maupun sub-sub topik.

b. Kerangka Topik

Kerangka topik dimulai dengan perumusan tesis dalam sebuah kalimat yang lengkap. Sesudah itu
semua pokok, baik pokok-pokok utama maupun pokok-pokok bawahan, dirumuskan dengan
mencantumkan topiknya saja, dengan tidak mempergunakan kalimat yang lengkap. Kerangka topik
dirumuskan dengan mempergunakan kata atau frasa. Sebab itu kerangaka topik tidak begitu jelas
dan cermat seperti kerangka kalimat. Kerangka topik manfaatnya kurang bila dibandingkan dangan
kerangka kalimat, terutama jika tenggang waktu antara perencanaan antara kerangka karangan itu
dengan penggarapannya cukup lama.

c. Gabungan antara Kerangka Kalimat dan Kerangka Topik

Kerangka karangan yang menggabungkan antara kerangka kalimat dan kerangka topik.
Kerangka karangan yang mencakup kalimat berita dan dan sub-sub bagian maupun pokok-pokok
utama dan pokok-pokok bawahan.

2. Penyusunan Kerangka karangan berdasarkan rinciannya.

a. Kerangka Karangan Sementara

Kerangka karangan sementara atau non formal merupakan suatu alat bantu, sebuah penuntun bagi
suatu tulisan yang terarah. Sekaligus ia menjadi dasar untuk penelitiaan kembali guna mengadakan
perombakan-perombakan yang dianggap perlu. Karena kerangka karangan ini bersifat sementara,
maka tidak perlu disusun secara terperinci. Tetapi karena ia juga merupakan sebuah kerangka
karangan maka ia harus memungkinkan pengarangnya untuk menggarap persoalannya secara
dinamis, sehingga perhatian harus dicurahkan sepenuhnya pada penyusunn-penyusunan kalimat-
kalimat, alenia-alenia, atau bagian-bagian tanpa memepersoalkan lagi bagaimana susunan
karangannya, atau bagaimana susunan bagian-bagiannya.

Perencanaan kerangka karangan sementara dilakukan sesuai dengan prosedur. Mula-mula penulis
merumuskan tesis berdsarkan topik dan maksud utama dari karangan itu. Kemudian dibawah tesis
itu dibuat perinciaan berupa pencatatan semua hal yang mungkin dijadikan pokok-pokok utama atau
pokok-pokok tambahan bagi tesis tadi.Pokok-pokok yang mempunyai hubungan satu sama lain atau
mempunyai hubungan logis di hubung-hubungkan dengan tanda panah, atau pokok yang tidak
mempunyai hubungan dengan tesis dicoret. Pokok-pokok yang diterima sebagai perinciaan dari tesis
lalu diurutkan sesuai dengan pola susunan yang dipilih, dengan diberi nomor-nomor urut sesuai
dengan pola susunan.

Kerangka karangan non-formal biasanya terdiri dari tesis dan pokok-pokok utama, paling tinggi dua
tingkat perincian. Alasan untuk menggarap sebuah kerangka karangan sementara dapat berupa
topik yang tidak kompleks atau karena penulis segera menggarap karangan itu.

b. Kerangka Karangan Formal

Kerangka karangan formal biasanya timbul dari penimbangan bahwa topik yang akan digarap
bersifat sangat kompleks, atau suatu topik yang sederhana tetapi penulis tidak bermaksud untuk
segera menggarapnya.

Proses perencanaan sebuah karangan formal mengikuti prosedur yang sama seperti kerangka non-
formal. Tesisnya dirumuskan dengan cermat dan tepat, kemudian dipecah-pecah menjadi bagian-
bagian bawahan (sub-ordinasi) yang dikembangkan untuk menjelaskan gagasan sentralnya. Setiap
sub-bagian dapat diperinci lebih lanjut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, sejauh diperlukan
untuk menguraikan persoalan itu sejelas-jelasnya. Dengan perincian yang sekian banyak, sebuah
kerangka karangan dapat mencapai lima atau enam tingkat perincian. Suatu tesis yang diperinci
minimal atas tiga tingkat perincian sudah dapat disebut kerangka formal. [4]

2.4 SYARAT PENYUSUNAN KERANGKA KARANGAN

1. Menggunakan bentuk kerangka standar.

2. Menggunakan inden atau liurus secara konsisten, dan tidak mengombinasikan bentuk-bentuk
tersebut secara bersamaan dalam sebuah kerangka karangan.

3. Menggunakan pnomoran secara konsisten(angka desimal, angka romawi, kombinasi angka


romawi, huruf dan angka arab )

4. Setiap judul bab diberi nomor secara konsisten.

5. Setiap subbab diberi nomor secara konsisten.

6. Setiap unsur subbab diberi nomor secara konsisten.

7. Setiap detail unsur diberi nomor secara konsisten.


8. Penomoran tidak melebihi empat angka(digit)

9. Kerangka karangan tidak sama dengan daftar isi. [5]

2.5 LANGKAH – LANGKAH PENYUSUNAN KERANGKA KARANGAN

Dari setiap kerangka karangan dapat dikembangkan menjadi satu paragraf atau dua pragraf.
Kerangka karangan yang telah disusun menjadi titik tolak kalimat-kalimat yang dituangkan atau
dijadikan sebagai pikiran utama atau kalimat topik pada setiap paragraf yang dibuat. Dengan
demikian, kecil kemungkinannya terjadi kesalahan atau pengulangan ide didalam suatu karangan
bahkan kesalahan itu dapat dihindari.

Dalam sebuah kerangka karangan, penulis akan terus berusaha bagaimana karangan yang ditulis
dapat dipahami maksud dan tujuan oleh sang pembaca. Maka dari itu, ada beberapa langkah yang
harus dilakukan oleh penulis, terutama penulis awam. Adapun langkahnya sebagai berikut:

1. Merumuskan tema dan menentukan judul suatu karangan

Penentuan tema adalah hal yang paling mendasar dalam pembentukan karangan. Karena dari tema
inilah karangan itu akan berkembang. Usahakan dalam pemilihan tema yang menarik agar pembaca
tertarik membacanya. Setelah tema dipaskan, maka tak kan sukar memilih judul karangan tersebut.
Usahakan judul juga menarik.

2. Mengumpulkan bahan

Setelah mendapatkan tema, yang harus dilakukan adalah mengumpulkan bahan pendukung yang
berupa topik-topik yang berhubungan dengan tema untuk dikembangkan menjadi sebuah karangan.
Topik-topik tersebut antara lain, pengertian, tujuan, jenis, contoh, dan lain-lain. Berikut ini petunjuk-
petunjuknya:

a. Mencatat hal penting

b. Membaca sebagai kebutuhan

c. Perbanyak diskusi

3. Menyeleksi bahan

Hindari membahas topik yang tida penting pada karangan tersebut. Jangan mengulang hal yang
sama pada paragraph yang sama. Berikut ini petunjuk-petunjuknya:

a. Mencatat hal penting

b. Membaca sebagai kebutuhan

c. Perbanyak diskusi

4. Mengembangkan kerangka karangan

Jika sudah mendapatkan tema, judul dan topik, buatlah karangan yang utuh dengan cara
mengembangkan kerangka karangan yang telah dibuat. Perluas topik-topik yang telah ditentukan
pada kerangka dan usahakan jangan membahas topik yang tidak ada di dalam kerangka karangan.
Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan terhadap materi yang
hendak kita tulis, jika benar-benar memahami materi yang baik, permasalahan dapat diangkat
dengan kreatif, mengalir dan nyata. Terbukti pula kekuatan bahan materi yang kita kumpulkan
dalam menyediakan wawasan untuk mengembangkan karangan juga jangan sampai menumpuk
dengan pokok permasalahan yang lain. Untuk itu pengembanganya harus sistematis, dan terarah.
Alur pengembangan juga harus di susun secara teliti dan cermat. Semakin sistematis, logis dan
relevan pada tema yang di tentukan, semakin berbobot pula tulisan yang dihasilkan.

2.6 PENGEMBANGAN KERANGKA KARANGAN

Kerangka karangan yang sudah dibuat baik dalam kerangka bentuk topik ataupun kerangka dalam
bentuk kalimat dapat dikembangkan dalam bentuk paragraf-paragraf. Pengembangan kerangka
karangan dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengembangan kerangka karangan secara alamiah dan
pengembangan kerangka karangan secara logis.[6]

1. Pengembangan Kerangka Karangan Secara Alamiah

Pengembangan kerangka karangan secara alamiah adalah pengurutan pokok pikiran sesuai dengan
kenyataan atau apa adanya seperti yang bisa diamati dalam kehidupan manusia. Pengembangan
kerangka karangan dapat dilakukan dengen cara:

a. Pengembangan Spasial atau ruang yaitu, pengembangan kerangka karangan tulisan yang
berkaitan dengan lokasi kejadian dan sifatnya lebih deskriptif.

b. Pengembangan Kronologis atau waktu yaitu, pengembangan kerangka tulisan yang


berdasarkan urutan kejadian suatu peristiwa atau tahap kejadian.

c. Pengembangan berdasarkan topik yang ada yaitu, pengembangan berdasarkan kerangka


tulisan berdasarkan hal-hal yang sudah diketahui bagian-bagian dan dijelaskan secara berturut-turut
dan logis. [7]

2. Pengembangan Kerangka Karangan Secara Logis

Pengembangan kerangka karangan seacara logis adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan
sesuai dengan kemampuan dalam menganalisa dan menghubungkan kejadian-kejadian disekitar
dengan akal budi. Macam-macam urutan pengembangan kerangka karangan secara logis:

a. Urutan Klimaks dan Anti Klimaks

Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu dari suatu
rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang paling menonjol. Urutan
yang merupakan kebalikan dan klimaks adalah anti klimaks. Penulis mulai suatu yang paling penting
dari suatu rangkaian dan berangsur-angsur menuju kepada suatu topik yang paling rendah
kedudukan atau kepentingannya.

b. Urutan Kausal

Urutan kausal mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat, dan urutan akibatke sebab,
Pada pola yang pertama suatu masalah dianggap sebagai sebab, yang kemudian dilanjutkan dengan
perincian-perincian yang menelusuri akibat-akibat yang mungkin teijadi. Urutan ini sangat efektif
dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan-persoalan yang dihadapi umat
manusia pada umumnya.

c. Urutan Pemecahan Masalah

Urutan pemecahan masalah dimulai dari suatu masalah te;ientu, kemudian bergerak menuju
kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut. Sekurang-kurangnya uraian yang
mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi
mengenai peristiwa atau persoalan tadi, kedua, analisa mengenai sebab-sebab atau akibat- akibat
dari persoalan, dan akhirnya aiternatif-alternatif untukjalan keluardari masalah yang dihadapi
tersebut.

d. Urutan Umum – Khusus

Urutan ini menerangkan dari hal yang bersifat umum ke pada yang khusus pun sebaliknya.

e. Urutan Familiaritas

Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah dikenal, kemudian
berangsur-angsur pindah kepada hal-hal yang kurang dikenal. Secara logis memang agak ganjil jika
pengarang mulai menguraikan sesuatumulai menguraikan sesuatu yang tidak dikenalnya atau yang
tidak dikenal pembaca.

f. Urutan Akseptabilitas

Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas mempersoalkan
apakah suatu barang atau hal yang sudah dikenal atau tidak oleh pembaca, maka urutan
akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan diterima atau tidak oleh para pembaca, apakah
suatu pendapat disetujui atau tidak oleh para pembaca.

Sebab itu sebelum menguraikan gagas- an-gagasan yang mungkin ditolak oleh pembaca, penulis
harus mengemukakan gagasan-gagasan yang kiranya dapat diterima oleh pembaca; dan sekaligus
gagasan-gagasan itu menjadi landasan pula bagi gagasan yang mungkin akan ditolak itu.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
3.2 Kerangka karangan sering disebut juga dengan outline atau ragangan.Kerangka
karangan (outline) merupakan miniatur karangan.Pada dasarnya outline adalah proses
penggolongan dan penataan berbagai fakta yang kadang-kadang berbeda dengan jenis
dan sifatnya, menjadi kesatuan yang berpautan. Dengan memperhatikan outline akan
terlihat dengan jelas struktur dan sistematika berpikir pengarangnya.Sehingga
pengarang dapat melihat dengan jelas, dibagian mana fakta, penilaian, argumentasi,
atau ilustrasi tertentu dikemukakan, sehingga karangan menjadi tepat.

Kerangka karangan juga sebagai rencana kerja yang memuat garis-garis besar atau an pokok
pembicaraan sebuah karangan yang akan ditulis. Kerangka karangan ditulis dalam rangka untuk
menghindari adanya tumpang tindih pada bagian-bagian tertentu. Selain itu, susunan penulisan yang
bersifat konseptual, menyeluruh, terarah, logis, jelas, dan bersasaran dari target pembacanya.
Kerangka karangan (outline) juga memudahkan kita dalam pembuatan karangan yang lebih baik.
3.3 SARAN
3.4 Agar kita dapat memperoleh karangan yang baik, logis, dan sistematis,maka kita harus
mmbuat kerangga terlebih dahulu.Karena dengan kerangka karangan kita bisa
menghindari penggarapan topik yang berulang-ulang,terhindar dari tumpang tindih
pada bagian-bagian tertentu. Selain itu, penyimpangan-penyimpangan dari topik pun
dapat dihindarkan, dan juga akan menjamin bahwa penulisan akan bersifat
konseptual, menyeluruh, terarah, dan bersasaran dari target pembacanya.

Anda mungkin juga menyukai