Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi dan Melengkapi Tugas Presentaai tentang
Komunikasi Ilmiah
Disusun Oleh :
NIM : B16069
2017
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang masalah
Karangan adalah hasil perwujudan gagasan seorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca
dan dimengerti oleh pembaca. Namun sebelum kita membuat sebuah karangan sebaiknya kita
membuat kerangka karangan terlebih dahulu karena tanpa kerangka karngan maka akan mudah
terjerumus kearah keadaan anarkis dan akan mudah kehilangan kontrol terhadap karangan yang
akan dituju. Selain itu, dengan adanya kerangka karangan dapat menghindari adanya tumpang
tindih pada bagian-baigan tertentu serta penyimpangan-penyimpangn dari topik dapat
dihindarkan.
Kerangka karangan mempunyai arti yang sama dengan ragaan atau outline yaitu rencana
kerja yang memuat garis-garis besar atau susunan pokok pembicaraan sebuah kerangka kyang
akan ditulis.
Oleh karena itu, di makalah ini akan dijelaskan mengenai kerangka karangan, lagkah-
langkah pembuatan karangan, fungsi kerangka karangan dan contoh-contoh dalam pembuatan
kerangka karangan.
3
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu kiranya merumuskan masalah sebagai pijakan
untuk terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud kerangka karangan?
2. Apa saja fungsi kerangka karangan?
3. Apa saja bentuk kerangka karangan?
4. Bagaimana kriteria kerangka karangan?
5. Bagaimana langkah-langkah kerangka karangan?
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Karangka Karangan
Mengarang adalah mengorganisasi ide. Pengorganisasian ide diawali dengan menyusun
kerangka karangan. Dengan kerangka karangan, rangkaian ide dapat disususn secara
sistemati,logis,jelas,ter stuktur, dan teratur.Kerangka karangan disebut juga ragangan (outline).
Pada dasarnya, penyusunan outline psoses penggolongan dan penataan berbagai fakta yang
kadang-kadang berbeda jenis dan sifatnya, menjadi kesatuan yang berpautan.
Menurut Nursisto kerangka karangan sebagai rencana kerja yang memuat garis-garis besar
atau susunan pokok pembicaraan sebuah karangan yang akan ditulis. Kerangka karangan ditulis
dalam rangka untuk menghindari adanya tumpang tindih pada bagian-bagian tertentu. Selain itu,
penyimpangan-penyimpangan dari topik pun dapat dihindarkan, dan juga akan menjamin bahwa
penulisan akan bersifat konseptual, menyeluruh, terarah, dan bersasaran dari target pembacanya.
Menurut Gie seseorang yang akan mengarang tanpa membuat kerangka karangan maka ia
akan mudah terjerumus kearah keadaan yang anarkis. Pengarang akan mudah kehilangan kontrol
terhadap karangan yang ia tuju. Tanpa outline acap kali masalah dan uraian yang disuguhkan
menjadi kabur, kurang jelas, banyak bahan yang terlupa, ada bagian yang sejajar, tetapi diuraikan
tidak seimbang. Dengan outline, karangan akan tanpak tubuh karangansecara utuh. Outline
merupakan miniatur karangan.
5
2.2. Fungsi kerangka karangan
1. Memudahkan pengendalian variabel,
2. Memperlihatkan pokok bahasan, sub-subbahasan karangan dan memberi kemungkinan perluasan
bahasan tersebut sehingga memungkinkan penulis menciptakan suasana kreatif sesuai dengan
variasi yang diinginkan.
3. Mencegah pembahasan keluar dari sasaran yang sudah dirumuskan dalam topik, judul, masalah,
tujuan, dan kalimat tesis,
4. Memudahkan penulis menyusun karangan secara menyeluruh,
5. Mencegah ketidaklengkapkan bahasan,
6. Mencegah pengulangan pembahasaan ide.
6
2.3. Bentuk-bentuk kerangka karangan
1. Kerangka karangan berdasarkan perumusan teksnya
a. Kerangka kalimat
Kerangka kalimat mempergunakan kalimat deklaratif ( berita) yang lengkap untuk
merumuskan setiap topik, sub topik, maupun sub-sub topik.
Manfaat kerangka kaimat meliputi:
1). Ia memaksa penulis untuk merumuskan dengan tepat topik yang akan diuraikan, serta perincian-
rincian tentang topik itu.
2) .Perumusan topik-topik dalam tiap unit akan tetap jelas, walaupun telah lewat bertahun-
tahun.Penulis masih sanggup mengikuti rencana aslinya, walaupun baru digarap bertahun-tahu
kemudian.
3). Kalimat yang dirumuskan dengan baik dan cermat akan jelas bagi siapapun, seperti bagi
pengarangnya sendiri.
b. Kerangka topik
Kerangka topik dimulai dengan perumusan tesis dalam sebuah kalimat yang lengkap.
Sesudah itu semua pokok,. baik pokok-pokok utama maupun pokok-pokok bawahan,
dirumuskan dengan mencantumkan topiknya saja, dengan tidak mempergunakan kalimat yang
lengkap. Kerangka topik dirumuskan dengan mempergunakan kata atau frasa. Sebab itu
kerangaka topik tidak begitu jelas dan cermat seperti kerangka kalimat. Kerangka topik
manfaatnya kurang bila dibandingkan dangan kerangka kalimat, terutama jika tenggang waktu
antara perencanaan antara kerangka karangan itu dengan penggarapannya cukup lama.
c .Gabungan antara kerangka kalimat dan kerangka topik
Kerangka karangan yang menggabungkan antara kerangka kalimat dan kerangka topik.
Kerangka karangan yang mencakup kalimat berita dan dan sub-sub bagian maupun pokok-pokok
utama dan pokok-pokok bawahan.
7
mengadakan perombakan-perombakan yang dianggap perlu. Karena kerangka karangan ini bersifat
sementara, maka tidak perlu disusun secara terperinci. Tetapi karena ia juga merupakan sebuah
kerangka karangan maka ia harus memungkinkan pengarangnya untuk menggarap persoalannya
secara dinamis, sehingga perhatian harus dicurahkan sepenuhnya pada penyusunn-penyusunan
kalimat-kalimat, alenia-alenia, atau bagian-bagian tanpa memepersoalkan lagi bagaimana
susunan karangannya, atau bagaimana susunan bagian-bagiannya.
Perencanaan kerangka karangan sementara dilakukan sesuai dengan prosedur. Mula-mula
penulis merumuskan tesis berdsarkan topik dan maksud utama dari karangan itu. Kemudian
dibawah tesis itu dibuat perinciaan berupa pencatatan semua hal yang mungkin dijadikan pokok-
pokok utama atau pokok-pokok tambahan bagi tesis tadi.Pokok-pokok yang mempunyai
hubungan satu sama lain atua mempunyain hubungan logis di hubung-hubungkan dengan tanda
panah, atau pokok yang tidak mempunyai hubungan dengan tesis dicoret. Pokok-pokok yang
diterima sebagai perinciaan dari tesis lalu diurutkan sesuai dengan pola susunan yang dipilih,
dengan diberi nomor-nomor urut sesuai dengan pola susunan.
Kerangka karangan non-formal biasanya terdiri dari tesis dan pokok-pokok utama, paling
tinggi dua tingkat perincian. Alasan untuk menggarap sebuah kerangka karangan sementara
dapat berupa topik yang tidak kompleks atau karena penulis segera menggarap karangan itu.
b. Kerangka karangan formal
Kerangka karangan formal biasanya timbul dari penimbanga bahwa topik yang akan
digarap bersifat sangat kompleks, atau suatu topik yang sederhana tetapi penulis tidak bermaksud
untuk segera menggarapnya.
Proses perencanaan sebuah karangan formal mengikuti prosedur yang sama seperti
kerangka non-formal. Tesisnya dirumuskan dengan cermat dan tepat, kemudian dipecah-pecah
menjadi bagian-bagian bawahan (sub-ordinasi) yang dikembangkan untuk menjelaskan gagasan
sentralnya. Setiap sub-bagian dapat diperinci lebih lanjut menjadi bagian-bagian yang lebih
kecil, sejauh diperlukan untuk menguraikan persoalan itu sejelas-jelasnya. Dengan perincian
yang sekian banyak, sebuah kerangka karangan dapat mencapai lima atau enam tingkat
perincian. Suatu tesis yang diperinci minimal atas tiga tingkat perincian sudah dapat disebut
kerangka formal.
7
2.4. Kriteria karangka karangan
Untuk menyusun kerangka karangan yang baik, penulis perlu memperhatikan kriteria
berikut :
1. Menggunakan bentuk kerangka standar,
2. Menggunakan inden atau liurus secara konsisten, dan tidak mengombinasikan bentuk-bentuk
tersebut secara bersamaan dalam sebuah kerangka karangan,
3. Menggunakan pnomoran secara konsisten(angka desimal, angka romawi, kombinasi angka
romawi, huruf dan angka arab ),
4. Setiap judul bab diberi nomor secara konsisten,
5. Setiap subbab diberi nomor secara konsisten,
6. Setiap unsur subbab diberi nomor secara konsisten,
7. Setiap detail unsur diberi nomor secara konsisten,
8. Penomoran tidak melebihi empat angka(digit), dan
9. Kerangka karangan tidak sama dengan daftar isi.
2.5. Langkah-langkah pembuatan kerangka karangan
Langkah tersebut adalah sebagai berikut:
. 1. Menyusun semua ide pokok yang berhubungan dengan topik karangan yang akan ditulis.
2. Mencatat semua ide pokok yang muncul baik dari data yang tertulis maupun data melalui
wawancara.
3. Menyusun dan menyeleksi ulang terhadap ide yang tidak penting. Ide yang berdaya dukung
terhadap penulisan dikoordinasikan menjadi satu, sedangkan ide yang tidak pemnting
dihilangkan.
4. Memeriksa ulang apakah masih terdapat ide yang tidak sesuai atau terdapat ide yang belum
dimasukan serta memeriksa kembali urutan semua ide
a. Pengertian kesehatan mental islami
b. Hakikat kesehatan mental islami
c. Batasan kesehatan mental islami
d. Objek kesehatan mental islami
1. Sekolah sebagi pusat pembinaan kesehatan mental islami
a. Perkembangan psikis anak usia sekolah
b. Prroblem dasar kesehatan mental di sekolah
8
c. Peranan guru bimbingan dan konseling dalam kesehatan mental islami
d. Efektifitas sekolah dalam pembinaan kesehatan mental islami
2. Aktualisasi nilai-nilai kesehatan mental islami dilingkungan sekolah
a. Prinsip nazafah(kebersihan)
b. Prinsip amanah
c. Prisip ukhuwah
d. Prinsip ilmiah
e. Prinsip diniah
Setelah membuat kerangka karangan, selanjutnya adalah mengembangkan kerangka
karangan menjadi sebuah karangan. Pada tahap ini kegiatan utamanya adalah merangkai kalimat
demi kalimat dengan mengacu pada kerangka karangan yang telah disusun menjadi sebuah
karangan atau wacana.
Dari setiap kerangka karangan dapat dikembangkan menjadi satu paragraf atau dua
pragraf. Kerangka karangan yang telah disusun menjadi titik tolak kalimat-kalimat yang
dituangkan atau dijadikan sebagai pikiran utama atau kalimat topik pada setiap paragraf yang
dibuat. Dengan demikian, kecil kemungkinannya terjadi kesalahan atau pengulangan ide didalam
suatu karangan bahkan kesalahan itu dapat dihindari.
Pola pengembangan paragraf sebagai mana telah dipaparkan pada bab sebelumnya, bisa
menggunakan pola penalaran deduktif atau induktif. Hal perlu dingat pada saat menyusun
kalimat adalah menghadirkan unsur-unsur kalimat secara lengkap sehingga kerancuan kalimat
dapat dihindari dan ketidakjelasan kalimat dapat ditinggalkan. Dalam menyusun kalimat perlu
diperhatikan pula adanya oherensi antarkalimat dan antarparagraf.
Koherensi antarkalimat adalah suatu pertalian atau hubungan antara suatu kalimat dengan
kalimat lain didalam suatu paragraf, sedangkan koherensi antar paragraf adalah pertalian atau
hubungan antara satu paragraaf denagan paragraf
karangan. Denag cara ini pula, seorang guru atau dosen dapat mengajari siswa atau
mahasiswanya dengan lebih efe ktif dan efesien.
8
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kerangka karangan sering disebut juga dengan outline atau ragangan.Kerangka karangan
(outline) merupakan miniatur karangan.Pada dasarnya outline adalah proses penggolongan dan
penataan berbagai fakta yang kadang-kadang berbeda dengan jenis dan sifatnya, menjadi
kesatuan yang berpautan. Dengan memperhatikan outline akan terlihat dengan jelas struktur dan
sistematika berpikir pengarangnya.Sehingga pengarang dapat melihat dengan jelas, dibagian
mana fakta, penilaian, argumentasi, atau ilustrasi tertentu dikemukakan, sehingga karangan
menjadi tepat.
kerangka karangan juga sebagai rencana kerja yang memuat garis-garis besar atau an
pokok pembicaraan sebuah karangan yang akan ditulis. Kerangka karangan ditulis dalam rangka
untuk menghindari adanya tumpang tindih pada bagian-bagian tertentu. Selain itu, susunan
penulisan yang bersifat konseptual, menyeluruh, terarah, logis, jelas, dan bersasaran dari target
pembacanya. kerangka karangan (outline) juga memudahkan kita dalam pembuatan karangan
yang lebih baik.
3.2. Saran
Agar kita dapat memperoleh karangan yang baik, logis, dan sistematis,maka kita harus
mmbuat kerangga terlebih dahulu.Karena dengan kerangka karangan kita bisa menghindari
penggarapan topik yang berulang-ulang,terhindar dari tumpang tindih pada bagian-bagian
tertentu. Selain itu, penyimpangan-penyimpangan dari topik pun dapat dihindarkan, dan juga
akan menjamin bahwa penulisan akan bersifat konseptual, menyeluruh, terarah, dan bersasaran
dari target pembacanya.
9
DAFTAR PUSTAKA
10
11