Anda di halaman 1dari 20

KONVENSI NASKAH II

Diajukan guna memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Sastra Indonesia dan
Pembelajarannya

Dosen Pengampu : Triwahyu Riyatuljannah, M.Pd.

Disusun oleh:

Nurmallina 32002.1.0001

PROGRAM STRATA (S1)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT MADANI NUSANTARA

Jl. Lio Balandongan Sirnagalih (Beugeg) No.74 Kel.Cikondang Kec.Citamiang

Kota Sukabumi

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua selaku umatnya . Shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah “Bahasa Sastra
Indonesia dan Pembelajarannya”.

Ucapan terima kasih tidak lupa penulis haturkan kepada rekan-rekan atas
bantuan dan partisipasinya sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Adapun isi makalah ini tentang “Pengorganisasian Naskah”

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dikatakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan penulis. Akhir kata penulis ucapkan
mohon maaf jika dalam proses penulisan makalah ini banyak kekurangannya.
Besar harapan penulis makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Sukabumi, 18 Maret 2023

Penulis

i
KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................2

A. Pengertian Konvensi Naskah.....................................................................2


B. Syarat Formal Penulisan Naskah...............................................................3
BAB III PENUTUP.............................................................................................16

A. Simpulan....................................................................................................16
B. Saran..........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan tema sebuah karangan tergantung dari kerangka karangan


yang telah digarap sebelumnya, beserta perincian-perinciannya yang dilakukan
kemudian.

Perincian dalam kerangka karangan dapat diarahkan kepada pembentukan


bab-bab dan anak-anak bab, sedangkan perincian-perincian yang dilakukan
kemudian diarahkan kepada penetapan pokok-pokok utama dan pokok-pokok
bawahan yang akan menjadi inti atau gagasan utama alinea-alinea.

Demikian selanjutnya tiap gagasan utama alinea akan diperinci lagi menjadi
sebuah alinea. Entah berkedudukan sebagai alinea utama atau sebagai alinea bawahan.
Akhirnya harus diperhatikan pula bahwa struktur kalimat, pilihan kata harus dibuat
sedemikian sehingga apa yang dikatakan itu jelas, teratur, dan menarik.

Sebuah laporan yang teknis ilmiah tidak menghendaki gaya yang indah-
indah seperti halnya bidang politik dan kesusastraan. Namun kedua-duanya tetap harus
dituangkan dalam bentuk dan gaya yang menarik.

Sebuah karangan yang final, tidak hanya menuntut persyaratan material


atau persyaratan isi. Sebuah karangan juga menuntut suatu persyaratan lain yaitu
persyaratan formal, bagaimana supaya bentuk atau wajah dan karangan itu, sehingga
kelihatan indah serta menarik.

B. Rumusan Masalah
1. Ada pengertian konvensi naskah?
2. Bagaimana syarat formal penulisan naskah?
C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian dari konvensi naskah
2. Untuk memahami syarat formal penulisan naskah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konvensi Naskah

Jika dilihat dari kata pertama, naskah dapat diartikan sebagai konsep


karangan, dimana karangan tersebut mengandung keaslian yang tinggi. Dapat
pula dikatakan sebagai karangan yang akan dicetak atau akan diterbitkan.
Adapun yang dimaksud konvensi naskah penulisan naskah karangan ilmiah
yang berdasarkan kebiasaan, aturan yang sudah lazim, dan sudah disepakati.
Konvensi penulisan naskah yang sudah lazim mencangkup aturan pengetikan,
pengorganisasian materi utama, pengorganisasian materi pelengkap, bahasa,
dan kelengkapan penulisan lainnya.

Naskah merupakan artikel, dan artikel merupakan karya tulis. Jadi


artikel ilmiah merupakan karya yulis yang dirancang untuk dimuat dalam
jurnal atau buku kempulan artikel yang ditulis dengan tata cara ilmiah dan
mengikuti pedoman atau konvensi ilmiah yang telah di sepakati atau
diterapkan.

Artikel Ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa, dosen, pustakawan,


peneliti, dan penulis lainnya dapat diangkat dari hasil penelitian lapangan,
hasil pemikiran, dan kajian pustaka, atau hasil dari pengembangan proyek dsb.

Berdasarkan sistematika penulisan dan isinya, dapat dikelompokkan


menjadi dua macam, yaitu:

1. Artikel hasil penelitian, dan


2. Artikel nonpenelitian.

Mahasiswa penulis : Tugas Akhir, Skripsi, Tesis, Desertasi dianjurkan


menulis kembali karyanya dalam bentuk artikel untuk diterbitkan dalam jurnal
penelitian.

2
Makalah adalah karya tulis yang memuat pemikiran tentang suatu
masalah atau topik tertentu yang ditulis secara sistematis dan runtut dengan
disertai analisis yang logis dan obyektif. 

Laporan penelitian adalah karya tulis yang berisi paparan tentang


proses dan hasil-hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan penelitian. Oleh
karna itu, Naskah penelitian ialah draft laporan ilmiah.

Adapun jenis-jenis naskah sebagai berikut:

1. Naskah Formal, adalah Suatu naskah yang memenuhi semua persyaratan


yang dituntut oleh konvensi.

2. Naskah Semi-Formal, adalah suatu naskah yang tidak memenuhi semua


persyaratan yang dituntut oleh konvensi.

3. Naskah Informal, adalah suatu naskah yang tidak memenuhi semua


persyaratan yang dituntut oleh konvensi

B. Syarat Formal Penulisan Sebuah Naskah

Dalam menyusun sebuah karangan perlu adanya pengorganisasian


karangan. Pengorganisasian karangan adalah penyusunan seluruh unsur
karangan menjadi satu kesatuan karangan dengan berdasarkan persyaratan
formal kebahasaan yang baik, benar, cermat, logis: penguasaan, wawasan
keilmuan bidang kajian yang ditulis secara memadai; dan format pengetikan
yang sistematis. Persyaratan formal (bentuk lahiriah) yang harus dipenuhi
sebuah karya menyangkut tiga bagian utama, yaitu: Bagian pelengkap
pendahuluan, isi karangan, dan bagian pelengkap penutup.

Unsur-unsur dalam Penulisan Sebuah Karangan:

1) Bagian Pelengkap Pendahuluan

Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman


pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini

3
harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus
berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih
menarik.

a. Judul Pendahuluan (Judul Sampul) dan Halaman Judul

Judul pendahuluan adalah nama karangan. Halaman judul pendahuluan


tidak mengandung apa-apa kecuali mencantumkan judul karangan atau judul
buku. Judul karangan atau judul buku ditulis dengan huruf kapital. Biasanya
letaknya di tengah halaman agak ke atas. Namun, variasi-variasi lain memang
kerap sekali dijumpai. 

Dalam pembuatan sebuah makalah atau skripsi, halaman judul


mencantumkan nama karangan, penjelasan adanya tugas, nama pengarang
(penyusun), kelengkapan identitas pengarang (nomor induk/registrasi, kelas,
nomor absen), nama unit studi (unit kerja), nama lembaga (jurusan, fakultas,
unversitas), nama kota, dan tahun penulisan.

Untuk memberikan daya tarik pembaca, penyusunan judul perlu


memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut:

1. Judul menggambarkan keseluruhan isi karangan.


2. Judul harus menarik pembaca baik makna maupun penulisannya.
3. Sampul: nama karangan, penulis, dan penerbit.
4. Halaman judul: nama karangan, penjelasan adanya tugas, penulis,
kelengkapan identitas pengarang, nama unit studi, nama lembaga, nama
kota, dan tahun penulisan (dalam pembuatan makalah atau skripsi).
5. Seluruh frasa ditulis pada posisi tengah secara simetri (untuk karangan
formal), atau model lurus pada margin kiri (untuk karangan yang tidak
terlalu formal).

Hal-hal yang harus dihindarkan dalam halaman judul karangan formal:

1. Komposisi tidak menarik.


2. Tidak estetik.

4
3. Hiasan gambar tidak relevan.
4. Variasi huruf jenis huruf.
5. Kata “ditulis (disusun) oleh.”
6. Kata “NIM/NRP.”
7. Hiasan, tanda-tanda, atau garis yang tidak berfungsi.
8. Kata-kata yang berisi slogan.
9. Ungkapan emosional.
10. Menuliskan kata-kata atau kalimat yang tidak berfungsi.

b. Halaman Persembahan

Bagian ini tidak terlalu penting. Bila penulis ingin memasukan


bagian ini, maka hal itu semata-mata dibuat atas pertimbangan penulis.
Persembahan ini jarang melebihi satu halaman, dan biasanya terdiri dari
beberapa kata saja, misalnya:

Kutulis novel ini

dengan cahaya cinta

untuk mahar menyunting belahan jiwa,

Muyasaratun Sa’idah binti KH. Muslim Djawahir, alm.

Rabbana hab lanaa min azwaajinaa wa dzurriyyaatinaa

Qurrata a’yuni waj’alnaa lil muttaqiina imaama. Amin.[3]

Bila penulis menganggap perlu memasukkan persembahan ini, maka


persembahan ini ditempatkan berhadapan dengan halaman belakang judul
buku, atau berhadapan dengan halaman belakang cover buku, atau juga
menyatu dengan halaman judul buku.

c. Halaman Pengesahan

5
Halaman pengesahan digunakan sebagai pembuktian bahwa karya
ilmiah yang telah ditanda-tangani oleh pembimbing, pembaca/penguji, dan
ketua jurusan telah memenuhi persyaratan administratif sebagai karya ilmiah.
Halaman pengesahan biasanya digunakan untuk penulisan skripsi, tesis, dan
disertasi, sedangkan makalah ilmiah, dan karangan lainnya (baik non-fiksi
maupun fiksi) tidak mengharuskan adanya halaman pengesahan. Penyusunan
pengesahan ditulis dengan memperhatikan persyaratan formal urutan dan tata
letak unsur-unsur yang harus tertulis di dalamnya.

Judul skripsi seluruhnya ditulis dengan huruf kapital pada posisi tengah
antara margin kiri dan kanan. Nama lengkap termasuk gelar akademis
pembimbing materi/teknis, pembaca/penguji, dan ketua program jurusan
ditulis secara benar dan disusun secara simetri kiri-kanan dan atas-bawah.
Skripsi diajukan kepada sidang penguji akademis setelah disetujui oleh
pembimbing dan pembaca/penguji. Penulis skripsi dinyatakan lulus jika
skripsinya telah diuji di hadapan sidang terbuka/tertutup dan telah ditanda-
tangani oleh semua nama yang tercantum dalam halaman pengesahan. Nama
kota dan tanggal pengesahan ditulis di atas kata ketua jurusan.

Hal-hal yang harus dihindarkan:

1. Menggaris-bawahi nama dan kata-kata lainnya.


2. Menggunakan titik atau koma pada akhir nama.
3. Tulisan melampaui garis tepi.
4. Menulis nama tidak lengkap.
5. Menggunakan huruf yang tidak standar.
6. Tidak mencantumkan gelar akademis.  

d. Kata Pengantar

Kata pengantar fungsinya sama dengan sebuah surat pengantar. Kata


pengantar adalah bagian karangan yang berisi penjelasan mengapa menulis
sebuah karangan. Setiap karangan ilmiah, seperti: buku, skripsi, tesis,

6
disertasi, makalah, atau laporan formal ilmiah harus menggunakan kata
pengantar. Di dalamnya disajikan informasi sebagai berikut:

1. Ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.


2. Penjelasan adanya tugas penulisan karya ilmiah (untuk skripsi, tesis,
disertasi, atau laporan formal ilmiah).
3. Penjelasan pelaksanaan penulisan karya ilmiah (untuk skripsi, tesis,
disertasi, atau laporan formal ilmiah).
4. Penjelasan adanya bantuan, bimbingan, dan arahan dari seseorang,
sekolompok orang, atau organisasi/lembaga.
5. Ucapan terima kasih kepada seseorang, sekolompok orang, atau
organisasi/lembaga yang membantu.
6. Penyebutan nama kota, tanggal, bulan, tahun, dan nama lengkap penulis,
tanpa dibubuhi tanda-tangan.
7. Harapan penulis atas karangan tersebut.
8. Manfaat bagi pembaca serta kesediaan menerima kritik dan saran.

Kata pengantar merupakan bagian dari keseluruhan karya ilmiah.


Sifatnya formal dan ilmiah. Oleh karena itu, kata pengantar harus ditulis
dengan Bahasa Indonesia yang baku, baik, dan benar. Isi kata pengantar tidak
menyajikan isi karangan, atau hal-hal lain yang tertulis dalam pendahuluan,
tubuh karangan, dan kesimpulan. Sebaliknya, apa yang sudah tertulis dalam
kata pengantar tidak ditulis ulang dalam isi karangan.

Hal-hal yang harus dihindarkan:

1. Menguraikan isi karangan.


2. Mengungkapkan perasaan berlebihan.
3. Menyalahi kaidah bahasa.
4. Menunjukkan sikap kurang percaya diri.
5. Kurang meyakinkan.
6. Kata pengantar terlalu panjang.
7. Menulis kata pengantar semacam sambutan.

7
8. Kesalahan bahasa: ejaan, kalimat, paragraf, diksi, dan tanda baca tidak
efektif.
e. Daftar Isi

Daftar isi adalah bagian pelengkap pendahuluan yang memuat garis


besar isi karangan ilmiah secara lengkap dan menyeluruh, dari judul sampai
dengan riwayat hidup penulis sebagaimana lazimnya sebuah konvensi naskah
karangan. Daftar isi berfungsi untuk merujuk nomor halaman judul bab, sub-
bab, dan unsur- unsur pelengkap dari sebuah buku yang bersangkutan.

Daftar isi disusun secara konsisten baik penomoran, penulisan, maupun


tata letak judul bab dan judul sub-sub bab. Konsistensi ini dipengaruhi oleh
bentuk yang digunakan.

f. Daftar Gambar

Bila dalam buku itu terdapat gambar-gambar, maka setiap gambar


yang tercantum dalam karangan harus tertulis didalam daftar gambar. Daftar
gambar menginformasikan: judul gambar, dan nomor halaman.

g. Daftar Tabel 

Bila dalam buku itu terdapat tabel-tabel, maka setiap tabel yang tertulis
dalam karangan harus tercantum dalam daftar tabel. Daftar tabel ini
menginformasikan: nama tabel dan nomor halaman.

1. Bagian Isi Karangan

Bagian isi karangan sebenarnya merupakan inti dari karangan atau


buku; atau secara singkat dapat dikatakan karangan atau buku itu sendiri.

a. Pendahuluan

Pendahuluan adalah bab I karangan. Tujuan utama pendahuluan adalah


menarik perhatian pembaca, memusatkan perhatian pembaca terhadap

8
masalah yang dibicarakan, dan menunjukkan dasar yang sebenarnya dari
uraian itu. Pendahuluan terdiri dari latar belakang, masalah, tujuan
pembahasan, pembatasan masalah, landasan teori, dan metode pembahasan.
Kesuluruhan isi pendahuluan mengantarkan pembaca kepada materi yang
akan dibahas, dianalisis-sintesis, dideskripsi, atau diuraikan dalam bab kedua
sampai bab terakhir.

Untuk menulis pendahuluan yang baik, penulis perlu memperhatikan pokok-


pokok yang harus tertuang dalam masing-masing unsur pendahuluan sebagai
berikut:

1)      Latar belakang masalah, menyajikan:

Penalaran (alasan) yang menimbulkan masalah atau pertanyaan yang


akan diuraikan jawabannya dalam bab pertengahan antara
pendahuluan dan kesimpulan dan dijawab atau ditegaskan dalam
kesimpulan. Untuk itu, arah penalaran harus jelas, misalnya deduktif,
sebab-akibat, atau induktif.
Kegunaan praktis hasil analisis, misalnya: memberikan masukan bagi
kebijakan pimpinan dalam membuat keputusan, memberikan acuan
bagi pengembangan sistem kerja yang akan datang.
Pengetahuan tentang studi kepustakaan, gunakan informasi mutakhir
dari buku-buku ilmiah, jurnal, atau internet yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penulis hendaklah
mengupayakan penggunaan buku-buku terbaru.
Pengungkapan masalah utama secara jelas dalam bentuk pertanyaan,
gunakan kata tanya yang menuntut adanya analisis, misalnya:
bagaimana...., mengapa.....
Tidak menggunakan kata apa karena tidak menuntut adanya analisis,
cukup dijawab dengan ya atau tidak.

2)      Tujuan penulisan berisi:

9
Target, sasaran, atau upaya yang hendak dicapai, misalnya:
mendeskripsikan hubungan X terhadap Y; membuktikan bahwa
budaya tradisi dapat dilestarikan dengan kreativitas baru;
menguraikan pengaruh X terhadap Y.
Upaya pokok yang harus dilakukan, misalnya: mendeskripsikan data
primer tentang kualitas budaya tradisi penduduk asli Jakarta;
membuktikan bahwa pembangunan lingkungan pemukiman kumuh
yang tidak layak huni memerlukan bantuan pemerintah.
Tujuan utama dapat dirinci menjadi beberapa tujuan sesuai dengan
masalah yang akan dibahas. Jika masalah utama dirinci menjadi dua,
tujuan juga dirinci menjadi dua.

3)      Ruang lingkup masalah berisi:

Pembatasan masalah yang akan dibahas.


Rumusan detail masalah yang akan dibahas.
Definisi atau batasan pengertian istilah yang tertuang dalam setiap
variabel. Pendefinisian merupakan suatu usaha yang sengaja
dilakukan untuk mengungkapkan suatu benda, konsep, proses,
aktivitas, peristiwa, dan sebagainya dengan kata-kata.
 
4)      Landasan teori menyajikan:

Deskripsi atau kajian teoritik variabel X tentang prinsip-prinsip teori,


pendapat ahli dan pendapat umum, hukum, dalil, atau opini yang
digunakan sebagai landasan pemikiran kerangka kerja penelitian dan
penulisan sampai dengan kesimpulan atau rekomendasi.
Penjelasan hubungan teori dengan kerangka berpikir dalam
mengembangkan konsep penulisan, penalaran, atau alasan
menggunakan teori tersebut.

5)      Sumber data penulisan berisi:

Sumber data sekunder dan data primer.

10
Kriteria penentuan jumlah data.
Kriteria penentuan mutu data.
Kriteria penentuan sample.
Kesesuaian data dengan sifat dan tujuan pembahasan.

6)      Metode dan teknik penulisan berisi:

Penjelasan metode yang digunakan dalam pembahasan, misalnya:


metode kuantitatif, metode deskripsi, metode komparatif, metode
korelasi, metode eksploratif, atau metode eksperimental.
Teknik penulisan menyajikan cara pengumpulan data seperti
wawancara, observasi, dan kuisioner; analisis data, hasil analisis data,
dan kesimpulan.

7)      Sistematika penulisan berisi:

Gambaran singkat penyajian isi pendahuluan, pembahasan utama, dan


kesimpulan.
Penjelasan lambang-lambang, simbol-simbol, atau kode (kalau ada).

b. Tubuh Karangan

Tubuh karangan atau bagian utama karangan merupakan inti karangan


berisi sajian pembahasan masalah. Bagian ini menguraikan seluruh masalah
yang dirumuskan pada pendahuluan secara tuntas (sempurna). Di sinilah
terletak segala masalah yang    akan dibahas secara sistematis. Kesempurnaan
pembahasan diukur berdasarkan kelengkapan unsur-unsur berikut ini:

1) Ketuntasan materi:

Materi yang dibahas mencakup seluruh variabel yang tertulis pada


kalimat tesis, baik pembahasan yang berupa data sekunder (kajian teoretik)
maupun data primer. Pembahasan data primer harus menyertakan pembuktian
secara logika, fakta yang telah dianalisis atau diuji kebenarannya, contoh-
contoh, dan pembuktian lain yang dapat mendukung ketuntasan pembenaran.

11
2) Kejelasan uraian/deskripsi:
 Kejelasan konsep:
Konsep adalah keseluruhan pikiran yang terorganisasi secara utuh,
jelas, dan tuntas dalam suatu kesatuan makna. Untuk itu, penguraian dari bab
ke sub-bab, dari sub-bab ke detail yang lebih rinci sampai dengan uraian perlu
memperhatikan kepaduan dan koherensial, terutama dalam menganalisis,
menginterpretasikan (manafsirkan) dan menyintesiskan dalam suatu
penegasan atau kesimpulan. Selain itu, penulis perlu memperhatikan
konsistensi dalam penomoran, penggunaan huruf, jarak spasi, teknik kutipan,
catatan pustaka, dan catatan kaki.

 Kejelasan bahasa:

Kejelasan dan ketetapan pilihan kata yang dapat diukur kebenarannya.


Untuk mewujudkan hal itu, kata lugas atau kata denotatif lebih baik daripada
kata konotatif atau kata kias (terkecuali dalam pembuatan karangan fiksi, kata
konotatif atau kata kias sangat diperlukan).

Kejelasan makna kalimat tidak bermakna ganda, menggunakan


struktur kalimat yang betul, menggunakan ejaan yang baku, menggunakan
kalimat efektif, menggunakan koordinatif dan subordinatif secara benar.

Kejelasan makna paragraf dengan memperhatikan syarat-syarat


paragraf: kesatuan pikiran, kepaduan, koherensi (dengan repetisi, kata ganti,
paralelisme, kata transisi), dan menggunakan pikiran utama, serta
menunjukkan adanya penalaran yang logis (induktif, deduktif, kausal,
kronologis, spasial). 

 Kejelasan penyajian dan fakta kebenaran fakta:

Kejelasan penyajian fakta dapat diupayakan dengan berbagai cara,


antara lain: penyajian dari umum ke khusus, dari yang terpenting ke kurang

12
penting; kejelasan urutan proses. Untuk menunjang kejelasan ini perlu
didukung dengan gambar, grafik, bagan, tabel, diagram, dan foto-foto.
Namun, kebenaran fakta sendiri harus diperhatikan kepastiannya.

Hal-hal lain yang harus dihindarkan dalam penulisan karangan (ilmiah):

o Subjektivitas dengan menggunakan kata-kata: saya pikir, saya rasa,


menurut pengalaman saya, dan lain-lain. Atasi subjektivitas ini dengan
menggunakan: penelitian membuktikan bahwa…, uji laboratorium
membuktikan bahwa…, survei membuktikan bahwa…,
o Kesalahan: pembuktian pendapat tidak mencukupi, penolakan konsep
tanpa alasan yang cukup, salah nalar, penjelasan tidak tuntas, alur pikir
(dari topik sampai dengan simpulan) tidak konsisten, pembuktian dengan
prasangka atau berdasarkan kepentingan pribadi, pengungkapan maksud
yang tidak jelas arahnya, definisi variabel tidak (kurang) operasional,
proposisi yang dikembangkan tidak jelas, terlalu panjang, atau bias, uraian
tidak sesuai dengan judul.

c. Kesimpulan

Kesimpulan atau simpulan merupakan bagian terakhir atau penutup


dari isi karangan, dan juga merupakan bagian terpenting sebuah karangan
ilmiah. Pembaca yang tidak memiliki cukup waktu untuk membaca naskah
seutuhnya cenderung akan membaca bagian-bagian penting saja, antara lain
kesimpulan. Oleh karena itu, kesimpulan harus disusun sebaik mungkin.
Kesimpulan harus dirumuskan dengan tegas sebagai suatu pendapat pengarang
atau penulis terhadap masalah yang telah diuraikan.

Penulis dapat merumuskan kesimpulannya dengan dua cara:


 Dalam tulisan-tulisan yang bersifat argumentatif, dapat dibuat ringkasan-
ringkasan argumen yang penting dalam bentuk dalil-dalil (atau tesis-
tesis), sejalan dengan perkembangan dalam tubuh karangan itu.

13
 Untuk kesimpulan-kesimpulan biasa, cukup disarikan tujuan atau isi
yang umum dari pokok-pokok yang telah diuraikan dalam tubuh
karangan itu.

d. Bagian Pelengkap Penutup

Bagian pelengkap penutup juga merupakan syarat-syarat formal bagi


suatu karangan ilmiah.

a) Daftar pustaka (Bibliografi)

Setiap karangan ilmiah harus menggunakan data pustaka atau catatan


kaki dan dilengkapi dengan daftar bacaan. Daftar pustaka (bibliografi) adalah
daftar yang berisi judul buku, artikel, dan bahan penerbitan lainnya yang
mempunyai pertalian dengan sebuah atau sebagian karangan.

Unsur-unsur daftar pustaka meliputi:

 Nama pengarang: penulisannya dibalik dengan menggunakan koma.


 Tahun terbit.
 Judul buku: penulisannya bercetak miring.
 Data publikasi, meliputi tempat/kota terbit, dan penerbit..
 Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel, nama majalah,
jilid, nomor, dan tahun terbit.
Contoh: Tarigan, Henry. 1990. Membaca sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. (Banyak versi lainnya,
misal: Sistem Harvard, Sistem Vancover, dan lain-lain)

Keterangan:

 Jika buku itu disusun oleh dua pengarang, nama pengarang kedua
tidak perlu dibalik.
 Jika buku itu disusun oleh lembaga, nama lembaga itu yang dipakai
untuk menggantikan nama pengarang.

14
 Jika buku itu merupakan editorial (bunga rampai), nama editor yang
dipakai dan di belakangnya diberi keterangan ed. ‘editor’
 Nama gelar pengarang lazimnya tidak dituliskan.
 Daftar pustaka disusun secara alfabetis berdasarkan urutan huruf awal
nama belakang pengarang.

b) Lampiran (Apendix)

Lampiran (apendix) merupakan suatu bagian pelengkap yang


fungsinya terkadang tumpang tindih dengan catatan kaki. Bila penulis ingin
memasukan suatu bahan informasi secara panjang lebar, atau sesuatu
informasi yang baru, maka dapat dimasukkan dalam lampiran ini. Lampiran
ini dapat berupa esai, cerita, daftar nama, model analisis, dan lain-lain.
Lampiran ini disertakan sebagai bagian dari pembuktian ilmiah. Penyajian
dalam bentuk lampiran agar tidak mengganggu pembahasan jika disertakan
dalam uraian.

c) Indeks

Indeks adalah daftar kata atau istilah yang digunakan dalam uraian
dan disusun secara alfabetis (urut abjad). Penulisan indeks disertai nomor
halaman yang mencantumkan penggunaan istilah tersebut. Indeks berfungsi
untuk memudahkan pencarian kata dan penggunaannya dalam pembahasan.

d) Riwayat Hidup Penulis

Buku, skripsi, tesis, disertasi perlu disertai daftar riwayat hidup. Dalam
skripsi menuntut daftar RHP lebih lengkap. Daftar riwayat hidup merupakan
gambaran kehidupan penulis atau pengarang. Daftar riwayat hidup meliputi:
nama penulis, tempat tanggal lahir, pendidikan, pengalaman berorganisasi atau
pekerjaan, dan karya-karya yang telah dihasilkan oleh penulis.

15
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Jadi, aspek - aspek konvensi karya ilmiah adalah hal - hal yang
menjadi kesepakatan bersama dalam penulisan karya ilmiah. Aspek - aspek
tersebut meliputi hal - hal berikut :

 Bentuk karangan
 Bagian - bagian karangan
 Bahan dan jumlah halaman
 Perwajahan
 Penomoran, dan
 Penyajian

B. Saran

Dengan penulisan makalah ini diharapkan kepada seluruh pembaca agar lebih
bersemangat dan lebih mendalami mata kuliah Bahasa Sastra Indonesia dan
Pembelajarannya. Penulis menyadari bahwasanya tulisan yang sederhana ini
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran serta kritikan sangat diharapkan
yang bersifat membangun demi kesempurnaan tulisan ini sangat penulis.

16
DAFTAR PUSTAKA

Prasojo , Prapto. 2015. Konvensi Naskah.


https://praptoprasojo.wordpress.com/2015/01/13/konvensi-naskah/ (Januari,
2015).

Azizi, Ahmad Aqil. 2012. Konvensi Naskah.


http://yumiezhaa.blogspot.com/2012/04/makalah-konvensi-naskah.html
(April, 2012).

17

Anda mungkin juga menyukai