Anda di halaman 1dari 19

MODUL PERKULIAHAN

Bahasa Indonesia

Konvensi Naskah dan Sistematika Karya


Tulis Ilmiah

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

03
FEB, BAHASA, Semua Program 190001007 Tim Dosen
TEKNIK, DAN DKV Studi

Abstract Kompetensi
Pada pertemuan ke-3 Mata Kuliah Mahasiswa memahami dan dapat
Bahasa Indonesia, dijelaskan ihwal mengidentifikasi bagian-bagian
konvensi naskah dan sistematika dalam sebuah karya ilmiah mulai
karya tulis ilmiah dari abstrak, latar belakang masalah,
tujuan penelitian, metode, hasil dan
pembahasan, simpulan.
Konvensi Naskah

Dalam pembuatan naskah yang baik tergantung dari kerangka karangan yang telah
digarap sebelumnya, beserta perincian-perinciannya yang telah dilakukan kemudian.
Perincian dari kerangka karangan akan menghasilkan suatu bab-bab dan sub-sub bab. Dari
bab-bab dan sub-sub bab ini akan menghasilkan pokok-pokok pikiran atau gagasan utama
dalam sebuah paragraf atau alinea. Dalam pembuatan naskah yang baik juga kita harus
memperhatikan struktur kalimat dan pilihan kata (diksi) yang dibuat sedemikian rupa,
sehingga apa yang kita tulis itu jelas, teratur dan menarik. Namun, ada hal yang lebih
penting dari semua hal yang telah diuraikan di atas. Sebuah karangan juga menuntut suatu
persyaratan lain yaitu persyaratan formal; bagaimana supaya bentuk atau wajah dari
karangan itu, sehingga kelihatan tampak lebih indah dan menarik. Persyaratan formal ini
meliputi bagian-bagian pelengkap dan kebiasaan-kebiasaan yang harus diikuti dalam dunia
kepenulisan. Semua persyaratan ini secara umum disebut dengan konvensi naskah.
Konvensi naskah adalah penulisan sebuah naskah berdasarkan ketentuan, aturan yang
sudah lazim, dan sudah disepakati.

Dari segi persyaratan formal ini, dapat dibedakan lagi karya yang dilakukan secara
formal, semi-formal, dan non-formal. Yang dimaksud dengan formal adalah bahwa suatu
karya memenuhi semua persyaratan lahiriah yang dituntut oleh konvensi. Sebaliknya, semi-
formal yaitu bila sebuah karangan tidak memenuhi semua persyaratan lahiriah yang dituntut
konvensi. Sedangkan non-formal yaitu bila bentuk sebuah karangan tidak memenuhi syarat-
syarat formalnya.

A. Definisi Konvensi Naskah

1) Pengertian Konvensi

Konvensi adalah hukum dasar yang tidak tertulis yangmerupakan aturan-aturan dasar yang
timbul dan terpelihara dalam praktek penyenggaaraan Negara meskipun tidak tertulis.
Konvensi (convention) dapat merujuk pada:

1) Konvensi (rapat), suatu rapat besar.

2) Kovensi (norma), suatu kumpulan norma yang diterima umum.

3) Traktat, perjanjian dan lain-lain.

Selanjutnya, Konvensi ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

‘20 Mata Kuliah Bahasa Indonesia Biro Akademik dan Pembelajaran


2 Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
1) Merupakan kebiasaan yang berulang kali dan terpelihara dakam praktik
penyelenggaraannya.

2) Tidak bertentangan dengan undang-undang dasar dan berjalan sejajar.

3) Diterima oleh seluruh rakyat.

4) Bersifat sebagai pelengkap, sehingga memungkinkan sebagai aturan-aturan dasar yang


tidak terdapat dalam undang-undang dasar.

2. Pengertian Naskah

Naskah merupakan salah satu objek kajian filologi, Naskah sendiri memiliki sedikit
perbedaan pengertian, tetapi tidak keluar dari pengertian pokoknya. Berikut dibahas
beberapa pengertian naskah menurut para ahli.

1) Menurut Poerwadarminta naskah adalah karangan tulisan tangan baik yang asli maupun
salinannya.
2) Menurut Djamaris naskah adalah semua peninggalan tertulis nenek moyang pada kertas
lontar, kulit kayu, dan rotan.
3) Menurut Baroroh-Baried naskah adalah semua bahan tulisan tangan dari bahasa latin
codex, jamaknya codies.
4) Menurut Baried naskah adalah tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan
pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya bangsa masa lampau.
5) Menurut Onions naskah dapan dianggap padanan kata mautranskrip.
6) Dalam KBBI naskah adalah karangan yang masih ditulis dengan tangan.
7) Menurut Lala H.S. naskah adalah karangan yang ditulis tangan; karya tulis dengan
tangan atau diketik yang digunakan sebagai dasar pencetakan naskah itu.

Berdasarkan beberapa pengertian ahli di atas, naskah dapat diartikan sebagai


konsep karangan dimana karangan tersebu mengandung keaslian tinggi. Atau dengan kata
lain dapat diartikan sebagai karangan yang akan dicetak atau diterbitkan.

‘20 Mata Kuliah Bahasa Indonesia Biro Akademik dan Pembelajaran


3 Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
3. Syarat Formal Penulisan Sebuah Naskah

Dalam menyusun sebuah karangan perlu adanya pengorganisasian karangan.


Pengorganisasian karangan adalah penyusunan seluruh unsur karangan menjadi satu
kesatuan karangan dengan berdasarkan persyaratan formal kebahasaan yang baik, benar,
cermat, logis: penguasaan, wawasan keilmuan bidang kajian yang ditulis secara memadai;
dan format pengetikan yang sistematis. Persyaratan formal (bentuk lahiriah) yang harus
dipenuhi sebuah karya menyangkut tiga bagian utama, yaitu: Bagian pelengkap
pendahuluan, isi karangan, dan bagian pelengkap penutup

Apabila kita pahami lebih jauh, naskah erat kaitannya dengan artikel karena naskah
merupakan bagian dari artikel. Selanjutnya artikel merupakan bagian dari karya tulis ilmiah.
Dengan demikian, karya tulis ilmiah terdiri dari berbagai naskah yang dimuat dalam artikel
baik hasil penelitian maupun nonpenelitian. Untuk membuat sebuah naskah yang baik,
sebelumnya kita harus membuat kerangka karangan terlebih dahulu. Dalam kerangka
karangan akan terlihat bab-bab, sub-sub bab yang mengandung ide-ide pokok dari suatu
naskah. Setelah itu pengembanganpun akan mudah dilakukan dan naskah yang dihasilkan
sistematis.

Selain hal di atas, dalam pembuatan naskah juga harus memperhatikan struktur
kalimat dan pilihan kata/diksi, agar naskah yangkita tulis itu jelas, teratur dan menarik untuk
di baca. Hal terpenting lainnya adalah naskah harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti
persyaratan formal. Persyaratan formal mensyaratkan naskah supaya bentuk atau wajah
tampak menarik dan indah. Persyaratan formal ini meliputi bagian-bagian pelengkap dan
kebiasaan-kebiasaan yang harus diikuti dalam dunia kepenulisan yang umum disebut
konvensi naskah. Konvensi naskah adalah penulisan sebuah naskah berdasarkan
ketentuan, aturan yang sudah lazim, dan sudah disepakati.

Pengertian Konvensi Naskah

Konvensi naskah adalah penulisan naskah karangan ilmiah yang berdasarkan


kebiasaan atau aturan yang sudah lazim dan sudah disepakati secara nasional maupun
internasional. Konvensi naskah karya ilmiah adalah peraturan atau aturan yang telah
disepakati bersama oleh suatu lembaga tertentu atau beberapa lembaga yang menyangkut
seperangkat cara dan bahan yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah, misalnya,
laporan penelitian, skripsi, tesis, dan lain-lain. Ada beberapa bagian dalam konvensi

‘20 Mata Kuliah Bahasa Indonesia Biro Akademik dan Pembelajaran


4 Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
naskah yaitu bagian pelengkap pendahuluan, bagian isi karangan, dan bagian pelengkap
penutup.

Sistematika Karya Tulis Ilmiah


Bagian Pelengkap Pendahuluan

Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan


sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai
bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu
dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik.

1. Judul Pendahuluan (Judul Sampul) dan Halaman Judul

Judul pendahuluan adalah nama karangan. Halaman judul pendahuluan tidak


mengandung apa-apa kecuali mencantumkan judul karangan atau judul buku. Judul
karangan atau judul buku ditulis dengan huruf kapital. Biasanya letaknya di tengah halaman
agak ke atas. Namun, variasi-variasi lain memang kerap sekali dijumpai. Dalam pembuatan
sebuah makalah atau skripsi, halaman judul mencantumkan nama karangan, penjelasan
adanya tugas, nama pengarang (penyusun), kelengkapan identitas pengarang (nomor
induk/registrasi, kelas, nomor absen), nama unit studi (unit kerja), nama lembaga (jurusan,
fakultas, unversitas), nama kota, dan tahun penulisan. Untuk memberikan daya tarik
pembaca, penyusunan judul perlu memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut:

1) Judul menggambarkan keseluruhan isi karangan.


2) Judul harus menarik pembaca baik makna maupun penulisannya.
3) Sampul: nama karangan, penulis, dan penerbit.
4) Halaman judul: nama karangan, penjelasan adanya tugas, penulis, kelengkapan
identitas pengarang, nama unit studi, nama lembaga, nama kota, dan tahun
penulisan (dalam pembuatan makalah atau skripsi).
5) Seluruh frasa ditulis pada posisi tengah secara simetri (untuk karangan formal), atau
model lurus pada margin kiri (untuk karangan yang tidak terlalu formal).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan makalah atau skripsi pada
halaman judul:

1) Judul diketik dengan huruf kapital, misalnya:

DAMPAK COVID-19 TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DI KELURAHAN PADASUKA


KEC. CIMENYAN KABUPATEN BANDUNG

‘20 Mata Kuliah Bahasa Indonesia Biro Akademik dan Pembelajaran


5 Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
2) Penjelasan tentang tugas disusun dalam bentuk kalimat, misalnya:

Makalah ini Disusun untuk Melengkapi Ujian Akhir Mata Kuliah Bahasa Indonesia Semester
Ganjil Tahun Pelajaran 2020/2021

Atau

Skripsi ini Diajukan untuk Melengkapi Ujian Sarjana Ekonomi pada

Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama

3) Nama penulis ditulis dengan huruf kapital, di bawah nama dituliskan Nomor Induk
Mahasiswa (NIM), misalnya:

INDAH AYU LESTARI

16708285

4) Logo universitas untuk makalah, skripsi, tesis, dan disertasi; makalah ilmiah tidak
diharuskan menggunakan logo.
5) Data institusi mahasiswa mencantumkan program studi, jurusan, fakultas, unversitas,
nama kota, dan tahun ditulis dengan huruf kapital, misalnya:

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN

UNIVERSITAS WIDYATAMA

BANDUNG

2020

Hal-hal yang harus dihindarkan dalam halaman judul karangan formal:

1) Komposisi tidak menarik.

2) Tidak estetik.

3) Hiasan gambar tidak relevan.

‘20 Mata Kuliah Bahasa Indonesia Biro Akademik dan Pembelajaran


6 Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
4) Variasi huruf jenis huruf.

5) Kata “ditulis (disusun) oleh.”

6) Kata “NIM/NPM.”

7) Hiasan, tanda-tanda, atau garis yang tidak berfungsi.

8) Kata-kata yang berisi slogan.

9) Ungkapan emosional.

10) Menuliskan kata-kata atau kalimat yang tidak berfungsi.

2. Halaman Persembahan

Bagian ini tidak terlalu penting. Bila penulis ingin memasukan bagian ini, maka hal itu
semata-mata dibuat atas pertimbangan penulis. Persembahan ini jarang melebihi satu
halaman, dan biasanya terdiri dari beberapa kata saja, misalnya:

Skripsi ini kupersembahkan dengan tulus untuk kedua orang tuaku ayahanda Drs. H.
Muhammad Ansori dan Ibunda Dra. Hj. Siti Robbiatul yang telah memberikan dukungan dan
doa.

Bila penulis menganggap perlu memasukkan persembahan ini, maka persembahan


ini ditempatkan berhadapan dengan halaman belakang judul buku, atau berhadapan dengan
halaman belakang cover buku, atau juga menyatu dengan halaman judul buku.

3. Halaman Pengesahan

Halaman pengesahan digunakan sebagai pembuktian bahwa karya ilmiah yang telah
ditanda-tangani oleh pembimbing, pembaca/penguji, dan ketua jurusan telah memenuhi
persyaratan administratif sebagai karya ilmiah. Halaman pengesahan biasanya digunakan
untuk penulisan skripsi, tesis, dan disertasi, sedangkan makalah ilmiah, dan karangan
lainnya (baik non-fiksi maupun fiksi) tidak mengharuskan adanya halaman pengesahan.
Penyusunan pengesahan ditulis dengan memperhatikan persyaratan formal urutan dan tata
letak unsur-unsur yang harus tertulis di dalamnya.

‘20 Mata Kuliah Bahasa Indonesia Biro Akademik dan Pembelajaran


7 Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
Judul skripsi seluruhnya ditulis dengan huruf kapital pada posisi tengah antara
margin kiri dan kanan. Nama lengkap termasuk gelar akademik pembimbing materi/teknis,
pembaca/penguji, dan ketua program jurusan ditulis secara benar dan disusun secara
simetri kiri-kanan dan atas-bawah. Skripsi diajukan kepada sidang penguji akademis setelah
disetujui oleh pembimbing dan pembaca/penguji. Penulis skripsi dinyatakan lulus jika
skripsinya telah diuji di hadapan sidang terbuka/tertutup dan telah ditanda-tangani oleh
semua nama yang tercantum dalam halaman pengesahan. Nama kota dan tanggal
pengesahan ditulis di atas kata ketua jurusan.

Adapun hal-hal yang perlu dihindari dalam penulisan lembar pengesahan adalah
sebagai berikut.

1) Menggaris-bawahi nama dan kata-kata lainnya.

2) Menggunakan titik atau koma pada akhir nama.

3) Tulisan melampaui garis tepi.

4) Menulis nama tidak lengkap.

5) Menggunakan huruf yang tidak standar.

6) Tidak mencantumkan gelar akademis.

4. Kata Pengantar

Kata pengantar fungsinya sama dengan sebuah surat pengantar. Kata pengantar
adalah bagian karangan yang berisi penjelasan mengapa menulis sebuah karangan. Setiap
karangan ilmiah, seperti: buku, skripsi, tesis, disertasi, makalah, atau laporan formal ilmiah
harus menggunakan kata pengantar. Di dalamnya disajikan informasi sebagai berikut:

1) Ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.


2) Penjelasan adanya tugas penulisan karya ilmiah (untuk skripsi, tesis, disertasi, atau
laporan formal ilmiah).
3) Penjelasan pelaksanaan penulisan karya ilmiah (untuk skripsi, tesis, disertasi, atau
laporan formal ilmiah).
4) Penjelasan adanya bantuan, bimbingan, dan arahan dari seseorang, sekolompok
orang, atau organisasi/lembaga.
5) Ucapan terima kasih kepada seseorang, sekolompok orang, atau
organisasi/lembaga yang membantu.
6) Penyebutan nama kota, tanggal, bulan, tahun, dan nama lengkap penulis, tanpa
dibubuhi tanda-tangan.

‘20 Mata Kuliah Bahasa Indonesia Biro Akademik dan Pembelajaran


8 Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
7) Harapan penulis atas karangan tersebut.
8) Manfaat bagi pembaca serta kesediaan menerima kritik dan saran.

Kata pengantar merupakan bagian dari keseluruhan karya ilmiah. Sifatnya formal
dan ilmiah. Oleh karena itu, kata pengantar harus ditulis dengan Bahasa Indonesia yang
baku, baik, dan benar. Isi kata pengantar tidak menyajikan isi karangan, atau hal-hal lain
yang tertulis dalam pendahuluan, tubuh karangan, dan kesimpulan. Sebaliknya, apa yang
sudah tertulis dalam kata pengantar tidak ditulis ulang dalam isi karangan.

Adapun hal-hal yang harus dihindari pada saat penulisan kata pengantar adalah
sebagai berikut.

1) Menguraikan isi karangan.

2) Mengungkapkan perasaan berlebihan.

3) Menyalahi kaidah bahasa.

4) Menunjukkan sikap kurang percaya diri.

5) Kurang meyakinkan.

6) Kata pengantar terlalu panjang.

7) Menulis kata pengantar semacam sambutan.

8) Kesalahan bahasa: ejaan, kalimat, paragraf, diksi, dan tanda baca tidak efektif.

5. Daftar Isi

Daftar isi adalah bagian pelengkap pendahuluan yang memuat garis besar isi
karangan ilmiah secara lengkap dan menyeluruh, dari judul sampai dengan riwayat hidup
penulis sebagaimana lazimnya sebuah konvensi naskah karangan. Daftar isi berfungsi untuk
merujuk nomor halaman judul bab, sub-bab, dan unsur- unsur pelengkap dari sebuah buku
yang bersangkutan. Daftar isi disusun secara konsisten baik penomoran, penulisan, maupun
tata letak judul bab dan judul sub-sub bab. Konsistensi ini dipengaruhi oleh bentuk yang
digunakan.

‘20 Mata Kuliah Bahasa Indonesia Biro Akademik dan Pembelajaran


9 Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
6. Daftar Gambar

Bila dalam buku itu terdapat gambar-gambar, maka setiap gambar yang tercantum
dalam karangan harus tertulis didalam daftar gambar. Daftar gambar menginformasikan:
judul gambar, dan nomor halaman.

7. Daftar Tabel

Bila dalam buku itu terdapat tabel-tabel, maka setiap tabel yang tertulis dalam
karangan harus tercantum dalam daftar tabel. Daftar tabel ini menginformasikan: nama tabel
dan nomor halaman.

BAGIAN ISI KARANGAN

Bagian isi karangan sebenarnya merupakan inti dari karangan atau buku; atau
secara singkat dapat dikatakan karangan atau buku itu sendiri.

1. Pendahuluan

Pendahuluan adalah bab I karangan. Tujuan utama pendahuluan adalah menarik


perhatian pembaca, memusatkan perhatian pembaca terhadap masalah yang dibicarakan,
dan menunjukkan dasar yang sebenarnya dari uraian itu. Pendahuluan terdiri dari latar
belakang, masalah, tujuan pembahasan, pembatasan masalah, landasan teori, dan metode
pembahasan. Kesuluruhan isi pendahuluan mengantarkan pembaca kepada materi yang
akan dibahas, dianalisis-sintesis, dideskripsi, atau diuraikan dalam bab kedua sampai bab
terakhir. Untuk menulis pendahuluan yang baik, penulis perlu memperhatikan pokok-pokok
yang harus tertuang dalam masing-masing unsur pendahuluan sebagai berikut:

1) Latar belakang masalah, perlu memperhatikan hal-hal berikut.


a. Penalaran (alasan) yang menimbulkan masalah atau pertanyaan yang akan
diuraikan jawabannya dalam bab pertengahan antara pendahuluan dan
kesimpulan dan dijawab atau ditegaskan dalam kesimpulan. Untuk itu, arah
penalaran harus jelas, misalnya deduktif, sebab-akibat, atau induktif.
b. Kegunaan praktis hasil analisis, misalnya: memberikan masukan bagi kebijakan
pimpinan dalam membuat keputusan, memberikan acuan bagi pengembangan
sistem kerja yang akan datang.

‘20 Mata Kuliah Bahasa Indonesia Biro Akademik dan Pembelajaran


10 Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
c. Pengetahuan tentang studi kepustakaan, gunakan informasi mutakhir dari buku-
buku ilmiah, jurnal, atau internet yang dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah. Penulis hendaklah mengupayakan penggunaan buku-buku terbaru.
d. Pengungkapan masalah utama secara jelas dalam bentuk pertanyaan, gunakan
kata tanya yang menuntut adanya analisis, misalnya: bagaimana....,
mengapa.....
e. Tidak menggunakan kata apa karena tidak menuntut adanya analisis, cukup
dijawab dengan ya atau tidak.
2) Tujuan penulisan berisi hal-hal berikut.
a. Target, sasaran, atau upaya yang hendak dicapai, misalnya: mendeskripsikan
hubungan X terhadap Y; membuktikan bahwa budaya tradisi dapat dilestarikan
dengan kreativitas baru; menguraikan pengaruh X terhadap Y.
b. Upaya pokok yang harus dilakukan, misalnya: mendeskripsikan data primer
tentang kualitas budaya tradisi penduduk asli Jakarta; membuktikan bahwa
pembangunan lingkungan pemukiman kumuh yang tidak layak huni memerlukan
bantuan pemerintah.
c. Tujuan utama dapat dirinci menjadi beberapa tujuan sesuai dengan masalah
yang akan dibahas. Jika masalah utama dirinci menjadi dua, tujuan juga dirinci
menjadi dua.
3) Ruang lingkup masalah berisi hal-hal berikut.
a. Pembatasan masalah yang akan dibahas.
b. Rumusan detail masalah yang akan dibahas.
c. Definisi atau batasan pengertian istilah yang tertuang dalam setiap variabel.
Pendefinisian merupakan suatu usaha yang sengaja dilakukan untuk
mengungkapkan suatu benda, konsep, proses, aktivitas, peristiwa, dan
sebagainya dengan kata-kata.
4) Landasan teori menyajikan:
a. Deskripsi atau kajian teoritik variabel X tentang prinsip-prinsip teori, pendapat
ahli dan pendapat umum, hukum, dalil, atau opini yang digunakan sebagai
landasan pemikiran kerangka kerja penelitian dan penulisan sampai dengan
kesimpulan atau rekomendasi.
b. Penjelasan hubungan teori dengan kerangka berpikir dalam mengembangkan
konsep penulisan, penalaran, atau alasan menggunakan teori tersebut.
5) Sumber data penulisan berisi hal-hal berikut.
a. Sumber data sekunder dan data primer.
b. Kriteria penentuan jumlah data.
c. Kriteria penentuan mutu data.

‘20 Mata Kuliah Bahasa Indonesia Biro Akademik dan Pembelajaran


11 Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
d. Kriteria penentuan sample.
e. Kesesuaian data dengan sifat dan tujuan pembahasan.
6) Metode dan teknik penulisan berisi:
a. Penjelasan metode yang digunakan dalam pembahasan, misalnya: metode
kuantitatif, metode deskripsi, metode komparatif, metode korelasi, metode
eksploratif, atau metode eksperimental.
b. Teknik penulisan menyajikan cara pengumpulan data seperti wawancara,
observasi, dan kuisioner; analisis data, hasil analisis data, dan kesimpulan.
7) Sistematika penulisan berisi:
a. Gambaran singkat penyajian isi pendahuluan, pembahasan utama, dan
kesimpulan.
b. Penjelasan lambang-lambang, simbol-simbol, atau kode (kalau ada).

2. Tubuh Karangan

Tubuh karangan atau bagian utama karangan merupakan inti karangan berisi sajian
pembahasan masalah. Bagian ini menguraikan seluruh masalah yang dirumuskan pada
pendahuluan secara tuntas (sempurna). Di sinilah terletak segala masalah yang akan
dibahas secara sistematis. Kesempurnaan pembahasan diukur berdasarkan kelengkapan
unsur-unsur berikut ini:¬¬

1) Ketuntasan materi:

Materi yang dibahas mencakup seluruh variabel yang tertulis pada kalimat tesis, baik
pembahasan yang berupa data sekunder (kajian teoretik) maupun data primer. Pembahasan
data primer harus menyertakan pembuktian secara logika, fakta yang telah dianalisis atau
diuji kebenarannya, contoh-contoh, dan pembuktian lain yang dapat mendukung ketuntasan
pembenaran.

2) Kejelasan uraian/deskripsi:
a) Kejelasan konsep:
Konsep adalah keseluruhan pikiran yang terorganisasi secara utuh, jelas, dan tuntas
dalam suatu kesatuan makna. Untuk itu, penguraian dari bab ke sub-bab, dari sub-
bab ke detail yang lebih rinci sampai dengan uraian perlu memperhatikan kepaduan
dan koherensial, terutama dalam menganalisis, menginterpretasikan (manafsirkan)
dan menyintesiskan dalam suatu penegasan atau kesimpulan. Selain itu, penulis
perlu memperhatikan konsistensi dalam penomoran, penggunaan huruf, jarak spasi,
teknik kutipan, catatan pustaka, dan catatan kaki.

‘20 Mata Kuliah Bahasa Indonesia Biro Akademik dan Pembelajaran


12 Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
b) Kejelasan bahasa:
Kejelasan dan ketetapan pilihan kata yang dapat diukur kebenarannya. Untuk
mewujudkan hal itu, kata lugas atau kata denotatif lebih baik daripada kata konotatif
atau kata kias (terkecuali dalam pembuatan karangan fiksi, kata konotatif atau kata
kias sangat diperlukan). Kejelasan makna kalimat tidak bermakna ganda,
menggunakan struktur kalimat yang betul, menggunakan ejaan yang baku,
menggunakan kalimat efektif, menggunakan koordinatif dan subordinatif secara
benar. Kejelasan makna paragraf dengan memperhatikan syarat-syarat paragraf:
kesatuan pikiran, kepaduan, koherensi (dengan repetisi, kata ganti, paralelisme, kata
transisi), dan menggunakan pikiran utama, serta menunjukkan adanya penalaran
yang logis (induktif, deduktif, kausal, kronologis, spasial).

c) Kejelasan penyajian dan fakta kebenaran fakta:


Kejelasan penyajian fakta dapat diupayakan dengan berbagai cara, antara lain:
penyajian dari umum ke khusus, dari yang terpenting ke kurang penting; kejelasan
urutan proses. Untuk menunjang kejelasan ini perlu didukung dengan gambar, grafik,
bagan, tabel, diagram, dan foto-foto. Namun, kebenaran fakta sendiri harus
diperhatikan kepastiannya.

Hal-hal lain yang harus dihindari dalam penulisan karangan (ilmiah):

1) Subjektivitas dengan menggunakan kata-kata: saya pikir, saya rasa, menurut


pengalaman saya, dan lain-lain. Atasi subjektivitas ini dengan menggunakan: penelitian
membuktikan bahwa…, uji laboratorium membuktikan bahwa…, survei membuktikan
bahwa…,
2) Kesalahan: pembuktian pendapat tidak mencukupi, penolakan konsep tanpa alasan
yang cukup, salah nalar, penjelasan tidak tuntas, alur pikir (dari topik sampai dengan
simpulan) tidak konsisten, pembuktian dengan prasangka atau berdasarkan kepentingan
pribadi, pengungkapan maksud yang tidak jelas arahnya, definisi variabel tidak (kurang)
operasional, proposisi yang dikembangkan tidak jelas, terlalu panjang, atau bias, uraian
tidak sesuai dengan judul.

3. Kesimpulan

Kesimpulan atau simpulan merupakan bagian terakhir atau penutup dari isi
karangan, dan juga merupakan bagian terpenting sebuah karangan ilmiah. Pembaca yang
tidak memiliki cukup waktu untuk membaca naskah seutuhnya cenderung akan membaca
bagian-bagian penting saja, antara lain kesimpulan. Oleh karena itu, kesimpulan harus

‘20 Mata Kuliah Bahasa Indonesia Biro Akademik dan Pembelajaran


13 Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
disusun sebaik mungkin. Kesimpulan harus dirumuskan dengan tegas sebagai suatu
pendapat pengarang atau penulis terhadap masalah yang telah diuraikan.

Penulis dapat merumuskan kesimpulannya dengan dua cara:

1) Dalam tulisan-tulisan yang bersifat argumentatif, dapat dibuat ringkasan-ringkasan


argumen yang penting dalam bentuk dalil-dalil (atau tesis-tesis), sejalan dengan
perkembangan dalam tubuh karangan itu.
2) Untuk kesimpulan-kesimpulan biasa, cukup disarikan tujuan atau isi yang umum dari
pokok-pokok yang telah diuraikan dalam tubuh karangan itu.

BAGIAN ISI PENUTUP

Bagian pelengkap penutup juga merupakan syarat-syarat formal bagi suatu


karangan ilmiah.

1. Daftar Pustaka (Bibliografi)

Setiap karangan ilmiah harus menggunakan data pustaka atau catatan kaki dan
dilengkapi dengan daftar bacaan. Daftar pustaka (bibliografi) adalah daftar yang berisi judul
buku, artikel, dan bahan penerbitan lainnya yang mempunyai pertalian dengan sebuah atau
sebagian karangan.

Unsur-unsur daftar pustaka meliputi:

1) Nama pengarang: penulisannya dibalik dengan menggunakan koma.


2) Tahun terbit.
3) Judul buku: penulisannya bercetak miring.
4) Data publikasi, meliputi tempat/kota terbit, dan penerbit..
5) Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel, nama majalah, jilid, nomor, dan tahun
terbit.

Contoh: Tarigan, Henry. 1990. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa. (Banyak versi lainnya, misal: Sistem Harvard, Sistem Vancover, dan lain-lain).

6) Keterangan tambahan
a. Jika buku itu disusun oleh dua pengarang, nama pengarang kedua tidak perlu
dibalik.
b. Jika buku itu disusun oleh lembaga, nama lembaga itu yang dipakai untuk
menggantikan nama pengarang.

‘20 Mata Kuliah Bahasa Indonesia Biro Akademik dan Pembelajaran


14 Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
c. Jika buku itu merupakan editorial (bunga rampai), nama editor yang dipakai dan di
belakangnya diberi keterangan ed. ‘editor’
d. Nama gelar pengarang lazimnya tidak dituliskan.
e. Daftar pustaka disusun secara alfabetis berdasarkan urutan huruf awal nama
belakang pengarang.

2. Lampiran (Apendix)

Lampiran (apendix) merupakan suatu bagian pelengkap yang fungsinya terkadang


tumpang tindih dengan catatan kaki. Bila penulis ingin memasukan suatu bahan informasi
secara panjang lebar, atau sesuatu informasi yang baru, maka dapat dimasukkan dalam
lampiran ini. Lampiran ini dapat berupa esai, cerita, daftar nama, model analisis, dan lain-
lain. Lampiran ini disertakan sebagai bagian dari pembuktian ilmiah. Penyajian dalam bentuk
lampiran agar tidak mengganggu pembahasan jika disertakan dalam uraian.

3. Indeks

Indeks adalah daftar kata atau istilah yang digunakan dalam uraian dan disusun
secara alfabetis (urut abjad). Penulisan indeks disertai nomor halaman yang mencantumkan
penggunaan istilah tersebut. Indeks berfungsi untuk memudahkan pencarian kata dan
penggunaannya dalam pembahasan.

4. Riwayat Hidup Penulis

Buku, skripsi, tesis, disertasi perlu disertai daftar riwayat hidup. Dalam skripsi
menuntut daftar RHP lebih lengkap. Daftar riwayat hidup merupakan gambaran kehidupan
penulis atau pengarang. Daftar riwayat hidup meliputi: nama penulis, tempat tanggal lahir,
pendidikan, pengalaman berorganisasi atau pekerjaan, dan karya-karya yang telah
dihasilkan oleh penulis.

‘20 Mata Kuliah Bahasa Indonesia Biro Akademik dan Pembelajaran


15 Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
Sistematika Artikel Ilmiah (Jurnal)
Artikel ilmiah dapat disajikan dalam bentuk original article, mini review, review dan
komunikasi/catatan/komentar singkat. Organisasi dalam artikel ilmiah umumnya terdiri dari
judul, nama dan alamat penulis, abstrak, pendahuluan, bahan, metode, hasil, diskusi,
kesimpulan, ucapan terima kasih, dan referensi.

1. Judul

Judul merupakan bagian penting dari tulisan (ilmiah) karena merupakan bagian yang
akan terindeks dalam katalog. Hanya sedikit orang yang dapat membaca seluruh artikel,
tetapi sebagian besar akan membaca judulnya. Judul yang baik harus menggambarkan isi
artikel. Oleh karena itu, judul tidak boleh terlalu umum (harus spesifik), juga tidak terlalu
panjang (efektivitas dan efisiensi penggunaan kata), tidak mengandung singkatan dan tidak
boleh berupa kalimat lengkap.

Contoh

Salah Benar

Studi tentang anggrek bulan Analisis keragaman molekuler anggrek bulan


di gunung Halimun
(judul terlalu umum)

Deteksi dini mutasi mengunakan metode Deteksi dini mutasi menggunakan metode
SSCP (ada singkatan) Single Strand Conformation Polymorphism

2. Nama dan Alamat Penulis

Penulisan nama dan alamat penulis merupakan hal penting lainnya dalam
penyusunan artikel ilmiah. Bagian ini penting untuk permintaan informasi spesifik
(reproducibility) seperti permintaan cetak ulang. Walaupun setiap jurnal ilmiah memiliki
aturan yang berbeda mengenai penulisan nama penulis, tetapi gelar akademik dan profesi
penulis umumnya tidak dicantumkan. Untuk lebih dari satu penulis, etika penulisan harus
diperhatikan. Penulis dengan kontribusi terbesar untuk penelitian dan penulisan ditempatkan
pertama, diikuti oleh penulis berikutnya berdasarkan tingkat kontribusi tiap-tiap penulis.
Alamat penulis dicantumkan selengkap mungkin dimulai dari afiliasi.

‘20 Mata Kuliah Bahasa Indonesia Biro Akademik dan Pembelajaran


16 Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
3. Absrak

Abstrak adalah versi tulisan (isi artikel) yang lebih pendek dan harus berisi semua
informasi yang dibutuhkan pembaca. Informasi tersebut meliputi: (1) tujuan penelitian; (2)
metodologi penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan; (3) hasil yang diperoleh; dan
(4) pentingnya dan/atau implikasi temuan penelitian. Karena pembaca seringkali hanya
membaca abstrak, abstrak harus ditulis dengan cermat dan hati-hati. Pada beberapa jurnal
ilmiah, latar belakang penelitian harus dicantumkan dalam abstrak yang terstruktur.
Meskipun bervariasi, kisaran umum jumlah kata dalam abstrak adalah antara 200 dan 400
kata. Abstrak juga harus mengandung kata kunci; biasanya lima kata.

4. Pendahuluan

Bagian ini mengkaji temuan dan simpulan dari penelitian sebelumnya untuk
membantu menjelaskan mengapa penelitian ini sangat menarik dan penting untuk dilakukan.
Pendahuluan disusun dari topik umum ke topik khusus, dan diringkas sedemikian rupa; tidak
perlu menggunakan elemen tertentu. Batasi diskusi pada konsep yang relevan. Kontribusi
penelitian penting juga harus disorot. Dalam paragraf terakhir pendahuluan harus ada
pernyataan tentang tujuan dan asumsi penelitian. Paragraf terakhir ini dapat berfungsi
sebagai penghubung ke bagian selanjutnya, yaitu metode. Aspek penting lainnya yang perlu
dipertimbangkan ketika mempersiapkan pendahuluan adalah penyertaan pustaka (kutipan).
Ada beberapa cara untuk membuat sitasi. Misalnya:

Riki (2020) menyatakan bahwa….

Bahasa merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia (Riki, 2020)

5. Bahan dan Metode

Dalam berbagai jurnal ilmiah, bahan dan metode tidak ditulis secara terpisah:
paragraf pertama untuk deskripsi bahan, dan metode dijelaskan pada paragraf berikutnya.
Bahan penelitian harus sepenuhnya diidentifikasi dan dinyatakan (kuantitas, asal, waktu
pengumpulan, kriteria, dll.). Jika bahan yang digunakan jumlahnya banyak, disarankan untuk
menunjukkan identitas dan kondisinya dalam bentuk tabel. Jika penelitian menggunakan
subjek manusia, alasan/kriteria pemilihan harus ditunjukkan dan apakah diperlukan
persetujuan lisan/tertulis dari lembaga tertentu. Metode ini ditulis secara keseluruhan untuk
digunakan oleh peneliti lain.

‘20 Mata Kuliah Bahasa Indonesia Biro Akademik dan Pembelajaran


17 Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
Tahapan penyelidikan ditulis secara naratif, bukan berupa daftar petunjuk seperti
pada resep masakan. Jadi, metode yang ditulis sangat berbeda dari apa yang ditulis,
katakanlah, dalam tesis. Kita harus berasumsi bahwa peneliti lain memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang sama.

Contoh:

Salah Benar

Kami menuangkan larutan pupuk bebas-N Kami menambahkan 30 ml pupuk bebas-N


ke dalam silinder sampai volume mencapai ke dalam pot berulang sebanyak 24 kali.
30 ml. Kami menuangkan pupuk ke tanah
dan dilakukan secara berulang sebanyak 24
kali.

6. Hasil

Pada kebanyakan jurnal ilmiah, penulisan hasil dan pembahasan dijelaskan secara
terpisah. Cara umum untuk melaporkan hasil adalah melalui tabel dan gambar. Gambar
termasuk di dalamnya adalah grafik, foto, diagram, diagram alur, dan informasi visual
lainnya. Kita dapat memberikan komentar singkat pada tabel dan/atau gambar yang
ditampilkan. Komentar diperlukan jika diperoleh hasil yang sangat mencolok. Tabel dan
gambar diberi nomor secara konsisten. Sebetulnya, tidak hanya untuk bagian ini, bagian lain
juga butuh konsistensi.

7. Diskusi

Dalam bagian diskusi perlu dilakukan interpretasi terhadap hasil yang diperoleh. Di
mana posisi hasil penelitian kita dibandingkan dengan yang dipublikasikan sebelumnya?
Jika tidak kompatibel, mengapa? (Apakah data yang digunakan cukup kuat?) Apakah
penelitian kita menghasilkan sesuatu yang baru (novelty)? Apakah penelitian kita
mendapatkan hasil yang tidak terduga? Batas sampel, keunikan sampel, usia subjek, dll.
juga harus didiskusikan. Akhirnya, saran untuk penelitian yang akan dilakukan di masa
depan harus disebutkan.

‘20 Mata Kuliah Bahasa Indonesia Biro Akademik dan Pembelajaran


18 Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
8. Simpulan

Simpulan harus sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai. Pada kasus tertentu, simpulan
adalah bagian dari diskusi.

9. Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih ditujukan kepada mereka (individu, organisasi, dan lembaga)
yang berkontribusi dan membantu dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan. Bantuan
tersebut dapat berupa penyusunan sumber data, daftar pustaka, peminjaman alat/bahan,
tips/saran, dan lainnya. Jika penelitian didanai, seluruhnya atau sebagian, oleh sumber
pendanaan tertentu, identitas lengkap proyek pendanaan (nama, nomor dan tahun) harus
dicantumkan.

10. Daftar Pustaka

Sumber pustaka sebaiknya tidak berupa buku teks, melainkan artikel ilmiah yang relevan
dan up-to-date. Aturan penulisan daftar pustaka sangat bervariasi. Jurnal-jurnal yang
diterbitkan secara berkala kebanyakan menggunakan sistem tertentu, misalnya
perpustakaan tidak diurutkan berdasarkan abjad tetapi dengan nomor urut kemunculan
dalam teks (dalam teks kutipan ditulis dengan nomor yang sesuai dengan jumlah penulis
dalam daftar pustaka). Sistem ini bisa untuk menghemat ruang. Oleh karena itu, kita harus
mengacu pada aturan format jurnal yang dimaksud. Namun, ada beberapa format
bibliografi yang umum digunakan.

Daftar Pustaka
H.S, Widjono. 2007. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Grasindo, 2007.
Keraf, Gorys. 1994. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.
Maryani, Yani, dkk. 2005. Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.
Rukiati, E., Yasniwarti, Asis Saefudin, Badrudin, dan Yena Sumayana. 2014. Bahasa
Indonesia: Panduan Penulisan Karya Ilmiah. Bandung. Insan Mandiri.

‘20 Mata Kuliah Bahasa Indonesia Biro Akademik dan Pembelajaran


19 Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai