Anda di halaman 1dari 22

PENULISAN ABSTRAK DAN TEKNIK NOTASI

ILMIAH

Disusun oleh :

Kelompok 4
1. Eksany Nur Fadilah
2. Endru Yuda Muslim
3. Giardo Nur Alfajianzah
4. Frans Liman Dibrata

FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA


UNIVERSITASN PAMULANG
Jl. Surya Kencana No.1 Pamulang Telp.(021)7412566, Fax.(021)7412566
Tangerang Selatan-Banten
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 5
A. Penulian Abstrak................................................................................ 6
B. Teknik Notasi Ilmiah.......................................................................... 7
1. Pengertian Notasi Ilmiah............................................................. 8
2. Kutipan dan Catatan Kaki.......................................................... 9
3. Daftar Pustaka.............................................................................. 10
BAB III PENUTUP......................................................................................... 11
A. Kesimpulan.......................................................................................... 12
B. Saran.................................................................................................... 13
Daftar Pustaka ............................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni gaya
penulisan dalam membuat pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam
menyebutkan sumber dari pengetahuan ilmiah yang dipergunakan dalam
penulisan. Komunikasi ilmiah harus bersifat jelas dan tepat yang
memungkinkan proses penyampaian pesan yang besifat reproduktif dan
impersonal. Bahasa yang dipergunakan harus jelas dimana pesan mengenai
objek yang ingin dikomunikasikan mengandung informasi yang
disampaikan sedemikian rupa sehingga si penerima betul-betul mengerti
akan isi pesan yang disampaikan kepadanya.
Penulisan ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Tata bahasa merupakan ekspresi dari logika berfikir, tata bahasa yang
tidak cermat merupakan pencerminan dari logika berfikir yang tidak
cermat pula. Oleh sebab itu langkah pertama dalam menulis karangan
ilmiah yang baik adalah mempergunakan tata bahasa yang benar.
Demikian juga penggunaan kata harus dilakukan secara tepat artinya kita
harus memilih kata-kata yang sesuai dengan pesan apa yang ingin
disampaikan.
Pernyataan ilmiah yang kita pergunakann dalam tulisan harus
mencakup beberapa hal. Pertama, harus dapat kita identifikasikan orang
yang membuat penyataan tersebut. Kedua, harus dapat kita identifikasikan
media komunikasi ilmiah dimana perrnyataan itu disampaikan apakah itu
makalah, buku, seminar, localkarya, dan sebagainya. Ketiga, harus dapat
kita identifikasikan lembaga yang menerbitkan publikasi ilmiah tersebut
beserta tempat berdomisili dan waktu penerbitan itu dilakukan. Sekiranya
pernyataan ilmiah itu tidak diterbitkan melainkan disampaikan dalam
bentuk makalah untuk seminar atau lokalkarya maka harus disebutkan
tempat, waktu dan lembaga yang melakukan kegiatan tersebut.
Catatan kaki dicantumkan sebagai pemenuhan kode etik yang
berlaku, sebagai penghargaan terhadap karya orang lain. Catatan kaki
dipergunakan sebagai pendukung keabsahan penemuan atau pernyataan
penulis yang tercantum di dalam teks atau sebagai petunjuk sumber;
tempat memperluas pembahasan yang diperlukan, tetapi tidak relevan jika
dimasukkan di dalam teks, penjelasan ini dapat berupa kutipan pula;
referensi silang, yaitu petunjuk yang menyatakan pada bagian mana/
halaman berapa, hal yang sama dibahas di dalam tulisan; tempat menya-
takan penghargaan atas karya atau data yang diterima dari orang lain.
Selain itu karya tulis ilmiah juga memiliki beberapa syarat. Seperti
harus ditulis secara sistematis, memiliki sistematika tertentu yang sudah
disepakati (Abidin, dkk, 2017). Abstrak merupakan salah satu bagian dari
karya tulis ilmiah yang harus ada. Mahmudi, 2013 mengungkapkan bahwa
abstrak merupakan bagian dari karangan ilmiah yang menungkapkan
penelitian secara singkat dan abstrak sehingga pembaca dapat mengetahui
isi penelitian dari bagian ini saja. Dijelaskan juga abstrak berisi latar
belakang masalah, teori utama yang digunakan, metode penelitian,
pengumpulan dan pengolahan data, hasil akhir penelitian. Kemudian
ditulis dalam satu halam, spasi satu, tidak terdapat identitas, terdapat kata
kunci tiga sampai empat kata kunci, disajikan dalam 200 kata dan dalam
bahasa Inggris. Abstrak biasanya memuat judul, masalah dalam penelitian,
tujuan, metode, dan hasil yang dilengkapi simpulan atau rekomendasi dari
hasil penelitian. Panjang intisari maksimal 300 kata dilengkapi tiga sampai
lima buah kata kunci. Abstrak harus ditulis dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Inggris dengan mengikuti ketentuan yang sama.
Dalam suatu karya atau naskah ilmiah, abstrak biasanya
ditempatkan sesudah judul naskah dengan maksud untuk memberikan
gambaran secara ringkas tentang isi naskah. Oleh karena itu, abstrak sering
juga disebut ringkasan singkat (short summary). Informasi di dalam
abstrak diharapkan dapat memotivasi pembaca untuk membaca isi naskah
secara utuh. Dengan perkatan lain, abstrak diharapkan dapat menggoda
dan meyakinkan pembaca bahwa isi naskah itu menarik dan penting
dibaca. Isi abstrak memberikan informasi yang menjadi bahan
pertimbangan bagi pembaca untuk melanjutkan atau tidak membaca
keseluruhan isi naskah.
Dalam menulis karya tulis ilmiah yang menjadi masalah umum
adalah tidak lepas dari kesalahan penulisan. Kesalahan penulisan bisa jadi
merupaka kesalahan berbahasa atau kekeliruan berbahasa. Marhamah dan
Sabardila, 201) membedakan istilah kesalahan berbahasa (error) dengan
kekeliruan berbahasa (mistakes). Disebutkan bahwa kesalahan berbahasa
penyimpangan yang sitematis, konsisten dan mengambarkan kemampuan
seseorang pada tahap tertentu, sedangkan kekeliruan bahasa adalah bentuk
penyimpangan yang berada pada wilayah performa/perilaku bahasa.
Dalam hal ini akan dibahas pembahasan sistematik penulisan dari segi
abstrak dan teknik notasi ilmiah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penulisan abstrak yang baik dan benar?
2. Bagaimana teknik notasi ilmiah yang baik dan benar?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana penulisan abstrak yang baik dan benar.
2. Untuk mengetahui bagaimana teknik notasi ilmiah yang baik dan
benar.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penulisan Abstrak
Disebutkannya abstrak sebagai ringkasan singkat (short summary)
menunjukkan bahwa abstrak memiliki kesamaan, tetapi juga berbeda dengan
ringkasan (summary). Kedua-duanya memberikan informasi kepada pembaca
tentang isi suatu naskah (buku, skripsi, tesis, disertasi, atau makalah). Dilihat
dari panjang atau jumlah katanya, abstrak lebih singkat yang berarti informasi
yang diberikan melalui abstrak lebih sedikit dibandingkan dengan ringkasan.
Perbedaan ini jelas terlihat dari penyajiannya; abstrak terdiri atas satu kalimat
dengan jumlah sekitar 200 kata, sedangkan ringkasan terdiri atas beberapa
paragraf yang panjangnya antara 10 - 25%. Ringkasan mendes kripsikan
gagasan-gagasan yang ada dalam naskah dengan susunan dan alur berpikir
seperti dalam naskah aslinya. Dengan membaca ringkasan, pembaca mungkin
merasa sudah mendapatkan informasi yang cukup tentang isi naskah tanpa
harus membaca keseluruhan isi naskah, kecuali untuk gagasan/bagian tertentu
yang dianggap perlu didalami lebih lanjut. Sedangkan abstrak tidak
memberikan isi gagasan yang lengkap serta tidak mengikuti sistematika dalam
naskah aslinya tetapi secara singkat memberikan pokok-pokok gagasan yang
dibicarakan dalam naskah aslinya.
Dilihat dari isinya, abstrak dapat dikategorikan ke dalama dua jenis:
(a) abstrak bersifat deskriptif dan (b) abstrak bersifat informatif.. Abstrak
deskriptif menggambarkan hanya tujuan dan ruang lingkup isi tulisan tetapi
tidak menyebutkan hasil dan kesimpulan isi tulisan. Sedangan abstrak yang
bersifat informatif memberikan penjelasan tentang latar belakang masalah,
masalah, pendekatan/metode, hasil, dan kesimpulan isi tulisan. Oleh karena
unsur-unsurnya lebih banyak, maka abstrak informatif lebih panjang dari
abstrak deskriptif. Tulisan-tulisan dalam jurnal ilmiah biasanya menggunakan
abstrak informatif.
Walaupun abstrak informatif terdiri atas satu paragraf dengan jumlah
sekitar 200 kata, informasi dalam abstrak diharapkan mencakup (a) latar
belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) pendekatan atau metode, (d)
hasil, dan (e) kesimpulan pembahasan. Masing-masing unsur itu disebutkan
secara ringkas tetapi mudah dipahami. Pertama, latar belakang masalah
menyebutkan situasi/kondisi yang menimbulkan masalah dan perlu untuk
dikaji secara ilmiah. Latar belakang ini hendaknya sungguh-sungguh aktual
dan menarik bagi pembaca yang dinyatakan dalam dua atau tiga kalimat.
Keberhasilan dalam menggambarkan latar belakang masalah itu dengan
menarik, mendorong pembaca meneruskan membaca abstrak sampai selesai,
dan keseluruhan isi n askah. Sebaliknya, kegagalan menarik perhatian
pembaca melalui latar belakang masalah ini, dapat membuat pembaca tidak
melanjutkan membacanya.
Kedua, rumusan masalah menyatakan hal pokok yang dibahas atau
pertanyaan yang akan dijawab dalam tulisan berikutnya. Masalah hendaknya
dirumuskan dengan singkat tanpa rincian, walaupun dalam isi tulisan masih
dikembangkan menjadi beberapa pertanyaan. Sudah barang tentu rumusan
masalah terkait langsung dengan latar belakang masalah yang diuraikan
sebelumnya. Biasanya masalah tersebut dirumuskan hanya dalam satu kalimat
pendek.
Ketiga, pendekatan atau metodologi yang digunakan dalam mengkaji
masalah itu disebutkan yang utama saja , misalnya menyebutkan populasi
tetapi tidak menyebutkan teknik sampling dan jumlah sampel. Dalam
menuliskan tentang metodologi dihindari rumus-rumus statistik dalam
pengolahan dan analisis data, jadi sangat bersifat deskriptif dan singkat.
Keempat, hasil berisi inti jawaban atau temuan yang diperoleh dari
pembahasan yang dilakukan. Hasil hendaknya disebutkan secara nyata tetapi
tidak rinci dan kalau perlu dapat mencantumkan data kuantitatif. Hendaknya
tetap dijaga agar informasi singkat tentang hasil itu menimbulkan keinginan
pembaca mengetahui lebih rinci dan lengkap sehingga menggugahnya
membaca isi naskah secara lengkap. Apabila rumusan hasil dituliskan secara
lengkap dapat mengurangi motivasi pembaca membaca isi naskah secara
lengkap karena merasa telah mengetahui hasilnya dengan m,embaca abstrak.
Kelima, kalau hasil kajian menggambarkan temuan atau sintesis dari
pembahasan, maka kesimpulan menujukan arti dan implikasi hasil kajian.
Kesimpulan, termasuk saran yag diajukan atas dasar hasil / temuan kajian.
Sudah barang tentu kesimpulan menjawab pertanyaan atau masalah yang
dikemukakan sebelumnya. Mengingat ketentuan dalam menulis abstrak,
khususnya berkaitan dengan panjangnya abstrak, kesimpulan dirumuskan
secara padat tetapi menggambarkan inti kajian.
Uraian tentang latar belakang, masalah, pendekatan/metode, hasil, dan
kesimpulan disusun secara ringkas, terintegrasi, koheren, dan informatif dalam
satu paragraf yang utuh dan berdiri sendiri. Abstrak tidak memuat informasi
yang tidak terdapat dalam tulisan yang utuh dan ditulis setelah tulisan selesai
disusun. Oleh karena itu, sebelum menulis abstrak sebaiknya naskah
lengkapnya dibaca beberapa kali sehingga abstrak yang ditulis dapat
memberikan informasi yang utuh.
Uraian abstrak biasanya diikuti dengan pencantuman kata-kata kunci
yang berjumlah paling sedikit tiga kata/frase. Kata-kata kunci itu
mencerminkan konsep-konsep utama yang dibahas dalam tulisan itu. Tidak
harus setiap kata kunci tertera pada uraian abstrak tetapi harus terlihat pada isi
tulisan. Kata-kata kunci yang dimaksud adalah konsep bukan semua istilah
yang dipakai dalam tulisan itu.
Jurnal tertentu mempersyaratkan menuliskan abstrak setiap tulisan
dalam bahasa Inggris. Untuk memenuhi itu, penulis hendaknya menyusun
abstrak tersebut dengan menyusunnya dalam bahasa Inggris, bukan dengan
menerjemahkan versi bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris kata demi
kata. Juga hendaknya dihindari menerjemahkannya dengan menggunakan
Trans Tool, program komputer, karena hasilnya sangat buruk dilihat dari
pilihan kata dan kaidahkaidah bahasa Inggris.

B. Teknik Notasi Ilmiah


1. Pengertian Notasi Ilmiah
Terdapat bermacam-macam sistem dalam penulisan notasi untuk
menyusun karya tulis ilmiah. Sistem yang dikenal di kalangan masyarakat
ilmiah antara lain adalah system University of Chicago Press, Sistem
Harvard, Sistem American Psychological Assosation (APA), Sistem
American Antropoloist, Sistem Harcouver, dan sistem Gabungan
(misalnya Sistem Harvard dengan sistem huruf)-Keseluruhan sistem
tersebut pada hakikatnya dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan
yakni, pertama, sistem yang mempergunakan catatan kaki (umpamanya
Sistem University of Chicago press), kedua, sistem yang tidak
menggunakan catatan kaki (umpamanya sistem yang menggabungkan
kedua sistem yang pertama).
Sistem yang menggunakan catatan kaki menaruh sumber rujukan
yang berupa nama pengarang, judul, penerbit, tahun penerbitan, dan
halaman yang dirujuk, dibagian bawah dari halaman tulisan. Dari sinilah
dikembangkan terminology footnote atau catatan kaki disebabkan letak
rujukan yang diletakan pada bagian bawah atau kaki dari tulisan.
Walaupun demikian, terdapat juga sistem yang menggunakan catatan kaki,
namun meletakkan daftar rujukannya tidak di halaman yang sama,
melainkan di belakang setelah seluruh karya tulis selesai. Hal ini sering
dilakukan untuk memudahkan pengetikan. Sebenarnya, meletakkan daftar
rujukan di belakang ini bertentangan dengan tujuan yang ingin dicapai
oleh sistem catatan kaki, yakni pembaca dengan cepat menemukan sumber
rujukan yang digunakan dalam karya tulis. Seorang pembaca, yang
meresensi sebuah buku untuk menemukan sumber rujukan, menulis bahwa
"catatan kaki yang ditaruh di belakang (menjadi catatan belakang), malah
mempersulit pembaca untuk merekam kutipan-kutipan para analis".
Selanjutnya, ia menyarankan bahwa dalam penerbitan selanjutnya hal ini
"dibenahi
Contoh di atas dikemukakan untuk menunjukkan bahwa setiap
sistem notasi ilmiah mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Jadi, dalam memilih sistem notasi ilmiah, kita harus
mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan tersebut vis-a-vis tujuan
penulisan karya tulis kita. Kelebihan sistem catatan kaki, di samping
dengan mudah menemukan sumber rujukan pada halaman yang sama, juga
memungkinkan kita untuk menambahkan keterangan tambahan untuk
tubuh tulisan yang ditaruh dalam catatan kaki. Keterangan tambahan ini,
baik yang berupa penjelasan maupun analis, akan "memperluas" dan
"memperdalam" materi karya tulis. Hal ini tidak ditaruh dalam tubuh
tulisan sebab akan menggangu kelancaran penulisan.
Disebabkan hal inilah maka sistem catatan kaki sangat ideal untuk
penulisan karya tulis ilmiah yang membutuhkan kedalaman dan keluasan
materi tulisan seperti skripsi, tesis, disertasi, atau laporan penelitian
lainnya. Sebaiknya, terdapat pula tulisan yang relative tidak sedalam dan
seluas karya tulis tersebut seperti artikel ilmiah yang dipublikasikan dalam
jurnal atau majalah. Untuk tulisan semacam ini maka teknik notasi yang
ideal adalah sistem tanpa catatan kaki.
Sistem tanpa catatan kaki, sesuai dengan namanya, meletakkan
daftar pernyataan yang tercantum tulisan. Artinya dalam pernyataan yang
tercantum dalam tubuh tulisan sudah terangkum di dalamnya sumber
rujukan. Hal ini sangat memudahkan penulisan, termasuk mereka yang
membaca tulisan tersebut, terutama bila dikaitkan dengan diskripsi
perkembangan keilmuan (the state of the art) atau analisis perbandingan
dengan karya ilmiah lainnya. Kelemahannya ialah bahwa keterangan
tambahan yang bersifat memperluas dan memperdalam tulisan tidak dapat
diberikan.
Untuk mengatasi kekurangan itu maka sering digabungkan antara
sistem tanpa catatan kaki dengan sistem catatan kaki. Artinya, sumber
rujukan mempergunakan sistem tanpa catatan kaki, sedangkan keterangan
tambahan mempergunakan sistem catatan kaki. Penelitian akadeik seperti
skripsi, tesis, dan disertasi, sering mempergunakan sistem gabungan ini.
Semua peneliti harus menguasai ketigia sistem penulisan ini
dengan berbagai variasinya, Baik sistem catatan kaki, maupun sistemtanpa
catatan kaki, tidak terdiri dari satu teknik notasi ilmiah yang sama,
melainkan berkembang menjadi beragam teknik penulisan. Pengiriman
artikel ke jurnal tertentu membutuhkan persyaratan penulisan tertentu
pula. Sebagaimana telah disinggung terdahulu, penulisan Sistem American
Psychological Association berbeda dengan Sistem American
Anthropologist. Perbedaan ini tidak akan terlalu dibesar-besarkan, yang
penting ialah bahwa kita mengenal berbagai sistem yang berlaku dalam
masyarakat ilmiah.

2. Kutipan dan Catatan Kaki


1.) Kutipan
Kutipan adalah bagian dari pernyataan, pendapat, buah pikiran,
definisi, atau hasil penelitian orang lain atau penulis sendiri yang telah
terdokumentasi. Kutipan akan dibahas dan ditelaah berkaitan dengan
materi penulisan. Kutipan dari pendapat berbagai tokoh merupakan
esensi dalam penulisan sinteisis.
Kutipan dilakukan apabila penulis sudah memperoleh sebuah
kerangka berpikir yang mantap. Walaupun kutipan atas pendapat
seorang pakar itu diperkenankan, tidaklah berarti bahwa keseluruhan
sebuah tulisan dapat terdiri dari kutipan-kutipan. Garis besar kerangka
karangan serta kesimpulan yang dibuat harus merupakan endapat
penulis sendiri. Kutipan – kutipan hanya berfungsi sebagai bahan bukti
untuk menunjang pendapat penulis.

Manfaat Kutipan
a. untuk menegaskan isi uraian
b. untuk membuktikan kebenaran dari sebuah pernyataan yang dibuat
oleh penulis
c. untuk mencegah penggunaan dan pengakuan bahan tulisan orang
lain sebagai milik sendiri

Kutipan Langsung
Kutipan langsung adalah pengambilan bagian tertentu dari tulisan
orang lain tanpa melakukan perubahan ke dalam tulisan kita. Syarat
kutipan langsung adalah sebagai berikut:
a. Tidak boleh melakukan perubahan terhadap teks asli yang dikutip
b. Menggunakan tiga titik berspasi [. . . ]jika ada bagian yang dikutip
dihilangkan
c. Menyebutkan sumber sesuai dengan teknik notasi yang digunakan.
d. Bila kutipan langsung pendek (tidak lebih empat baris) dilakukan
dengan cara :
- Integrasikan langsung dalam tubuh teks
- Diberi jarak antarbaris yang sama dengan teks
- Diapit oleh tanda kutip
e. Bila kutipan langsung panjang (lebih dari empat baris) dilakukan
dengan cara”
- Dipisahkan dengan spasi (jarak antarbaris) lebih dari teks
- Diberi jarak rapat antarbaris dalam kutipan

Contoh Kutipan Langsung Pendek


Kecerdasan emosi merupakan kemampuan memantau dan
mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan
perasaanperasaan itu untuk “memandu pikiran dan tindakan”.1
Goleman menyatakan bahwa kecerdasan emosional merupakan
kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan
bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak
melebihlebihkan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres
tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa.1

Contoh Kutipan Langsung Panjang


Kecerdasan emosi merupakan kemampuan memantau dan
mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan
perasaanperasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan. Mayer dan
Salovey mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai berikut:
Emotional intelligence involves the ability to perceive accurately,
appraise, and express emotion; the ability to understand emotion and
emotional knowledg; and ability to regulate emotions to promote
emotional and intellectual growth.1

Kutipan Tak Langsung


Kutipan tak lansung adalah kutipan yang menuliskan kembali
dengan katakata sendiri. Kutipan ini dapay dibuat panjang atau pendek
dengan cara mengintegrasikan dalam teks, tidak diapit dengan kata kutip
dan menyebutkan sumbernya sesuai dengan teknik notasi yang dijadikan
pedoman dalam menulis karya ilmiah.

Contoh Kutipan Taklangsung


Secara empirik hal ini telah dibuktikan oleh Jepang melalui
Restorasi Meiji telah berhasil memodernisasi bangsa Jepang menjadi
bangsa yang maju dengan jalan membenahi sistem pendidikannya
terutama pada jenjang pendidikan tinggi. Faktor pendidikan dalam proses
modernisasi menjadi penting sebab pada hakikatnya modernisasi menjadi
penting sebab pada hakikatnya modernisasi adalah perubahan pandangan
hidup yang didorong oleh cara berpikir.1

2.) Catatan Kaki


Catatan kaki adalah penyebutan sumber yang dijadikan kutipan.
Fungsi catatan kaki adalah memberikan penghargaan terhadap sumber
yang dikutip dan aspek ligalitas untuk izin penggunaan karya tulis
yang dikutip, serta yang terpenting adalah etika akademik dalam
masyarakat ilmiah sebagai wujud kejujuran penulis. Ada beberapa cara
yang digunakan dalam menuliskan sumber kutipan, antara lain:
1. Nama pengarang hanya satu orang
Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Pendidikan (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1996), hal. 39.
Atau
Maurice N. Richter, Jr, Science as a Cultural Process (Cambridge
Schenkman, 1972), h.4
2. Nama Pengarang yang jumlahnya dua orang dituliskan lengkap
David B. Brinkerhoff dan Lynn K. White, Sociology (St Paul: Wst
Publishing Company, 1988), hal. 585.
3. Nama Pengarang yang jumlahnya sampai tiga orang dituliskan
lengkap sedangkan jumlah pengarang yang lebih dari tiga orang
hanya dituliskan nama pengarang pertama ditambah kata et al. (et
al: dan tain-lain).
John A. R. Wilson, Mildred C. Robeck, and William B. Micheal,
Psychological Foundation of Learning and Teaching (New York:
McGraw-Hill Book Company, 1974), hal. 406.
dan
Carrick Martin et al., Introduction to Accounting ed ke 3
(Singapore”Mc.Graw-Hill, 1991), hal 123.
4. Kutipan yang diambil dari halaman tertentu disebutkan
halamannya dengan singkatan p (pagina) atau h (halaman).
Sekiranya kutipan itu disarikan dari beberapa halaman umpamanya
dari halaman 1 sampai dengan 5 maka dikutip p. 1-5 atau hh 1-5.
David Harrison, The Sociology of Modernization and Development
(London: Unwin Hyman Ltd., 1988), hal. 20-21.
Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Pendidikan (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1996), hal. 39- 44
5. Sebuah makalah yang dipublikasikan dalam majalah, Koran,
kumpulan karangan atau disampaikan dalam forum ilmiah
dituliskan dalam tanda kutip yang disertai dengan informasi
mengenai makalah tersebut. Karlina, "Sebuah Tanggapan :
Hipotesa dan Setengah llmuan," Kompas, 12 Desember 1981 ,h.4.
Liek Wiliardjo, "Tanggung llmuan" Pustaka th. Ill 1979,pp.11-14.
Jawab Sosial No. 3, April
M. Sastrapratedja, "Perkembangan ilmu dan Teknologi dalam
Kaitannya dengan Agama dan Kebudayaan". Makalah disampaikan
dalam Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional (KIPNAS) III, LIPI.
Jakarta, 15-19 September 1981.
B. Suprapto, "Aturan Permainan dalam ilmu-ilmu alam."llmu
dalam Perspektif. ed. Juiun S. Suriasumantri (Jakarta : Gramedia,
1978) pp. 129-133.
J.J. Honingman, The World of Man, dalam Alfian (ed.), Persepsi
Masyarakat tentang Kebudayaan (Jakarta : Gramedia, 1985), hal.
100.
6. Pengulangan kutipan dengan sumber yang sama dilakukan dengan
memakai notasi op. cit. (opera citato : dalam karya yang telah
dikutip), loc. Cit. (loco citato : dalam tempat yang telah dikutip dan
ibid, (ibidem: dalam tempat yang sama). Untuk pengulangan maka
pengarang tidak ditulis lengkap melainkan cukup nama familinya
saja. Sekiranya pengulangan dilakukan dengan tidak diselang oleh
pengarang lain maka dipergunakan notasi ibid.
dikutip kembali sumber yang sama dengan kutipan sebelumnya
pada halaman yang sama
lbid
dikutip kembali sumber yang sama dengan kutipan sebelumnya
pada halaman yang berbeda
Ibid., hal 12.
Mengutip sumber yang sama dan halaman yang sama tetapi sudah
diselingi oleh sumber lain
Conny R. Semiawan, loc. cit.
Mengutip sumber yang sama dan halaman yang berbeda tetapi
sudah diselingi oleh sumber lain
Jujun S. Suriasumantri, op. cit., hal. 49
Mengutip pengarang yang sama buku berbeda dan halaman yang
sama tanpa diselingi oleh sumber lain
Suriasumantri, Pembangunan Modernisasi dan Pendidikan, hal. 39
– 42. Mengutip pengarang yang sama buku berbeda dan halaman
yang sama tetapi sudah diselingi oleh sumber lain
Suriasumantri, Pembangunan Modernisasi dan Pendidikan, loc.cit.
Mengutip pengarang yang sama buku berbeda dan halaman yang
berbeda tetapi sudah diselingi oleh sumber lain
Suriasumantri, Pembangunan Modernisasi dan Pendidikan, op.cit.,
hal. 7
7. Kadang-kadang kita ingin mengutip sebuah pernyataan yang telah
dalam karya tulis yang lain. Untuk itu maka kedua sumber itu kita
tuliskan. Anastasi dalam Syafuddin Azwar, Pengantar Psikologi
Inteligensi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hal. 6.
Anton Bekker, “Badan Manusia dan Budaya” dalam G. Muedjanti,
(ed.) Tantangan Kemanusiaan Universal (Yogyakarta: Kanisius),
hal. 19.
Jujun S. Suriasumantri, “Pembangunan Sosial Budaya Secara
Terpadu”, dalam Masalah Sosial Budaya Tahun 2000: Sebuah
Bunga Rampai Soedjatmoko at al. (ed.) (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 1986), hal. 10
8. Kadang-kadang kita ingin mengutip sebuah pernyataan yang telah
diterjemahkan. Untuk itu maka kedua sumber itu kita tuliskan.
Theodore M. NewComb, Ralph H. Turner dan Philip E. Converse,
Psikologi Sosial, Terjemahan FPUI (Jakarta: Diponegoro: 1985),
hal. 325.
J.W. Schoorl, Modernisasi: Pengantar Sosiologi Pembangunan
Negaranegara Sedang Berkembang, Terjemahan R.G. Soekadijo
(Jakarta: PT Gramedia, 1982), hal. 4.
9. Majalah/Jurnal Ilmiah James F. Stratman, “The Emergence of
Legal Composition as a field of inquiry,” Review of Educational
Research, LX (2,1990), pp. 153-235.
10. Interview
Interview dengan Dr. Endry Boeriswati, M.Pd. . Ketua Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNJ, 2 Februari 2007 pukul
15.00
11. Tidak dipublikasikan
Endry Boeriswati, Penilian Berbasis Kelas dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia, Makalah Pelatihan Widya Iswara Bahasa
Indonesia, Jakarta : PPPG Bahasa, 2006)

12. Buku yang terdiri dari beberap jilid yang mempunyai judul umum
namun tiap jilid mempunyai subjudul sendiri.
Russell G. Davis (ed.), Planning Education ofr Development. Vol
II: Issues and Problem in the Planning of Education in Developing
Countries (Cambridge, Harvard University, 1980). P.p. 76.
13. Dokumen
RI, Undang-Undang Dasar 1945, Bab VII, Pasal 19, Ayat 1.
14. Situs Internet
Thorndike, R.L., History of Infleunces in Develompment of
Intelligence Theory & Testing,
(http://www.Indiana.edu/~intel/Thorndike.html), 1998, hal. 1.
Traditional Intelligence Theories,. (http://edweb.gsn.org/edref.mi.
hst.html), 2000, hal. 1 Report of Task Force established by Board
of Scientific Affairs of American Psychological Assciation,
(http://www.cycau.com/Organ/ Upstream/ IQ/apa/html),
20/08/2000, hal. 13

3. Daftar Pustaka
Daftar pustaka merupakan rujukan penulis selama ia melakukan
dan menyusun penulisan baik sebagai penunjang maupun sebagai data.
Ada beberapa teknik penulisan daftar pustaka. Semua teknik yang dipilih
dapat menyesuaikan dengan pedoman yang kita pilih. Namun demikian
pada dasarnya daftar pustaka digunakan untuk pembantu pembaca
mengenal ruang lingkup penulis, memberikan informasi kepada pembaca
untuk memperoleh pengetahuan yang lebih lengkap dan mendalam
daripada kutipan yang digunakan penulis, dan membantu pembaca
memilih refrensi dan materi dasar studinya.
Teknik penulisan daftar pustaka adalah sebagai berikut:
a. Baris pertama dimulai pada margin kiri, baris kedua dan
selanjutnya dimulai dengan 3 ketukan ke dalam.
b. Jarak antarbaris 1,5 spasi
c. Diurutkan berdasarkan abjad huruf pertama nama keluarga
penulis.
d. Jika penulis yang sama menulis lebih dari satu karya tulis yang
dikutip, nama penulis nama penulis harus ditulis berulang.
e. Urutan penulisan: nama penulis diawali nama keluraga penulis,
tahun terbitan, judul karya tulis dengan menggunakan huruf
kapital di awal kata, dan data publikasi berisi nama kota dan
nama penerbit karya yang dikutip

Contoh Penulisan Daftar Pustaka

Brotowidjoyo, Mukayat D. 2002. Penulisan Karangan Ilmiah. (Ed. Ke-2).


Jakarta: Akademika Pressindo. Perino,

Joseph G. 1999. Self-Confidence, http://www.psychological-selfhelp.com/


intro/html.on-line

Suriasumantri, Jujun S. “Pembangunan Sosial Budaya Secara Terpadu”,


dalam Masalah Sosial Budaya Tahun 2000: Sebuah Bunga
Rampai Soedjatmoko at al. (ed. 1986). Yogyakarta: Tiara
Wacana.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Abstrak yang diperlukan melengkapi naskah untuk dimuat
dalam jurnal ilmiah, mempunyai persyaratan seperti panjang (jumlah
kata), isi, dan susunannya. Panjang abstrak berkisar 200 kata yang disusun
dalam satu paragraf yang terintegrasi. Berbeda dengan ringkasan, abstrak
memuat secara singkat tentang latar belakang, metode, hasil, dan
kesimpulan kajian yang disusun secara padat dan koheren.Oleh karena
panjang abstrak terbatas maka hasil dan kesimpulan kajian ditulis secara
padat dan singkat tetapi menarik untuk diketahui. Di samping itu, uraian
abstrak memuat kata-kata kunci isi yang menjadi bahasan dan naskah.
Walaupun telah tersebut dalam uraian abstrak, untuk mempertegas dan
menarik perhatian pembaca, kata-kata kuci itu disusun secara terpisah
pada akhir abtrak. Abstrak berfungsi untuk memberikan gambaran ringkas
tentang isi naskah dan disusun sedemikian rupa untuk menggugah
pembaca untuk membaca isi naskah secara keseluruhan.
Penulisan ilmiah baik berupa karya tulis maupun karya ilmiah
lainnya juga sangatlah luas untuk dipelajari yaitu mulai dari penyiapan,
struktur format, aturan penulisan sampai pada penggunaan gaya bahasa.
Namun hal yang sangat penting adalah latihan dan membiasakan diri
untuk menulis, karena menyampaikan teori penulisan sama saja dengan
menyampaikan teori cara berenang. Teori ini tidak akan dapat bermanfaat
apabila tidak langsung dipraktekan atau latihan. Dari latihan akan muncul
pengalaman-pengalaman dan akan semakin baik. Banyak buku yang
membahas teori penulisan dari sudut pandang yang berbeda-beda. Pada
dasarnya, sekiranya kita menggunakan pernyataan orang lain dalam tulisan
kita, kutipan yang dipinjam itu dapat berupa “kutipan langsung” atau
“kutipan tidak langsung”. Kutipan langsung merupakan pernyataan yang
kita tulis dalam karya ilmiah dalam susunan kalimat aslinya tanpa
mengalami perubahan sedikit pun. Sedangakan dalam kutipa tidak
langsung kita mengubah susunan kalimat yang asli dengan susunan
kalimat kita sendiri.

2. Saran
Agar abstrak dapat memenuhi fungsinya, penulis hendaknya
meperhatikan ketentuan-ketentuan menyusun dan menulis abstrak
termasuk dalam pemilihan kata yang efisien dan tepat, penyusunan kalimat
yang syarat makna, penataan kalimat-kalimat menjadi sebuah paragraf
yang koheren. Hal yang juga sangat penting ialah penggunaan bahasa yang
baku serta komunikatif. Abstrak ditulis sesudah naskah selesai ditulis
secara lengkap dan perlu diperiksa kembali untuk melihat apakah abstrak
itu telah dapat menggambarkan isi pokok naskah secara singkat tetapi
lengkap.
DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti, Arsyad Maidar G., dan Ridwan, Sakura H. 1989. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga
American Psychological Assosciation. 2001. Publication Manual of The
American Psychological Assosiantion. Ed. ke-5 Washingtn, D.C.
Brotowidjoyo, Mukayat D. 2002. Penulisan Karangan Ilmiah. (Ed. Ke-2).
Jakarta: Akademika Pressindo.
Keraf, Gorys. 1997. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa. Ende-
Flores: Penerbit Nusa Indah.
Sugono, Dendy. 1997. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta : Puspa
Swara
Surisasumantri, Jujun S. 2000. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer Jakarta:
Sinar Harapan,
Turabian, Kate L. 1996. A Manual for Wrting of Term Papers, Theses, and
Disertation. (Ed. Ke 6). Chicago: The University of Chicago Press.
Akhadiah, Sabarti., Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan. 1988. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Alwi, Hasan dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Arifin, E. Zaenal. 2004. Dasar-Dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta:
Grasindo.
Brotowidjoyo, Mukayat D. 1985. Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta:
Akademika Pressindo.
Effendi, S. 1987. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Keraf, Gorys. 1993. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende:
Nusa Indah.
Parera, J.D. 1982. Menulis Tertib dan Sistematis. Jakarta: Erlangga.
Ramlan,M. dkk. 1992. Bahasa Indonesia yang Salah dan yang Benar.
Yogyakarta: Andi Offset.
Soeparno, Haryadi, dan Suhardi. 1997. Bahasa Indonesia untuk Ekonomi.
Yogyakarta: Ekonisia.

Anda mungkin juga menyukai