Anda di halaman 1dari 21

i

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Karya Ilmiah adalah karya tulis yang dibuat untuk memecahkan suatu permasalahan
dengan landasan teori dan metode-metode ilmiah. Biasanya Karya ilmiah berisikan
data, fakta, dan solusi mengenai suatu masalah yang diangkat. Penulisan karya ilmiah
dilakukan secara runtut dan sistematis .

Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi, bahasa selain digunakan


untuk berkomunikasi sehari-hari juga digunakan untuk mengkomunikasikan
ide-ide atau gagasan-gagasan ilmiah. Penggunaan bahasa untuk
menyampaikan gagasan ilmiah tertentu berbeda dengan bahasa sehari-hari,
bahasa dikoran, televisi, dan media massa lainnya. Menggunakan bahasa
dalam karya ilmiah menuntut kecermatan pemilihan kata dan struktur
bahasanya, harus memenuhi ragam baku atau ragam standar (formal), dan
bukan bahasa informal atau bahsa pergaulan sehari-hari.

Masalah ilmiah biasanya menyangkut hal yang bersifat abstrak dan


konseptual, yang sulit dicari alat peraga atau analoginya, diperlukan struktur
bahasa dan kosakata yang canggih. Ciri-ciri bahasa keilmuan adalah
kemampuan untuk menjelaskan suatu gagasan atau pengertian dengan
ekspresi yang cermat sehingga makna yang dimaksud oleh penulis dapat
diterima persis oleh pembaca. Untuk itu, bahasa ilmiah memiliki ciri-ciri: (1)
isinya bermakna, (2) urainnya jelas, (3) memiliki kepaduan yang tinggi, (4)
singkat dan padat, (5) memenuhi standar bahasa baku, (6) memenuhi
standar penulisan ilmiah, dan (7) komunikatif secara ilmiah.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana cara penulisan Karya Tulis Ilmiah?
b. Bagaimana penulisan karya ilmiah yang baik dan benar?

1.3 Tujuan Pembahasan


Tujuan dari pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas MKU Bahasa
Indonesia dan juga untuk mengetahui bagaimana praktik menulis Karya Tulis
Ilmiah yang benar.

1
Bab II
Isi dan Pembahasan
Sebuah karya tulis ilmiah secara umum terbagi dalam dua bagian, yaitu bagian
pelengkap dan bagian inti. Bagian pelengkap terdiri atas : (1) halaman judul, (2) daftar
isi, (3) prakata, (4) persembahan, (5) lembar pengesahan, (6) penutup. Pada bagian
pelengkap ada prakata (bedakan dengan kata pengantar), daftar tabel/skema,
bibliografi, dan lampiran. Tentu saja kelengkapan-kelengkapan tersebut tidak semuanya
mutlak disertakan.
2.1 Struktur Karya Tulis Ilmiah
1. Pendahuluan
Bagian pendahuluan berisi gambaran tentang topik penelitian yang hendak
dibahas. Bagian ini terdiri atas beberapa subbagian, yang pada umumnya terdiri atas
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian atau penulisan, dan
manfaat penelitian. Aspek-aspek yang bisa disertakan pada bagian ini diuraikan secara
sederhana di bawah ini.
1.a Latar Belakang Masalah
Bagian ini menguraikan fakta dan informasi yang menjadi alasan mengapa
penelitian perlu dilakukan dan mengapa penulis tertarik dengan objek yang diteliti.
Bagian ini mencerminkan kepekaan penulis dalam memperhatikan fenomena-fenomena
yang mutakhir di bidang yang sedang dikaji . tidak jarang, sebuah makalah atau skripsi
mendapat respon yang baik dari pembaca atau peminatnya karena membahas topik-
topik yangs sedang aktual di masyarakat dan informasinya dibutuhkan banyak orang.
1.b Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena yang menajdi daya tarik dan dijelaskan pada bagian latar
belakang, penulis harus secara eksplisit mengemukakan butir-butir masalah yang
hendak dikaji. Pada bagian ini, penulis perlu mengemukakanbutir-butir masalah yang
menjadi fokus kajian karena pada bagian latar belakang biasanya hal itu belum
disampaikan. Pada umumnya, rumusan masalah disampaikan dalam kalimat tanya.
Kalimat tanya yang digunakan hendaknya operasional. Artinya, dapat dijawab atau
dikerjakan dan keberhasilannya dapat diukur dengan mudah. Hindari kalimat tanya
yang tidak jelas dan keberhasilannya sulit diukur, misalnya: “akankah ampas tahu
berpengaruh terhadap percepatan tumbuh-kembang ternak?” kalimat tanya seperti itu
sulit diukur keberhasilannya karena kata tumbuh-kembang tidak operasional.

2
1.c Tujuan penelitian
Pada bagian ini, penulis hendaknya mengemukakan hal-hal yang menjadi tujuan
penelitian. Rumusan tujuan penelitian biasanya merupakan pernyataan yang menjawab
pertanyaan yang dirumuskan dalam bagian rumusan masalah. Tujuan penelitian
hendaknya relevan dengan rumusan masalah yang ditetapkan. Jika ada lima rumusan
masalah, tujuan penelitian pun lima penyataan.
1.d Manfaat Penelitian
Pada bagian ini disampaikan manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian
dimaksud. Manfaat perlu disampaikan dalam dua kategori, yaitu manfaat teoritis dan
manfaat praktis. Manfaat teoritis menyangkut kegunaan hasil penelitian ditinjau dari
aspek teori dan relevansi hasil penelitian dengan teori-teori yang telah ada. Manfaat
praktis menyangkut kegunaan hasil penelitian bagi kehidupan manusia sehari-hari

2.2 kajian pustaka


Sebuah penelitian tentu harus dilandasi teori-teori yang kuat. Landasan teori
akan menjadi pemandu bagi penulis dalam melakukan seluruh aktivitas penelitian dan
penulisan karya ilmiah.

2.3 Metode dan teknik analisis data


Penetuan metode dan teknik menganalisis data juga akan menentukan hasil dari
sebuah penelitian. Metode harus dibedakan dari teknik. Metode merupakan cara yang
harus dilaksanakan, sedangkan teknik merupakan cara untuk melaksanakan metode.
Teknik penelitian ditentukan oleh instrumen atau alat yang dipakai.

2.4 Hasil Penelitian


Bagian keempat dari rangkaian penelitian adalah menulis adalah menulis hasil
penelitian. Setelah merampungkan penulisan bagian metode, kegiatan dapat
dilanjutkan dengan melaksanakan penelitian pada ranah yang dipilih. Peneliti akan
berkutat dengan pengambilan data, analisas data, dan penarikan kesimpulan.
Selanjutnya, peneliti merumuskan hasil penelitian dan menyajikannya pada bagian
keempat ini.
Penyajian hasil penelitian menuntut kemahiran penulis dalam berbahasa. Sajian
penelitian akan menarik jika diuraikan secara kronologis dan teratur, mengikuti kaidah
penulisan karya ilmiah. Hal-hal yang dipandang rumit hendaknya diupayakan agar
disajikan secara sederhana dan lugas, meskipun harus tetap pada koridor tata cara
penulisan ilmiah. Jangan membuat uraian tetap pada penjelasan yang berbelit-belit dan
panjang. Usahakan kalimat yang digunakan sederhana singkat.

3
2.5 Penutup
Bagian kelima adalah penutup. Sebagai bagian akhir dari karya ilmiah, pada
bagian penutup, peneliti harus memberi simpulan dari hasil penelitianya. Simpulan dari
hasil penelitiannya. Simpulan tersebut harus disajikan secara lugas, sederhana, dan
singkat. Tujuannya agar pembaca bisa lebih menangkap hasil peneltiiannya dengan
baik dan komprehensif.
Selain berisi simpulan, pada bagian penutup juga kadang terdapat subban saran.
Subban ini tampaknya masih banyak digunakan sebagai subbagian dari bagian
penutup. Namun, tersebut. Sederhananya, sebuah penelitian mensyaratkan sebuah
penelitan lanjutan, entah untuk menyanggah atau menguatkan hasil penelitian
terdahulu.

2.6 Bagian Pelengkap


a. Daftar Pustaka
Daftar pustaka atau bibliografi merupaan bagian penting bagi suatu tulisan ilmiah
atau penelitian. Asumsinya, sebuah penelitian ilmiah tentu akan menggunakan
referensi-referensi pendukung. Tidak ada batasan minimal maupun maksimal dalam
penggunannya referensi. Namun, ini bukan berarti bahwa peneliti bisa seenaknya
mencamtumkan referensi. Referensi yang terlalu sedikit bisa menandakan peneliti tidak
banyak membaca literatur pendukung atau hasil penelitian terkait. Sementara bila
terlalu banyak, bisa-bisa dicurigain hasil tulisannya didominasi oleh pendapat ahli dari
pada pendapat peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, pemanfaatan referensi harus
dilakukan sewajarnya dan seperlunya saja.
Daftar pustaka sebaiknya dibuat secara otomatis menggunakan apilkasi
kepustakaan, misalnya Mendeley. Cara itu, kecuali akan memudahkan penulisan, juga
membuat kepustakaan yang ditulis valid. Rujukan yang dicantumkan pada tubuh teks
akan sama dengan rujukan yang ditulis pada daftar pustaka. Disamping itu, penulisan
rujukan menggunakan apilkasi komputer menunjukan kualitas tulisan anda.
Kaidah penulisan daftar pustaka juga harus diperhatikan. Bedakan sumber
referensi yang berasal dari buku dengan majalah dan surat kabar. Mengingat dunia
internet saat ini pun menawarkan beragam hasil penelitian yang dengan mudah dapat
diakses, peneliti dapat dimanfaatkan sumber-sumber tersebut sebagai bahan referensi
penelitiannya. Khusus untuk sumber referensi dari nternet, saat ini disepakati bahwa
tata cara penulisannya sebagai bibliografi diperlakukan seperti layaknya sebuah artikel.

B. Abstrak

4
Abstrak juga menjadi bagian penting lain dari suatu tulisan ilmiah. Tiap-tiap
institusi biasanya mempunyai ketentuan tertulis tentang tata cara penulisan abstrak.
Abstrak merupakan suatu bagian uraian yang singkat. Ukuranya kira-kira delapan
sampai sepuluh baris atau 150-200 kata. Abstrak bertujuan untuk menerangkan kepada
para pembaca aspek-aspek mana yang dibahas dalam suatu karya ilmiah. Abstrak
biasa memuat latar belakang singkat, tujuan penelitan, metode yang digunakan, hasil
penelitan, dan kesimpulan.
Pada umumnya, abstrak ditulis dalam dua bahasa, bahasa indonesia dan
bahasa ingris. Tujuannya agar hasil penelitian dapat dibaca oleh banyak orang, tidak
hanya didalam negeri tetapi juga di mancanegara. Abstrak ditulis dengan rapat (1spasi)
dengan format penulisan khusus. Pada bagian akhir abstrak disebutkan kata-kata kunci
untuk memudahkan penulusuran secara online melalui internet.
A. Alinea Yang Efektif

Pada dasarnya setiap karya tulis merupakan sekumpulan alinea yang membahas suatu
permasalahan. Oleh karena itu, kemampuan menulis alinea yang baik adalah
persyaratan yang sangat penting dalam menulis karya ilmiah. Berikut ini merupakan
konsep-konsep mendasar yang perlu dikuasai dalam rangka mengembangkan
kemampuan menulis alinea yang efektif.

Alinea pada hakikatnya merupakan perpaduan sekelompok kalimat yang membahas


satu ide pokok. Seluruh kalimat itu harus memiliki hubungan logis. Kalimat yang tidak
berhubungan logis (atau tidak relevan dengan ide) pokok harus dihapus dari alinea.
Kalimat yang bersifat pengulangan juga harus dihilangkan.

Salah satu pertanyaan yang sering diajukan tentang alinea adalah: Berapa jumlah
kalimat yang diperlukan untuk membuat sebuah alinea? Tidak ada jawaban yang pasti
untuk pertanyaan ini. Yang perlu dipedomani adalah bahwa sebuah alinea tidak boleh
terlalu pendek sehingga ide pokoknya tidak dikembangkan secara memadai, atau
terlalu panjang sehingga ide pokoknya berkembang sangat luas hingga perlu
dikembangkan dalam beberapa alinea terpisah.

Dilihat dari fungsinya, kalimat-kalimat pembangun sebuah alinea dapat dibedakan ke


dalam tiga jenis: kalimat topik, kalimat pendukung, dan kalimat kesimpulan. Kalimat
topik berfungsi menyatakan ide pokok atau mengungkapkan apa yang akan dibahas
dalam alinea tersebut. Kalimat pendukung berfungsi menghadirkan bukti, fakta,
argumen, atau penjelasan lain untuk memperjelas ide pokok. Sedangkan kalimat
kesimpulan digunakan untuk merangkum isi alinea atau menunjukkan transisi ke alinea
berikutnya. Tidak semua alinea membutuhkan kalimat kesimpulan. Oleh karena itu,
jenis kalimat yang harus ada dalam sebuah alinea adalah kalimat topik dan pendukung.
Tampilan sebuah alinea dapat digambarkan seperti dalam gambar 2 berikut.

Gambar 1: Tampilan Sebuah Alinea


5
(Kalimat topik)
……………………………………………………………………………………………………
…………(Kalimat pendukung) …………………………………………………(Kalimat
pendukung) ………………………………………………………………………………
(Kalimat pendukung)
……………………………………………………………………………………… (Kalimat
pendukung)  ……………………………………………………………………(Kalimat
kesimpulan).………………………………………………………………………………

1. Kalimat Topik

Dalam tulisan ilmiah, kalimat topik dapat ditempatkan di awal atau di akhir alinea,
tergantung pola berpikir yang digunakan. Jika penulis menggunakan pola berpikir
deduktif, kalimat topik diposisikan di awal alinea, jika induktif, di akhir. Untuk penulis
pemula, menempatkan kalimat topik di awal alinea lebih disarankan, karena
mendukung suatu ide yang lebih umum dengan menghadirkan detil-detil yang spesifik
(deduktif) biasanya lebih mudah dilakukan daripada menyimpulkan beberapa detil
spesifik  menjadi sebuah ide yang lebih umum.

Selain itu, perlu diingat bahwa setiap kalimat topik harus mengandung tiga unsur:
subjek, verba, dan ide pengendali (controlling idea). Subjek dalam kalimat topik
berperan sebagai topik alinea, sedangkan ide pengendali merupakan sebuah kata atau
frasa yang mengendalikan informasi-informasi dalam kalimat-kalimat lain dalam alinea
tersebut. Subjek bisa diletakkan di awal kalimat topik (sebelum verba) atau di akhir
(sesudah verba). Lihat contoh 1 berikut.

Contoh 1

1. Karya ilmiah memiliki empat ciri khas.

S               V              IP

1. Terdapat empat ciri khas yang dimiliki oleh karya ilmiah.

IP                                   V                         S

Berdasarkan penjelasan dia atas, terungkap bahwa bahwa sebuah kalimat topik harus
memenuhi tiga persyaratan. Pertama, kalimat topik harus berbentuk kalimat lengkap
(complete). Dalam kalimat itu harus terdapat unsur subjek, predikat, dan objek (ide
pengendali). Kedua, cakupan ide pengendali harus terbatas (limited), dalam arti tidak
lebih dari satu ide karena sebuah alinea hanya dapat membahas sebuah ide secara
tuntas. Ketiga, ide pengendali harus spesifik (specific). Hal ini berarti ide tersebut harus
relevan dan secara langsung berhubungan dengan topik.
6
Untuk memahami ketiga persyaratan kalimat topik ini secara lebih jelas, lihat contoh-
contoh dan penjelasan dalam contoh 2 berikut.

Contoh 2

1.a. Kemampuan menulis yang baik

1.b. Kemampuan menulis yang baik memberikan banyak keuntungan.

2.a. Pulau Bali terkenal dengan berbagai pemandangan yang indah.

2.b. Pulau Bali terkenal dengan berbagai pemandangan yang indah dan penduduknya
yang ramah.

3.a. Kenaikan harga kebutuhan pokok menimbulkan masalah yang serius.

3.b. Kenaikan harga kebutuhan pokok menimbulkan masalah yang serius bagi kalangan
berpenghasilan rendah.

Kalimat (1.a.) di atas bukan kalimat topik yang baik karena tidak memiliki unsur subyek,
verba, dan ide pengendali. Sedangkan kalimat (1.b.) adalah kalimat topik yang baik
karena adanya unsur subyek, verba, dan ide pengendali. Kalimat (2.a.) merupakan
kalimat topik yang baik karena ide pengendalinya hanya satu, yakni “berbagai
pemandangan yang indah”. Kalimat (2.a.) bukan kalimat topik yang baik karena ide
pengendalinya lebih dari satu. Kalimat (3.a.) bukan merupakan kalimat topik yang baik
karena ide pengendalinya tidak spesifik—bagi siapa masalah yang serius tersebut
timbul? Kalimat (3.b.) merupakan kalimat topik yang baik karena ide pengendalinya
secara spesifik menyatakan masalah yang serius tersebut dialami kalangan
berpenghasilan rendah.

2.  Kalimat Pendukung

Kalimat pendukung dibedakan ke dalam dua jenis. Pertama, kalimat pendukung mayor,
yaitu kalimat-kalimat yang secara langsung digunakan untuk menjelaskan ide pokok
dalam yang dinyatakan dalam kalimat topik. Penjelasan tersebut bisa dilakukan dengan
cara menghadirkan bukti, fakta, argumen, kutipan atau penjelasan lain. Kedua, kalimat
pendukung minor, yaitu kalimat-kalimat yang fungsinya memberikan keterangan yang

7
lebih terperinci terhadap penjelasan dalam suatu kalimat pendukung mayor.
Keberadaan satu atau lebih kalimat pendukung mayor dalam sebuah alinea adalah
keharusan. Sedangkan keberadaan kalimat pendukung minor sangat tergantung pada
apakah penjelasan dalam suatu kalimat pendukung mayor masih perlu diberikan
penjelasan yang lebih terperinci atau tidak.  Dengan kata lain, tidak semua alinea
memiliki kalimat pendukung minor. Lihat contoh 3 berikut.

Contoh 3

(1) Penggunaan bahasa sebagai media komunikasi telah menjalani empat tahapan
evolusi yang sesuai dengan perkembangan kebutuhan manusia. (2) Penelitian
antropologis mengungkapkan bahasa mulai dikembangkan masyarakat manusia
sebagai sarana komunikasi antar individu dalam kelompok kecil sekitar 200.000 tahun
lalu (Gianella dan Hopkins, 2006: 12). (3) Pada waktu itu, bahasa digunakan hanya
untuk berbagi informasi dan perasaan mengenai kehidupan sehari-hari. (4) Sekitar
tahun 30.000 sebelum masehi, kebutuhan untuk berkomunikasi dengan individu lain 
dari kelompok dan generasi berbeda mendorong manusia menciptakan bahasa tertulis.
(5) Petroglif, piktogram, dan ideogram di dinding gua, seperti Chauvet Cave di Prancis
Selatan, adalah contoh upaya menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan
kelompok dan generasi berbeda (Moore, 2005: 20). (6) Perkembangan ini kemudian
diikuti oleh penemuan sistem tulisan sekitar 4000 tahun SM, yang memungkinkan
pendokumentasian peristiwa dan data dalam bentuk yang lebih permanen. (7)
Perkembangan teknologi informasi, yang dimulai dengan penemuan telegraf pada
tahun 1837, telefon (1871), dan internet pada abad ke-20 membuat komunikasi dengan
bahasa dapat dilakukan tanpa batasan ruang dan waktu.

Dalam alinea di atas, kalimat (1) adalah kalimat topik (KT). Kalimat (2) merupakan
kalimat pendukung mayor pertama (KPM1) yang secara langsung menjelaskan tahapan
evolusi bahasa sebagai media komunikasi dengan menghadirkan tahapan awal
perkembangan bahasa. Kalimat (3) adalah kalimat pendukung minor (KPm) yang
menyajikan penjelasan lebih detil kepada informasi dalam KPM1. Kalimat (4)
merupakan kalimat pendukung mayor kedua (KPM2) yang secara langsung
menjelaskan tahapan kedua evolusi bahasa. Kalimat (5) adalah kalimat pendukung
minor (KPm) yang menyajikan penjelasan lebih detil kepada informasi dalam KPM2.
Kalimat (6) merupakan kalimat pendukung mayor ketiga (KPM3) yang secara langsung
menjelaskan tahapan ketiga evolusi bahasa. Kalimat (6) merupakan kalimat pendukung
mayor keempat (KPM4) yang secara langsung menjelaskan tahapan keempat evolusi
bahasa.

Hubungan antara kalimat topik (KT) dan kalimat-kalimat pendukung mayor (KPM) serta
kalimat-kalimat pendukung minor dalam alinea contoh di atas dapat digambarkan dalam
grafik di sebelah kanan ini.

3.  Kalimat Kesimpulan

8
Pada bagian akhir berbagai alinea penulis juga bisa meletakkan kalimat kesimpulan,
yakni kalimat yang merangkum informasi pada kalimat-kalimat sebelumnya atau
menarik kesimpulan berdasarkan informasi tersebut. Secara umum, dapat dikatakan
bahwa kalimat kesimpulan merupakan penegasan ide pokok yang dinyatakan dalam
kalimat topik. Lihat contoh 4 berikut.

Contoh 4

(1) Masyarakat Indonesia menjadikan Universitas Kristen Indonesia (UKI) sebagai


pilihan pertama untuk menimba ilmu karena beberapa alasan. (2) Pertama, UKI
merupakan salah satu universitas tertua di Indonesia yang berpengalaman mengelola
pendidikan tinggi dalam rangka menghasilkan lulusan berkualitas. (3) Survai terhadap
5678 alumni yang dilaksanakan baru-baru ini mengungkapkan 95% responden tidak
mengalami kesulitan memperoleh kerja atau menerapkan ilmu yang diperolehnya
selama kuliah di UKI untuk berwiraswasta. (4) Selain itu, kampus UKI terletak di salah
satu lokasi paling strategis di Indonesia. (5) Hal ini membuat mahasiswa tidak
mengalami kesulitan mencapai kampus. (6) Ketiga, dosen-dosen di UKI berkualitas
tinggi dan memiliki jiwa kepelayanan yang tinggi. (7) Ketiga faktor diatas mendorong
masyarakat menjadikan UKI pilihan utama untuk kuliah.

Dalam alinea di atas, kalimat (7) adalah kalimat kesimpulan (KK). Kalimat ini
merangkum informasi yang tersaji pada kalimat (2) hingga kalimat (6). KK ini juga
mengungkapkan ide pokok yang telah dinyatakan di kalimat topik, meskipun dengan
cara yang tidak sama persis.

Selain penggunaan kalimat topik, pendukung dan kesimpulan yang tepat, sebuah alinea
juga harus memenuhi unsur koherensi (coherence) dan kohesi. Yang dimaksud dengan
koherensi adalah kesatuan isi atau kepaduan maksud. Koherensi tercipta bila seluruh
kalimat pendukung membahas hanya satu hal, yakni topik, dan jika peristiwa, waktu,
ruang, dan proses diurutkan secara logis. Kohesi mengandung arti hubungan yang erat;
perpaduan yang kokoh dan kohesif berarti padu. Kohesi alinea tercipta bila seluruh
kalimat yang membangunnya dipadu dengan erat dan kokoh dengan menggunakan
konjungsi, pronominal, repetisi, sinonim, hiponim, paralelisme, dan elipsasi dengan
tepat.

B. Membuat Tulisan yang Mudah Dipahami

Tujuan utama pembuatan setiap karya tulis, termasuk karya ilmiah, adalah
mengkomunikasikan informasi, ide, atau konsep kepada pembaca agar dapat dipahami,
dimanfaatkan, dan dikembangkan. Akan tetapi, ada “sekelompok” tertentu yang
cenderung menganggap bahwa tolok ukur keilmiahan sebuah tulisan adalah kerumitan
tulisan itu: semakin sulit, semakin ilmiah. Bagi mereka, moto ”Kalau bisa ditulis secara
rumit mengapa harus dibuat sederhana?” terkesan lebih pas daripada antitesisnya,
“Kalau bisa ditulis sederhana, jangan dibuat rumit.” Padahal, keilmiahan sebuah karya

9
tulis pada hakikatnya berhubungan dengan faktor kesistematisan, kelogisan,
kebahasaan, dan keteraturan dalam berpikir. Jika semua faktor itu dipenuhi dengan
baik, karya tulis itu akan mudah dipahami.

Kelompok yang menganggap keilmiahan identik dengan kerumitan cenderung menulis


karya ilmiah dengan empat karakteristik berikut. Pertama, menggunakan kalimat-
kalimat yang panjang. Kelompok ini kelihatannya menganggap bahwa kalimat kalimat
pendek yang mudah dipahami hanya cocok untuk tulisan anak-anak atau orang awam. 
Oleh karena itu mereka menyusun kalimat-kalimat yang mengandung banyak frasa dan
klausa dengan ‘alasan’ semakin panjang kalimat, semakin mendalam pembahasan.
Padahal kalimat yang sangat panjang akan menimbulkan masalah pemahaman karena 
tidak jelas mana subjek, mana predikat, dan mana objek kalimat itu. Kecenderungan
seperti ini sebaiknya dicegah. Jika tidak terpaksa, jangan gunakan kalimat-kalimat
panjang dan kompleks. Kalimat pendek dan efektif akan membuat pemahaman lebih
mudah. Bandingkan kedua kalimat contoh berikut. Mana yang lebih mudah dipahami?

Contoh 5

a. Analisis kesalahan merupakan suatu teknik kajian dalam pengajaran bahasa yang
dilakukan oleh guru dalam lima langkah terhadap siswanya untuk mengetahui
penguasaannya akan kompetensi bahasa tertentu dengan cara mengidentifikasi
kesalahan apa yang dilakukan secara sistematis, seperti slip, keseleo, salah omong,
alias lapses dalam pembelajaran speaking, melihat seberapa sering dia melakukan
kesalahan, diikuti dengan penentuan dan pengklasifikasian jenis kesalahan, kemudian
menginterpretasikan apa penyebab kesalahan tersebut, dan, berdasarkan teori-teori
dan prosedur-prosedur linguistik, diakhiri dengan mengadakan perbaikan terhadap
kesalahan itu.

b. Analisis kesalahan merupakan suatu teknik kajian dalam pengajaran bahasa yang
dilakukan oleh guru untuk mengetahui penguasaan siswanya akan kompetensi bahasa
tertentu. Analisis ini dilakukan dalam lima langkah: satu, mengidentifikasi kesalahan
yang dilakukan secara sistematis, seperti salah omong dalam pembelajaran berbicara;
dua, melihat seberapa sering kesalahan dilakukan; tiga, menentukan dan
mengklasifikasikan jenis kesalahan; empat, menginterpretasikan penyebab kesalahan;
dan terakhir, mengadakan perbaikan terhadap kesalahan itu berdasarkan teori-teori dan
prosedur-prosedur linguistik.

Kecenderungan kedua yang sering dilakukan kelompok yang menganggap keilmiahan


identik dengan kerumitan adalah memuat sebanyak mungkin istilah asing. Contoh 6 di
bawah ini memperlihatkan fenomena ini dengan cukup baik. Anda dapat
memahaminya?

Contoh 6

10
Sekarang, aplikasikan sebuah sistem kalkulus proposional. Akumulasikan pada sistem
itu sebuah logika modal yang lemah yang di dalamnya kondisional yang eksisting dan
anteseden yang dibutuhkan mengakibatkan konsekuensi yang dibutuhkan (aksioma
Godel) dan kebutuhan akan teorema juga merupakan teorema. Jika dikatakan bahwa
semua kebenaran dapat diketahui maka hal ini dapat dirumuskan ‘Jika p maka mungkin
(‘à’) diketahui p’ dapat diketahui, p_àKp:

Harus diakui bahwa sebagai bahasa yang sedang berkembang bahasa Indonesia tidak
memiliki padanan yang pas untuk semua istilah teknis yang lazim terdapat dalam   karya
tulis ilmiah. Permasalahan ini sebenarnya terjadi juga dalam bahasa lain. Tidak ada
satu bahasa pun yang memiliki kosa kata lengkap hingga tidak lagi memerlukan
ungkapan untuk gagasan, temuan, atau konsep baru. Solusi terhadap permasalahan
apakah istilah-istilah asing tersebut harus diterjemahkan, dibiarkan, atau
dikombinasikan dengan istilah Indonesia sebenarnya sudah dirumuskan oleh Pusat
Bahasa (2007). Jadi, untuk menghasilkan tulisan ilmiah yang baik, menerapkan
pedoman pembentukan istilah tersebut merupakan keharusan.

Sebagai pedoman praktis, terdapat empat kiat untuk menghasilkan tulisan yang efektif.
Pertama, gunakan kata yang pendek dan lazim. Sebagai contoh, kalimat “Tiga ahli di
bidang migrasi hadir di seminar itu.” jauh lebih efektif daripada “Tiga tokoh
berpengetahuan spesifik dalam bidang perpindahan penduduk hadir di seminar itu”,
meskipun keduanya mengungkapkan ide yang sama.  Kedua, cegah kata-kata yang
berlebihan (redundant). Kalimat “Tono berteriak dengan suara keras” menggunakan
kata yang berlebihan, karena suara orang yang berteriak pasti keras. Sebaiknya kalimat
itu diganti menjadi ““Tono berteriak” saja. Ketiga, gunakan kalimat yang efektif (pendek
dan sederhana). Keempat, urutkan ide secara logis.

C. Pengutipan

1. Hakikat Kutipan

Dalam penulisan karya ilmiah seringkali digunakan berbagai kutipan—pinjaman


pendapat atau ucapan seseorang—untuk mendukung, menjelaskan, membuktikan,
atau menegaskan ide-ide tertentu. merupakan suatu hal yang wajar dan bahkan sangat
efektif untuk menghemat waktu. Adalah suatu pemborosan waktu bila seorang penulis
harus menyelediki kembali suatu kebenaran yang telah diteliti, dibuktikan dan dimuat
secara luas dalam sebuah buku, majalah, dan lain-lain, untuk tiba pada kesimpulan
yang sama. Jadi, untuk mendukung tulisannya, penulis bisa mengutip pendapat yang
sudah teruji dengan menyebutkan sumbernya agar pembaca dapat mencocokkan
kutipan itu dengan sumber aslinya.

Meskipun penggunaan kutipan pendapat ahli merupakan suatu hal yang wajar, hal itu
tidak  berarti bawa sebuah tulisan dapat terdiri dari kutipan-kutipan saja. Membuat
tulisan dengan menggunakan terlalu banyak kutipan dapat menimbulkan kesan bahwa

11
karya itu hanya suatu koleksi kutipan belaka. Sebagai patokan, panjang kutipan tidak
boleh melebihi sepertiga panjang tulisan. Secara ilmiah, ide-ide pokok dan kesimpulan-
kesimpulan harus merupakan pendapat penulis. Kutipan-kutipan hanya berfungsi
sebagai bukti-bukti pendukung pendapat penulis tersebut.

Menuliskan sumber kutipan dalam tulisan dapat dilakukan dengan bermacam cara
sesuai dengan standar yang digunakan oleh lembaga atau media tempat tulisan
diterbitkan. Karena rumpun ilmu-ilmu sosial biasanya menganut sistem American
Psychological Association (APA), sangat disarankan untuk menguasai sistem ini dan
menggunakannya secara konsisten. Berikut ini adalah pedoman pokok yang diadaptasi
dari Suryana dkk. (2007).

Pada dasarnya, kutipan dalam karya ilmiah dibagi atas dua jenis, yaitu kutipan
langsung dan kutipan tidak langsung. Kutipan langsung merupakan pendapat para ahli
yang dipinjam secara utuh atau lengkap, baik berupa frase atau kalimat. Kutipan
langsung dapat dibedakan pula atas kutipan langsung yang kurang atau sama dengan
empat baris dan kutipan langsung yang lebih dari empat baris. Kutipan tidak langsung
adalah pendapat para ahli yang dikutip dengan menggunakan parafrase, yaitu
menuliskan kembali apa yang dinyatakan oleh sumber rujukan dalam bahasa sendiri.
Diantara kedua jenis kutipan itu, yang paling disarankan untuk digunakan adalah
kutipan tidak langsung. Teknik kutipan langsung digunakan hanya jika (1) ungkapan
yang dikutip memang sudah selaras dengan bagian lain tulisan; (2) ungkapan yang
dikutip sudah sangat populer, atau  (3) ungkapan yang dikutip sangat sulit diparafrase.

2.  Teknik Pengutipan

a. Kutipan Langsung

Kutipan langsung yang kurang atau sama dengan empat baris dapat dilakukan dengan
cara-cara berikut: (i) kutipan ditulis inklusif dengan teks; (ii) memakai tanda petik dua di
awal dan di akhir kutipan; (iii) awal kutipan memakai huruf kapital; (iv) diikuti nama akhir
pengarang (marga), tahun terbit buku, halaman buku;  penulisan ini dapat disajikan di
awal atau di akhir kutipan.

Kutipan langsung yang lebih dari empat baris dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
(i) ditulis eksklusif (terpisah) dari teks 2,5 spasi; (ii) ditulis dalam satu spasi; (iii)
memakai tanda petik dua atau pun tidak (opsional); (iv) semua kutipan dimulai dari 7—
10 ketukan dari sebelah kiri teks; (v) Awal kutipan memakai hurup kapital; (vi) diikuti
nama akhir pengarang (marga), tahun terbit buku, halaman buku; penulisan ini dapat
disajikan di awal atau di akhir kutipan.

b. Kutipan Tidak Langsung

12
Pengutipan ini dilakukan dengan cara-cara berikut: (i) kutipan disatukan (inklusif)
dengan teks; (ii) tidak memakai tanda petik dua; (iii) Menggunakan
ungkapan mengatakan bahwa, menyatakan bahwa, mengemukakan bahwa, berpen
dapat bahwa dll;  (iv) Mencantumkan nama akhir pengarang (marga), tahun, dan
halaman.

3.  Prinsip-Prinsip Dasar

Prinsip-prinsip dasar dalam pengutipan adalah sebagai berikut.

1. Dalam kutipan tidak dibenarkan mencantumkan judul buku.


2. Nama orang dan identitas tahun terbit dan halaman buku selalu berdekatan

Contoh:

Norman (2004: 56) menyatakan bahwa ……………………

3. Kutipan tidak dibenarkan dicetak tebal atau dihitamkan.

4. Penulis tidak diperkenankan untuk mengadakan perubahan (katakata) dalam kutipan.


Apabila ingin mengadakan perubahan, harus disertai dengan enjelasan.

5. Apabila ada kesalahan dalam penulisan baik EYD atau pun ketatabahasaan, tidak
diperkenankan mengadakan perubahan. Namun penulis boleh memberikan pendapat
atau komentarnya mengenai kesalahan atau ketidaksetujuannya dalam tanda kurung
segi empat […]. Jika penulis menemukan kesalahan ejaan pada kata-kata tertentu, dia
hanya diperkenankan memberikan catatan terhadap kesalahan tersebut dengan
menambahkan kata [sic!] dibelakang kata itu. Kata ini menunjukkan bahwa penulis tidak
bertanggungjawab atas kesalahan itu. Dia hanya sekedar mengutip sesuai dengan apa
yang ada dalam naskah aslinya. Kemudian, jika penulis memandang perlu untuk
memberikan penekanan dengan cara merubah teknik penulisan, seperti
menggarisbawahi, mencetak miring, atau mencetak tebal, hal itu harus dijelaskan
dalam tanda kurung segi empat […].

Contoh:

Setiawan (2001: 30) menegaskan bahwa: “Semakin dini [huruf miring dari saya,


Penulis] seseorang mulai belajar bahasa Inggeris [sic!]  akan semakin baik hasilnya dan
semakin banyak waktu belajar bahasa Inggeris [sic!] maka taraf penguasaan
pembelajar terhadap bahasa itu akan semakin baik.”

6. Kutipan dalam bahasa asing atau bahasa daerah harus dicetak miring.

13
7. Kutipan langsung selalu memakai tanda petik dua dan diawali dengan huruf kapital.

Contoh:

Suazo (2001: 30) berpendapat bahwa “Emotional intelligence is …”

8. Kutipan dapat ditempatkan sesuai dengan kebutuhan baik di awal, tengah, atau akhir
teks.

9. Jika pengarang ada dua, nama akhir (marga) kedua pengarang itu ditulis.

Contoh:

Pardede dan Simanjuntak (2007: 34) berpendapat ……

10. Jika pengarang ada tiga atau lebih, nama akhir pengarang pertama yang ditulis dan
diikuti dkk.

Contoh:

Pardede dkk. (2007: 34) menyatakan ……

11. Jika dalam dalam tulisan yang sama digunakan beberapa kutipan dari sumber
berbeda yang ditulis orang atau lembaga yang sama dan diterbitkan dalam tahun yang
sama juga, data tahun penerbitan diikuti lambang huruf a, b, c, dst. berdasarkan abjad
judul buku-buku tersebut.

Contoh:

Garcia (2009a: 34) menjelaskan ……

12. Jika kutipan diperoleh dari majalah atau koran tanpa identitas penulis, nama
majalah atau koran tersebut dituliskan sebagai sumber.

Contoh:

Kompas (2009: 34) menyatakan ……

13. Jika kutipan diperoleh dari dokumen yang diterbitkan oleh suatu lembaga, nama
lembaga tersebut dituliskan sebagai sumber.
14
Contoh:

Pusat Bahasa (2007: 25) menjelaskan ……

14. Jika kutipan diperoleh dari dokumen resmi pemerintah yang diterbitkan  tanpa
identitas penulis, judul atau nama majalah atau koran tersebut dituliskan sebagai
sumber

Contoh:

Undang-Undang Republik Indonesia No 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


(2004) menyatakan ……

15. Kutipan dalam bentuk catatan kaki sudah tidak dipakai lagi dalam penulisan karya
ilmiah karena dirasakan tidak efektif.

16. Kutipan yang berasal dari ragam bahasa lisan seperti pidato pejabat jarang dipakai
sebagai sumber acuan dalam penulisan karya ilmiah karena kebenarannya sulit
dipercaya karena harus diketahui oleh orang yang bersangkutan (rawan kesalahan
kutipan). Jika terpaksa menggunakannya, kutipan seperti itu harus dibuatkan dulu ke
dalam transkrip dan diminta pengesahannya oleh pembicara.

17. Pengutipan pendapat orang lain sebaiknya dilakukan secara variatif (jangan
monoton). Padukanlah kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.

18. Apabila kutipan itu dirasakan terlalu panjang, penulis boleh mengambil bagian
intinya saja dengan teknik memakai tiga tanda titik […], tetapi tidak boleh mengubah
atau menggeserkan makna atau pesannya.

Contoh:

Tylor (1991: 62) menegaskan: “It is, …, not possible to have action without character
and character is also defined by plot.”

19. Jika mengutip pendapat ahli yang berasal dari kutipan karya ilmiah orang lain,
bentuk penyajiannya adalah.

Contoh:

Menurut Chomsky (dalam Purba, 2009: 56), makna ujaran adalah …

15
20. Penulisan kutipan dari artikel dari internet mengikuti aturan yang sama dengan
sumber bahan tertulis, bila data tentang nama penulis, judul artikel, dan nomor halaman
tersedia. Jika nomor halaman tidak tersedia, sebutkan dari alinea berapa kutipan
tersebut diambil.

Contoh:

Menurut Nazara (2009: alinea 5), sumber kekuatan utama seorang pria adalah …

D. Penulisan Daftar Referensi

1. Hakikat Daftar Pustaka

Daftar pustaka adalah daftar atau senarai yang ada dalam karya ilmiah (misalnya
makalah atau skripsi) yang berisikan identitas buku dan pengarang yang disusun
secara alfabetis (setelah nama marga pengarang dikedepankan). Daftar pustaka
merupkan suatu elemen yang harus ada (mutlak) dalam penulisan karangan ilmiah.
Dengan adanya daftar pustaka, pembaca bisa mengetahui sumber acuan yang menjadi
landasan dalam pengkajian.

Penulisan daftar pustaka yang berkembang hingga saat ini dibedakan ke dalam dua
jenis. Pertama, bibliografi, yakni daftar bacaan yang berkaitan dengan permasalahan
yang dibahas, sekalipun tidak dirujuk secara langsung di dalam tulisan. Kedua, daftar
rujukan (reference list), yaitu yakni daftar bacaan yang dikutip dalam tulisan.

2. Teknik Penulisan Daftar Pustaka

Unsur-unsur yang dituliskan dalam daftar pustaka adalah sebagai berikut:

a. Nama pengarang, ditulis dengan urutan: nama belakang, nama depan dan nama
tengah tanpa gelar akademik.

b. Bila pengarang ada dua, nama yang dibalikkan urutannya hanya nama pengarang
pertama.

Contoh:

Pardede, Parlin dan Kerdit Simbolon. 2008. …

c. Jika nama pengarang ada tiga atau lebih, nama pengarang pertamalah yang diputar
dan diikuti oleh dkk. atau et. all.

16
Contoh:

Tobing, Maruli dkk. 2009. …

d. Bila tidak terdapat nama pengarang, nama departeman atau lembagalah yang ditulis;
bila tidak ada kedua-duanya, tulislah tanpa pengarang, atau tanpa lembaga.

Contoh:

Undang-Undang Republik Indonesia No 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.


2004. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

e. Judul buku harus dicetak miring dalam komputer atau digarisbawahi dalam mesin tik
atau tulisan tangan;

f. Judul artikel, skripsi, tesis, atau disertasi yang belum dibukukan diapit oleh tanda petik
dua;

g. Bila ada edisi/cetakan ditulis sesudah judul buku;

h. Jika buku tersebut merupakan terjemahan dari buku bahasa asing, penerjemah
ditulis sesudah edisi atau judul buku. Jika tahun penerbitan buku asli tidak disebutkan,
tuliskan kata ‘Tanpa tahun’.

Contoh:

Ary, D.C. Tanpa Tahun. Pengantar Penelitian Pendidikan. Terjemahan oleh Arif Furhan.
1992. Surabaya: Usaha Nasional.

Segers, Rien T.1980. Evaluasi Teks Sastra. Terjemahan oleh Suminto A. sayuti. 2000.
Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

i. Spasi dalam daftar pustaka adalah satu spasi;

j. Perpindahan dari satu pengarang ke pengarang yang lain adalah dua spasi.

k. Bila dalam satu buku diperlukan dua baris atau lebih, baris yang kedua dan
selanjutnya diketik lebih menjorok ke kanan antara 5-7 ketuk.

17
l. Jika seorang pengarang menuliskan lebih dari satu buku, nama pengarang ditulis satu
kali; nama pengarang itu diganti dengan garis panjang atau tanpa garis panjang dan
urutan penulisannya berdasarkan tahun terbit;

Contoh:

Badudu, J.S. 1985. Cakrawala Bahasa Indonesia 1. Jakarta: PT Gramedia.

_______ 1987. Membina Bahasa Indonesia Baku 2, Cet. X, Bandung: Pustaka Prima.

m. Bila ada dua atau lebih buku (karya ilmiah) dari seorang pengarang yang ditulis
dalam tahun yang sama, urutan penulisannya diikuti nomor urut a, b, c, dsb.

Contoh:

Djajasudarma, T. Fatimah. 1993a Semantik 2: Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: PT


Eresco.

_______ 1993b. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung:


PT Eresco.

n. Bila rujukan merupakan artikel dalam jurnal, nama penulis ditulis paling depan, diikuti
dengan tahun, judul artikel (diapit tanda petik ganda), nama jurnal (cetak miring), tahun
ke-n jurnal, nomor jurnal dan nomor halaman artikel (dalam kurung, dipisahkan oleh
tanda titik dua);

Contoh:

Pardede, Parlindungan. 2009. “Developing Students Pronunciation Using Drill


Technique: An Action Research Report”. Dinamika Pendidikan, 3 (1: 1-17). Jakarta:
FKIP-UKI.

o. Bila rujukan merupakan artikel yang disajikan dalam seminar, lokakarya, atau
penataran, nama penulis ditulis paling depan, diikuti oleh tahun, judul artikel (diapit
tanda petik ganda), kemudian dilanjutkan dengan pernyataan “Makalah disajikan dalam
…” nama forum, lembaga penyelenggara, tempat, tanggal, bulan dan tahun
penyelenggaraan.

Contoh:

18
Pardede, Parlindungan. 2009. “Teaching Language Through Songs”. Makalah disajikan
dalam Lokakarya Teaching English to Young Learners yang diselenggarakan oleh
FKIP-UKI di Jakarta pada tanggal 25 September 2009.

p. Bila rujukan merupakan artikel individual yang diakses dari internet, nama penulis
ditulis paling depan, diikuti oleh tahun, judul karya, keterangan (Online), alamat sumber
rujukan, dan keterangan waktu pengunduhan yang diapit tanda kurung.

Contoh:

Boon, J. (tanpa tahun). “An Introduction to Anthropology of


Religion.” (Online) http://www.joe.org/june33/95.html (Diunduh pada tanggal 17 Juni
2010).

q. Bila rujukan merupakan artikel dari jurnal yang diakses dari internet, nama penulis
ditulis paling depan, diikuti oleh tahun, judul karya, nama jurnal (cetak miring),
keterangan (Online), volume dan nomor, alamat sumber rujukan, dan keterangan waktu
pengunduhan yang diapit tanda kurung.

Contoh:

Griffith, A.I. 1995. “Coordinating Family and School: Mothering for


Schooling.” Education policy Analysis Archive. (Online). Vol. 3 No.
1., http://olam.ed.asu.edu/epaa/ (Diunduh pada tanggal 17 February 2007).

r. Bila rujukan merupakan artikel dalam jurnal dalam CD-ROM, penulisannya sama
dengan rujukan dari artikel cetak, diakhiri dengan penyebutan CD-ROMnya dalam
tanda kurung.

Contoh:

Krashen, S. M. Long, dan R. Scarcella. 1977. “Age, Rate and Eventual Attainment in
Second Language Acquisition. TESOL Quarterly, 13: 578-82 (CD-ROM: TESOL
Quarterly Digital).

s. Jika rujukan merupakan artikel yang diperoleh dari internet berupa e-mail pribadi,
penulisannya diawali dengan nama pengirim (jika ada), diikuti oleh alamat e-mail
pengirim dalam tanda kurung, tanggal, bulan, tahun, topik berita yang diapit oleh tanda
petik ganda, keterangan “E-mail kepada …, dan diakhiri dengan alamat e-mal penerima
dalam tanda kurung.

Contoh:

19
Pardede, Parlindungan (ParlindunganPardede@uki.ac.id), 5 Juni 2010. Artikel untuk
Jurnal Dinamika Pendidikan. E-mail kepada Situjuh Nazara (SitujuhNazara @uki.ac.id)

t. Perhatikan urutan penulisan; Nama keluarga/marga, (dipisahkan koma), nama


diri (diakhiri titik), tahun terbit, (diakhiri titik), judul buku, (diakhiri titik atau titik dua bila
ada anak judul dan dicetak miring), cetakan (diakhiri titik), nama tempat (diakhiri titik
dua), nama penerbit (diakhiri titik).

Penutup

Berdasarkan uraian tentang empat jenis kesalahan di atas, diharapkan pembaca dapat
menerapkan kata-kata bijak bahwa kesalahan sebenarnya merupakan pedoman untuk
tidak mengulangi kesalahan yang sama.dalam penulisan karya ilmiah. Penjelasan
dalam makalah ini disarankan untuk dimanfaatkan sebagai pedoman dalam proses
pengeditan dan revisi sewaktu menulis. Selamat berkarya.

BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi, bahasa selain
digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari juga digunakan untuk
mengkomunikasikan ide-ide atau gagasan-gagasan ilmiah. Penggunaan
bahasa untuk menyampaikan gagasan ilmiah tertentu berbeda dengan
bahasa sehari-hari, bahasa dikoran, televisi, dan media massa lainnya.
Menggunakan bahasa dalam karya ilmiah menuntut kecermatan pemilihan

20
kata dan struktur bahasanya, harus memenuhi ragam baku atau ragam
standar (formal), dan bukan bahasa informal atau bahsa pergaulan sehari-
hari. Masalah ilmiah biasanya menyangkut hal yang bersifat abstrak dan
konseptual, yang sulit dicari alat peraga atau analoginya, diperlukan struktur
bahasa dan kosakata yang canggih.

3.2 SARAN
Agar bahasa dapat di fungsikan dengan maksimal tidak hanya digunakan
untuk berkomunikasi saja tetapi juga untuk menulis Ragam Ilmiah kita semua
harus bisa dan mau belajar apa itu Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah. Kita harus
bisa memahami struktur dan kaidah nya agar bisa menulis Ragam Ilmiah yang
baik dan benar.

21

Anda mungkin juga menyukai