Anda di halaman 1dari 8

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Karya Ilmiah

Ada berbagai definisi tentang karya ilmiah sebagai berikut :

Dalam buku yang di tulis Drs.Totok Djuroto dan Dr. Bambang Supriyadi disebutkan bahwa
karya ilmiah merupakan serangkaian kegiatan penulisan berdasarkan hasil penelitian, yang
sistematis berdasar pada metode ilmiah, untuk mendapatkan jawaban secara ilmiah terhadap
permasalahan yang muncul sebelumnya.

Menurut Brotowidjoyo, karya ilmiah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan
ditulis menurut Metodologi penulisan yang baik dan benar.

Menurut Hery Firman, karya ilmiah adalah laporan tertulis dan ai publikasikan dipaparkan
hasil penelitian atau pengkajian yang teliah dilakukan oleh seorang atau sebuah tim dengan
memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Dari berbagai macam pengertian karya ilmiah di atas dapat disimpulkan, bahwa yang
dimaksud karya ilmiah dalam makalah ini adalah, suatu karangan yang berdasarkan penelitian
yang ditulis secara sistematis, berdasarkan fakta di lapangan, dan dengan menggunakan
pendekatan metode ilmiah.

Karya ilmiah, suatu tulisan yang didalamnya membahas suatu masalah. Pembahasan itu
dilakukan berdasarkan penyedikan, pengamatan, pengumpulan data yang dapat dari suatu
penelitian,baik penelitian lapangan, tes labolatorium ataupun kajian pustaka. Maka dalam
memaparkan dan menganalisis datanya harus berdasarkan pemikiran ilmiah,yang dikatakan
dengan pemikiran ilmiah disini adalah pemikiran yang logis dan empiris.

Suatu karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan
hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan
memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.

2.2 Ciri-ciri Karya Ilmiah


Dalam karya ilmiah ada 4 aspek yang menjadi karakteristik utamanya, yaitu :

1. struktur sajian
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan),
bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke
bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang
dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan pokok
pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.

1. Komponen dan substansi


Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah
mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang
dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.

1. Sikap penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan
gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata
ganti orang pertama atau kedua.
1. Penggunaan bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan
kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

2.3 Sikap Karangan Ilmiah


Dalam penulisan karya ilmiah ada 7 sikap ilmiah yang merupakan sikap yang harus ada.
Sikap-sikap ilmiah yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Sikap ingin tahu. Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal
yang berkaitan dengan bidang kajiannya.
b. Sikap kritis. Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin
berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan-kekurangannya,
kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.
c. Sikap terbuka. Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat,
argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat,
argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham
atau tidak sesuai.
d. Sikap objektif. Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa
diikuti perasaan pribadi.
e. Sikap rela menghargai karya orang lain. Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada
kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang
disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.
f. Sikap berani mempertahankan kebenaran. Sikap ini menampak pada ketegaran membela
fakta dan hasil temuan lapangan atau pengembangan walapun bertentangan atau tidak sesuai
dengan teori atau dalil yang ada.
g. Sikap menjangkau ke depan. Sikap ini dibuktikan dengan selalu ingin membuktikan
hipotesis yang disusunnya demi pengembangan bidang ilmunya.

2.4 Kesalahan dalam penulisan Karya Ilmiah

Rata-rata kesalahan penulisan karya ilmiah yang menghambat penyelesaiannya adakan


dikarenakan ‘tidak konsisten’ dalam penulisan. Bentuk ketidak konsisten itu menyangkut
banyak hal, dapat berupa diksi, teknik mengutip, atau bahkan alur berpikir sendiri.
Berbagai kendala yang jumpai dalam proses penulisan penelitian ilmiah adalah sebagai
berikut :

1. salah mengerti audience atau pembaca tulisannya,


2. salah dalam menyusun struktur pelaporan,
3. salah dalam cara mengutip pendapat orang lain sehingga berkesan menjiplak (plagiat),
4. salah dalam menuliskan bagian Kesimpulan,
5. penggunaan Bahasa Indonesia yang belum baik dan benar,
6. tata cara penulisan “Daftar Pustaka” yang kurang tepat (tidak standar dan berkesan
seenaknya sendiri),
7. tidak konsisten dalam format tampilan (font yang berubah-ubah, margin yang berubah-
ubah).

2.5 Struktur Karya ilmiah


Secara umum, sebuah karya tulis ilmiah terbagi dalam tiga bagian pokok, yaitu: pendahuluan,
isi, dan penutup. Selain ketiga unsur inti ini, terdapat unsur-unsur lain—halaman judul,
prakata, judul, daftar isi, daftar tabel/skema, bibliografi, dan lampiran—yang keberadaannya
sangat tergantung pada keformalan tulisan. Semakin tinggi tingkat keformalan sebuah karya
ilmiah, semakin lengkap pula unsur-unsur lain tersebut digunakan. Skripsi dan tesis, misalnya,
sebagai karya ilmiah yang sangat formal, harus menyertakan seluruh unsur tersebut. Berikut
adalah penjelasan ringkas bagi unsur-unsur tersebut. Karena halaman judul, daftar isi, daftar
tabel/skema dan lampiran bersifat tidak begitu kompleks, ketiganya tidak turut diuraikan.

A. Pendahuluan
Seperti namanya, bagian ini memberikan gambaran mengenai topik yang hendak disajikan.
Aspek-aspek yang biasanya disertakan pada bagian mencakup:

1. Latar belakang masalah


Pada bagian ini, penulis biasanya menguraikan latar belakang ketertarikannya membahas
obyek yang menjadi inti penulisan. Namun yang menjadi inti bagian ini adalah topik atau
pokok permasalahan yang akan dipaparkan. Aspek lain yang perlu dikemukakan pada bagian
ini ialah tinjauan pustaka. Penulis perlu menyertakan beberapa penelitian yang relevan dengan
topik yang digumuli. Hal ini dilakukan untuk memperjelas pembaca bahwa pembahasan yang
dilakukan bukan mengulangi berbagai tulisan lainnya.

1. Masalah dan batasannya


Dari fenomena yang menarik perhatian, penulis harus secara eksplisit mengemukakan
masalah yang hendak dibahas. Sebab pada bagian latar belakang, masalah yang hendak
dibahas biasanya tidak dikemukakan secara eksplisit. Meskipun demikian, masalah yang
hendak dibahas atau diteliti itu masih harus dibatasi lagi. Hal ini dilakukan agar pembahasan
tidak meluas kepada aspek-aspek yang tidak relevan. Selain itu, pembatasan masalah juga
akan menjaga efektivitas penulisan.

1. Tujuan dan manfaat


Kemukakan tujuan dan manfaat penelitian yang dikerjakan. Sedapat mungkin dijabarkan
keduanya, baik bagi lingkungan akademis maupun masyarakat secara umum.

1. Metode Pengumpulan dan Analisis Data


Bagian ini menjelaskan bagimana data diperoleh dan teknik apa yang digunakan untuk
menganalisisnya

1. Landasan Teori
Setiap kajian ilmiah harus memiliki dasar teoritis yang kuat. Sehubungan dengan itu, penulis
harus benar-benar teliti menentukan dasar teoritis yang akan mendukung upayanya mengkaji
masalah dalam tulisan tersebut. Biasanya, penentuan teori yang hendak dipakai akan lebih
mudah jika karakteristik data yang diperoleh sudah dipahami.

B. Isi
Setelah bagian pendahuluan, penulisan dilanjutkan dengan memaparkan informasi atau data
yang telah diperoleh. Sub dari bagian isi biasanya tergantung pada ruang lingkup masalah.
Bila masalah yang hendak dibahas terdiri dari tiga butir, sub bagian isi bisa menjadi tiga.
Jangan sampai empat apalagi lima, mengingat pada bagian isi, penulis harus melakukan
analisis berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada bagian pendahuluan.

C. Penutup
Sebagai penutup, pada bagian ini peneliti harus memberi simpulan dari hasil penelitiannya.
Simpulan tersebut harus disajikan secara sederhana dan singkat agar pembaca bisa lebih
menangkap hasil penelitiannya secara ringkas. Salah satu bagian yang tampaknya masih
banyak digunakan sebagai sub-bagian dari penutup ialah saran. Berbagai fakultas di beberapa
perguruan tinggi belakangan ini mulai menghapus bagian tersebut. Keputusan untuk membuat
sub-bagian saran pada bagian penutup tentu saja tergantung pada lembaga atau jurnal tempat
penerbitan tulisan yang sedang digarap.

D. Unsur-Unsur Lain
1. Daftar Pustaka (Bibliografi)

Setelah bagian penutup, karya tulis diakhiri dengan Daftar Pustaka atau Bibliografi. Bagian
ini termasuk bagian yang penting karena sebuah karya ilmiah biasanya menggunakan
referensi-referensi pendukung. Tidak ada batasan minimal maupun maksimal dalam
penggunaan referensi. Namun, ini bukan berarti bahwa peneliti bisa seenaknya
mencantumkan referensi. Referensi yang terlalu sedikit bisa menandakan peneliti tidak
banyak membaca literatur pendukung atau hasil penelitian terkait. Sementara bila terlalu
banyak, bisa-bisa dicurigai hasil tulisannya didominasi oleh pendapat ahli daripada pendapat
peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, pemanfaatan referensi harus dilakukan dengan wajar dan
seperlunya saja.
Tata cara penulisan bibliografi pun harus diperhatikan. Secara umum, sumber referensi yang
berasal dari buku dituliskan dengan majalah dan surat kabar. Khusus untuk sumber referensi
dari internet, tata cara penulisannya sebagai bibliografi diperlakukan seperti layaknya sebuah
artikel. Mengingat bahwa tata cara penulisan bibliografi yang berlaku cukup beragam, penulis
sebaiknya mencermati sistem apa yang digunakan lembaga atau jurnal atau media yang akan
menerbitkan tulisan tersebut.

1. Judul
Judul tulisan ilmiah merupakan tema yang menggambarkan secara singkat tentang masalah.
Judul harus dirumuskan secara jelas, singkat, relevan dengan isi tulisan. Dengan kata lain,
judul harus mencerminkan dengan tepat masalah yang dibahas dan provokatif atau
mempunyai daya tarik yang cukup kuat hingga merangsang pembaca untuk membaca. Selain
itu, judul juga perlu mencerminkan gambaran kegiatan ilmiah yang dilakukan, di mana
variabel-variabel kegiatan ilmiah dan hubungan antar-variabel serta informasi lain tercantum
secara eksplisit dalam judul.

1. Abstrak
Abstrak juga merupakan bagian penting lain yang perlu diperhatikan. Abstrak merupakan
suatu bagian uraian yang sangat singkat, jarang lebih panjang dari enam atau delapan baris,
dan digunakan untuk menerangkan kepada para pembaca aspek-aspek mana yang dibicarakan
mengenai pokok permasalahan (Keraf 1984). Pada umumnya, abstrak merangkum isi tulisan
yang mencakup masalah, tujuan, metode, dengan tekanan utama pada hasil kegiatan ilmiah.
Rangkuman itu biasanya disusun dalam satu paragraf yang diketik dengan jarak satu spasi.
Abstrak pada umumnya diikuti tiga hingga lima kata kunci, yang terdiri dari istilah-istilah
yang mewakili ide-ide atau konsep-konsep dasar yang terkait dalam artikel. Sedapat mungkin,
kata kunci hendaknya diambil dari bidang ilmu terkait.
Sebagian jurnal atau lembaga mempersyaratkan abstrak ditulis dalam bahasa Inggris,
walaupun artikelnya sendiri di tulis dalam bahasa lain. Di lembaga atau jurnal lain, abstrak
cukup ditulis dalam bahasa yang digunakan artikel. Namun ada juga jurnal yang
mengharuskan abstrak ditulis dalam dua bahasa—bahasa Inggris dan bahasa yang digunakan
dalam artikel. Oleh karena itu, dalam bahasa apa abstrak ditulis sangat tergantung pada
ketentuan jurnal atau lembaga tempat tulisan dipublikasikan.

1. Prakata
Salah kaprah sering terjadi pada bagian ini. Masih banyak penulis yang menggunakan kata
pengantar daripada prakata. Padaha, kata pengantar ditulis oleh seseorang dalam rangka
menyajikan karya tulis orang lain. Biasanya kata pengantar ditulis seseorang (bukan penulis)
untuk memberi kesaksian yang menguatkan bagi pembaca, bahwa karya yang disajikan
penulis pantas dibaca atau dijadikan referensi. Sebaliknya, prakata merupakan pengantar yang
disajikan oleh penulis karya tersebut.
Pada bagian prakata, penulis biasanya memberi gambaran singkat mengenai karya tulis yang
digarapnya. Penyajiannya harus dilakukan dengan variasi yang kreatif, agar tidak dianggap
menjiplak bagian latar belakang masalah pada pendahuluan.

2.6 Proses Penulisan Karya Ilmiah


Seluruh aktivitas menulis, baik menulis puisi, novel, komentar di facebook, mupun karya
ilmiah merupakan suatu proses kreatif. Selama mengerjakan tulisannya, penulis menggali ide-
ide yang terdapat dalam pikirannya serta memperkaya ide-ide tersebut dengan mengolah ide
dan fakta-fakta yang relevan, yang diperoleh dari berbagai referensi. Ide-ide tersebut
kemudian dipilah-pilah, dikombinasikan, diorganisasikan, dan kemudian diungkapkan secara
tertulis dengan menerapkan sistematika dan metode atau teknik penulisan tertentu agar tulisan
tersebut dapat dipahami secara jelas serta mampu memenuhi tujuannya. Dengan
mengkombinasikan kedua kemampuan ini, barulah seseorang dapat menghasilkan sebuah
tulisan, baik kategori ilmiah maupun non ilmiah. Dengan kata lain, hanya orang-orang
kreatiflah yang akan dapat menjadi penulis yang baik.
Menulis merupakan aktivitas yang tahapan prosesnya berbeda-beda di antara seorang penulis
dengan penulis lain. Meskipun demikian, terdapat beberapa tahapan logis yang perlu
ditempuh untuk menghasilkan tulisan yang bagus. Dalam praktik penulisan, tahapan-tahapan
itu tidak ditempuh secara linier, melainkan melompat-lompat dengan gerakan maju dan
mundur dari satu tahapan ke tahapan lain. Oleh karena itu, Gardner dan Johnson (1997)
menggambarkan aktivitas menulis sebagai suatu proses yang cair yang terdiri dari delapan
tahapan dan berlangsung—disadari atau tidak oleh penulis—bolak- balik atau melompat-
lompat ke depan dan ke belakang.

2.7 Tahapan Penulisan Karya ilmiah


Kedelapan tahapan menulis yang diusulkan Gardner dan Johnson (1997) adalah sebagai
berikut.

1. Pra-menulis (prewriting), yang terdiri dari dua jenis aktivitas, yaitu: (a) tahapan
penggalian dan pengayaan ide yang dapat dilakukan melalui perenungan (brainstorming),
membaca bahan pustaka yang relevan, pembuatan peta pikiran; dan (b) penentuan
karakteristik pembaca target, tujuan dan bentuk tulisan,
2. Pembuatan draf awal, atau penuangan ide ke atas kertas. Dalam tahapan ini penulis tidak
perlu merisaukan konvensi atau kaidah-kaidah penulisan. Draf awal tidak perlu harus diulis
rapi. Yang penting ide-ide yang telah terakumulasi dalam pikiran dapat mengalir dan
dituangkan ke lembaran kertas.
3. Pembacaan ulang, yang dilakukan untuk mengoreksi draf awal dan menuliskannya ke
dalam bentuk yang memenuhi kaidah-kaidah penulisan.
4. Pemeriksaan mitra bestari (share with a peer revisor), yang dilaksanakan dengan
meminta seseorang membaca naskah yang sudah ditulis ulang untuk mengidentifikasi
kelemahan (struktur, kosa kata, pengutipan, kejelasan ide, tatabahasa) untuk melakukan
perbaikan.
5. Revisi (revise), atau perbaikan ulang terhadap naskah dengan cara menambah atau
mengurangi detil pendukung dan hal-hal lain yang teridentifikasi melalui pemeriksaan mitra
bestari.
6. Pengeditan (editing) atau perbaikan teknik penulisan dan ejaan.
7. Penulisan naskah akhir (final draft), atau penulisan naskah akhir.
8. Penerbitan (publishing), atau pengiriman naskah ke redaktur jurnal untuk diterbitkan.
Sebagai sebuah proses yang berlangsung tidak linier, melainkan bolak balik, tahapan
penulisan dapat diilustrasikan dengan gambar berikut.

2.8 Jenis-jenis Karya ilmiah

1. Makalah
Lazimnya, makalah dibuat melalui kedua cara berpikir tersebut. Tetapi, tidak menjadi soal
manakala disajikan berbasis berpikir deduktif (saja) atau induktif (saja). Yang penting, tidak
berdasar opini belaka.
Makalah, dalam tradisi akademik, adalah karya ilmuwan atau mahasiswa yang sifatnya paling
‘soft’ dari jenis karya ilmiah lainnya. Sekalipun, bobot akademik atau bahasan keilmuannya,
adakalanya lebih tinggi. Misalnya, makalah yang dibuat oleh ilmuwan dibanding skripsi
mahasiswa.
Makalah mahasiswa lebih kepada memenuhi tugas-tugas pekuliahan. Karena itu, aturannya
tidak seketad makalah para ahli. Bisa jadi dibuat berdasarkan hasil bacaan tanpa
menandemnya dengan kenyataan lapangan. Makalah lazim dibuat berdasrakan kenyatan dan
kemudian ditandemkan dengan tarikan teoritis; mengabungkan cara pikir deduktif-induktif
atau sebaliknya. Makalah adalah karya tulis (ilmiah) paling sederhana.

2. Kertas Kerja
Kertas kerja pada prinsipnya sama dengan makalah. Kertas kerja dibuat dengan analisis lebih
dalam dan tajam. Kertas kerja ditulis untuk dipresentasikan pada seminar atau lokakarya,
yang biasanya dihadiri oleh ilmuwan. Pada ‘perhelatan ilmiah’ tersebut kertas kerja dijadikan
acuan untuk tujuan tertentu. Bisa jadi, kertas kerja ‘dimentahkan’ karena lemah, baik dari
susut analisis rasional, empiris, ketepatan masalah, analisis, kesimpulan, atau
kemanfaatannya.

3. Skripsi
Skripsi adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan gelar
sarjana (S1). Bobotnya 6 satuan kredit semster (SKS) dan dalam pengerjakannya dibantu
dosen pembimbing. Dosen pembimbing berperan ‘mengawal’ dari awal sampai akhir hingga
mahasiswa mampu mengerjakan dan mempertahankannya pada ujian skripsi.
Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat tersebut didukung data dan
fakta empiris-objektif, baik berdasarkan penelitian langsung; observasi lapanagn atau
penelitian di laboratorium, atau studi kepustakaan. Skripsi menuntut kecermatan metodologis
hingga menggaransi ke arah sumbangan material berupa penemuan baru.

4. Tesis
Tesis adalah jenis karya ilmiah yang bobot ilmiahnya lebih dalam dan tajam dibandingkan
skripsi. Ditulis untuk menyelesaikan pendidikan pascasarjana. Mahasiswa melakukan
penelitian mandiri, menguji satu atau lebih hipotesis dalam mengungkapkan ‘pengetahuan
baru’.
Tesis atau Master Thesis ditulis bersandar pada metodologi; metodologi penelitian dan
metodologi penulisan. Standarnya digantungkan pada institusi, terutama pembimbing. Dengan
bantuan pembimbing, mahasiswa merencanakan (masalah), melaksanakan; menggunakan
instrumen, mengumpulkan dan menjajikan data, menganalisis, sampai mengambil kesimpulan
dan rekomendasi.
Dalam penulisannya dituntut kemampuan dalam menggunakan istilah tehnis; dari istilah
sampai tabel, dari abstrak sampai bibliografi. Artinya, kemampuan mandiri —sekalipun
dipandu dosen pembimbing— menjadi hal sangat mendasar. Sekalipun pada dasarnya sama
dengan skripsi, tesis lebih dalam, tajam, dan dilakukan mandiri.
5. Disertasi
Pencapaian gelar akademik tertinggi adalah predikat Doktor. Gelar Doktor (Ph.D)
dimungkinkan manakala mahasiswa (S3) telah mempertahankan disertasi dihadapan Dewan
Penguji Disertasi yang terdiri dari profesor atau Doktor dibidang masing-masing. Disertasi
ditulis berdasarkan penemuan (keilmuan) orisinil dimana penulis mengemukan dalil yang
dibuktikan berdasarkan data dan fakta valid dengan analisis terinci.
Disertasi atau Ph.D Thesis ditulis berdasarkan metodolologi penelitian yang mengandung
filosofi keilmuan yang tinggi. Mahahisiswa (S3) harus mampu (tanpa bimbingan)
menentukan masalah, berkemampuan berpikikir abstrak serta menyelesaikan masalah praktis.
Disertasi memuat penemuan-penemuan baru, pandangan baru yang filosofis, tehnik atau
metode baru tentang sesuatu sebagai cerminan pengembangan ilmu yang dikaji dalam taraf
yang tinggi.

6. Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah, bisa ditulis secara khusus, bisa pula ditulis berdasarkan hasil penelitian semisal
skripsi, tesis, disertasi, atau penelitian lainnya dalam bentuk lebih praktis. Artikel ilmiah
dimuat pada jurnal-jurnal ilmiah. Kekhasan artikel ilmiah adalah pada penyajiannya yang
tidak panjang lebar tetapi tidak megurangi nilai keilmiahannya.
Artikel ilmiah bukan sembarangan artikel, dan karena itu, jurnal-jurnal ilmiah mensyaratkan
aturan sangat ketat sebelum sebuah artikel dapat dimuat. Pada setiap komponen artikel ilmiah
ada pehitungan bobot. Karena itu, jurnal ilmiah dikelola oleh ilmuwan terkemuka yang ahli
dibidangnya. Jurnal-jurnal ilmiah terakredetasi sangat menjaga pemuatan artikel. Akredetasi
jurnal mulai dari D, C, B, dan A, dan atau bertaraf internasional. Bagi ilmuwan, apabila
artikel ilmiahnya ditebitkan pada jurnal internasional, pertanda keilmuawannya ‘diakui’.

7. Artikel Ilmiah Popular


Berbeda dengan artikel ilmiah, artikel ilmiah popular tidak terikat secara ketat dengan aturan
penulisan ilmiah. Sebab, ditulis lebih bersifat umum, untuk konsumsi publik. Dinamakan
ilmiah populer karena ditulis bukan untuk keperluan akademik tetapi dalam menjangkau
pembaca khalayak. Karena itu aturan-aturan penulisan ilmiah tidak begitu ketat. Artikel
ilmiah popular biasanya dimuat di surat kabar atau majalah.

Langkah langkah Penulisan Karya Ilmiah

Posted by bambang andi wijaya on Rabu, 11 Mei 2011

Sebelum melakukan penelitian dan membuat laporannya, kita harus memahami langkah
langkah penulisan karya ilmiah. Hal ini bertujuan agar apa yang sudah kita lakukan tidak sia-
sia, karena ada kaidah yang dilanggar dalam proses penuliisan karya ilmiah tersebut.

Beberapa langkah langkah penulisan karya ilmiah tersebut di antaranya :

1. Menentukan latar belakang masalah. Hal ini sebagai informasi kepada pembaca,
mengapa sebuah penelitian dilakukan.
2. Pembatasan masalah bahasan. Hal ini digunakan agar penelitian bisa lebih terfokus
pada satu hal saja, dan juga agar pembaca lebih bisa memahami mengenai konten
yang akan dibahas dalam penelitian dan karya ilmiah tersebut.
3. Pembuatan Hipotesis. Hipotesis adalah kesimpulan awal dari masalah yang diangkat.
Dan penelitian merupakan sebuah pembuktian, apakah hasil penelitian sesuai dengan
hipotesis atau tidak.
4. Metode Penelitian. Berisi tentang metode penelitian yang akan dilakukan.
5. Menentukan sample atau populasi penelitian. Hal ini bermanfaat agar kita bisa
mendapatkan hasil penelitian yang mampu mewakili obyek penelitian secara tepat.
6. Pengolahan data. Ini merupakan proses lanjutan dari hasil survey yang dilakukan pada
sample. Untuk pengolahan data, bisa menggunakan software bantuan pengolahan data
seperti SPSS.
7. Membaca hasil pengolahan. Setelah data diolah melalui komputer, kita harus
membaca hasil pengolahan yang biasanya masih berupa data baku. Untuk itu, kita
harus bisa menerjemahkan ke dalam bahasa tulisan.
8. Membuat kesimpulan. Dari data yang diperoleh, akan didapat sebuah kesimpulan
apakah penelitian tersebut sesuai dengan hipotesis atau tidak. Dalam bahasa ilmiah,
disampaikan dengan cara menolak hipotesa atau menerima hipotesa.
9. Membuat saran. Setelah kesimpulan, penulis harus bisa memberikan saran dan
masukan pada obyek penelitian. Dasarnya menggunakan data yang didapat pada
penelitian tersebut. Hal ini merupakan wujud tanggung jawab peneliti untuk turut
membantu penciptaan kondisi yang lebih baik pada obyek penelitian

Anda mungkin juga menyukai