Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah
karangan. Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, dianalisis,
dan dipertimbangkan secara menyeluruh, bukan secara terlepas-lepas. Karangan
adalah hasil perwujudan gagasan seorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca
dan dimengerti oleh pembaca. Namun sebelum kita membuat sebuah karangan
sebaiknya kita membuat kerangka karangan terlebih dahulu karena tanpa
kerangka karngan maka akan mudah terjerumus kearah keadaan anarkis dan akan
mudah kehilangan kontrol terhadap karangan yang akan dituju. Selain itu, dengan
adanya kerangka karangan dapat menghindari adanya tumpang tindih pada
bagian-bagian tertentu serta penyimpangan-penyimpangan dari topik dapat
dihindarkan.
Kerangka karangan mempunyai arti yang sama dengan ragaan atau outline
yaitu rencana kerja yang memuat garis-garis besar atau susunan pokok
pembicaraan sebuah kerangka yang akan ditulis. Oleh karena itu, di makalah ini
akan dijelaskan mengenai kerangka karangan, lagkah-langkah pembuatan
karangan, fungsi kerangka karangan dan contoh-contoh dalam pembuatan
kerangka karangan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian outline (kerangka karangan)?
2. Apa manfaat outline (kerangka karangan)?
3. Bagaimana pola susunan kerangka karangan?
4. Apa macam-macam kerangka karangan?
5. Apa syarat karangka karangan yang baik?
6. Bagaimana contoh kerangka karangan?

1
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian outline (kerangka karangan)
2. Untuk menjelaskan manfaat outline (kerangka karangan.
3. Untuk menjelaskan pola susunan kerangka karangan.
4. Untuk menjelaskan macam-macam kerangka karangan.
5. Untuk menjelaskan syarat karangka karangan yang baik.
6. Untuk menjelaskan contoh kerangka karangan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Outline (Kerangka karangan)


Mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk
menjabarkan atau mengulas topik dan tema tertentu guna memperoleh hasil akhir
berupa karangan (bandingkan dengan pekerjaan merangkai bunga dengan hasil
akhir berupa rangkaian bunga). Pendapat Widyamartaya dan Sudiati, mengarang
adalah “keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan
gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk
dipahami”. Adapun pengertian karangan menurut hemat penulis adalah hasil
penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok
bahasan. Setiap karangan yang ideal pada prinsipnya merupakan uraian yang
lebih tinggi atau lebih luas dari alinea.
Pengertian Outline menurut bahasa adalah : kerangka, regangan, gari besar,
atau guratan. Jadi Outline merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis
besar dari suatu karangan yang akan digarap dan merupakan rangkaian ide-ide
yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.
Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk
mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada
pembaca untuk dipahami. Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam
keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
Kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan
gagasan. Kerangka karangan yang belum final di sebut outline sementara
sedangkan kerangka karangan yang sudah tersusun rapi dan lengkap disebut
outline final.1

1
Keraf, Gorys ke.1997. komposisi sebuah pengantar kemahiran bahasa. jakarta: Nusa
indah. Hal: 79

3
Kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-
garis besar dari suatu karangan atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas,
susunan sistematis dari pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang
akan menjadi pokok tulisan, atau dapat juga didefinisikan sebagai satu metode
dalam pembuatan karangan yang mana topiknya dipecah kedalam sub-sub topik
dan mungkin dipecah lagi kedalam sub-sub topik yang lebih terperinci.

B. Manfaat Outline (Kerangka Karangan)


1. Untuk menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.
2. Untuk menyusun karangan secara teratur. Kerangka karangan membantu
penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga
dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-
gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan
baik, harmonis dalam perimbangannya.
3. Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda. Setiap tulisan
dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun sebelum mencapai
klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah bagian yang berbeda-
beda kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap bagian juga
mempunyai klimaks tersendiri dalam bagiannya. Supaya pembaca dapat
terpikat secara terus menerus menuju kepada klimaks utama, maka susunan
bagian-bagian harus diatur pula sekian macam sehingga tercapai klimaks yang
berbeda-beda yang dapat memikat perhatian pembaca.
4. Menghindari penggarapan topik dua kali atau lebih. Ada kemungkinan suatu
bagian perlu dibicarakan dua kali atau lebih, sesuai kebutuhan tiap bagian dari
karangan itu. Namun penggarapan suatu topik sampai dua kali atau lebih tidak
perlu, karena hal itu hanya akan membawa efek yang tidak menguntungkan;
misalnya, bila penulis tidak sadar betul maka pendapatnya mengenai topik
yang sama pada bagian terdahulu berbeda dengan yang diutarakan pada
bagian kemudian, atau bahkan bertentangan satu sama lain. Hal yang

4
demikian ini tidak dapat diterima. Di pihak lain menggarap suatu topik lebih
dari satu kali hanya membuang waktu, tenaga, dan materi. Kalau memang
tidak dapat dihindari maka penulis harus menetapkan pada bagian mana topik
tadi akan diuraikan, sedangkan di bagian lain cukup dengan menunjuk kepada
bagian tadi.2
5. Memudahkan penulis mencari materi pembantu. Dengan mempergunakan
rincian-rincian dalam kerangka karangan penulis akan dengan mudah mencari
data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau membuktikan pendapatnya.
Atau data dan fakta yang telah dikumpulkan itu akan dipergunakan di bagian
mana dalam karangannya itu.
6. Bila seorang pembaca kelak menghadapi karangan yang telah siap, ia dapat
menyusutkan kembali kepada kerangka karangan yang hakekatnya sama
dengan apa yang telah dibuat penggarapnya. Dengan penyusutan ini pembaca
akan melihat wujud, gagasan, struktur, serta nilai umum dari karangan itu.
Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan.
Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, dianalisis, dan
dipertimbangkan secara menyelurih, bukan secara terlepas-lepas.3

C. Pola Susunan Outline (Kerangka Karangan)


Secara garis besar, pola kerangka karangan dibagi menjadi dua yaitu pola
alamiah dan pola logis, berikut akan di jelaskan secara singkat pola susunan
kerangka karangan.
1. Pola Alamiah
Merupakan suatu urutan unit–unit kerangka karangan sesuai dengan
keadaan yang nyata di alam. Disebut pola alamiah karena memakai
pendekatan berdasarkan faktor alamiah yang esensial. Pola alamiah mengikuti
keadaan alam yang berdimensi ruang dan waktu.

2 Keraf, Gorys ke. komposisi sebuah pengantar kemahiran bahasa. Hal: 80


3 Keraf, Gorys ke. komposisi sebuah pengantar kemahiran bahasa. Hal: 81

5
Pola alamiah dapat terbagi menjadi 3 yaitu :
a. Kronologis (waktu)
Urutan yang di dasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap-tahap
kejadian. Biasanya tulisan seperti ini kurang menarik minat pembaca.
Contohnya : Topik (riwayat hidup seorang penulis)
1) Asal usul penulis
2) Pendidikan si penulis
3) Kondisi kehidupan penulis
4) Keinginan penulis
5) Karir penulis
b. Spasial (ruang)
Landasan yang paling penting, bila topik yang di uraikan mempunyai
pertalian yang sangat erat dengan ruang atau tempat . Urutan ini biasanya
di gunakan dalam tulisan–tulisan yang bersifat deskriptif .
Contohnya : Topik (hutan yang sering mengalami kebakaran)
1) Di daerah Kalimantan
2) Di daerah Sulawesi
3) Di daerah Sumatra4
c. Topik yang ada
Suatu pola peralihan yang dapat di masukkan dalam pola alamiah
adalah urutan berdasarkan topik yang ada . Suatu peristiwa sudah di kenal
dengan bagian–bagian tertentu . Untuk menggambarkan hal tersebut
secara lengkap, mau tidak mau bagian–bagian itu harus di jelaskan
berturut–turut dalam karangan itu, tanpa mempersoalkan bagian mana
lebih penting dari lainnya, tanpa memberi tanggapan atas bagian–
bagiannya itu.

4 Rahardi, Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.Jakarta:Erlangga. Hal:


130

6
2. Pola Logis
Tanggapan yang sesuai dengan jalan pikiran untuk menemukan
landasan bagi setiap persoalan, mampu di tuang dalam suatu susunan atau
urutan logis . Urutan logis sama sekali tidak ada hubungan dengan suatu ciri
yang intern dalam materinya, tetapi erat dengan tanggapan penulis.
Dinamakan pola logis karena memakai pendekatan berdasarkan jalan pikir
atau cara pikir manusia yang selalu mengamati sesuatu berdasarkan logika.
Pola logis dapat dibagi menjadi 6, yaitu :
a. Klimaks dan Antiklimaks
Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian
bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling
tinggi kedudukannya atau yang paling menonjol.
Contoh : Topik (turunnya Suharto)
1) Keresahan masyarakat
2) Merajalela nya praktek KKN
3) Keresahan masyarakat
4) Kerusuhan social
5) Tuntutan reformasi menggema
b. Kausal
Mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat dan urutan
akibat ke sebab . Pada pola pertama suatu masalah di anggap sebagai
sebab, yang kemudian di lanjutkan dengan perincian–perincian yang
menelusuri akibat–akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif
dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan–persoalan
yang di hadapi umat manusia pada umumnya.
Contoh : Topik (krisis moneter melanda tanah air)
1) Tingginya harga bahan pangan
2) Penyebab krisis moneter
3) Dampak terjadi krisis moneter

7
4) Solusi pemecahan masalah krisis moneter
c. Pemecahan Masalah
Di mulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju
kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut . Sekurang-
kurangnya uraian yang mempergunakan landasan pemecahan masalah
terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau
persoalan tadi, dan akhirnya alternatif–alternatif untuk jalan keluar dari
masalah yang di hadapi tersebut.
Contoh : Topik (virus flu babi / H1N1 dan upaya penanggulangannya)
1) Apa itu virusH1N1
2) Bahaya virus H1N1
3) Cara penanggulangannya5
d. Umum khusus
Dimulai dari pembahasan topik secara menyeluruh (umum), lalu di
ikuti dengan pembahasan secara terperinci (khusus).
Contoh : Topik (pengaruh internet)
1) Para pangguna internet
a. Anak–anak
b. Remaja
c. Dewasa
2) Manfaat internet
a. Media informasi
b. Bisnis
c. Jaringan social
d. Dan lain–lain

5 Rahardi, Kunjana. Bahasa Indonesia untuk Perguruan. Hal: 131

8
e. Familiaritas
Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang
sudah di kenal, kemudian berangsur–angsur pindah kepada hal–hal yang
kurang di kenal atau belum di kenal. Dalam keadaan–keadaan tertentu
cara ini misalnya di terapkan dengan mempergunakan analogi.
f. Akseptabilitas
Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan
familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau hal sudah dikenal
atau tidak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan
apakah suatu gagasan di terima atau tidak oleh para pembaca, apakah
suatu pendapat di setujui atau tidak oleh para pembaca.
D. Macam-macam Outline (Kerangka Karangan)
1. Kerangka karangan berdasarkan perumusan teksnya
a. Kerangka karangan
Kerangka karangan mempergunakan kalimat deklaratif ( berita) yang
lengkap untuk merumuskan setiap topik, sub topik, maupun sub-sub topik.
Manfaat kerangka kaimat meliputi:
1) Ia memaksa penulis untuk merumuskan dengan tepat topik yang akan
diuraikan, serta perincian-rincian tentang topik itu.
2) .Perumusan topik-topik dalam tiap unit akan tetap jelas, walaupun
telah lewat bertahun-tahun.Penulis masih sanggup mengikuti rencana
aslinya, walaupun baru digarap bertahun-tahu kemudian.
3) Kalimat yang dirumuskan dengan baik dan cermat akan jelas bagi
siapapun, seperti bagi pengarangnya sendiri.
b. Kerangka topik
Kerangka topik dimulai dengan perumusan tesis dalam sebuah
kalimat yang lengkap. Sesudah itu semua pokok,. baik pokok-pokok
utama maupun pokok-pokok bawahan, dirumuskan dengan
mencantumkan topiknya saja, dengan tidak mempergunakan kalimat yang

9
lengkap. Kerangka topik dirumuskan dengan mempergunakan kata atau
frasa. Sebab itu kerangaka topik tidak begitu jelas dan cermat seperti
kerangka karangan. Kerangka topik manfaatnya kurang bila dibandingkan
dangan kerangka karangan, terutama jika tenggang waktu antara
perencanaan antara kerangka karangan itu dengan penggarapannya cukup
lama.
c. Gabungan antara kerangka karangan dan kerangka topik
Kerangka karangan yang menggabungkan antara kerangka karangan
dan kerangka topik. Kerangka karangan yang mencakup kalimat berita
dan dan sub-sub bagian maupun pokok-pokok utama dan pokok-pokok
bawahan.6
2. Kerangka karangan berdasarkan rinciannya
a. kerangka karangan sementara
kerangka karangan sementara atau non formal merupakan suatu alat
bantu, sebuah penuntun bagi suatu tulisan yang terarah. Sekaligus ia
menjadi dasar untuk penelitiaan kembali guna mengadakan perombakan-
perombakan yang dianggap perlu. Karena kerangka karangan ini bersifat
sementara, maka tidak perlu disusun secara terperinci. Tetapi karena ia
juga merupakan sebuah kerangka karangan maka ia harus memungkinkan
pengarangnya untuk menggarap persoalannya secara dinamis, sehingga
perhatian harus dicurahkan sepenuhnya pada penyusunn-penyusunan
kalimat-kalimat, alenia-alenia, atau bagian-bagian tanpa memepersoalkan
lagi bagaimana susunan karangannya, atau bagaimana susunan bagian-
bagiannya.
Perencanaan kerangka karangan sementara dilakukan sesuai dengan
prosedur. Mula-mula penulis merumuskan tesis berdsarkan topik dan
maksud utama dari karangan itu. Kemudian dibawah tesis itu dibuat

6 W. J. S Poerwadarminta. Bahasa Indonesia untuk Karang Mengarang, cetakan ke-2.


1979. hal: 45

10
perinciaan berupa pencatatan semua hal yang mungkin dijadikan pokok-
pokok utama atau pokok-pokok tambahan bagi tesis tadi.Pokok-pokok
yang mempunyai hubungan satu sama lain atua mempunyain hubungan
logis di hubung-hubungkan dengan tanda panah, atau pokok yang tidak
mempunyai hubungan dengan tesis dicoret. Pokok-pokok yang diterima
sebagai perinciaan dari tesis lalu diurutkan sesuai dengan pola susunan
yang dipilih, dengan diberi nomor-nomor urut sesuai dengan pola
susunan.
Kerangka karangan non-formal biasanya terdiri dari tesis dan pokok-
pokok utama, paling tinggi dua tingkat perincian. Alasan untuk
menggarap sebuah kerangka karangan sementara dapat berupa topik yang
tidak kompleks atau karena penulis segera menggarap karangan itu.
b. Kerangka karangan formal
Kerangka karangan formal biasanya timbul dari penimbanga bahwa
topik yang akan digarap bersifat sangat kompleks, atau suatu topik yang
sederhana tetapi penulis tidak bermaksud untuk segera menggarapnya.
Proses perencanaan sebuah karangan formal mengikuti prosedur yang
sama seperti kerangka non-formal. Tesisnya dirumuskan dengan cermat
dan tepat, kemudian dipecah-pecah menjadi bagian-bagian bawahan (sub-
ordinasi) yang dikembangkan untuk menjelaskan gagasan sentralnya.
Setiap sub-bagian dapat diperinci lebih lanjut menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil, sejauh diperlukan untuk menguraikan persoalan itu sejelas-
jelasnya. Dengan perincian yang sekian banyak, sebuah kerangka
karangan dapat mencapai lima atau enam tingkat perincian. Suatu tesis
yang diperinci minimal atas tiga tingkat perincian sudah dapat disebut
kerangka formal. 7

7 W. J. S Poerwadarminta. Bahasa Indonesia untuk Karang, hal: 46

11
E. Syarat Kerangka Karangan yang baik
1. Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas, Pilihlah topik yang merupakan
hal yang khas, kemudian tentukan tujuan yang Jelas. Kemudian buatlah tesis
atau pengungkapan maksud.
2. Tiap unit hanya mengandung satu gagasan, Bila satu unit terdapat lebih dari
satu gagasan, maka unit tersebut harus dirinci.
3. Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis, sehingga
rangkaian ide atau pikiran itu tergambar jelas.
4. Harus menggunakan simbol yang konsisten.
Pada dasarnya untuk menyusun karangan dibutuhkan langkah-langkah
awal untuk membentuk kebiasaan teratur dan sistematis yang memudahkan kita
dalam mengembangkan karangan. Langkah-langkah menyusun karangan satu per
satu:
1. Menentukan tema dan judul
Tema adalah pokok persoalan, permasalahan, atau pokok pembicaraan
yang mendasari suatu karangan. Judul adalah kepala karangan. Misalkan tema
cakupannya lebih besar dan menyangkut pada persoalan yang diangkat
sedangkan judul lebih pada penjelasan awal (penunjuk singkat) isi karangan
yang akan ditulis.
2. Mengumpulkan bahan
Bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan,
banyak cara mengumpulkannya, masing-masing penulis mempunyai cara
masing - masing sesuai juga dengan tujuan tulisannya.
3. Menyeleksi bahan
Agar tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang
sesuai dengan tema pembahasan. polanya melalui klarifikasi tingkat urgensi
bahan yang telah dikumpulkan dengan teliti dan sistematis.
Berikut ini petunjuk – petunjuknya :
c. Catat hal penting semampunya.

12
d. Jadikan membaca sebagai kebutuhan.
e. Banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah.
4. Membuat kerangka
Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi
beberapa bahasan yang lebih fokus dan terukur. Kerangka karangan belum
tentu sama dengan daftar isi, atau uraian per bab. kerangka ini merupakan
catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan tujuan untuk
mencapai tahap yang sempurna. Berikut fungsi kerangka karangan :
a. Memudahkan pengelolaan susunan karangan agar teratur dan sistematis
b. Memudahkan penulis dalam menguraikan setiap permasalahan
c. Membantu menyeleksi materi yang penting maupun yang tidak penting

Tahapan dalam menyusun kerangka karangan :


a. Mencatat gagasan. Alat yang mudah digunakan adalah pohon pikiran
(diagram yang menjelaskan gagasan-gagasan yang timbul).
b. Mengatur urutan gagasan.
c. Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab.
d. Membuat kerangka yang terperinci dan lengkap
Kerangka karangan yang baik adalah kerangka yang urut dan logis
karena bila terdapat ide yang bersilangan, akan mempersulit proses
pengembangan karangan. (karangan tidak mengalir).
5. Mengembangkan kerangka karangan
Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada
penguasaan terhadap materi yang hendak ditulis. jika benar-benar memahami
materi dengan baik, permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir
dan nyata. 8

8 Finoza, Lumuddin. 1993. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia, hal: 74

13
F. Contoh -contoh Kerangka Karangan
1. kerangka sistem lekuk, dengan angka romawi, huruf kapital, dan angka arab.
Upaya Meningkatkan Kreativitas Baru Mahasiswa dalam Kewirausahaan
I. Pendahuluaan
II. Potensi Akademik Mahasiswa
A. Potensi Kecerdasan
B. Keahlian Bidang Studi
C. Tenaga Kerja Intelektual
III. Paradigma Kewirausahaan
A. Potensi Kewirausahaan
B. Sumber Kreativitas Baru
C. Budaya Kewirausahaan
IV. Strategi Berwirausahaan
A. Stra tegi Awal
1. Konsep
2. Modal
3. Produk
4. Pasar
B. Evaluasi Perencanaan dan pengembangan
C. Perencanaan Awal,
D. Pengembangan Semester Pertama
E. Evaluasi dan Pengembangan Semester Kedua
F. Evaluasi, Perencanaan dan Pengembangan Tahun Kedua

2. Kerangka Karangan dengan romawi lurus model kerangka penelitian


kualitatif
BAB I Pendahuluan
BAB II Teori Acuan
BAB III Metodologi Penelitian

14
BAB IV Hasil Penelitian
BAB V Pembahasan
BAB VI Kesimpulan, Implikasi (saran)

3. Kerangka karangan dengan kombinasi romawi desimal lurus model


kerangka penelitian kualitatif, contoh model kajian teoritik
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II Kajian Pustaka
2.1 Deskripsi teori
2.2 Analisis
2.3 Sintetis
BAB III HASIL PENELITIAN
3.1 Interpretasi
3.2 Implikasi
BAB IV KESIMPULAN
(Tindak lanjut)

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kerangka karangan sering disebut juga dengan outline atau
ragangan.Kerangka karangan (outline) merupakan miniatur karangan.Pada
dasarnya outline adalah proses penggolongan dan penataan berbagai fakta yang
kadang-kadang berbeda dengan jenis dan sifatnya, menjadi kesatuan yang
berpautan. Dengan memperhatikan outline akan terlihat dengan jelas struktur dan
sistematika berpikir pengarangnya.Sehingga pengarang dapat melihat dengan
jelas, dibagian mana fakta, penilaian, argumentasi, atau ilustrasi tertentu
dikemukakan, sehingga karangan menjadi tepat.
kerangka karangan juga sebagai rencana kerja yang memuat garis-garis
besar atau an pokok pembicaraan sebuah karangan yang akan ditulis. Kerangka
karangan ditulis dalam rangka untuk menghindari adanya tumpang tindih pada
bagian-bagian tertentu. Selain itu, susunan penulisan yangbersifat konseptual,
menyeluruh, terarah, logis, jelas, dan bersasaran dari target pembacanya.
kerangka karangan (outline) juga memudahkan kita dalam pembuatan karangan
yang lebih baik.

B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami sampaiakan kurang lebihnya mohon di
maafkan, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan, jika ada
kesalahan mohon di ingatkan dan dibenarkan, sebagai perbaikan kami ke depan.
Semoga apa yang tertera disini bisa membawa manfaat untuk kita semua dan bisa
menambah wawasan kita semua dalam kompeterensi terkait.

16
DAFTAR PUSTAKA

Keraf, Gorys ke.1997. komposisi sebuah pengantar kemahiran bahasa. jakarta: Nusa
indah.

Rahardi, Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.Jakarta:Erlangga.

W. J. S Poerwadarminta. Bahasa Indonesia untuk Karang Mengarang, cetakan ke-2.


1979.

Finoza, Lumuddin. 1993. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia

17
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji Syukur kami ucapkan kehadirat Allah Swt. berkat rahmat dan ridho-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami menyadari pada saat penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bimbingan dan bantuan dari segala pihak. karena itu kami ingin mengucapkan
terima kasih kepada Dosen Pembimbing dan kepada teman-teman yang
telah membantu sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan. untuk itu diharapkan kritikan dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Demikian kiranya semoga makalah
yang telah dibuat ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan dan peningkatan
ilmu pengetahuan.

Bengkulu, Oktober 2017

Penulis

18
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian kerangka karangan ...................................................... 3
B. Manfaat kerangka karangan ........................................................... 3
C. Pola susunan kerangka karangan ................................................... 5
D. Macam-macam kerangka karangan……………………………….. 9
E. Syarat kerangka karangan yang baik …………………………….. 11
F. Contoh kerangka karangan ……………………………………….. 13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................. 16
B. Saran ...................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

ii

19
MAKALAH
BAHASA INDONESIA
“Cara Membuat Kerangka Karangan Karya ilmiah"

Disusun Oleh :
Ike Putri
Areka Murasti
Yopi Asiswanto

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) BENGKULU
2017

20

Anda mungkin juga menyukai