Anda di halaman 1dari 14

Ghina Nur R.

Kebangkitan China Sebagai Perdamaian Internasional

Kebangkitan China
Sebagai Perdamaian Internasional

Ghina Nur Rofiidah


Universitas Andalas
ghinaro@gmail.com

Abstrak

Tulisan ini membahas mengenai fenomena kebangkitan China di dunia


internasional. Beberapa ahli menganggap bahwa kebangkitan China merupakan
suatu ancaman yang harus diatasi, namun banyak juga yang berpendapat bahwa
kebangkitan China merupakan sebuah peluang dalam menciptakan perdamaian.
Namun, China menolak pandangan bahwa kebangkitan China merupakan sebuah
ancaman dengan mengeluarkan diplomasi peaceful rise. Terkait perdebatan
tersebut, penulis mencoba menjelaskan dampak kebangkitan China sebagai suatu
peluang bagi masyarakat dunia. Dalam menjelaskan lebih jauh, penulis
menggunakan perspektif Liberalisme. Sejak reformasi, China telah menggeser
kebijakan ekonominya dari bentuk terpusat menjadi ekonomi berbasis pasar dan
telah mengalami perkembangan sosial-ekonomi yang pesat. Sejak saat itu pula
terjadi kemungkinan kerja sama ekonomi terkait dengan kebangkitan China yang
menimbulkan kerja sama global dalam hal ekonomi, keamanan, teknologi, dan
sektor lainnya.

Kata Kunci

Kebangkitan China; Peaceful rise; Liberalisme; Kerjasama Global; Ekonomi

Frequency of International Relations| Vol x No x Month Year 1 of 15


Ghina Nur R. Kebangkitan China Sebagai Perdamaian Internasional

Pendahuluan

Beberapa tinjauan studi internasional mengenai dampak kebangkitan

China terhadap dunia internasional diwarnai dengan perdebatan apakah

kebangkitan China merupakan suatu ancaman atau peluang. Pada tahun 1990,

argumen mengenai china sebagai sebuah ancaman muncul di AS dan Jepang

(Ueki 2006). Alasan kekhawatiran Amerika terhadap kebangkitan China terutama

muncul dari status hegemoninya dalam politik dunia dan ketidaksesuaian ideologi

China dengan nilai Barat. Beberapa pandangan berbeda telah mendukung

argumen kebangkitan China sebagai suatu ancaman; pertama, faktor ideologi dan

budaya membuat China menjadi ancaman. Bagi kaum neo-konservatif dalam

Pemerintahan Bush, komunisme yang masih melekat pada China menjadikannya

pandangan negatif. Samuel Huntington juga menambahkan faktor budaya dalam

bentrokan peradaban. Ia mengatakan bahwa ancaman paling mendasar bagi Barat

adalah aliansi antara peradaban Islam dan Konfusianisme. Kedua, faktor

geopolitik dan geoekonomi. Bagi banyak realis, kepentingan negara merupakan

fokus utama dalam mencapai power negara. China dalam mengejar kepentingan

negaranya telah merubah kebijakan tertutup menjadi kebijakan yang lebih

terbuka. Nasionalisme mungkin masih mendorong China untuk berbenturan

dengan Amerika Serikat, jika Amerika menolak untuk mengakomodasi atau

berbagi kepemimpinan dengan China. Faktor ketiga adalah permasalahan

mengenai domestik negara. Seperti halnya masalah populasi penduduk yang

padat, perang saudara, dan beberapa kebijakan lainnya yang menjadi ancaman

bagi negara lain dalam menjalin hubungan kerjasama.

Frequency of International Relations| Vol x No x Month Year 2 of 15


Ghina Nur R. Kebangkitan China Sebagai Perdamaian Internasional

Berbeda halnya dengan kekhawatiran Jepang terhadap kebangkitan China.

Agresi-agresi yang dilakukan oleh Jepang terhadap negara-negara di Asia

khususnya China dan adanya hubungan yang tidak harmonis antara China-Jepang

menjadi faktor pendukung utama terhadap ancaman China dalam kebangkitan

China. Bagi negara-negara Asia Tenggara, kehadiran kelompok etnis Tionghoa

yang cukup besar dan sangat kaya serta meningkatnya ketergantungan pada

ekonomi China mendorong negara-negara di Asia Tenggara untuk sangat berhati-

hati dalam menangani hubungan mereka dengan China. Dengan geografis yang

luas, China mengkonsumsi banyak investasi asing langsung dan mengeluarkan

volume ekspor yang besar yang mana menjadikan negara lain merasakan

persaingan dari China.

Argumen mengenai ancaman China kemudian dibantah oleh Heping Jueqi

melalui konsep China peaceful rise. Melalui konsep tersebut, China telah

melakukan diplomasi aktif di empat tingkatan berbeda:

 Menciptakan kemitraan strategis: China telah menandatangani perjanjian

kemitraan strategis dengan UE, Rusia dan India untuk memperkuat

hubungan mereka serta menyeimbangkan kekuatan dengan Amerika.

 Mempromosikan good neighborhood di wilayah Asia Pasifik. Dengan

meningkatkan perdagangan dengan wilayah Asia-Pasifik dan juga

membiarkan negara-negara menikmati surplus perdagangan dengan China,

China telah memposisikan sebagai mitra dagang yang penting dengan

negara-negara ini. Selain itu, China telah memasuki berbagai mekanisme

kerja sama regional dengan negara-negara Asia Pasifik. Selama krisis

keuangan Asia 1997, China mencoba untuk tidak mendevaluasi mata


Frequency of International Relations| Vol x No x Month Year 3 of 15
Ghina Nur R. Kebangkitan China Sebagai Perdamaian Internasional

uangnya dan membantu menstabilkan ekonomi regional dengan

memobilisasi cadangan mata uang asingnya.

 Meningkatkan kerjasama dan menghindari konfrontasi dengan AS. Pada

dasarnya China telah menegaskan bahwa China adalah kekuatan konservatif

dan tidak memiliki niat untuk mengganggu status quo.

 Mengabaikan Jepang. China telah berhasil mengelola hubungan dengan

negara adikuasa tunggal, mitra strategis lapis kedua, dan negara-negara

tetangga, yang karena alasan tersebut China mampu mengabaikan Jepang.

Peaceful rise atau kadang-kadang disebut peaceful development adalah kebijakan

resmi di Cina di bawah kepemimpinan Hu Jintao , Sekretaris Jenderal Partai

Komunis China. Istilah ini diterapkan untuk membantah teori ancaman China.

Secara historis, Cina dianggap sebagai negara yang kurang agresif. Ketika Cina

muncul sebagai kekuatan politik, ekonomi dan militer yang hebat, Cina ingin

meyakinkan negara-negara lain bahwa kebangkitannya tidak akan menjadi

ancaman bagi perdamaian dan keamanan. Cina menerapkan kebijakan ini dengan

menyelaraskan secara internal masyarakat Cina dan eksternal, mempromosikan

lingkungan internasional yang damai. Ia berusaha untuk mencirikan Cina sebagai

pemimpin dunia yang bertanggung jawab, menekankan soft power , dan

bersumpah bahwa Cina berkomitmen untuk masalah internalnya sendiri dan

meningkatkan kesejahteraan rakyatnya sendiri sebelum mengganggu urusan

dunia. Istilah itu menunjukkan bahwa China berusaha menghindari konfrontasi

internasional yang tidak perlu.

Metodologi
Frequency of International Relations| Vol x No x Month Year 4 of 15
Ghina Nur R. Kebangkitan China Sebagai Perdamaian Internasional

Tulisan ini menyelidiki berbagai pandangan mengenai dampak kebangkitan

Tiongkok. Karena tulisan ini didasarkan pada tinjauan literatur yang luas, analisis

isi atau dokumen digunakan sebagai dasar untuk desain penelitian. Dengan

demikian, tidak ada kuesioner atau wawancara yang telah digunakan untuk

mengumpulkan data primer, namun tulisan ini semata-mata didasarkan pada

temuan penelitian sebelumnya.

Liberalisme Memandang Kebangkitan China

Pada dasarnya, liberalisme memiliki pandangan positif mengenai human

nature. Liberalis menganggap sifat manusia pada dasarnya baik dan konflik itu

dapat dihindari. Realisme dan Liberalisme sama-sama menyetujui keberadaan

sistem internasional anarkis, tetapi bagi kaum Liberalis, ini dapat dikurangi. Bagi

kaum Liberalis, negara-negara berdaulat bukanlah satu-satunya aktor sentral

dalam politik dunia. Individu, kelompok kepentingan, dan organisasi antar

pemerintah dan non-pemerintah semua memiliki pengaruh pada negara.

Sementara Realisme menyangkal kemungkinan kerjasama, berbanding terbalik

dengan Liberalisme yang beranggapan bahwa kerjasama dapat terjadi. Karena

konsekuensi penggunaan kekuatan militer sering lebih besar daripada manfaatnya,

negara memiliki kepentin gan dalam menjalin kerja sama. Kerja sama dapat

menghasilkan keuntungan absolut: situasi win-win untuk semua.

Dampak dari bangkitnya China bagi dunia telah menjadi perbincangan

hangat bagi beberapa ahli sejak jatuhnya Uni Soviet. Dengan kata lain,

kebangkitan China telah menarik perhatian dunia sejak runtuhnya Perang Dingin

Frequency of International Relations| Vol x No x Month Year 5 of 15


Ghina Nur R. Kebangkitan China Sebagai Perdamaian Internasional

(Guo 2006). Bagi pemikiran liberalis, bangkitnya China dapat diartikan sebagai

global economic development, kerjasama dan hubungan yang harmonis, dan

kedamaian internasional. Berangkat dari pandangan Liberalis, kebangkitan China

di sistem internasional tertentu akan meningkatkan kerjasama antar negara

berdasarkan prinsip pasar bebas, hak sipil, masyarakat demokrasi, dan kerjasama

internasional diantara negara.

Yee berpendapat bahwa banyak negara tetangga China, kecuali Korea

Selatan, India, dan beberapa negara ASEAN, mulai menerima dan

mengakomodasi kebangkitan China. Brasil, Australia, negara-negara Afrika, dan

negara-negara kaya sumber daya alam lainnya, menerima kebangkitan China dan

melihatnya sebagai peluang daripada ancaman. Untuk negara-negara industri

seperti Jepang dan negara-negara Uni Eropa, mereka sangat membutuhkan pasar

China yang besar untuk meningkatkan ekspor mereka. Secara politis, menurut

Yee, beberapa negara juga menerima kebangkitan China karena ada

keseimbangan kekuatan antara China dan Amerika Serikat. Dengan kata lain,

dengan ekspansi ekonomi yang cepat, China menjadi satu-satunya negara di Asia

dan mungkin dunia yang dapat bersaing dengan Amerika Serikat secara ekonomi.

Kissinger, seperti dikutip dalam Yee, juga berpendapat bahwa kerja sama antara

China dan Amerika Serikat dapat mewujudkan perdamaian dunia.

Perkembangan China

Sejak memulai reformasi pasar pada tahun 1978, China telah menggeser

kebijakan ekonominya dari bentuk terpusat menjadi ekonomi berbasis pasar dan

telah mengalami perkembangan sosial-ekonomi yang pesat. Dengan populasi 1,3

miliar, China telah menjadi negara yang ekonominya terbesar kedua dan

Frequency of International Relations| Vol x No x Month Year 6 of 15


Ghina Nur R. Kebangkitan China Sebagai Perdamaian Internasional

memainkan peran penting dalam pengaruh ekonomi global (Liu 2006). Dengan

tingkat pertumbuhan ekonomi tahunan yang tinggi sejak akhir 1970-an, China

telah menjadi negara berpenghasilan menengah dari negara berpenghasilan rendah

sebelumnya. Jika hal ini tetap berlanjut, China lebih cenderung menjadi negara

berpenghasilan tinggi (Ye, Zhang, & Zhao 2015). Dan perkembangan China,

menurut Malesky dan London, telah lebih cepat daripada negara-negara

tetangganya, yaitu Jepang dan Korea, dan pertumbuhan China dikategorikan

sebagai pertumbuhan yang paling cepat dalam sejarah modern. Selain statusnya

sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia, China juga merupakan ekonomi ekspor

terbesar di dunia; oleh karena itu, fakta bahwa China telah diprediksi akan

menjadi negara adidaya besar berikutnya sangat mungkin (Watson 2016).

Namun, beberapa faktor kunci diperlukan untuk perkembangan China (Liu

2006). Pertama, stabilitas sosial dan politik, yang membutuhkan reformasi

berkelanjutan dalam sistem ekonomi dan politik. Oleh karena itu, China harus

menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang damai yang ditetapkan dalam

lima prinsip hidup berdampingan secara damai. Kedua, China perlu

mempertahankan kebijakan open door yang telah memainkan peran penting

dalam menarik FDI, membuka pasar, dan mempromosikan perdagangan

internasional. Ketiga, integrasi China ke dalam sistem internasional. Tanpa

integrasi, tidak mungkin bagi China untuk dapat menikmati kebangkitannya saat

ini. Selain itu, dengan mengintegrasikan diri ke dalam sistem global, China telah

meningkatkan ekonomi, hak asasi manusia, dan keamanannya.

Tantangan yang dihadapi China

Frequency of International Relations| Vol x No x Month Year 7 of 15


Ghina Nur R. Kebangkitan China Sebagai Perdamaian Internasional

Sejak 1990-an, kebangkitan China telah menjadi topik populer untuk

diskusikan di antara para peneliti di bidang hubungan internasional. Mengingat

populasinya yang sangat besar, China berjuang dengan segala usahanya. Seperti

ketergantungan China pada batu bara yang menyebabkan masalah lingkungan dan

kesehatan yang serius. Konsumsi energi juga merupakan masalah besar, dan

China telah menjadi konsumen terbesar sumber daya energi di dunia, setelah

Amerika Serikat. Dengan demikian, kemungkinan krisis minyak global sangat

mungkin terjadi, terutama ketika konsumsi minyak China per kapita meningkat.

China juga telah mengalami masalah dengan tenaga kerja. Meskipun ada

permintaan besar untuk tenaga kerja, ada juga pekerja surplus, yang disebabkan

oleh migrasi tenaga kerja ke kota. Hal ini pada akhirnya menimbulkan

pengangguran, kurangnya keamanan sosial, dan ketidakstabilan sosial. Dalam hal

yang sama, masalah perbedaan pendapatan tidak jarang terjadi. Kesenjangan

konsumsi, misalnya, antara anggaran pedesaan dan perkotaan melonjak dari 227

yuan pada 1978 menjadi 5365 yuan pada 2000 dan 6110 yuan pada 2003 (Liu

2006).

Walaupun Beijing telah mengikuti kebijakan good neighborhood dan

membangun hubungan persahabatan dengan hampir semua negara tetangganya,

kecuali Jepang yang sistem politik dan ideologinya sangat berbeda dengan China,

negara terpadat di dunia itu juga terganggu oleh sejumlah masalah di luar negeri.

(Liu 2006). Salah satunya adalah hubungannya dengan Rusia. Meskipun

hubungan China-Rusia telah mengalami banyak peningkatan selama beberapa

dekade terakhir, kedua negara terlihat saling curiga dan saling curiga. Dengan kata

Frequency of International Relations| Vol x No x Month Year 8 of 15


Ghina Nur R. Kebangkitan China Sebagai Perdamaian Internasional

lain, hubungan bilateral mereka semata-mata didasarkan pada keuntungan

kepentingan nasional dan manfaat lainnya.

Meskipun pertumbuhannya cepat, bagaimanapun, China mengalami

penurunan permintaan investasi domestik dan penurunan permintaan pasar

internasional. Selain itu, perkembangan ekonomi China juga terhambat oleh

struktur distribusi pendapatan yang tidak seimbang, reformasi yang lambat dan

tidak sempurna terhadap pasar faktor produksi dan pasar modal, dan

ketidaksesuaian antara pola pertumbuhan ekonomi dan tahap perkembangan

ekonomi (Slowly 2016 ).

Kebangkitan China dan Perdamaian Internasional

Meskipun banyak sarjana telah menyatakan pandangan pesimis mereka

tentang ancaman peningkatan China pada keamanan global, yang lain yang

termasuk dalam kelompok liberalis secara positif melihat kebangkitan China

sebagai peluang untuk kerja sama ekonomi global dan perdamaian internasional.

Friedman, misalnya, menyatakan bahwa globalisasi telah menggantikan Perang

Dingin. Globalisasi, integrasi pasar, keuangan, dan teknologi telah menghilangkan

batasan-batasan dunia, memungkinkan kita untuk menjangkau dunia lebih jauh,

lebih cepat, dan lebih mudah daripada sebelumnya. Sistem ini secara langsung

atau tidak langsung membentuk politik dalam negeri, kebijakan ekonomi, dan

hubungan luar negeri di setiap negara.

Menurut Yee, China senderung bergabung ke dalam rezim kerja sama

internasional seperti WTO atau IMF dan berusaha untuk bekerja sama dan

mengikuti norma serta aturan internasional. Proses globalisasi juga telah

meningkatkan pengaruh timbal balik ekonomi di berbagai negara, tidak terkecuali

Frequency of International Relations| Vol x No x Month Year 9 of 15


Ghina Nur R. Kebangkitan China Sebagai Perdamaian Internasional

China. Sifat kooperatif dan integratif dari pemerintah China menunjukkan bahwa

China memiliki kemauan untuk mengintegrasikan dirinya ke dalam sistem pasar

dunia dan mengejar laju globalisasi yang cepat (Ye 2002). Dengan kata lain,

China tidak hanya mengubah sikapnya terhadap pasar dunia dari kemandirian

menjadi kerja sama, tetapi juga telah mengambil peran yang lebih aktif dalam

rezim ekonomi internasional tersebut.

Kebangkitan China Dalam Mempromosikan Kerjasama

Adanya kemungkinan kerja sama ekonomi terkait dengan kebangkitan China.

Kebangkitan China menimbulkan kerja sama global dalam hal ekonomi,

keamanan, teknologi, dan sektor lainnya. Sebagai contoh, meskipun China telah

muncul sebagai negara adikuasa, dominasi ekonomi China ini ternyata tidak

memiliki efek yang merugikan pada tingkat pertumbuhan PDB ASEAN;

sebaliknya, telah menguntungkan ekspor ASEAN dan peningkatan PDB (Napoli

2014). Selain itu, kondisi internasional saat ini harus memungkinkan Amerika

Serikat dan China untuk melindungi kepentingan vital mereka tanpa menimbulkan

ancaman besar satu sama lain. Adapun jika serangan konvensional skala besar

yang dilakukan oleh China terhadap AS, hal tersebut tidak mungkin terjadi karena

Amerika Serikat dan China dipisahkan oleh bentangan Samudra Pasifik, yang

menyulitkan China untuk menyerang AS (Glaser 2011).

Ye juga melihat aspek positif dalam kebangkitan China. Ye menyatakan

bahwa globalisasi yang tak terhindarkan dan pergerakan yang selaras dengan

globalisasi menunjukkan bahwa elit China sangat menyadari kelemahan dari

kekuatan China dan keharusan mutlak untuk bekerja sama dengan negara lain di

dunia internasional. sistem yang dibentuk oleh kekuatan globalisasi. Demikian

Frequency of International Relations| Vol x No x Month Year 10 of 15


Ghina Nur R. Kebangkitan China Sebagai Perdamaian Internasional

pula, menurut Ding, kebijakan luar negeri China didasarkan pada empat pilar

utama: komitmen terhadap multilateralisme yang ditopang oleh peran PBB

sebagai penjamin keamanan global; komitmen untuk konsultasi dan dialog

sebagai cara menyelesaikan perselisihan; komitmen untuk pengembangan

ekonomi global dengan negara maju yang mengambil bagian lebih penting dari

tanggung jawab untuk mendukung pertumbuhan; dan semangat inklusif bagi

semua masyarakat dan budaya untuk hidup berdampingan sebagai pemangku

kepentingan yang setara dalam tatanan global. Oleh karena itu, China lebih

menghargai tatanan internasional yang demokratis daripada hegemoni unipolar,

dan China lebih menghormati kedaulatan negara daripada memaksakan nilai-nilai

dan kebijakan di negara lain. Hal ni kemungkinan menghilangkan perang

hegemoni namun mempromosikan kerja sama ekonomi dan bilateral.

Selain itu, kepemimpinan China dalam menggunakan perdagangan dan

investasi sebagai cara untuk mencapai tujuan keamanan yaitu dengan membangun

tatanan ekonomi regional yang berorientasi Sino-sentris. Berdasarkan pemikiran

neoliberalisme, saling ketergantungan ekonomi menciptakan kepentingan

bersama. dan kemungkinan mengurangi konflik (Yunling 2004).

Kesimpulan

Meningkatnya perekonomian China yang telah mencapai tingkatan luar

biasa, tidak hanya memberikan harapan dan perkembangan negara ke arah yang

lebih baik, tetapi juga mendatangkan rintangan yang tidak sedikit. Guna mencapai

stabilitas negaranya, China masih terus berupaya untuk melanggengkan posisinya

Frequency of International Relations| Vol x No x Month Year 11 of 15


Ghina Nur R. Kebangkitan China Sebagai Perdamaian Internasional

di dunia internasional. Dan kebijakan luar negeri yang ditetapkan oleh negara ini

diletakkan atas dasar prinsip perdamaian dan harmonisasi dunia.

Liberalis berpendapat bahwa kebangkitan China akan meningkatkan kerja

sama ekonomi global, hubungan bilateral dan perdamaian internasional. Mereka

juga mengangkat istilah 'globalisasi' untuk mendukung sudut pandang mereka,

yang berarti bahwa, di era globalisasi, negara-negara mencari kerja sama daripada

perselisihan atau perang. Terlebih lagi, dengan kehadiran organisasi-organisasi

internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa, perang kemungkinannya kecil

terjadi karena negara akan berusaha sebaik mungkin untuk menjaga perdamaian

agar dapat memperoleh manfaat darinya. Sederhananya, para ahli liberal melihat

peluang bahwa negara-negara lebih memilih bekerja sama untuk bertahan

daripada konflik atau perang yang pada akhirnya akan menyebabkan kehancuran

bagi kesejahteraan negara. Tulisan ini juga menunjukkan bahwa banyak ahli

mendukung liberalis. Munculnya Internet dan teknologi tinggi, telah berkontribusi

pada pencegahan perang, khususnya perang hegemoni karena perang seperti itu

identik dengan penghancuran manusia.

Frequency of International Relations| Vol x No x Month Year 12 of 15


Ghina Nur R. Kebangkitan China Sebagai Perdamaian Internasional

Referensi

Ding, S. To build a “Harmonious World”: China’s soft power wielding in the


global south. Journal of Chinese Political Science, 2008.

Dunne, T.. Liberalism, 2014. In J. Baylis, S. Smith, & P. Owens (Eds.). The
globalization of world politics: An introduction to international relations.
Oxford: Oxford University Press.

Friedman, E. (2010). Power transition theory: A challenge to the peaceful rise of


world power China. In H. S. Yee (Ed.), China's rise: Threat or opportunity?
London: Routledge

Glaser, C. (2011). Will China‟s rise lead to war? Foreign Affairs.

Guo, S. (Ed.). (2006). China's peaceful rise in the 21st century: Domestic and
international conditions. London: Ashgate Publishing.

Liu, G. (2006). The dialectic relationship between peaceful development and


China‟s deep reform. In S. Guo (Ed.), China's peaceful rise in the 21st
century: Domestic and international conditions. London: Ashgate

Lynn-Jones, S. M. (2000). Preface. In M. E. Brown, O. R. Coté, S. M. Lynn-


Jones, & S. E. Miller (Eds.), The rise of China: An international security
reader. Cambridge, Massachusetts: The MIT Press.

Malesky, E., & London, J. (2014). The political economy of development in


China and Vietnam. Annual Review of Political Science,

Napoli, C. (2014). China's economic rise: Implications for ASEAN trade flows.
Journal of Southeast Asian Economies (JSEAE)

Ross, R. S. (2015). East Asia in transition: Toward a new regional order. New
York: Routledge

Slowly, S. A. (2016). A review of China‟s economy in 2015. In Center for


Macroeconomic Research of Xiamen University‟s China’s Macroeconomic
Outlook. Singapore: Springer

Watson, A. C. (2016). Patterns of growth and the economic development of China


(Master‟s thesis). The City University of New York. New York: The United
States.

Ye, Z., & Zhang, H., & Zhao, L. (2015). The current situation and future
challenges of China‟s economy. Globalization and Development Volume
III: In search of a new development paradigm.

Frequency of International Relations| Vol x No x Month Year 13 of 15


Ghina Nur R. Kebangkitan China Sebagai Perdamaian Internasional

Yee, H. S. (Ed.). (2010). China's rise: Threat or opportunity? New York:


Routledge.

Yunling, T. S. Z. (2004). China's regional strategy. World Economics and Politics.

Frequency of International Relations| Vol x No x Month Year 14 of 15

Anda mungkin juga menyukai