NPM : 192030055
PAPER REVIEW
Critical Review ini akan membahas artikel yang ditulis oleh Colin S. Gray yang berjudul
War, Peace and International Order. Tulisan ini merupakan hasil analisis penulis
mengenai konsep damai yang dianggap sangat tinggi, mengandung banyak konten
emosional, normatif, dan preskriptif. Penulis berusaha menjelaskan konsep damai
melalui konsep perang. Dimana penulis menyatakan bahwa ‘damai' adalah sebuah kata
dengan dua makna utama. Di satu sisi, ini adalah gambaran sederhana dari kondisi non-
perang. Di sisi lain, ia dapat membawa penilaian normatif tentang hubungan politik,
serta menggambarkan kondisi non-perang. Dalam definisi kedua, 'perdamaian' mengacu
pada hubungan politik di mana perang sama sekali tidak terpikirkan.
Kesimpulan
Damai merupakan sebuah kata dengan dua makna utama. Di satu sisi, damai adalah
gambaran sederhana dari kondisi non-perang. Di sisi lain, damai dapat membawa
penilaian normatif tentang hubungan politik, serta menggambarkan kondisi non-perang.
Perdamaian merupakan konsep yang mengandung banyak konten emosional, normatif,
dan preskriptif. Colin menyimpulkan bahwa perang harus berhenti dianggap berguna
sebagai instrumen kebijakan. Itu tidak lagi harus menjadi pilihan terakhir dari kebijakan,
diantisipasi untuk dapat menyelesaikan masalah yang tidak akan menyerah pada metode
non-kekerasan. Selain itu, harus ditolak secara kultural, yakni secara normatif, bahkan
tabu. Perang tidak lagi harus diterima secara sosial. Politik dan strategi cenderung
mencerminkan dan mengikuti budaya. Setidaknya, mereka akan sampai, atau kecuali,
masyarakat mengalami guncangan keamanan yang luar biasa. Dalam perwujudan
‘damai’ Colin melibatkan PBB sebagai instrumen yang dapat mengatasi bahkan
menghindari perang. Namun, PBB juga dapat dijadikan wadah bagi negara-negara yang
justru mengharapkan adanya konflik. Di bagian akhir, Colin menjadikan Uni Eropa
sebagai contoh dari zona stabilitas non-strategis, bahkan antistrategis. Colin berpendapat
jika seluruh dunia memandang perang dan peperangan seperti anggota UE, maka
tantangan terhadap tatanan internasional tidak lagi mencakup kemungkinan kekacauan
yang disebabkan oleh peperangan karena tidak dapat disangkal bahwa sebagian besar
negara Eropa telah meninggalkan perang.
REFERENSI