Anda di halaman 1dari 5

ESAI

REALISME DAN KRITIK MEREKA


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Harian Mata Kuliah Perspektif Positivis dalam Hubungan
Internasional

Dosen pengampu :

FADLAN NUR HAKIEM, M.Si

Oleh :

Syahril Ramdani - 402019511045

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS HUMANIORA

UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR

2019/2020
Realisme menjadi teori yang disebut berumur panjang dan pernah naik pada
posisi keunggulannya sekitar tahun 1940-1950-an yang dimana lahir untuk mengkritik
dan menggantikan idealisme yang utopis. Sehingga banyak kritikan terhadapnya.
I. Istilah Realisme
Dalam tulisan karya E. H. Carr dalam The Twenty Years Cricis, menyebutkan
istilah kaum idealis nan utopis. Setelah Perang Dunia I, Woodrow Willson dan kawan-
kawan menggagas institusi Internasional bernama Liga Bangsa-bangsa, dengan alasan
dasar perang bisa diminimalisir apabila terdapat pihak yang mengatur unit-unit atau
federalisme Dunia dan perdamaian dunia. Pada realitanya, oposisi tidak bisa menawarkan
hal yang dianggap ‘realistis’ di dunia. Kemudian dimana tidak realistisnya kaum realis.
Sebagai buktinya, realisme dari politik internasional bisa berumur panjang -elemen-
elemen dassr tetap utuh-.
Idealis mengusung konsep harmony interest, mereka beranggapan bahwa dunia
ini berjalan pada seharusnya (das sollen). Begitupun realis berharap dunia yang lebih
harmonis, tapi sayangnya tidak. Dunia berjalan pada kenyataannya (das sein) dan
realisme dianggap sebagai nilai nominal, dimana prinsip dasarnya bahwa sebenarnya
mendekati dunia yang seadanya, bukan seharusnya. Hal tersebut bisa terjadi karena realis
itu sendiri hasil dari kekuatan deskriptif, penjelas, dan prediktif.
Bisa dibuktikan secara praktik, dimana para state-man. Nicolas Machiavelli telah
mengusungkan panduan dan keharusan bagi penguasa, dan juga akademisi, dimana
membahas tentang kekuasaan, national interest, survival, dan power. Karena realis
menggambarkan dunia secara realistis, dengan gambaran yang cukup jahat (dalam hal
kekerasan, kebohongan, dan perang) juga memberi memberikan bagaimana individu
harus bertindak untuk ‘bertahan hidup’. Hal ini dikritik oleh beberapa pakar bahwa kaum
realis menderita penyakit kurang imajiner dan ketidakmampuan dalam me-konsepsi
politik dunia. Padahal kaum realis bersikap realis dengan membantu para pemimpin
menavigasi dan membuat kebijakan yang rasional, bukan bergantung pada angan-angan
dan penilaian kekuatan sehingga merusak kebijakan, apalagi jika pemimpin tersebut
idealis.
II. Determinisme
Banyak kritikus menyatakan bahwa terdapat arus deterministik, fatalistik dan
pesimis untuk ‘pekerjaan’ realis. Manusia adalah pion dari sistem tanpa darah dan
struktur yang fungsinya itu tidak mereka ketahui dan pahami dan mekanisme yang samar
membuat seolah-olah mereka terlibat dalam permainan global –poiltik kekuasaan-,
mereka tidak dapat mengubah aturan walaupun mereka menginginkannya.
Penulis yang dianggap kontemporer mengusung dimana bahwa perilaku negara
dipengaruhi oleh sistem internasional. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan, sejauh
mana sistem itu dianggap sebagai variabel yang independen dalam mempengaruhi unit-
unit. Tetapi mereka menolak dituduh bahwa mereka mengabaikan individu yang
beroperasi di unit. Karena padanya kenyataannya, realis defensif memperkenalkan
sebagai variabel unit atau non-sistem dimana negara tidak bertindak sesuai apa yang
diharapkan dalam perspektif sistem-struktur murni.
Kesimpulannya, realis bukan mempermasalahkan sejauh mana state-man memaksakan
diri pada peristiwa atau realis yang secara eksklusif sukarela menekankan pada sistem
atau struktur. Tapi seberapa kuat kendala yang ditempatkan pada negarawan dan seberapa
banyak ruang pemimpin harus bermanuver.
III. Negara
Masyarakat internasional mengkritik terhadap realisme, dimana realisme menjadi
teori hubungan internasional yang dominan tetapi fokusnya sempit. Dalam pandangan
realis, aktor utama (unitary) dalam internasional arena adalah negara, dan mengabaikan
aktor-aktor yang secara tidak langsung berkaitan dengan peneliharaan negara. Realis
terlalu fokus pada national security dalam memandang dunia, mereka melupakan
problem yang kompleks, seperti kesenjangan ekonomi, polusi, dan globalisasi. Masalah
tersebut diselesaikan secara derivatif.
Hal tersebut dibantah oleh kaum realis. Dengan mengulas utama keamanan
nasional, bukan berarti menafikan permasalahan yang lain. Begitupun makna aktor di
dunia internasional, realis mengutamakan dan mementingkan keberadaan negara, juga
tidak menyangkal keberadaan aktor individu dan kolektif lainnya.
Kemudian teori realis dibangun untuk mejawab tertentu dan untuk menjelaskan
kegiatan tertentu. Sehingga mereka membatasi jenis aktor (dalam hubungan intenasional)
yang diteliti. Dengan memusatkan perhatian pada keamanan nasional tidak memungkiri
bahwa masalah yang lain (seperti kesenjangan ekonomi, polusi, lingkungan, dsb.) akan
diterima ditingkat yang sama. Pada akhirnya, dengan alasan normatif berfokus pada
negara. Semisal adanya arm race tidak terkendali dalam menhadapi ketegangan
internasional, perampasan sosial ekonomi, kesenjangan ekonomi, kemiskinan. Hal
tersebut hampit menghabiskan uang untuk membeli seperangkat alat militer.
IV. Balance of Power
Balance of Power menjadi salah satu ciri secara teori menjadi elemen yang
penting dari realis. Meskipun begitu, Balance of Power telah dikritik karena banyak
penyalahgunaan dan menciptakan kebingunan definsi. Hans Morgenthau sendiri
memaknai setidaknya 4 definisi, tapi yang sangat dihightlight adalah distribusi
kapabilitas.
Balance of Power adalah salah satu konsep yang dimana mengarah ke perang
sebagai lawan mencegahnya, panduan yang buruk bagi state-man dan alat propoganda
untuk membenarkan pengeluaran pertahanan. Ini adalah sebuah kritikan untuk realis.
Namun hal ini dilayani oleh Kenneth Waltz untuk menyelesaikan kesalah penafsiran dari
Balance of Power tersebut. Walaupun perdebatan ini memakan setidaknya tiga dekade.
V. Change
Para kritikus berpendapat bahwa sangat sedikit kemungkinan yang tersisa untuk
transpormasi fundamental dan damai politik internasional, realis juga tidak menawarkan
analisis yang bertujuan memahami bagaimana stabilitas internasional dicapai apalagi
perdamaian sejati. Stabilitas realis mencerminkan dunia yang penuh dengan senjata,
konflik dan perang. Realis juga hanya memikul kepentingan negara, tapi negara itu
sendiri tidak mendefinisikan kepentingan mereka. Alexander Wendt dan konstruktivis
lainnya mengklaim bahwa anarki internasional adalah apa yang dibuat oleh negara.
Kepentingan tersebut tidak eksogen atau diberikan kepada negara, tetapi sebenarnya
dibangun secara subyektif oleh mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Kauppi, P. R. (2012). International Relations Theory Fifth Edition. London: Pearson Education
Inc.

Sorensen, R. J. (2016). Pengantar Studi Hubungan Internasional Edisi Kelima. New York:
Oxford University Press Inc.

Anda mungkin juga menyukai