Anda di halaman 1dari 6

Nama : Muhammad Rafly Farezki Fadza

NIM : 10020223053
Kelas : HI-B (Semester 1)
Pokok Pembahasan : Teori Hubungan Internasional
Pengajar : Mohammad Wahyu Diansyah, S.IP,M.Phil

CRITICAL REVIEW

Jurnal Pertama

Theories of International Relations

Author : Richard Devetak,Jacqui True, dkk.

Dalam jurnal Theories of International relation sang penulis telah mensurvei pemahaman
yang bersaing mengenai teori dan tujuan,meninjau bagaimana mengevaluasi dan
menerapkan teori sementara juga merefleksikan beberapa perdebatan teoretis utama.Oleh
karena itu, berikut adalah beberapa Teori hubungan internasional yang terdapat pada
jurnal ini :

A. Realisme
Menurut penulis, Sebagian besar realis secara implisit membayangkan IR sebagai sebuah
dunia negara negara yang mementingkan diri sendiri yang beroperasi dalam sebuah
sistem negara (yaitu sistem internasional yang terstruktur di sekitar negara, yang
merupakan aktor yang merupakan aktor aktor utamanya. Sistem negara realis implisit ini
memiliki struktur normative insititusional yang sempit,tipis dan struktur kelembagaan
normatif yang lemah. Dan negara negara sangat bergantung pada swadaya individu dan
bilateral untuk membuat dan menegakkan aturan dan perjanjian. Sistem aturan yang tipis
dan lemah ini (dan sistem sistem pemerintahan internasional), dan bukan hanya ketiadaan
politik. Dan hal ini dilakukan dengan menimbulkan ketakutan dan ketidakpastian yang
pemerintahan internasional, tetapi pemerintahan dengan sedikit aturan internasional dan
membayangkan sebuah sistem internasional yang terdiri dari negara dan aktor aktor non
negara (publik dan swasta), yang kemampuan dan sistem internasional memiliki struktur
kelembagaan yang cukup kuat yang menyediakan sistem aturan luas dan politik
kekuasaan dengan demikian secara teratur dimitigasi, kadang kadang berhasil. Sistem
internasional, menurut penulis sangat berbeda karena menurutnya sistem internasional
adalah sistem sosial yang “disetel” untuk beroperasi dalam dan memberikan persepektif
tertentu pada sistem internasional yang dihuni terutama oleh negara negara yang merasa
sangat dipertaruhkan, segala sesuatu yang lain keluar dari jendela dan politik kekuasaan,
nasionalisme dan populisme, serta kebijakan luar negeri yang tidak koheren dari yang
digunakan, pertanyaan yang sering dibahas dan kondisi empiris yang sebenarnya, empiris
aktual dari bagian sistem internasional tertentu yang sedang investigasi terlepas dari
berbagai tuduhan dan dakwaan yang dilontarkan memberikan kontribusi yang substansial
terhadap studi hubunga internasional dengan antara klaim atas pengetahuan dan klaim
atas kekuasaan politk dan pascastrukturalisme berusaha untuk memikirkan kembali
konsep konsep politik dan tanggung jawab tanpa enggunakan asumsi kedaulatan dan
reteritorialisasi dan lokasi politik harus ditentukan oleh negara yang berdaulat, politik dan
berbagai kemungkinan politik untuk mentransformasi hubungan internasional.

B. Liberalisme
Pada awal bab ini, dikatakan bahwa liberalisme adalah pendekatan pendekatan “luar
dalam” terhadap hubungan internasional, karena kaum liberal menyukai dunia dimana
yang endogen menentukan eksogen. Tantangan mereka adalah untuk memperluas
legitimasi pengaturan politik dalam negeri. Politik dalam negeri yang ditemukan di dalam
negara negara demokratis ke dalam hubungan antar semua negara-bangsa. Pasar global
domestik memiliki padanannya dalam ekonomi dunia yang terbuka dan mengglobal
dalam ekonomi dunia. Perdebatan dan pertanggungjawaban parlemen adalah
direproduksi dalam forum forum internasional seperti PBB dan perlindungan hukum
terhadap hak hak sipil dalam demokrasi liberal diperluas untuk memajukan hak hak asasi
manusia di seluruh dunia. Penyebaran demokrasi liberal dan zona perdamaian merupakan
perkembangan yang menggembirakan pembangunan, seperti halnya realisasi oleh negara
negara bahwa perdagangan lebih berkorelasi erat dengan keberhasilan ekonomi daripada
penaklukan.
C. Post Structuralisme
Terlepas dari berbagai tuduhan dan dakwaan yang dilontarkan terhadap post
strukturalisme, bab ini telah menunjukkan bahwa bab ini memberikan kontribusi yang
substansial terhadap studi hubungan internasional dengan metode dan wawasan teoretis
yang inovatif. Pertama, melalui metode genealogis, Kedua , melalui wawasan estetika
dan strategi tekstual dekonstruksi. Ketiga, pascastukturalisme berusaha untuk
memikirkan kembali konsep konsep politk dan tanggung jawab tanpa menggunakan
asumsi kedaulatan dan reteritorialisasi. Dengan menetang gagasan bahwa karakter dan
lokasi politik harus ditentukan oleh negara yang berdaulta, pascastrukturalisme berusaha
memperluas imajinasi politk dan berbagai kemungkinan politik untuk mentransformasi
hubungan internasional dengan cara cara yang inovatif.

Jurnal Kedua
Raymond Aron and International Relations
Author : Olivier Schmitt

Dalam jurnal kedua ini yang memiliki judul “Raymond Aron and International
Relations.” Di dalam jurnal ini berisikan pandangan dan pendapat dari Aron tentang
hubungan internasional itu sendiri. Aron adalah salah satu pemikir hubungan
internasional yang menggabungkan studi kekuatan politik (meliputi strategi dan isu
militer), ekonomi internasional, dan transformasi jangka panjang masyarakat. Aron tidak
menganut pemahaman modern atau kontemporer tentang teori hubungan internasional.
Aron sendiri lebih menganggap penting untuk memastikan bahwa kerangka analitisnya
membantu memunculkan pertanyaan yang tepat tentang hubungan internasional yang
memungkinkan individu untuk melihat pluralitas faktor yang menggerakan politik
internasional. Mungkin karena hal tersebut, Aron berpaling kepada Clausewitz untuk
membantunya menyusun konseptualisasi teoretisnya. Harus diakui, sebagian besar
kutipan memiliki referensi ke Clausewitz muncul dalam tiga bab pembuka “Peace and
war.”, dan sebagian besar ini merujuk pada dinamika perperangan. Namun, terdapat satu
kutipan yang diingatkan oleh Aron di seluruh buku ini yang juga merupakan kutipan dari
Clausewitz yaitu : “ War is continuation of policy by other means.” Tujuan perang adalah
pemaksaan kehendak kita atas kehendak musuh (dan sebaliknya). Oleh karena itu, kita
harus memehami jiwa atau hati nurani para diplomat dan tentara yang terlibat dalam
potensi konflik. Namun justru aspek pemahaman inilah yang terancam hilang oleh para
ilmuwan sosial kontemporer ; datau dengan kata lain, perspektif diplomat dan tentara
(yang pada dasarnya merupakan persepektif politik Clausewitz) sedang dikalahkan oleh
model model penjelasan baru. Salah satu alasannya telah ialah banyak ahli teori
berpendapat bahwa senjata nuklir telah secara fundamental mengubah sifat politik
itnernasional di dunia modern. Tetapi alasan lain, yang Aron meningatkan kita pada awal
buku ini, adalah hilangnya atau ditolaknya perspektif historis (atau politk), dengan segala
kompleksitas dan kontinjensinya. Aron perlu memastikan bahwa pembaca pembacanya
memahami bahwa dinamika perdamaian dan perang tidak berubah secara mendasar.
Setiap zaman cenderung membayangkan bahwa zaman mereka begitu unik sehingga
tidak dapat dipahami tanpa konsep,paradigma, dan teori yang benar benar baru. Aron
ingin mencegah kecenderungan yang berpotensi berbahaya ini, dalam beberapa hal,
dengan kembali ke konseptualisasi Clausewitz yang sudah dikenal dan
sederhana,khususnya, dan sejarah filsafat politik, secara umum.
CONCLUSIONS

Dari analisis dan pengamatan kedua jurnal tersebut saya dapat menarik beberapa
kesimpulan mengenai teori hubungan internasional :

1. Teori realisme memiliki pandangan bahwa sistem internasional ini lebih


menggunakan kekuatan fisik atau militernya karena dalam pandangan realis ini
mereka berpendapat bahwa perdamaian akan tercapai jika mereka memiliki status
balance of power. Karena mereka beranggapan bahwa peperangan dan anarki akan
terus mengintai negara.
2. Teori liberalisme sendiri merupakan kebalikan dari realisme yaitu mereka memiliki
pandangan pada kerja sama perdamaian dan mereka sangat menjunjung tinggi
perdamaian, bahkan mereka berpendapat bahwa setiap masalah internasional tidak
hanya dapat diselesaikan dengan cara perperangan namun dapat diselesaikan dengan
cara perdamaian.
3. Teori post strukturalisme mereka memiliki pandangan bahwa mereka dapat
mengubah sistem hubungan internasional dengan menggunakan cara cara yang
inovatif seperti metode genealogis, wawasan estetika dan tekstual dekonstruksi, dan
memikirkan kembali konsep konsep politik dan tanggung jawab tanpa menggunakan
asumsi kedaulatan dan reteoritorialisasi.
4. Dalam pandangan Raymond Aron ia lebih menganggap penting kerangka analitisnya
untuk memunculkan pertanyaan pertanyaan yang tepat dalam teori hubungan
internasional dan ia sangat terinspirasi dari Clausewitz sehingga dalam beberapa
bukunya banyak kutipan atau referensi yang berasal dari Clausewitz.

Anda mungkin juga menyukai